BAB 1
PENDAHULUAN
lebih dari 50 juta anak yang berusia 5 hingga 15 tahun. Hal ini dapat menjadi
masalah jika enuresis terjadi lebih dari satu kali dalam sebulan dan terjadi pada
seseorang yang berusia di atas 5 tahun (Supati, 2000). Menurut teori functional
fungsional kandung kemih yang lebih kecil dibanding anak yang tidak mengalami
enuresis (Wong, 1999). Sekitar 15-20 % anak usia 5-6 tahun mengalami enuresis
dan kebanyakan dari mereka adalah laki-laki (Norby, 2005). Hasil Studi
Ringinrejo Kabupaten Kediri telah didapatkan dari 38 anak yang duduk di kelas 1
ada 13 anak yang mengalami enuresis dan dari 34 anak yang duduk di kelas 2 ada
3 anak yang mengalami enuresis, selain itu didapatkan data 2 dari 13 anak yang
mengalami enuresis setiap hari. Salah satu cara penanganan enuresis adalah
berusia 6 tahun atau lebih (Robert, 2006). Penetapan metode ini didasarkan pada
pernyataan bahwa enuresis masih dianggap normal bila terjadi pada anak balita
(Harjaningrum, 2005). Pada anak usia sekolah, mulai dari 6 tahun, sebanyak 85 %
telah memiliki kendali penuh terhadap kandung kemih dan defekasi (Muscary,
fungsional kandung kemih dengan cara menyuruh anak minum air dalam jumlah
2
yang cukup banyak, kemudian anak diminta menahan diri untuk berkemih selama
training terhadap perubahan kemampuan dan enuresis pada anak usia sekolah
dikutip Wong (1999), pada 5 juta anak di Amerika Serikat prevalensi enuresis
pada anak usia 5 tahun adalah 7 % untuk laki –laki dan 3 % untuk anak
perempuan, pada anak usia 10 tahun prevalensinya 3 % untuk anak laki-laki dan 2
% untuk anak perempuan, pada anak usia 18 tahun prevalensinya 1 % untuk anak
laki-laki dan sangat jarang untuk anak perempuan. Pada sebagian besar kasus,
enuresis pada anak memang dapat sembuh dengan sendirinya ketika anak berusia
10-15 tahun. Namun jika hal ini diabaikan, akan memberikan pengaruh tersendiri
bagi anak (Harjaningrum, 2005). Selain itu jika anak usia 8 tahun yang masih
peluang 50% untuk sembuh pada usia 12 tahun (Supati, 2000). Kira-kira 15 %
kasus enuresis tipe nocturnal dimaklumi dan tidak dilakukan penanganan secara
tepat oleh orang tua. Jika hal ini dibiarkan akan dapat berlanjut hingga masa
remaja dan dewasa (Wong, 1999). Di SDN Selodono Desa Selodono Kecamatan
Ringinrejo Kabupaten Kediri telah didapatkan data dari 38 anak yang duduk di
kelas 1 terdapat 2 anak yang berusia 7 tahun, 9 anak berusia 8 tahun, dan 2 anak
berusia 10 tahun masih mengalami enuresis. Selain itu didapatkan data dari 34
tahun masih mengalami enuresis. Dampak secara sosial dan kejiwaan yang
3
Biasanya anak menjadi tidak percaya diri, rendah diri, malu, dah hubungan sosial
gangguan tidur (deep sleep), kadar ADH (Anti Diuretic Hormone) dalam tubuh
yang kurang, kelainan anatomi (ukuran kandung kemih yang kecil), stres
menunjukkan bahwa enuresis tipe primer dapat terjadi karena faktor keturunan
penurunan sifat dari orang tua kepada anak) yang diduga dapat menyebabkan
tua, anak yang mengalami enuresis, tidur mendengkur dan sulit untuk
(1998) menyatakan bahwa anak yang mengalami enuresis tipe nocturnal sering
mempunyai kapasitas fungsional kandung kemih yang lebih kecil daripada anak
yang tidak mengalami enuresis. Kandung kemih pada anak usia sekolah
4
kandung kemih tidak dapat menampung sejumlah urin yang diproduksi malam
Salah satu upaya yang dapat dilakukan perawat sebagai edukator adalah
Rusyam (1992) yang dikutip Hidayat (2002) menyatakan bahwa perilaku yang
fungsional kandung kemih pada malam hari (Cendron, 1999). Dari uraian di atas,
pembelajaran.
training.
1.4 Manfaat
terhadap perubahan kemampuan dan enuresis pada anak usia sekolah sehingga
cara yang efektif dalam menurunkan frekuensi enuresis pada anak usia sekolah.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
8
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
Persepsi (+)
Koping (+)
faktor itu adalah keterlambatan matangnya fungsi susunan saraf pusat (SSP),
faktor genetik, gangguan tidur, kadar ADH dalam tubuh yang kurang, kelainan
anatomi : ukuran kandung kemih yang kecil, stres kejiwaan, kondisi fisik yang
yang dapat membuat frustasi orang tua. Enuresis juga dapat mempengaruhi
kehidupan anak, anak jadi pendiam, pemalu, bahkan rendah diri. Karena itu
enuresis pada anak usia sekolah harus ditangani dengan penanganan yang tepat.
Perawat sebagai edukator dapat membantu orang tua dan anak dalam
mengatasi enuresis pada anak usia sekolah. Pendidikan tersebut dapat melalui
belajar adalah transformasi dari masukan (input) dalam hal ini berupa
lain proses kendali kognisi berhubungan dengan fungsi otak yang tinggi terhadap
persepsi atau proses informasi, pengambilan keputusan, dan emosi baik dalam
dengan seleksi perhatian, kode, dan ingatan. Persepsi yang positif berdampak pada
10
koping yang positif. Penggunaan koping yang positif akan berpengaruh terhadap
sikap, dan praktik. Identifikasi peningkatan ketiga aspek ini menunjukkan adanya
pengetahuan, sikap, dan praktik ini diharapkan akan dapat menurunkan frekuensi
Menurut Guyton dan Hall (1997), mekanisme kontraksi dan meningkatnya tonus
otot polos dinding kandung kemih (muskulus detrusor), dapat terjadi karena
rangsangan pada otot polos kandung kemih sebagai dampak dari latihan. Bladder-
kandung kemih (muskulus detrusor) mengandung filamen aktin dan miosin, yang
mempunyai sifat kimiawi dan berinteraksi satu dengan yang lainnya. Proses
interaksi diaktifkan oleh ion kalsium, dan adeno trifosfat (ATP), selanjutnya
dipecah menjadi adeno difosfat (ADP) untuk memberikan energi bagi kontraksi
meningkatkan rangsangan pada serat otot polos kandung kemih terutama saraf
kandung kemih. Pada otot polos visera (unit tunggal) biasanya akan timbul
otomatis dan karena itu menahan regangan. Regangan pada muskulus detrusor
untuk meningkatkan ATP yang dimanfaatkan oleh otot polos kandung kemih
sebagai energi untuk kontraksi dan meningkatkan tonus otot polos kandung
sekolah
BAB 4
METODE PENELITIAN
serta hipotesis untuk memberikan gambaran mengenai metode dan teknik yang
Menurut Nursalam & Pariani (2000) metode penelitian merupakan suatu cara
yang digunakan untuk memecahkan masalah menurut keilmuan. Dalam bab ini
akan diuraikan tentang : (1) desain penelitian, (2) kerangka kerja, (3) desain
sampling meliputi populasi, sampel, dan sampling (4) identifikasi variabel, (5)
definisi operasional, (6) pengumpulan data, (7) analisis data, (8) etik penelitian,
Keterangan :
kerangka kerja disajikan alur penelitian, terutama variabel yang akan digunakan
Analisis data
Wilcoxon Signed Rank test & Mann Whithney
Hasil
Desiminasi hasil
4.3.1 Populasi
sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu. Dikenal pula istilah
populasi target yaitu populasi yang memenuhi sampling kriteria dan dijadikan
sasaran akhir penelitian, dan populasi terjangkau yaitu populasi yang memenuhi
kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dalam kelompoknya
(Nursalam, 2003).
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua anak usia sekolah
sebanyak 16 anak.
4.3.2 Sampel
melalui sampling. Dari data tentang populasi di atas akan diseleksi kriteria sampel
yang terdiri dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Sampel pada penelitian ini
dari suatu populasi target yang terjangkau oleh peneliti (Nursalam, 2003).
menghilangkan subyek dari penelitian karena berbagai sebab dengan kata lain
tidak layak untuk diteliti atau tidak memenuhi kriteria inklusi pada saat
besarnya sampel disamping pendekatan, ciri-ciri khusus yang ada pada populasi
dan keterbatasan yang ada (Arikunto, 2000). Besar sampel dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
n=
2
N . Zα . p . q
d ( N−1 )+ z 2 . p . q
2
n=
2
16 .(1,96 ) . 0,5 .0,5
0,05 2 (16−1)+(1, 96 )2 0,5 .0,5
n = 15,4
17
n = 16
Keterangan :
q : 1 – p (100% - p)
(Nursalam, 2003)
4.3.3 Sampling
ini dilakukan secara purposive sampling ( judgement sampling) yaitu suatu teknik
penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini variabel
dependennya adalah kemampuan anak dalam praktik serta enuresis pada anak
usia sekolah.
untuk berkemih
sebagai start
Meminta
anak untuk
berkemih di toilet
Mencatat
waktu antara start
dan berkemih
Menganjurka
n anak untuk
menambah waktu
penundaan
berkemih pada
pertemuan
berikutnya
Memberi
pujian untuk
usaha dan
keberhasilan anak
Menggunakan
grafik untuk
memonitor waktu
penundaan
Stres anak usia Respon fisik berkemih Wawancara Ordinal Terdiri dari 8
sekolah dan emosi yang terstruktur item penilaian
timbul akibat Skala skala tingkat
adanya tuntutan tingkat stres stres anak
pada anak usia 1. Respon fisik anak dengan rentang
sekolah Pusing, skor penilaian
sakit kepala masing-masing
Cap item 0-8.
ek, lelah Penilaian sub
Saki item : Jawaban
t perut YA mendapat
nilai 1 dan
Berdebar-
jawaban
debar, deg-degan
TIDAK
Keringat mendapat nilai
dingin 0
2. Respon emosi
Suli Penggolongan
t responden ke
konsentr dalam 2
asi kategori:
Ingin Stres=5
marah, mudah 6-100%
tersinggung Tidak
Gelisah, stres==≤55%
bingung, sedih
Cemas,
20
khawatir, takut
Merasa
malas, tidak
punya semangat
Gangguan tidur Keadaan yang Wawancara Ordinal Selalu=2
anak usia tidak seimbang terstruktur Kadang-
sekolah pada kadang=1
pemenuhan Tidak pernah=0
kebutuhan tidur
anak usia Kategori:
sekolah Ada
gangguan
tidur=56%-
100%
Tidak
Keadaan yang tidak ada
seimbang pada gangguan
pemenuhan tidur=≤55%
kebutuhan tidur
anak usia sekolah,
terdiri dari :
Sulit
memulai tidur
Tidur
sambil berjalan
Tidur
dalam/ pulas,
sulit dibangunkan
malam hari untuk
ke kamar mandi
Jarang
bergerak ketika
tidur
Variable
dependen:
Kemampuan
anak :
Praktik Tindakan yang Tindakan anak saat Observasi Ordinal Ya=1
dilakukan anak pelaksanaan Wawancara Tidak=0
dalam bladder-retention terstruktur
pelaksanaan training, dinyatakan
bladder- “ya” jika dilakukan, Kategori:
retention dan “tidak” jika Baik=76-100%
training tidak dilakukan: Cukup=56-75%
Meminum 500 ml Kurang=≤55%
air putih (No.1) (Arikunto,1998)
21
Mengkomunikasi-
kan verbal dan
non verbal
keinginan
berkemih (No.2)
Mampu menahan
keinginan
berkemih sampai
batas toleransi
(No.3)
Mampu berkemih
di toilet (No.4)
Pada pelaksanaan
berikutnya anak
mampu
meningkatkan
waktu penundaan
keinginan
berkemih ≥1-2
menit dari waktu
penundaan
berkemih
sebelumnya
(No.5)
Enuresis pada Enuresis adalah Frekuensi enuresis Observasi Ordinal Frekuensi
anak usia peristiwa tidak 1. Menurun Wawancara enuresis dalam
sekolah dapat menahan 2. Tetap terstruktur 1 minggu
keluarnya urin/ 3. Meningkat selama 4
ngompol pada minggu
anak yang
berusia 6-12 1.Menurun=baik
tahun 2.Tetap=kurang
3.Meningkat=
buruk
4.6.1 Instrumen
Anak yang diadaptasi dari Skala Tingkat Stres Anak yang dibuat oleh Iswinarti
(1996) dan teori stres Andrew Goliszek (2005), serta Harjaningrum (2005) dalam
Sudah Besar Masih Ngompol yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Instrumen
Penelitian Ilmu Keperawatan dan Harjaningrum (2005) dalam Sudah Besar Masih
Ngompol yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Data yang telah dikumpulkan
Airlangga yang kemudian juga mendapat izin dari kepala sekolah SDN. Selodono.
kontrol dan kelompok perlakuan, proporsi anak dengan usia 7-10 tahun beserta
proporsi jenis kelamin anak dibagi sama antara dua kelompok. Proses
menyamakan variabel perancu diantara dua kelompok (kontrol dan intervensi) ini
23
dilakukan pre test untuk mengetahui skor awal dengan melakukan wawancara
terstruktur pada orang tua dan observasi untuk mengetahui kemampuan bladder-
retention training dan frekuensi enuresis yang terjadi pada anak selama 1 minggu
terhadap skala tingkat stres dilakukan dengan wawancara terstruktur pada anak.
pada orang tua dan anak. Hasil skor pada pre test tersebut dijadikan sebagai data
training pada kedua kelompok (intervensi dan kontrol). Selanjutnya dilakukan hal
yang sama pada hari kedua dan ketiga pada setiap minggunya. Wawancara
terstruktur pada orang tua juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan bladder-
enuresis dengan wawancara terstruktur hasil observasi yang dilakukan oleh orang
tua dilakukan pada hari pertama minggu kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
24
memakai hasil pada post test XIII (observasi XIII) hari pertama minggu kelima.
terhadap data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dengan tujuan supaya trends
dan relationship bisa dideteksi (Nursalam, 2003). Pada penelitian ini setelah data
menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test (uji komparasi 2 sampel
Z=
n(n+1)
T−
4
√
Keterangan :
n(n+1 )(2n+1)
4
memiliki rumus :
25
U 1 = n1.n2 + - U1 = n1.n2 + -
n1(n 1+1 ) n2( n2+1 )
2 2
training dan frekuensi enuresis pada anak usia sekolah antara yang mendapatkan
Jika hasil analisis penelitian didapatkan nilai p ≤ 0,05 maka H o ditolak dan H1
frekuensi enuresis pada anak usia sekolah yang mendapatkan perlakuan bladder-
data ini peneliti akan menggunakan perangkat lunak komputer dengan sistem
SPSS (Software Product and Service Solution) Versi 12.0 agar uji statistik yang
1. Informed Consent
responden yang akan diteliti yaitu yang akan mendapatkan intervensi bladder-
penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama pengumpulan data. Jika
26
penelitian. Peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden
untuk menolak.
2. Anonimity
3. Confidentiality
hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
27
DAFTAR PUSTAKA
Burns, N., & Grove, SK., (1991). The Practice of Nursing Research : Conducts,
Critiques and Utilisation. (2nd ed.). Philadelphia : W.B Saunders Co, p 7
Carpenito, LJ. (2000). Diognosa Keperawatan Aplikasi dan Praktis Klinis. Edisi
6. Alih Bahasa Tim penerjemah PSIK-UNPAD. Jakarta : EGC, hal 9
Goliszek, A. (2005). Manajemen Stres. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer, hal 12-15
Guyton & Hall (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC, hal 14,
119, 120, 122, 124, 126
Hurlock, EB. (2005). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta : EGC, hal 23, 28
Iswinarti. (1996). Tingkat Stres dan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Yang
Memperoleh Pengayaan. Thesis. Tidak diterbitkan. Yogya : Program Pasca
Sarjana UGM, hal 16,30
Narendra, MB. dkk. (2002). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja.
Jakarta : Sagung Seto, hal 8-11, 51-16
National Institue of Diabetes and Digestives and Kidney Diseases. (2005). Nerve
Disease and Bladder Control.
http://kidney.niddk.nih.gov/kudisease/pubs/nervedisease/index.htm (akses
tanggal 07 Maret 2007 jam 10.15)
Pilliteri, A. (1999). Child Health Nursing care of the Child and Family.
Philadelphia : Lippincott, p 789
Pilliteri, A. ( 2002 ). Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta :
EGC, hal 21
Potter & Perry (1997). Fundamental of Nursing, Concepts, Process and Practice.
Fourth Edition. St. Louis: Mosby-Year Book, p 477
Potter, PA. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed/4, Vol.1.. Jakarta : EGC, hal 476, 482
Potter, PA. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Ed/4, Vol.2. Jakarta : EGC, hal 1473, 1480
Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta, hal 133, 148
Suliswati (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan. Jakarta : EGC, hal 24-
26
Supartini Y. (2002). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC, hal
49-55
Tim PSIK Unair. (2004). Buku Panduan Penyusunan Proposal dan Skripsi. PSIK
Surabaya:FK Unair, hal 14-15
30
Wong, DL. (1999). Nursing Care of Infants and Children. St. Louis: Mosby Year
Co, p 866-869
Whaley, LF. (2001). Nursing care of Infants and Children, Second Edition. St.
Louis : Mosby Year Co, p 661-663
Lampiran 1
Surabaya, 2007
Hormat saya,
WP
32
Lampiran 2
Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaan dari siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kediri,.................2007
Yang menyetujui,
(...................................)
Kode Responden :
33
Lampiran 3
No. Responden :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk pengisian:
Diisi oleh orang tua
Beri tanda silang pada jawaban yang dianggap benar
Jangan memberi tanda apapun pada kotak disebelah kanan
I. Ayah
1. Pendidikan terakhir:
a) Tidak sekolah
b) Lulus SD
c) Lulus SMP/ sederajat
d) Lulus SMA/ sederajat
e) Akademik/ Perguruan Tinggi
2. Pekerjaan:
a) Pegawai Negeri
b) Swasta
c) Wiraswasta
d) Tidak bekerja
e) Lainnya
3. Agama:
a) Islam
b) Kristen
c) Hindu
d) Budha
e) Lain-lain
34
II. Ibu
1. Pendidikan terakhir:
a) Tidak sekolah
b) Lulus SD
c) Lulus SMP/ sederajat
d) Lulus SMA/ sederajat
e) Akademik/ Perguruan Tinggi
2. Pekerjaan:
a) Pegawai Negeri
b) Swasta
c) Wiraswasta
d) Tidak bekerja
e) Lainnya
3. Agama:
a) Islam
b) Kristen
c) Hindu
d) Budha
e) Lain-lain
35
Lampiran 4
No. Responden :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk pengisian:
Diisi oleh orang tua
Berilah tanda silang pada jawaban yang dianggap benar
Jangan memberi tanda apapun pada kotak disebelah kanan
A. Data Demografi
1. Jenis kelamin anak:
a) Laki-laki
b) Perempuan
2. Usia anak:
a) 7 tahun
b) 8 tahun
c) 9 tahun
d) 10 tahun
3. Anak sekarang duduk di kelas:
a) 1
b) 2
B. Data Enuresis
1. Berapa frekuensi ngompol anak dalam 1 minggu?
a) 1 kali
b) 2 kali
c) 3 kali
d) 4 kali
e) 5 kali
f) 6 kali
g) 7 kali
36
Lampiran 5
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
38
Lampiran 6
Petunjuk pengisian:
Diisi oleh peneliti dengan bertanya langsung pada anak
Berikan tanda positif ( + ) jika anak mengompol
Berikan tanda negatif ( - ) jika anak tidak mengompol
Minggu II
Minggu III
Minggu IV
39
Lampiran 7
No. Responden :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk Pengisian:
Berikan tanda check list ( √ ) pada kotak nilai
Dinilai oleh peneliti
No. Kemampuan bladder- Nilai
retention training Ya Tidak Kode
1 Meminum 500 ml air putih
2 Mengkomunikasikan
verbal dan non verbal
keinginan berkemih
3 Mampu menahan
keinginan berkemih sampai
batas toleransi
5 Pada pelaksanaan
berikutnya anak mampu
menahan keinginan
berkemih lebih lama dari
waktu penundaan berkemih
sebelumnya≥1-2 menit
Lampiran 9
41
No. Responden :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk Pengisian:
Dinilai berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua
No. Kemampuan bladder- Nilai
retention training Ya Tidak Kode
1 Apakah anak meminum
500 ml air putih?
2 Apakah anak
mengkomunikasikan secara
verbal dan non verbal
keinginan berkemih?
5 Pada pelaksanaan
berikutnya apakah anak
mampu menahan keinginan
berkemih lebih lama dari
waktu penundaan berkemih
sebelumnya≥1-2 menit?
No. Responden :
Tanggal Pengisian :
Lampiran 10
43
2. Akhir-akhir ini, apabila kamu mendapatkan perhatian dari orang tua yang
kurang, apakah kamu sering merasa :
1 Pusing, sakit kepala YA TIDAK
2 Sulit konsentrasi YA TIDAK
3 Capek, Lelah YA TIDAK
4 Ingin marah, mudah tersinggung YA TIDAK
5 Sakit perut, mual-mual YA TIDAK
6 Gelisah, bingung, sedih YA TIDAK
7 Berdebar-debar, deg-degan YA TIDAK
44
3. Apabila kamu mendapatkan adik baru, kamu merasa perhatian dari orang
tua kamu berkurang, apakah hal itu menyebabkan kamu sering merasa :
1 Pusing, sakit kepala YA TIDAK
2 Sulit konsentrasi YA TIDAK
3 Capek, Lelah YA TIDAK
4 Ingin marah, mudah tersinggung YA TIDAK
5 Sakit perut, mual-mual YA TIDAK
6 Gelisah, bingung, sedih YA TIDAK
7 Berdebar-debar, deg-degan YA TIDAK
8 Cemas, khawatir, takut YA TIDAK
9 Keringat dingin keluar YA TIDAK
10 Merasa malas, tidak punya semangat YA TIDAK
4. Ketika kamu dituntut untuk masuk sekolah pagi, apakah kamu sering
merasa :
1 Pusing, sakit kepala YA TIDAK
2 Sulit konsentrasi YA TIDAK
3 Capek, Lelah YA TIDAK
4 Ingin marah, mudah tersinggung YA TIDAK
5 Sakit perut, mual-mual YA TIDAK
6 Gelisah, bingung, sedih YA TIDAK
7 Berdebar-debar, deg-degan YA TIDAK
8 Cemas, khawatir, takut YA TIDAK
9 Keringat dingin keluar YA TIDAK
10 Merasa malas, tidak punya semangat YA TIDAK
5. Ketika kamu mengalami situasi yang sulit seperti disiplin orang tua yang
ketat, apakah kamu sering merasa :
1 Pusing, sakit kepala YA TIDAK
2 Sulit konsentrasi YA TIDAK
3 Capek, Lelah YA TIDAK
4 Ingin marah, mudah tersinggung YA TIDAK
5 Sakit perut, mual-mual YA TIDAK
6 Gelisah, bingung, sedih YA TIDAK
7 Berdebar-debar, deg-degan YA TIDAK
8 Cemas, khawatir, takut YA TIDAK
9 Keringat dingin keluar YA TIDAK
10 Merasa malas, tidak punya semangat YA TIDAK
45
Lampiran 11
No. Responden :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk Pengisian :
Dinilai berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua dan
anak
Lampiran 12
training
training
training
training
3. Sasaran
Anak usia sekolah yang mengalami enuresis di SDN. Selodono Ds. Selodono
Kec. Ringinrejo Kab. Kediri serta orang tuanya
4. Materi Pembelajaran
1. Pengertian bladder-retention training
5. Metode Pembelajaran
Ceramah
Demonstrasi
1. Lembar materi
3. Leaflet
7. Kegiatan Pembelajaran
sebelumnya.
Mengakhiri pertemuan dengan Menjawab salam
mengucap salam
1) Evaluasi struktur
2) Evaluasi proses
Bladder-retention training
kegiaatan selesai
retention training
3) Evaluasi hasil
Sumber
Butler, RJ. (1994). Nocturnal Enuresis : The Child’s Experience. Oxford:
Butterworth-Heinemann Ltd, p 132-135
51
Lampiran 13
MATERI PEMBELAJARAN
Bladder-Retention Training
1) Pengertian enuresis
52
pengeluaran urin secara involunter yang muncul setelah seorang anak mencapai
umur dimana pengontrolan kandung kemih biasanya sudah ada yaitu pada umur 4
tahun.
dapat menahan keluarnya air kencing. Enuresis masih dianggap normal bila
terjadi pada anak balita. Tetapi hal ini perlu mendapat perhatian khusus jika terjadi
2) Penyebab enuresis
Pada anak yang normal, ketika kandung kemih sudah penuh oleh urin,
sistem saraf di kandung kemih akan melapor ke otak, kemudian otak akan
proses ini tidak terjadi. Sehingga ketika kandung kemih penuh, anak tidak
o Faktor genetik
Sedangkan jika salah satu orang tua pernah mengalami enuresis, maka
sama. Tapi jika tidak ada satupun orang tua yang pernah mengalami
dari orang tua kepada anak) yang diduga dapat menyebabkan enuresis.
o Gangguan tidur
Tidur yang sangat dalam (deep sleep) dapat menjadi penyebab enuresis.
Umumnya, pola tidur penderita normal. Tetapi, karena deep sleep tersebut,
kurang
pada malam hari. Tetapi, pada penderita enuresis primer, tubuh tidak
sedang tidur, tubuh akan menghasilkan urin dalam jumlah yang terlalu
Hal ini bisa ditemukan pada penderita enuresis primer, biasanya disertai
o Stres kejiwaan
o Alergi
1998).
menghendaki anak untuk menahan berkemih sampai anak berada di toilet (Robert,
2006).
1994)
Lampiran 14
1. Definisi
Bladder-retention training adalah suatu metode penanganan enuresis /
kemih.
2. Tujuan
retention training
3. Prosedur
beikut :
penundaan berkemih
58