TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
berarti
B. Etiologi
menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan bawah, bibir, lidah
makan nasi tim saat usia 9 bulan, belum bisa makan nasi saat usia 1 tahun
2,5tahun), jalan jinjit, duduk bersimpuh leter “W”. Bila berjalan selalu
lainnya biasanya disertai gejala anak tidak bisa diam, mulai dari overaktif
bila tidur sering dalam posisi ”nungging” atau perut diganjal bantal Sulit
buangair besar (bila buang air besar ”ngeden”, tidak setiap hari buang air
keras, bulat (seperti kotoran kambing), pernah ada riwayat berak darah. 6
C. Klasifikasi
Abnormalitas struktur
Abnormalitas naso-orofaring: atresia koana, bibir dan langit-langit sumbing, makroglosia, ankiloglosia, Pierre Robin
sequence
Abnormalitas laring dan trakea: laryngeal cleft, kista laring, stenosis subglotik, laringotrakeomalasia
Abnormalitas esophagus: fistula trakeoesofagus, atresia atau stenosis esophagus kongenital, striktur esophagus,
vascular ring
Kelainan perkembangan neurologis
Palsi serebral
Malformasi Arnold-chiari
Mielomeningocele
Familial dysautonomia
Distrofi miotonik kongenital
Miastenia gravis
Distrofi okulofaringeal
Gangguan perilaku makan
Feeding disorder of state regulation (0-2 bulan)
Feeding disorder of reciprocity (2-6 bulan)
Anoreksia infantile (6 bulan-3 tahun)
Sensory food aversions
Gangguan makan yang berkaitan dengan kondisi medis
Gangguan makan pascatrauma
Penelitian di Amerika menemukan empat pola makan pada anak yaitu 5
a. menolak makan
d. picky
(3) Muntah darah
(5) Episode apnoe.
b. Kolik 5
sebagai kolik.
tidak adekuat pada bayi dan asupan susu yang berlebihan pada anak usia
d. Overfeeding 5
jumlahnya.
e. Alergi makanan 5
atau keduanya).
E. Diagnosis
a. Anamnesis 2
o Diet sejak lahir, pengenalan makanan padat, diet saat ini, tekstur, cara dan
makan.
o Gangguan menelan
b. Pemeriksaan fisik 2
perkembangan psikomotor
c. Pemeriksaan penunjang 2
normal
serum untuk mendeteksi defisiensi zat gizi spesifik serta menilai fungsi ginjal
dan hati.
keparahan esophagitis, striktur dan webs (level of evidence II), bila GER tidak
jelas.
- Analisi diet: kualitas dan kuantitas asupan makanan harus dinilai untuk
makanan.
F. Tatalaksana
yang telah terjadi, serta upaya memperbaiki nutrisi dan faktor penyebab.
tertentu)
Pemeriksaan antropometri
Berat dan tinggi badan anak perlu diperhatikan dalam hal ini sehingga
terhadap nucleus
(makan 2–3 kali sehari), usia 9–12 bulan (makan 3–4 kali sehari), usia 12–
sebaliknya. 5
Jangan memberikan snack atau susu 1-1,5 jam sebelum waktu makan,dimana susu dibatasi hanya 2-3 gelas sehari
Penjadwalan makan yang baik dan teratur waktu makan tidak lebih dari 30 menit
Tidak menawarkan makanan lain selain menu yang disajikan kecuali air
Sebaiknya duduk di kursi dan tidak bermain ketika makan
Penyajian dalam porsi kecil dan jangan terlalu sering minum
Hentikan proses makan bila dalam 10-15 menit anak hanya bermain dan bila mereka marah sambil melempar menu
yang disajikan
Jangan membersihkan mulut anak kecuali bila proses makan telah selesai
Biasakan anak menyantap makanan sendiri sedini mungkin
Jangan memancing nafsu makan anak dengan junk food atau makanan siap saji
Pengasuh atau orang tua hendaknya kreatif dalam menyajikan menu makan anak
Porsi makan sebaiknya tidak terlalu banyak
Sajikan menu makan baru yang sama 10-20 kali pertemuan
Buatlah makanan semenarik mungkin
Konsistensi makanan harus disesuaikan dengan yang menyantapnya
Tambahkan saus yang anak suka atau keju parut untuk menambah kalori
DAFTAR PUSTAKA
3. Fitriani, F., Febry, F., Mutahar, R. Gambaran Penyebab Kesulitan Makan Pada
at: http:/eprints.unsri.ac.id/ 58/3/Abstrak2.pdf/
4. Soedibyo, S., Mulyani, RL. Kesulitan makan pada pasien: survey di unit pediatri
11(2); 2009
36 – 41;2011