Anda di halaman 1dari 26

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Tinjauan Umum Tentang Kesulitan Makan

a. Definisi

Nafsu makan merupakan keinginan untuk makan yang

dirasakan sebagai Rasa lapar. Nafsu makan terdapat pada

semua jenis mahluk hidup, dan merupakan mekanisme

pengaturan asupan energy untuk mempertahankan kebutuhan

metabolic tubuh. Kesulitan makan adalah jika anak tidak mau

atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan

mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah

sesuai usia secara fisiologis (Alamiah dan wajar ) yaitu mulai dari

membuka mulut tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga

sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan

tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu (Adiningsih, 2010).

Kesulitan makan adalah ketidakmampuan untuk makan dan

menolak makanan tertentu. Gangguan kesulitan makan pada

anak sering kita jumpai pada masyarakat awam yang belum

memahami prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak.

Masyarakat awam masih banyak yang belum memahami

pentingnya nutrisi pada anak (Marimbi, 2010).


12

Kesulitan makan adalah gangguan makan dengan gejala

makan hanya sedikit, sulit untuk mencoba makanan baru, secara

total menghidari beberapa jenis makanan dan memiliki makanan

yang sangat disukainya (Marimbi, 2010).

Menurut pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa kesulitan makan adalah gangguan makan sehingga

melakukan penolakan makanan dan hanya mengkonsumsi

makanan yang disukai.

b. Gejala kesulitan makan

Gejala kesulitan makan pada balita diantaranya :

1. Kesulitan mengunyah, menghisap, menelan makanan atau

hanya bisa makan makanan lunak atau cair.

2. Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang

sudah masuk dimulut anak.

3. Makan berlama-lama dan memainkan makanan.

4. Sama sekali tidak mau memasukkan makanan kedalam

mulut atau menutup mulut rapat.

5. Memuntahkan atau menumpahkan makanan dan menepis

suapan.

6. Tidak banyak menyukai variasi makanan

7. Kebiasaan makan makanan yang aneh


13

Jenis kesulitan makan pada anak sangat beragam yaitu

anak tidak menyukai makanan yang bervariasi dan anak

memilih-milih makanan (Adiningsih, 2010).

Selain itu klinik perkembangan anak Affilioned Program

For Children Development di Universitas George Town

melaporkan jenis kesulitan makan pada anak sesuai keluhan

yang biasa disampaikan antara lain adalah :

1. Penerimaan makanan yang tidak / kurang memuaskan

2. Makan tidak mau ditelan

3. Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan

4. Penolakan atau melawan pada waktu makan

5. Kebiasaan makan makanan yang aneh

6. Hanya mau makan jenis tertentu saja

7. Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan

8. Keterlambatan dalam tingkat keterampilan makan

Sulit makan juga dapat ditandai dengan kurangnya nafsu

makan dan kurangnya ketertarikan terhadap makanan sehingga

hanya makan dalam jumlah sedikit dan makan berlama-lama

(Adiningsih, 2010).

c. Penyebab kesulitan makan

Menurut Widodo Judarwanto (2006) penyebab umum

kesulitan makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor,

diantaranya adalah :
14

1. Hilang nafsu makan

Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan

tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan

makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari

yang ringan (Berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada

nafsu makan).

Berkurang atau hilangnya nafsu makan ini sering

diakibatkan karena gangguan fungsi saluran cerna.

Gangguan fungsi pencernaan tersebut kadang tampak ringan

seperti tidak ada gangguan. Tanda dan gejala yang

menunjukkan adanya gangguan tersebut adalah perut

kembung, sering cegukan, sering buang angin, sulit buang air

besar bila buang air besar ngeden, tidak setiap hari buang air

besar, atau sebaliknya buang air besar sering (> 2 kali/hari).

Gangguan tidur malam : malam rewel, kolik, tiba-tiba

mengigau atau menjerit, tidur bolak balik dari ujung keujung

lain tempat tidur.

Tanda dan gejala tersebut diatas sering dianggap

biasa kerena sering terjadi pada banyak anak. Padahal bila

diamati secara cermat tanda dan gejala tersebut merupakan

manifestasi adanya gangguan pencernaan, yang sangat

mungkin berkaitan dengan kesulitan makan pada anak.


15

2. Gangguan proses makan di mulut

Proses makan terjadi mulai dari memasukkan

makanan dimulut, mengunyah dan menelan. Ketermpilan dan

kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar disekitar

mulut sangat berperan dalam proses makan tersebut.

Pergerakan motorik tersebut berupa koordinasi gerakan

menggigit, mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot

dirahang atas dan bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya

disekitar mulut. Gangguan proses makan dimulut tersebut

seringkali berupa gangguan mengunyah makanan.

Gangguan koordinasi motorik mulut juga seringkali

mengakibatkan kejadian tergigit sendiri sebagian bibir atau

lidah secara tidak sengaja.

3. Pengaruh Psikologis

Gangguan psikologis bisa dianggap sebagai

penyebab bila kesulitan makan itu waktunya bersamaan

dengan masalah psikologis yang dihadapi. Bila faktor

psikologis tersebut membaik maka gangguan kesulitan

makanpun akan membaik. Untuk memastikannya kadang

sulit, karena dibutuhkan pengamatan yang cermat dari dekat

dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Karena nya hal

tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang tua

bekerjasama dengan psikiater atau psikologi. Pakar psikologi


16

menyebutkan sebab meliputi gangguan sikap negatisme,

menarik perhatian,ketidak bahagiaan atau perasaan lain pada

anak,kebiasaan rewel pada anak digunakan sebagai upaya

untuk mendapatkan yang sangat diinginkan, sedang tertarik

permainan atau benda lainnya, meniru pola makan orang tua

atau saudaranya reaksi anak yang manja.

Suatu masalah pasti dipengaruhi oleh beberapa hal.

Termasuk juga kesulitan makan pada balita juga dipengaruhi

oleh beberapa faktor. Ada beberapa faktor yang

menyebabkan masalah kesulitan makan yaitu faktor organik,

faktor nutrisi dan faktor psikologi.

1. Faktor organik

Proses makan mulai terjadi dari memasukkan

makanan dimulut mengunyah, dan menelan. Kemampuan

koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat

berperan dalam proses makan tersebut. Pergerakan motorik

tersebut koordinasi gerakan menggigit, mengunyah, dan

menelan yang dilakukan oleh otot lainnya disekitar mulut.

Gangguan saluran pencernaan tampaknya

merupakan faktor penyebab terpentingnya dalam gangguan

proses makan di mulut. Jika terdpat gangguan saluran cerna

maka hal itu akan mempengaruhi fungsi susunan saraf

pusat, sehingga terjadi gangguan fungsi susunan saraf


17

pusat. Gangguan bisa berupa saat anak mengalami

sariawan, sakit tenggorokan atau adanya penyakit diorgan

pencernaan.

2. Faktor Nutrisi

Balita merupakan golongan konsumen semipasif atau

semiaktif sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi masih

bergantung pada orang lain, khususnya ibu atau

pengasuhnya. Perlu diketahui saat ini terjadi perubahan pola

makan dari makanan bayi kedewasa. Pengetahuan ibu

dalam kemampuan menentukan jenis dan jumlah makanan

yang diberikan kepada anak harus sesuai perkembangan

usianya. Ketepatan jenis dan jumlah makanan sangat

menentukan pemenuhan gizi balita.

3. Faktor Psikologis

Sering terjadi kelainan psikologis disebabkan

kekeliruan pengelolaan orang tua dalam hal mengatur

makan anaknya. Ada orang tua yang bersikap terlalu

melindungi dan ada orang tua yang terlalu memaksakan

anaknya makan terlalu banyak melebihi keperluan anak.

Keadaan saat anak jauh dari ibunya dan perasaan takut

berlebihan pada makanan juga dapat menyebabkan anak

tidak mau makan. Sikap suka memaksakan makanan

menyababkan bayi atau anak merasakan proses makan


18

sebagai saat yang tidak menyenangkan, hal ini berakibat

menimbulkan sikap anti terhadap makanan. Sikap yang

terlalu obsesif dan overprotektif akan berakibat negatif pada

anak (Marimbi, 2010).

Sikap memaksa dalam pemberian makan akan

membuat emosi anak meningkat, sehingga menurunkan

produksi cairan lambung yang dapat mengakibatkan fungsi

cerna terhambat.

Menurut Marimbi, 2010 penyebab anak susah makan

dilihat dari segi psikologis, adalah :

1. Cemas

Rasa cemas ini paling sering dialami anak balita.

Contoh cemas berpisah dari orang tua berfikir terjadi

sesuatu yang buruk menimpa orang tuanya, cemas berada

dilingkungan baru, semisal ketika mulai bersekolah dan

sebagainya. Kecemasan yang timbul sering kali disertai

gejala-gejala fisiologis maupun prilaku seperti gelisah,

berkeringat dingin, berdebar debar, sulit berkosentrasi,

susah tidur, dan sebagainya. Kondisi-kondisi ini berpengarh

pada pola makan anak, termasuk membuat anak jadi susah

makan.
19

2. Depresi

Anak yang depresi bisa mengalami dua masalah makan,

yaitu makan berlebihan / tidak terkendali sehingga membuat

obesitas atau ia menjadi sulit makan. Depresi banyak

dialami anak usia sekolah. Penyebabnya bermacam-macam,

ada yang karena menjadi korban Bully seperti diejek, digoda,

mendapatkan kekerasan, dan sebagainya.

3. Pola relasi yang tak bagus dengan orang tua

Ketika anak makan dan rewel, lalu direspon orang tua

dengan tidak sabar dan memaksa anak, maka peristiwa

makan menjadi ha l yang tidak menyenangkan. Akibatnya,

anakpun menjadi susah makan. Dalam hal pola asuh orang

tua tidak mengajari anak untuk mengkonsumsi makanan

yang bervariasi alias hanya menyediakan makanan yang itu-

itu saja. Ini membuat anak tidak belajar mengenal rasa dan

jenis makanan yang beragam. Akibatnya anak menjadi pilih-

pilih makanan dan makan yang itu-itu saja ujung-ujungnya

anak pun akan susah makan

Selain itu faktor psikologis yang dapat mengganggu

anak susah makan, seperti kondisi rumah tangga yang

bermasalah, suasana makan yang kurang menyenangkan,

tidak pernah makan bersama orang tua, maupun anak

dipaksa memakan makanan yang tidak disukai.


20

d. Dampak kesulitan makan

Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena

sakit yang akut biasanya tidak menunjukkan dampak yang

berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada

kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan

berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala

yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang

kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu

misalnya buah dan sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila

hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi.

Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan

energi protein (KEP)

e. Penanganan kesulitan makan pada anak

Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan

kesulitan makan pada anak yang harus dilakukan adalah :

1. Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan dan

cari penyebab kesullitan makan pada anak

2. Identifikasi adakah konflikasi yang terjadi

3. Pemberian pengobatan terhadap penyebab.

4. Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi,

intoleransi atau coeliac), hindari makanan yang menjadi

penyebab gangguan.

5. Pemberian pijat tuina.


21

2. Tinjauan Umum Tentang Balita

a. Pengertian Balita

Balita adalah anak dengan usia dibawa lima tahun dengan

karakteristik pertumbuhan yakni pertumbuhan cepat pada pada

umur usia 0-1 tahun dimana umur 5 bulan berat badan naik 2 kali

berat badan lahir, dan tiga kali berat badan lahir pada umur 1

tahun dan menjadi empat kali pada umur 2 tahun (Septiari,

2012).

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas

1 tahun atau lebih populer dengan pengertian usia anak dibawah

lima tahun. Balita merupakan kelompok anak berada dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik

artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik

contohnya koordinasi motorik halus dan motorik kasar juga

kecerdasan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan

perkembangan yang dilalui oleh anak.

Usia balita dibagi dalam tiga tahap yaitu masa sebelum

lahir, masa bayi dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahap

tersebut banyak terjadi perubahan fisik maupun psikologis yang

akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian

menurut tahapan tersebut sangat bergantung sama faktor social

yaitu tuntunan dan harapan untuk menguasai proses

perkembangan yang harus dilampaui anak dari lingkungan.


22

b. Karakteristik Balita

Karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu :

1. Anak usia 1-3 tahun

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif

artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan

orang tua. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari

masa usia prasekolah. Sehingga diperlukan jumlah makanan

yang relatif besar.

2. Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun)

Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif.

Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya

pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau

bersekolah Pada Fase ini anak mencapai fase gemar

memprotes. Pada masa ini berat badan anak cenderung

mengalami penurunan akibat dari aktifitas yang mulai

banyak. Pemilihan maupun penolakan terhadap makanan.

c. Pengertian tumbuh Kembang

1. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah perkembangan dengan

perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat

sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan berat

(kg/gr/pound) atau ukuran yang panjang (meter / sentimeter)


23

umur tulang dan keseimbangan metabolik (Retensi Kalsium

dan nitrogen Tubuh). (Septiari, 2012)

Menurut Whaley dan Wong pertumbuhan sebagai

suatu peningkatan jumlah atau ukuran sel tubuh yang

ditunjukkan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat

seluruh bagian tubuh. (Septiari, 2012)

2. Perkembangan

Menurut Whaley dan Wong perkembangan

menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara

bertahap dari tingkat yang paling rendah ketingkat yang

paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan

pembelajaran. (Septiari, 2012)

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala

kuantitatif. Pada konteks ini berlangsung perubahan ukuran

dan jumlah sel, serta jaringan intraseluler pada tubuh anak

dengan kata lain berlangsung proses Multiplikasi pada organ

tubuh anak disertai penambahan ukuran tubuhnya.

Hal ini ditandai oleh :

a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan

b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala

c. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot

d. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya seperti rambut

dan kuku.
24

Cara paling mudah untuk mengetahui baik tidaknya

pertumbuhan balita adalah dengan mengamati grafik pertambahan

berat dan tinggi badan yang terdapat pada kartu menuju sehat

(KMS). Dengan bertambahnya usia anak seharusnya bertambah

pula berat dan tinggi badannya.

3. Tinjauan Umum Tentang Pengaruh Pijat Tuina Terhadap

Peningkatan Nafsu Makan Pada Balita

a. Definisi Pijat Tuina

Tuina (Dibaca Twee Na) berasal dari bahasa Cina yang

memiliki arti “Tekan-Pegang”. Tuina merupakan perawatan

tangan pada tubuh menggunakan acupressure sebagai dasar

pengobatan Cina yang bertujuan untuk membawa keseimbangan

dalam tubuh. Tujuan melakukan Tuina adalah untuk menghindari

penyakit tumbuh dengan cara meningkatkan pertahanan system

imun (Energy Vital) yang ada di dalam tubuh itu sendiri.

Jika dibandingkan dengan akupresur lainnya, Tuina memiliki

efek samping yang jauh lebih sedikit dibanding dengan

perawatan modern yang berdasarkan obat kimia, tak heran jika

metode Tuina saat ini sudah mulai banyak digunakan dalam

mengobati penyakit maupun hanya sekedar perawatan dan

pencegahan.

Tuina dilakukan di area sekitar persendian untuk membuka

pertahanan tubuh dan membuat energy bergerak di kedua


25

meridian, yang kemudian membuat otot-otot menstimulasi aliran

chi dan darah agar membawa kesembuhan. Jika Anda memiliki

anak yang susah makan, metode pijat Tuina mungkin bisa

membantu meningkatkan nafsu makan dan penyerapan gizi di

dalam tubuhnya

Pijat adalah terapi sentu tertua yang dikenal manusia dan

yang paling populer yang merupakan seni perawatan kesehatan

dan pengobatan yang dipraktekkan sejak berabad-abad tahun

silam sehingga tidak ada tehnik atau cara pemijatan yang baku

(Roesli, 2009). Pijat tuina merupakan alternatif dalam

meningkatkan nafsu makan pada sikecil. Beberapa

keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat

dipengaruhi karena kurangnnya stimulasi yng diberikan pada

bayi, stimulasi-stimulasi yang diberikan akan sangat membantu

tumbuh kembang si kecil. Jadi selain meberikan nutrisi dan gizi

yang lengkap juga harus memberikan stimulasi pada sikecil

(Aditya dalam Lasiyati, 2016).

b. Mekanisme pemijatan

Pijat Tuina ini yang terbatas pada titik meridian tangan, kaki,

perut dan punggung. Ketentuan pijat ini yakni 1 set terapi sama

dengan 1 kali terapi per hari, Selama 6 hari berturu-turut, bila

perlu mengulang terapi beri jeda 1-2 hari (Annif, 2015).


26

Guyton (2006) menyebutkan bahwa rangsangan yang

berlebihan pada ujung saraf-saraf Tuang terdapat pada

permukaan kulit (Pemijatan) akan mengakibatkan permeabilitas

membran sel menipis sehingga akan memudahkan pertukaran

Ion Natrium (Na) dan Kalium (K) yang akan merangsang

terjadinya potensial pada otot dan saraf. Potensial aksi yang

terjadi pada saraf simpatis dan para simpatis akan

mempengaruhi kerja organ antara lain : perangsangan Nervus

Vagus akan mempengaruhi sistem Gastrointestinal yaitu

meningkatnya peristaltik sehingga pengosongan lambung

meningkat akibat cepat lapar (nafsu makan akan meningkat) dan

makannya menjadi lahap. Selain itu juga akan terjadi

peningkatan produksi enzim pencernaan yang akan membantu

penyerapan zat-zat nutrisi. Nutrisi yang diserap akan masuk

kedalam peredaran darah yang juga meningkat karena

rangsangan dari saraf simpatis.

c. Manfaat Pijat Tuina

Banyak manfaat yang didapat dari pijat antara lain :

peningkatan pertumbuhan, peningkatan daya tahan tubuh,

membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak, mengurangi

stres dan keadaan tersinggung, kebugaran otot, mempercepat

perkembangan otak dan sistem saraf (Dewi, 2015).


27

Manfaat Pijat Tuina adalah sebagai cara untuk

mendukung proses tumbuh kembang anak secara mental, fisik

dan social, tujuan dari pemijatan tersebut adalah untuk

memberikan rangsangan positif, melancarkan saraf-saraf

sehingga bisa menjadikan tubuh menjadi rileks, lebih segar dan

sebagainya. Pemijatan hanya boleh dilakukan 1 kali dalam

sehari selama 6 hari berturut-turut. Pada umumnya 1 seri pijatan

di atas sudah cukup untuk dilakukan, bila Anda merasa perlu

untuk menambah pijatan baru, sebaiknya berikan jeda 1-2 hari

sebelum melakukan seri pijatan baru (Lasiyati, 2016).

d. Pedoman Pemijatan

1. Tekuk sedikit ibu jari anak, dan gosok garis pinggir ibu jari sisi

telapaknya, dari ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari antara

100-500 kali. Ini membantu memperkuat fungsi pencernaan

dan limpa. Perhatikan ibu jari kita, ada perbatasan antara kulit

yang bersisi gelap dan bersisi terang, perbatasan itulah yang

kita pijat dari ujung ibu jari hingga titik bagian tangan yang

gendut. Pijat diosalah satu sisi saja tidak perlu keduanya.

Tekuk sedikit ibu jari anak, pegang ujungnya. Dibagian

perbatasan sisi kulit gelap tadi gosok satu arah dari arah kuku

kearah pergelangan tangan, berhenti pada pangkal ibu jari


28

usahakan tekanannya stabil.

Gambar 1.

2. Pijat dengan cara sedikit ditekan melingkar pada bagian

pangkal ibu jari yang paling tebal (berdaging) sebanyak 100-

300 kali. Hal ini sangat berpengaruh pada penguraian

akumulasi makanan yang belum dicerna serta menstimulasi

lancarnya sistem pencernaan.

Gambar 2.

3. Gosok melingkar pada bagian tengah telapak tangan

sebanyak 100-300 kali, dengan radius lingkaran kurang lebih

2/3 dari bagian tengah telapak ke pangkal jari kelingking.

Pijatan ini berfungsi untuk menstimulasi dan memperlancar


29

sirkulasi daya hidup dan darah serta mengharmoniskan 5

organ utama dalam tubuh anak.

Gambar 3.

4. Tusuk bagian lekuk buku jari dengan kuku 3-5 kali secara

perlahan pada masing-masing jari mulai dari ibu jari sampai

kelingking secara bergantian. Lalu pijat dengan cara menekan

melingkar 30-50 kali per titik buku jari. Stimulasi ini berfungsi

untuk memecah stagnasi di meridian dan menghilangkan

akumulasi makanan.

Gambar 4.

5. Tekan melingkar dengan bagian tengah telapak tangan Anda

tepat di area atas pusarnya, searah jarum jam sebanyak 100-


30

300 kali. Ini untuk menstimulasi agar makanan lebih lancar

dicerna.

Gambar 5.

6. Tekan dan pisahkan garis di bawah rusuk menuju perut

samping dengan kedua ibu jari sebanyak 100-300 kali. Hal ini

untuk memperkuat fungsi limpa, lambung dan juga untuk

memperbaiki sistem pencernaan.

Gambar 6.

7. Tekan melingkar pada titik di bawah lutut bagian luar, sekitar 4

lebar jari anak di bawah tempurung lututnya, sekitar ambil 1

jari anak dari tulang kering / kaki yang ditengah kearah betis

luar. Tekan dan pijat melingkar 50-100 x. Ini akan


31

harmoniskan usus, lambung dan pencernaan. Baik saat untuk

diare, konstipasi,tidak nafsu makan, baik untuk meningkatkan

stamina dan immun sytem.

Gambar 7.

8. Pijat punggung anak, tekan ringan pada bagian tulang

punggungnya dari atas ke bawah sebanyak 3 kali. Lalu cubit

bagian kulitnya di bagian kiri dan kanan tulang ekor lalu

menjalar ke bagian atas hingga lebar 3-5 kali. Hal ini untuk

memperkuat konstitusi tubuh anak dan mendukung aliran

menjadi lebih sehat serta untuk memperbaiki nafsu makan

anak.

Gambar 8.
32

B. Landasan teori

Nafsu makan merupakan keinginan untuk makan yang

dirasakan sebagai Rasa lapar. Nafsu makan terdapat pada semua

jenis mahluk hidup, dan merupakan mekanisme pengaturan asupan

energy untuk mempertahankan kebutuhan metabolic tubu. Kesulitan

makan adalah jika anak tidak mau atau menolak untuk makan, atau

mengalami kesulitan mengkonsumsi makanan atau minuman dengan

jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis (Alamiah dan wajar )

yaitu mulai dari membuka mulut tanpa paksaan, mengunyah, menelan

hingga sampai terserap dipencernaan secara baik tanpa paksaan dan

tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu (Adiningsih, 2010).

Tuina (Dibaca Twee Na) berasal dari bahasa Cina yang

memiliki arti “tekan-pegang”. Tuina merupakan perawatan tangan

pada tubuh menggunakan acupressure sebagai dasar pengobatan

Cina yang bertujuan untuk membawa keseimbangan dalam tubuh.

Tujuan melakukan Tuina adalah untuk menghindari penyakit tumbuh

dengan cara meningkatkan pertahanan system imun (energy vital)

yang ada di dalam tubuh itu sendiri.

Masalah gizi kurang pada anak balita sangat dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.

Faktor penyebab langsung yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi

yang terkait satu sama lain. Sedangkan faktor penyebab tidak

langsung yaitu ketersediaan dan pola konsumsi pangan dalam rumah


33

tangga, pola pengasuh anak, jangkauan dan mutu pelayanan

kesehatan. Apabila anak tidak mendapatkan asupan makanan yang

tdak cukup akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah terhadap

penyakit. Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan

permasalahan kesehatan individu, karna disamping merupakan faktor

predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi, juga dapat

menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan status gizi janin yang

masih berada dalam kandungan dan masih menyusuh sangat sangat

dipengaruhi oleh status gizi. (Depkes RI, 2014).

Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap generasi

mendatang. Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami

gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Gangguan

pertubuhan diartikan sebagai ketidakmampuan untuk mencapai tinggi

badan tertentu sesuai dengan umumnhya, gangguan pertubuhan juga

merupakan akibat dari gangguan yang terjadi pada masa balita.

Bahkan pada masa sebelumnya dan pertumbuhan fisik anak menjadi

terhambat (anak akan mempunyai tinggi badan lebih pendek).

Perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, anak akan

mempunyai IQ lebih rendah. Setiap anak yang berstatus gizi buruk

mempunyai resiko kehilangan IQ 10-13 poin (Depkes RI, 2010).


34

C. Kerangka Teori

PIJAT TUINA

NAFSU MAKAN

POLA MAKAN

SOCIAL EKONOMI SOCIAL DEMOGRAF


1.Pendidikan ibu 1.Jenis kelamin Balita Keadaan kesehatan
2. Pengetahuan ibu 2. Umur Balita Balita/Status Gizi
3. Pekerjaan ibu
Sumber : (Ucu Suhendri, 2009)

Gambar 9. Skema Kerangka Teori


35

D. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Peningkatan Nafsu
Pijat Tuina
Makan

Gambar 10. Skema Kerangka Konsep

Keterangan

Variabel Bebas (Independen Variabel) : Pijat Tuina

Variabel Terikat (Dependen Variabel) : Peningkatan Nafsu Makan


36

E. Hipotesis

Ada pengaruh Pijat Tuina terhadap peningkatan nafsu makan

pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mataoleo Kabupaten

Bombana.

Anda mungkin juga menyukai