Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN CKD (CHRONIC KIDNEY DISEASE)

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. PENGERTIAN
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus
filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat,
progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi
uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009)
Gagal ginjal Kronik Merupakan Kerusakan Ginjal Progresif yang berakibat fatal
dan di tandai dengan uremia (urea dan Limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam
darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau transplantasi ginjal) .
B. PENYEBAB
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler
(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen
nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara lain:
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik
2) Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
4) Gangguan jaringan penyambung

misalnya

lupus

eritematosus

sistemik,

poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif


5) Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
6) Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
7) Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
8) Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
C. PATOFISIOLOGI
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron
yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus

menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan
berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal
untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis
metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia.
Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon
paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan
pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium
usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang
hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi
trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai
proses biokimia
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis
osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin
berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 :
1448).
D. KLASIFIKASI

Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration
Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft
Gault sebagai berikut :
Derajat Penjelasan
LFG (ml/mn/1.73m2)
1
Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau
90
2
Kerusakan ginjal dengan LFG atau ringan
60-89
3
Kerusakan ginjal dengan LFG atau sedang
30-59
4
Kerusakan ginjal dengan LFG atau berat
15-29
5
Gagal ginjal
< 15 atau dialisis
Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
E. GEJALA KLINIS
Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis
dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia
pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah
sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem reninangiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema periorbital, Friction
rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan
rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual,muntah,
konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada
telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
F. PEMERIKSAAN FISIK
1) Penampilan / keadaan umum.

Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
5) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.
1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya
massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.
2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis.
3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa.

b. Foto Polos Abdomen


Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.
c. Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada
usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.
d. USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem
pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem
pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
e. Renogram
Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta
f.
g.
h.
i.
j.

sisa fungsi ginjal


Pemeriksaan Radiologi Jantung
Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis
Pemeriksaan radiologi Tulang
Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik
Pemeriksaan radiologi Paru
Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.
Pemeriksaan Pielografi Retrograde
Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible
EKG
Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda

perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)


k. Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu
untuk mengetahui etiologinya.
l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal
1) Laju endap darah
2) Urin
Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada
(anuria).
Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus /
nanah,
bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan
ginjal berat).
Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,
amrasio
urine / ureum sering 1:1.
3) Ureum dan Kreatinin

Ureum:
Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL
diduga
tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).
H. TERAPI
a. Konsumsi cairan, protein, dan fosfat:
Penatalaksanaan hiponatremia
Koreksi natrium dengan cairan isotonik, bila hiponatremia berat dengan
-

Natrium Chlorida 3% hipertonik.


Nutrisi
Selain penggantian cairan dan elektrolit, masukan diarahkan pada
pensuplaian pasien dengan kalori dalam bentuk karbohidrat dan lemak.
Pemberian protein 40-60 gram atau asam amino esensial. Kalori 2000-3000

cal/hari.
b. Obat-obatan : diuretik untuk peningkatan diuretik dan juga pemberian Epogen
(Eritropoetin manusia rekombinan). Terapi

Epogen diberikan untuk

memperoleh nilai hematokrit sebesar 33%-38%, yang biasanya memulihkan


gejala anemia. Epogen diberikan secara intravena atau subkutan 3 x seminggu.
Epogen tidak diindikasikan untuk pasien yang memerlukan koreksi anemia
dengan segera.
c. Dialisis
d. Transplantasi ginjal

I. KOMPLIKASI
Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa
komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006)
antara lain adalah :
1) Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan
diit berlebih.
2) Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron.
4) Anemia akibat penurunan eritropoitin.

5) Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar
6)
7)
8)
9)

alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.


Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.
Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan
penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri
yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung
banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau
tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.

Pengkajian primer :
a. Airway
Subjektif

: pasien mengatakan ada batuk berdahak.

Objektif

: pada oedema paru, terdapat batuk disertai sputum merah muda encer.

b. Breathing
Subjektif

: Pasien mengatakan ada rasa sesak

Objektif

: nafas pendek , RR meningkat, oksihemoglobin menurun.

c. Cirkulation
Subjektif

: pasien mengeluhkan pusing, dan gatal - gatal

Objektif

: kadar oksigen dalam darah menurun, dan ureum dalam darah meningkat.

Pengkajian sekunder:
a. Breathing
Subjektif : pasien mengatakan terkadang ada rasa sesak
Objektif : RR meningkat, terdapat pernafasan cuping hidung, oksihemoglobin menurun.
b. Blood
Subjektif :mengatakan gatal - gatal
Objektif : terdapat oedema, kadar urea dalam darah meningkat.
c. Brain
Subjektif : Pasien mengatakan merasa pusing dan lemah, cemas, letih dan lesu, gelisah,
gangguan tidur
Objektif : tampak cemas, lemah, letih dan lesu, gelisah, gangguan tidur
d. Bladder
Subjektif : pasien mengatakan kencing sedikit / tidak
Objektif : oligiri sampai anuria,terkadang warna urine pekat.
e. Bowel
Subjektif : pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual dan muntah
Objektif : nafsu makan menurun, ada mual dan muntah.
f. Bone
Subjektif : klien mengeluh ada kelemahan

Objektif : tampak ada kesulitan dalam beraktivitas.


B. DIAGNOSA
1) Gangguan pertukaran gas b.d oedema paru d.d sesak nafas.
2) Gangguan volume cairan lebih dari kebutuhan tubuh b.d retensi Na dan air d.d oedema
3) PK. Anemia
4) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan uremia dan pengeluaran cairan dan
elektrolit berlebih ditandai dengan gatal-gatal dan turgor kulit menurun.
5) Gangguan pola eliminasi urine b.d retensi Na berlebih d.d sedikit kencing
6) Gangguan nurtisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan asam lambung d.d mual
dan muntah.
7) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia dan penurunan suplai oksigen ke otak
d.d syncope.
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No

Diagnosa (Dx)

Tujuan

Intervensi

1.

Gangguan

Setelah diberikan

pertukaran gas tindakan keperawatan


b.d

oedema selama ...x.. jam

Auskultasi bunyi o
nafas

paru d.d sesak diharapkan pasien dapat


nafas.

Rasional
Mengetahui adanya
kelainan bunyi nafas

Pantau TTV dan o


AGD

Mengetahui
aktivitas kerja janting

bernafas dengan adekuat

dan paru

dengak kriteria hasil :


-

Melaporkan sesak
berkurang

Tidak ada sianosis

AGD (pO2 80100mmHg, pCO2

Berikan

posisi

duduk semi fowler

Melapangkan
oksigen masuk ke paru-

35-45 mmHg, HCO3

Lakukan

paru

tirah

baring pada pasien

22-26 mEq/L, pH

Dengan Tirah

7,35-7,45)dan TTV

baring, istirahat yang

dalam batas normal

cukup dan pemberian

Suara nafas vesikuler

Kolaborasi
pemberian oksigen

ventilator dapat
membantu melancarkan
jalan nafas pasien

o
2.

kebutuhan oksigen.
balance o Pengaturan masukan dan

Gangguan

Setelah diberikan

volume cairan

tindakan keperawatan

lebih dari

selama ...x..jam

o Timbang BB harian

kebutuhan

diharapkan volume

o Pantau

tubuh b.d

cairan dan elektrolit

retensi Na dan

seimbang

air d.d oedema

o Pantau
cairan/24 jam

keluaran cairan
o Balance tubuh

peningkatan o Mengontrol kemungkinan

tekanan darah

absorbsi Na berlebih

o Monitor

elektrolit o Pantai besarnya kelebihan

darah

vol. Cairan

Dengan kriteria hasil :

o Kaji edema perifer dan o


~BB stabil
~ elektrolit dalam batas

Memenuhi

distensi vena leher

Ekskresi cairan
terganggu

o Batasi masukan cairan

normal
~ intake dan output
seimbang
3.

4.

PK. Anemia

Setelah diberikan

o Pantau

tanda

dan

o Penurunan Hb dan

tindakan keperawatan

gejala anemia seperti

eritrosit menjadi tanda

selama ... x...jam

penurunan

awal anemia

diharapkan tidak terjadi

eritrosit serta TTV

anemia dengan kriteria

o Kolaborasi dengan tim

hasil tanda- tanda anemia

gizi

negatif ( Hb normal (pria

nutrisi

Hb

dalam

dan

o Kekurangan B12 dan

asupan

menyebabkan anemia
o Klien anemia

13-16g/dl, wanita 12-14

o Bantu aktivitas klien

g/dl), tidak lemah, letih

o Kolaborasi

dalam

,lesu ), konjungtifa merah

pemberian penambah

muda.

darah

Gangguan

Setelah diberikan

integritas kulit

tindakan keperawatan

terhadap

berhubungan

selama..x..jam

warna,turgor

dengan uremia

diharapkan intergritas

vaskular

asam folat bisa

Inspeksi

censerung lemah
o Dapat membantu
pemulihan nutrisi.

kulit o Menandakan adanya

perubahan
dan

sirkulasi yang tidak baik

dan

kulut kembali utuh

pengeluaran

dengan kriteria hasil :

kekeringan

cairan dan

gatal-gatal pada pasien

Pruritis, Excoriations

penurunan aktivitas

elektrolit

berkurang dan

dan

kelenjar keringat atau

berlebih

menunjukkan perilaku

keluhan

ditandai dengan

mencegah kerusakan atau

pasien

gatal-gatal dan

cidera kulit.

turgor kulit

terhadap o Perubahan mungkin


kulit,

infeksi.Selidiki
gatal

pada

disebabkan oleh

pengumpulan kalsius
dan phospat pada lapiran
cutaneus.

menurun

Kaji

Monitor Lipatan
kulit dan area yang
oedema.

Lakukan perawat
kulit secara benar.

o Area- area ini sangat


mudah terjadinya injuri.
o Untuk mencegah injuri
dan infeksiPemberian
krim dapat mengurangi
gatal-gatal pada pasien
o Menghilangkan

Anjurkan lien

ketidaknyamanan.

untuk kompres lembab


dan dingin untuk
memberikan tekanan
daripada garukan pada
5.

Gannguan pola Setelah diberikan

daerah pruritrus
o Awasi pemasukan

o Memberikan informasi

eliminasi urine tindakan keperawatan

dan pengeluaran

tentang ginjal dan adanya

b.d retensi Na selama ...x...jam

urine

komplikasi

berlebih

d.d diharapkan pasien dapat

sedikit kencing

o Awasi pemeriksaan o Peninggian BUN ,kreatinin

berkemih dengan normal

laborotorium,

dan elektrolit

dengan kriteria hasil

(elektrolit,

mengindikasikan infeksi

terdapat produksi urine >

BUN,kreatinin)

ginjal

400 ml/24 jam.

o Kolaborasi dalam

o Mengatasi permasalahan

pemberian obat

dalam eliminasi sesuai

sesuai indikasi

permasalahan pada ginjal

o Bantu klien dalam o Membantu kliem

memilih teknik
6.

Gangguan
nurtisi

dialisis.
eliminasi.
diberikan o Kaji terhadap adanya o Keadaan keadaan

Setelah

kurang tindakan

keperawatan

dari kebutuhan selama...x..jam


tubuh

Mual,

muntah

dan

anorexia.

mempertahankan

kebutuhan nutrisi

status o Monitor

lambung nutrisi adekuat dengan

intake o Untuk menentukkan diet

makanan

dan

d.d mual dan criteria hasil : BB tidak

perubahan

berat

muntah.

badan ;Monitor data

mengalami
albumin,

penurunan,
dalam

batas

normal (4-5,2 g/dl)

seperti ini akan


meningkat kehilangan

b.d diharapkan Pasien dapat

peningkatan
asam

mengatasi permasalahan

yang tepat bagi pasien.

laboratorium : Serum
protein,

Lemak,

Kalium dan natrium.


o Berikan

makanan

sesuai

diet

yang

dianjurkan

dan

modifikasi

sesuai

o Meningkatkan kebuthan
Nutrisi klien sesuai diet.

kesukaan Klien.
o Bantu atau anjurkan
pasien

melakukan

oral hygiene sebelum


makan.

7.

Intoleransi

Setelah

diberikan o Tingkatkan

aktifitas

tindakan

berhubungan

selama

keperawatan
..x

...jam

tidak enak dalam mulut


sebelum makan.

o Mengupayakan

kemandirian
aktifitas

o Menghilangkan rasa

dalam

kemandirian

perawatan o Dengan aktivitas yang

dengan anemia diharapkan dapat terdapat

diri

dapat

ringan dan istirahat

dan penurunan peningkatan

ditoleransi, bantu jika

yang banyak dapat

keletihan terjadi

memulihkan keadaan

suplai
ke

dalam

oksigen aktivitas dengan kriteria

otak

syncope.

d.d hasil

yang

berkurangnya o Anjurkan

kelemahan,dapat

alternatif

aktifitas

pasien

sambil o Mengurangi resiko

beristirahat

secara

cukup,mampu

istirahat
o Kaji

melakuakan

kembali

aktivitas sehari-hari yang

faktor

memperburuk kondisi
yang

pasien.

menimbulkan
keletihan

memungkinkan

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :ECG
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi. Volume 2. Jakarta: EGC.
Suddarth,Brunner. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta:
ECG.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
BedahBrunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai