Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Enuresis atau yang lebih kita kenal sehari-hari dengan istilah “mengompol”, sudah

tidak terdengar asing bagi kita khususnya di kalangan orang tua yang sudah memiliki

anak.Enuresis telah menjadi salah satu “momok” yang sering dihadapi dalam hal ini para

ibu yang telah mempunyai anak, terutama yang anak yang berusia antara 4-6 tahun. Dalam

kasus ini tidak jarang pula usia di atas 6 tahun masih mengalami enuresis ini.

1.2 Rumusan Masalah

2.1 Apa pengertian Enuresis maturasi?

2.2 Tipe-tipe Enuresis maturasi?

2.3 Apa penyebab Enuresis maturasi?

2.4 Cara mengatasi Enuresis maturasi?

2.5 Bagaimana penatalaksanaan Enuresis maturasi?

2.6 Konsep asuhan keperawatan Enuresis maturasi?

1.3 Tujuan pembuatan makalah

Di dalam penulisan makalah ini ada beberapa tujuan, diantaranya adalah:

1. Memberi pemahaman tentang apa itu enuresis

2. Memberi pemahaman tentang berbagai tipe-tipe enuresis

3. Memberi pemahaman tentang penyebab enuresis

4. Memberikan beberapa cara untuk mengurangi dan menyembuhkan enuresis

5. Memberi pemahaman tentang penatalaksanaan enuresis

6. Memberi pemahaman tentang konsep asuhan keperawatan enuresis


1
1.4 Metode pengumpulan data

Dalam mengumpulkan data, kami menggunakan metode pengambilan data secara

sekunder, yaitu pengambilan data secara tidak langsung melalui informasi yang sudah ada

seperti internet, dan berbagai macam buku.

2
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Enuresis

Enuresis adalah istilah yang digunakan untuk kebiasaan pengeluaran air seni tanpa

terkendali (mengompol) pada anak-anak yang berusia lebih dari tiga tahun. Mengompol bisa

terjadi pada saat tidur siang hari, namun pada umumnya terjadi pada saat tidur malam hari.

Biasanya, anak yang menderita enuresis menyadari bahwa dirinya basah oleh air

seninya melalui mimpi seolah sedang buang air kecil di kamar mandi. Anak terbangun dan

sudah mendapati pakaian tidurnya basah oleh air seninya sendiri. Mengompol bisa berulang

dengan frekuensi 5-6 kali dalam satu minggu. Kejadian enuresis bisa bervariasi yang

disebabkan oleh kebiasaan atau oleh kondisi tertentu, misalnya saat anak merasa dirinya

sedang sangat tertekan.

2.2 Tipe-tipe Enuresis

1. Enuresis diurnal

Mengompol pada siang hari.

2. Nokturnal enuresis

Mengompol pada malam hari. Hal ini masih dianggap normal bila terjadi pada balita

dan apabila masih dialami anak usia di atas 5 tahun perlu mendapat perhatian khusus. Kasus

ini tejadi hanya sekitar 1diantara 100 anak yang tetap ngompol setelah usia 15 tahun. Pada

sebagian besar kasus ngompol dapat sembuh sendiri sampai anak mencapai usia 10-15 tahun.

3
3. Enuresis primer

Dimana anak yang sejak lahir hingga usia 5 atau 6 tahunmasih tetap ngompol. Terjadi

ketika anak tidak bisa kencing di toilet. Umumnya enuresis primer lebih banyak

terjadi.Berdasarkan hasilpenelitian enuresis jenis ini dapat terjadi karena adanya faktor

keturunan,apabila kedua orang tua memiliki riwayat ngompol maka 77% anaknya akan

mengalami hal serupa. Bila hanya salah satu orang tua ada riwayat enuresis maka akan terjadi

44% pada anaknya dan bila kedua orang tua sama sekali tidak ada riwayat, kemungkinan

terjadi enuresis pada anaknya hanya sekitar 15 %.

4. Enuresis Sekunder

Terjadi saat seorang anak yang sudah berhenti mengalami enuresis kira-kira sekitar 6

bulan lalu mengalaminya lagi setelah masa “tenggang” itu.

2.3 Penyebab Enuresis

a. Enuresis primer disebabkan :

 Faktor genetik

 Keterlambatan matangnya fungsi susunan syaraf pusat.Normalnya bila kandung

kemih sudah penuh maka dikirim pesan ke otak untuk mengeluarkan kencing dan

balasan dari otak ialah agar kandung kencing dapat menahan sampaisi anak siap ke

toilet tetapi pada keadaan keterlambatan matangnya fungsisusunan syaraf pusat maka

proses initidak terjadi sehingga anak tidak dapat menahan kencing dan ngompol.

 •Gangguan tidur. Tidur yang sangat dalam (deep sleep) akan menyebabkan anak tidak

terbangun pada saat kandung kencing sudah penuh.

 Hormon anti diuretik kurang. Hormon ini membuat produksi air kencing dimalam hari

berkurang tapi bilahormon kurang maka air kencing diproduksi terlalu banyak yang

menyebabkan anak jadingompol.

4
 Kelainan anatomi, misalnyakandung kencing yang kecil.

b. Enuresis sekunder disebabkan :

 Stres kejiwaan: pelecehanseksual, mendapat adik baru, kematian dalam keluarga.

 Kondisi fisik terganggu: infeksi saluran kencing, diabetes, sembelit bahkan alergi.

Jadi ngompol itu tidak selalu disebabkan oleh faktor keturunan tetapi oleh banyak

faktor lain.

2.4 Cara Penanggulangan

Enuresis ini dapat diatasi tanpa obat dan dengan obat untuk anak berusia diatas 7 tahun

yang tidak berhasil diatasitanpa obat. Prinsip pengobatan yaitu membuat kandung kencing

dapat menahan lebih banyak kencing dan membantuginjal untuk mengurangi produksi

kencing.

a. Pengobatan dengan obat-obatan

1. Dessmopressin

Obat yang merupakan sintetik analog arginin vasopresin, bekerja mengurangi produksi

air kencing dimalam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung kencing (intravesikular).

Efek sampingyang sering adalah iritasi hidung bila obat diberikan melalui semprotan hidung

dan sakit kepala bahkan menjadiagresif dan mimpi buruk, tapi hilang dengan pemberhentian

obat.Dessmopresin diberikan sebelum tidur.

2. imipramin

Obat yang bersifat antikolinergik tapi mekanismenya belum dimengerti.Ada teoriyang

mengatakan obat ini menurunkan kontraktilitas kandung kencing sehingga kemampuan

pengisian kandungkencing dan kapasitanya diperbesar. Imipramin mempunyai efek yang

buruk terhadap jantung.

5
b. Penanggulangan tanpa obat

1. Terapi motivasi (motivational therapy)

Dengan memberikan hadiah pada anak bila tidak ngompol, hal ini dilihat dari catatan

harian ngompol anak, bila dalam 3-6 bulan tidak berhasil maka dicari cara lain.

2. Terapi alarm (behaviour modification)

Alarm diletakkan dekat alat kelamin anak, bila anak mulai ngompol maka alarm berbunyi

sehingga anak terbangundan menahan kencingnya dan selanjutnya orang tua membantu anak

meneruskan buang air kecil di toilet. Cara inidapat dikombinasikan dengan terapi

motivasi.Perubahan positif akan terlihat sekitar 2 minggu atau beberapabulan.Cara ini

memiliki keberhasilan 50 % hingga 70%

3. Latihan menahan keluarnya air kencing (bledder training exercise)

Cara ini dilakukan pada anak yang memilikikandung kencing yang kecil

4. Terapi kejiwaan (physiotherapy), terapi diet, terapi hipnotis (hypnotherapy) belum

banyak dilakukan pada penanganan enuresis primer. Terapi diet yaitu membatasi

makanan yang memiliki efek terhadap episode enuresis seperti yang mengandung

coklat, soda, kafein.

Mengatasi anak ngompol bukanlah suatu hal yang mudah.Hal ini diperlukan kerja sama

antara orang tua, anakbahkan dokter.Sebagai orang tua kita harus menyingkapi masalah ini

dengan penuh kesabaran dan pengertiankepada anak dengan tidak memojokkan atau

mengolok-oloknya.

Anak justru harus diberi motivasi dan kasih sayang agar terbentuk kepercayaan diri sehingga

mereka dapatmengatasi masalah ngompol pada dirinya.Karena ngompol yang berlarut-larut

akan mengganggu kehidupan sosialdan psikologis yang akan menghambat pertumbuhan dan

perkembangan anak itu sendiri.

6
2.5 Penatalaksanaan

Beberapa anjuran umum dalam penatalaksaan Enuresis adalah sebagai berikut :

Penting untuk mendapatkan kerjasama anak untuk mengatasi masalah ini. Memberi

penghargaan pada anak yang kering sepanjang malam merupakan langkah yang berguna.

Anak atau orang tua dapat membuat grafik malam yang kering, dan dengan satu atau dua

malam yang kering, hadiah kecil dapat di berikan. Hadiah yang lebih besar dapat di berikan

untuk meningkatkan kesuksesan.

 Anak yang lebih besar di harapkan mencuci sendiri seprai dan baju tidur mereka

yang kotor.

 Anak harus buang air kecil dulu sebelum istirahat.

1. Cara Toilet Training Pada Anak

Latihan buang air besar atau kecil pada anak atau dikenal dengan nama toilet training

merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua anak, mengingat dengan latihan itu

diharapkan anak mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air kecil dan

buang air besar tanpa merasakan ketakutan atau kecemasan sehingga anak akan mengalami

pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia tumbuh kembang anak. Banyak cara yang dapat

dilakukan oleh orang tuan dalam melatih anak untuk buang air besar dan kecil, diantaranya :

a. Teknik Lisan => usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada

anak dengan kata-kata sesudah atau sebelum BAK dan BAB.

b. Teknik Modelling => usaha untuk melatih anak dalam BAB dan BAK dengan cara

meniru atau memberikan contoh.

7
Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya perlakuan atau

aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak

atau cendrung bersifat retentive dimana anak cendrung bersikap keras kepala bahkan kikir.

Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang air

besar atau kecil, atau melarang anak saat bepergian. Bila orang tua santai dalam memberikan

aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana

anak lebih tega, cendrung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosian dan seenaknya dalam

melakukan kegiatan sehari-hari.

Membangunkan anak berulang kali untuk membawa ke kamar mandi hanya berguna pada

beberapa anak dan selanjutnya dapat menimbulkan kemarahan atau membuat jengkel anak

atau orang tua.

Hukuman atau di permalukan oleh orang tua harus sangat di hindari.

a. Hipnoterapi

Anak di hipnotis, kemudian di beri sugesti bahwa anak tersebut akan bangun apabila

ingin berkemih, tempat tidurnya akan kering pada pagi harinya dan mampu untuk

tidak mengompol.

2.6 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan.

Pengkajian pada anak dengan masalah tumbuh kembang antara lain : ditemukan adanya

ketidakmampuan atau kesulitan untuk melakukan tugas perkembangan sesuai dengan

kelompok usia dalam tahap pencapaian tumbuh kembang di atas, adanya perubahan

pertumbuhan fisik, seperti berat badan, tinggi badan tidak sesuai dengan standar pencapaian,

perubahan perkembangan saraf seperti gangguan motorik, bahasa dan adaptasi sosia,

8
perubahan gangguan perkembangan mental seperti adanya retardasi menta, perubahan

perkembangan perilaku seperti hiperaktif, gangguan belajar, dan lain-lain. Adanya

ketidakmampuan melakukan perawatan diri atau control diri dalam beraktivitas sesuai dengan

usianya, pada bayi adanya gangguan tidur, enuresis dan kurang memperhatikan.

Hal-hal yang perlu di tanyakan saat pengkajian meliputi :

1. Pola Enuresis

Awal terjadinya enuresis pola dan tingkat keparahan dari enuresis harus diperhatikan.

Apakah enuresis termasuk primer/sekunder, dan apakah terjadi pada siang hari ?.

Apakah volumenya banyak atau sedikit ?.

Berapa kali frekuensinya dalam satu malam?.

Akan sangat membantu apabila dalam satu minggu sebelum berkonsultasi, orang tua

membuat kalender/catatan mengenai seberapa sering kejadian enuresis pada anak.

2. Riwayat Psikologis

Bagaimana perasaan anak mengenai masalah ini ?.

Apakah anak sering merasa malu atau menangis?.

Siapa yang paling merasa terganggu/stress dengan kejadian enuresis, apakah anak, ibu atau

ayah?.

Apakah orangtua menghukum anak karena enuresis ?.

Apakah anak termotivasi untuk melakukan pengobatan ?.

Apakah pengaruh yang dirasakan dalam kehidupan anak ?.

9
Seberapa banyak pengetahuan orangtua mengenai enuresis ?.

3. Riwayat Keluarga.

Riwayat keluarga lebih baik didapat melalui kuesioner. Karena enuresis merupakan rahasia

keluarga yang biasanya tidak didiskusikan.

4. Riwayat Pengobatan Sebelumnya.

Tanggal, intensitas, durasi dan kesuksesan dari pengobatan sebelumnya (baik secara

medis/alternatif), dapat memberikan pemahaman yang baik bagi keluarga untuk

meningkatkan efektifitas pengobatan selanjutnya.

5. Pemeriksaam Fisik

Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan, seperti pada bagian abdomen, genital, sensasi

perineal, refleks anal wink, lower spine dan sistem neurologis. Biasanya hasil akhir dari

pemeriksaan fisik adalah normal pada kebanyakan anak penderita enuresis.

6. Pemeriksaan Laboratorium

Satu-satunya tes rutin yang di rekomendasikan adalah urinalisa untuk melihat tanda-tanda

terjadinya infeksi, penyakit ginjal kronik, DM dan infeksi lainnya. Tes lain seperti sicke cell

prep dan tes dari urinary concentrating ability merupakan indikasi hanya bila ada gejala

spesifik tertentu yang dicurigai. Radiografi dari sistem urinarius adalah invasif, mahal dan

tidak bermanfaat untuk kebanyakan anak dengan enuresis nokturnal.

7. Diagnosa Keperawatan.

Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan psikologis pada anak yang

mengalami enuresis.

10
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan Anak berulang kali

mengompol di tempat tidur atau pakaian (baik disengajamaupun tidak).

8. Perencanaan Keperawatan.

Enuresis fungsional dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain

membatasi pemasukan cairan sebelum tidur, melatih mengendalikan retensi, latihan menahan

kencing, positive reinforcement, toilet training yang benar dan melakukan kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian : obat golongan amfetamin untuk mengurangi kedalaman tidur anak,

golongan antikolinergik untuk mengurangi kontraksi otot detrusor sehingga diharapkan

terjadi retensi urin dan lain-lain.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Enuresis atau mengompol sebenarnya dapat dianggap normal, karena hal ini pasti

terjadi pada setiap anak. Tetapi tidak jarang hal yang biasa ini masih terjadi secara tidak

normal yaitu terjadi diluar umur normalnya hal ini terjadi. Sudah jelas terlihat bahwa telah

terjadi suatu yang tidak normal jika hal iti terjadi. Maka dari itu dalam makalah ini diberikan

semua informasi yang mudah-mudahan dapat memberi tambahan wawasan bagi pembaca.

12
Daftar Pustaka

http://klipingdigital.wordpress.com/2009/05/02/enuresis-apa-itu/

http://familydoctor.org/

http://wrm-indonesia.org/

http://www.aafp.org/afp/20030401/1499.html

13

Anda mungkin juga menyukai