Anda di halaman 1dari 22

MODUL 9 : ANAK YANG BERMASALAH DENGAN

RUTINITAS HARIAN
MODUL 10 : ANAK DENGAN GANGGUAN ATTACHMENT
Oleh kelompok 6 :
Arief Priyono
Cristin Wahyu
Junia. H
Naram Musjah
Muslimah

PROGRAM STUDI S1 PGPAUD


UNIVERSITAS TERBUKA
2023
MODUL 9 : ANAK YANG BERMASALAH DENGAN
RUTINITAS HARIAN
KB 1: Anak Dengan Masalah Tidur

Pengertian :
Masalah tidur adalah gangguan pada tidur yang di dalamnya
terdapat masalah untuk memulai tidur atau masalah untuk tetap
dalam keadaan tertidur, tertidur pada waktu yang tidak tepat,
terlalu banyak tidur, atau abnormalitas perilaku saat tidur.
Jenis-jenis Masalah Tidur
Menurut the Internasional Classification of Sleep Disorder, masalah tidur utama terbagi menjadi
2 yaitu:
1. Dyssomnias (kesulitan untuk memulai tidur atau mempertahankan perilaku tidurnya, atau
sangat mengantuk pada saat siang hari). Jenis-jenis dyssomnias :
Excessive Sleepiness (ngantuk yang berlebihan) terjadi karena anak menderita sakit/dalam
masa pengobatan.
Sleep-wake Schedule Disorders, terjadi karena jadwal tidur yang kacau.
Initiating and Maintaining Sleep, terjadi karena anak menolak untuk tidur dengan berbagai
alasan seperti ingin ditemani sepanjang tidur, takut kegelapan, dan atau masih ingin
bermain.
2. Parasomnias (gangguan yang melibatkan kegiatan fisik yang tidak diinginkan pada saat tidur).
Jenis-jenis adalah:
Nightmare (mimpi buruk)
Sleep terror, anak terlihat takut dan bernafas dengan cepat namun sulit untuk bangun.
Sleepwalking. Anak berjalan saat tidur.
Sleeptalking, anak berbicara saat tidur atau mengigau.
PENYEBAB PENANGANAN

Penyebab dari masalah tidur Penanganan masalah tidur


pada anak itu berbeda-beda. pada anak berbeda-beda
Akan tetapi masalah tidur tergantung dari apa yang
pada anak lebih banyak memicu munculnya masalah
karena faktor keturunan tersebut. Akan tetapi ada
namun ada pula yang masalah-masalah tidur yang
disebabkan oleh masalah tidak memerlukan
fisik. intervensi.
KB 2 : ANAK DENGAN MASALAH MAKAN

A. MENOLAK MAKAN (AVOIDANT/RESTRICTIVE FOOD INTAKE DISORDER)


Masalah makan merupakan masalah yang dikeluhkan pada orang tua. Anak menolak makan karna jenis
makanan tertentu atau hanya mau satu dua jenis makanan. Respon apa bila anak diberi makan yg tidak
disukai akan dilepeh.
Menurut DSM 5, 4 kriteria kategori masalah makan pada anak yaitu:
 Masalah makan atau pemberi makan
 Tidak berhubungan dengan kekurangan atau larangan makan dibudaya tertentu
 Tidak berhubungan dengan anorexia dan bulimia nervosa
 Tidak berhubungan dengan kondisi medis atau mental lain.
PENYEBAB
Menolak makanan disebabkan oleh sensitivitas dari organ-
organ didalam mulut. Ada anak yg merasa tidak nyaman
dengan tekstur yang keras dan kasar. Ada juga karna sensitif
dengan bau saat dikunyah. Hal tersebut dihubungkan
dengan masalah sensori dan keturunan oleh orang taunya.

PENANGANAN
Jika anak menolak makanan karena ada masalah sensori, maka
baiknya diperiksakan terlebih dahulu ke dokter atau terapi
sensori intergrasi. Apa bila tidak ada masalah sensori maka peran
orang tua menjadi penting. Sebaiknya tua memberikan makanan
yang bergizi dan menampilkan bahwa makanan yg disediakan
sangat enak
B. Makan Sesuatu
PENANGANAN PICA
Yang Seharusnya
Tidak Dimakan Yaitu memberikan
(PICA) edukasi pada orang
tua mengenai
Pica adalah PENYEBAB PICA
pentingnya nutrisi dan
perilaku menetap Kurangnya gizi bagi anak dan
dalam memakan pengawasan kandungan berbahaya
benda yang bukan apa yang terkandung
makanan yang
dari orang tua pada bakan makanan.
sudah berlangsung Terapi modifikasi
lebih 1 bulan (DSM perilaku juga dapat
5). Sehingga dapat diberikan kepada
meracuni tubuh. anak.
C. Keluarnya Makanan Dari Kerongkongan (Rumination Disorder)
 Pengertian
Masalah makan rumination disorder apa bila mengeluarkan makanan dari tenggorokan, dilakukan berulang, paling
tidak selama 1bulan. Apa bila mengeluarkan makanan dari tenggorokan biasanya dengan sengaja. Terkadang anak
mendongakan kepala atau meletakan jarinya kepangkal untuk mengeluarkan makanan.
 Penyebab
Rutinitas dapat terjadi pada bayi dan anak dengan keterbelakangan mental. Perilaku tersebut dapat terjadi karena
stimulasi diri, masalah sensori, atau masalah emosi. Mencari perhatian dari orng lain.
 Penanganan
Masalah ruminasi lebih kepada membuat anak menjadi lebih tenang.
KB 3 Anak Dengan Masalah Pembuangan Yang Tidak Pada
Tempatnya

Masalah pembuangan adalah masalah yang melibatkan pembuangan air seni


serta feses yang tidak tepat dan biasanya terdiagnosis saat masa anak atau
remaja (DMS 5, 2013).
Menurut DMS-5 masalah pembuangan dibagi menjadi 2 Enuresisi Dan
Encopreris :
A. ENURESIS
Ialah buang air kecil yang berulang ditempat yang tidak semestinya, setelah
anak melewati usia dimana kebanyakan anak belajar buang air kecil di
toilet.
JENIS-JENIS ENURISIS

Jika dilihat dari waktu enuresis dibagi


Berdasarkan kontinunitas kejadian dibagi
menjadi 3 :
menjadi 2 :
 Nocturnal only (mengompol hanya
 Primary enurisis (terus menerus
diwaktu tidur malam)
mengompol)
 Diurnal only (mengompol hanya diwaktu
 Secondary enurisis ( sudah pernah tidak
siang dan tidak sedang tidur)
menampilkan perilaku enuresis namun tiba-
 Nocturnal and diurnal yaitu kombinasi
tiba menampilkan perilaku enuresis kembali
dari kedua tipe diatas
Penyebab Strategi penanganan
 Faktor biologis
 Pemberian obat
 Faktor infeksi
 Intervensi perilaku
 Faktor emosi
 Faktor belajar
B. ENCOPRESIS
Pengertian
Encopresis adalah membuang feses dicelana atau ditempat yang tidak tepat
(bukan ditoilet).

Jenis-jenis
Menurut DMS-5, encopresis dibagi menjadi 2 :
1.With constipation and overflow incontinence
Feses berbentuk tidak jelas, kebocoran feses (dalam bentuk cair), biasanya
terjadi saat anak terjaga dan jarang terjadi daat anak tidur, feses yan keluar
hanya sedikit pada saat ditoilet.
2. Without constipation and overflow incontinence
Tidak ada konstipasi, feses berbentuk normal, cairan feses jarang terjadi.
Strategi penanganan
Apabila masalah encopresis disebabkan oleh
Penyebab
masalah fisik, maka perlu adanya penanganan
secara medis yaitu menggunakan obat-
Faktor organis obatan. Selain intervensi medis ada baiknya
dilakukan intervensi perilaku seperti belajar
Faktor emosi
menggunakan toilet, membuat jadwal buang
Faktor belajar air besar memberikan reinforcement/
penguatan positif saat anak mampu baung air
besar di toilet.
MODUL 10 : ANAK DENGAN GANGGUAN ATTACHMENT
Kb 1 : Hakikat Gangguan Attachment

Pengertian

Menurut Bowlby dan Ainsworth, attachment adalah ikatan efektif yang berlangsung lama, dan
ditandai oleh kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan sosok tertentu,
terutama saat berada dalam situasi stres.

Sedangkan yang dimaksud dengan gangguan attachment adalah sebagai gangguan dalam
pembentukan hubungan attachment yang berkembang sebagai reaksi terhadap lingkungan yang
bersifat patologis (Wenar & Kerig, 2005).
Penyebab Gangguan Attachment
1. Secara khusus gangguan attachment disebabkan oleh pola pengasuhan yang tidak
memadai.
Pengabaian atau deprivasi sosial
Pergantian pengasuh utama yang berulang
Pengasuhan yang membatasi kesempatan untuk membentuk attachment yang selektif

2. Secara umum dapat disimpulkan bahwa variasi kualitas hubungan yang terbentuk antara
orang tua dan anak dapat berpengaruh terhadap terjadinya gangguan attachment. Karena,
ibu adalah sosok yang memainkan peran penting dalam pembentukan attachment,
karakteristik- karakteristik maternal tertentu dari ibu tentunya dapat mempengaruhi
pembentukan attachment oleh anak.
Karakteristik Anak Dengan Gangguan Attachment
Dapat dikatakan bahwa anak-anak yang mengalami
gangguan attachment, memiliki insecure attachment.
Secara umum, terdapat tiga jenis insecure attachment,
yaitu jenis yang melawan (resistant), menghindar
(avoidant), dan disorganized.
Sedangkan Anak-anak yang memiliki secure attachment
akan mengeksplorasi lingkungan secara bebas dan
menjadikan ibu mereka sebagai secure base untuk
eksplorasi.
Dampak Dari Gangguan
Attachment

 Salah satu penelitian yang mengkonfirmasi hubungan antara attachment pada masa
bayi dan psikopatologi oleh Warren dkk. (Wenar & Kerig, 2005). Hasil penelitian
mereka menemukan bahwa resistant attachment akan meramalkan gangguan
kecemasan di kemudian hari.

 Peneliti lainnya, Goldberg (Wenar & Kerig, 2005), menemukan hubungan yang
signifikan antara avoidant attachment pada masa bayi dan masalah internalizing dan
masalah externalizing saat anak berusia 4 tahun.

 Peneliti Lyons-Ruth dkk (Wenar & Kerig, 2005), menemukan bahwa disorganized
attachment pada masa bayi dapat meramalkan adanya tingkah laku agresif pada saat
anak bersekolah di taman kanak-kanak.
KB 2 PENANGANAN GANGGUAN
ATTACHMENT

A. STRATEGI PENANGANAN ANAK DENGAN GANGGUAN ATTACHMENT


Terdapat sejumlah terapi untuk menangani anak dengan gangguan attachment, yaitu Program Steps
Toward Efektif Anda Enjoyable Parenting (STEEP) yang dikembangkan oleh Egeland, dkk. Dan The Infant -
Parent Program yang dikembangkan oleh Lieberman dan Pawl.
Metode lain yang dapat diterapkan untuk menangani gangguan attachment antara orang tua dan anak
adalah theraplay. Metode ini didasari oleh teori attachment yang menyatakan bahwa hubungan awal yang
dimiliki anak menjadi hal terpenting dalam kehidupan anak. Dalam thereplay anak dibawa kembali
kehubungan awal ini dengan tujuan membuat hubungan tersebut menjadi lebih sehat dan aman.
Dalam hal ini guru menjadi sosok attachment
tambahan bagi anak, sehingga guru diharapakan
dapat bersikap sensitif dan responsif. Sensitif berarti
Anda dapat mengenali ketika mereka
mengkomunikasikan kebutuhan atau keadaanya.
Sedangkan responsif yaitu menunjukkan reaksi yang
cepat tanggap dalam merespon tanda-tanda yang
ditampilkan tersebut.
Melakukan kegiatan dan permainan yang interaktif juga dapat membentuk hubungan
yang dekat dan sehat antara Anda dan anak didik. Kegiatan permainan hendaknya
mengandung 4 dimensi :
1. Permainan Yang Mengandung Dimensi Batasan
2. Permainan Yang Mengandung Dimensi Kejutan
3. Permainan Yang Mengandung Dimensi Pemenuhan Kebutuhan
4. Permainan Yang Mengandung Dimensi Tantangan
PIHAK YANG BERPERAN DALAM PENANGANAN ANAK DENGAN GANGGUAN
ATTACHMENT

Penanganan Attachment tidak hanya melibatkan anak, tetap juga orang tua, tenaga
profesional dan guru di sekolah. Umumnya masalah attachment terjadi antara anak dan
orang tua sehingga keterlibatan orang tua menjadi satu hal yang penting dalam
mengatasi gangguan attachment.
Guru dapat berperan untuk melakukan deteksi dini tentanf kemungkinan adanya masalah
attachment pada anak. Selanjutnya jika ditemukan masalah guru dapat merujuk orang
tua mendatangi tenaga profesional, misalnya psikolog.
Selain melakukan deteksi dini, guru dapat pula berperan untuk menciptakan kegiatan
interaktif yang menyenangkan.
• Terimakasih......

Anda mungkin juga menyukai