BAB I
PENDAHULUAN
Di sekolah anak Di Karachi Pakistan frekuensi anak dengan enuresis yaitu 9,1%, 53,9%
pada anak laki – laki dan 46% pada anak perempuan ( Mithani). Sedangkan Di Korea,
Prevalensi keseluruhan anak umur 7 – 12 dengan enuresis adalah 12,8%, yang terdiri dari
9,4% untuk enuresis nokturnal, 2,1% untuk enuresis diurnal dan 1,3% untuk gabungan siang
dan malam pembasahan (LEE, 2000). Di Taiwan prevalensi enuresis yaitu 9,7% pada anak
perempuan dan 9,8% anak laki – laki (Chang, 2001).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) nasional tahun 2012 menyatakan di
Indonesia di perkirakan jumlah balita yang susah mengontrol Buang Air Besar dan Buang Air
Kecil (enuresis) di usia dini sampai pra sekolah mencapai 75 juta anak. Berdasarkan hasil
studi epideminologi menyebutkan prevalensi anak yang mengalami enuresis sangat beragam,
seperti di Jakarta prevalensi enuresis pada anak berumur 5-14 tahun berkisar antara 10-25%
(Suwardadi 2000). Di Kotamadya, Denpasar prevalensi enuresis pada anak usia prasekolah
yaitu 10,9% terdiri dari 58,3% anak perempuan dan 41,7% anak laki – laki (Windiani, 2008).
Hasil prevalensi anak yang mengalami enuresis Di Medan, Sumatera Utara, yaitu
sekitar 5,3%. Sedangkan Di Surabaya, Jawa Timur prevalensi enuresis yaitu sebanyak 13
orang (52%) (Kurniawati, 2008). Di Jawa Tengah yaitu Di PAUD AL – Khoriyyah Sukoharjo
prevalensi enuresis yaitu 46,3% (Bastari, 2015). Dan Prevalensi anak enuresis Di RA Al Iman
Semarang yaitu 31,9% (Fatmawati, 2013).
Terjadinya enuresis memberikan dampak yang kurang baik pada perkembangan anak.
Menurut Zuraiq tahun 2008, menyatakan bahwa pengaruh mengompol pada anak adalah
anak merasa adanya kekurangan pada dirinya, merasa kehilangan rasa aman, hina, malu dan
cenderung menyendiri, perubahan sikap anak,seperti membangkang, merusak benda –
benda, cenderung balas dendam, berontak dan mudah marah.
Dampak secara sosial dan kejiwaan yang ditimbulkan akibat kebiasaan mengompol
(Enuresis) dapat mengganggu kehidupan seorang anak. Pengaruh buruk secara psikologis dan
sosial yang menetap akibat mengompol akan mempengaruhi kualitas hidup anak saat
dewasa, dan bila berkepanjangan akan berpengaruh buruk bagi anak sebagai biasanya anak
menjadi tidak percaya diri, rendah diri, malu, dan hubungan sosial dengan teman – temannya
juga terganggu (Kurniawati, 2008).
3
Stimulus yang penting dilakukan oleh orang tua adalah dalam melakukan
kemandirian terhadap anak melalui pelatihan buang air besar dan buang air kecil yaitu
melalui toilet traininig (Rudolph, 2006). Toilet training ini dapat berlangsung pada fase
kehidupan anak yaitu umur 18 bulan – 2 tahun. Dalam melakukan latihan buang air kecil dan
buang air besar pada anak membutuhkan persiapan tersebut diharapkan anak mampu
mengontrol buang air besar atau kecil secara mandiri (Hidayat, 2005).
Sebuah studi menunjukkan bahwa metode toilet training sangat penting dilakukan
untuk mencegah gangguan mengompol dan prilaku akibat enuresis. Orang tua harus
memberikan informasi secara baik tentang metode pelatihan toilet yang sesuai kepada anak
(Secil, 2010). Oleh karena itu pengetahuan orang tua akan toilet training sangat diperlukan
guna keberhasilan pelaksanaan toilet training pada anak agar anak dapat menyelesaikan
tugas toilet training pada usia toddler sehingga kejadian enuresis pada anak prasekolah
dapat berkurang (Widyastuti, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan Marlina M (2013) Di Desa Keji Kecamatan Unggaran
Barat didapatkan bahwa sebagian besar (45,5%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang
toilet training pada anak. Penelitian Lestari P. dkk Di Kelurahan Patut Purwodadi (2013)
didapatkan (53,2%) ibu memiliki pengetahuan yang tidak baik mengenai toilet training. Dan
dari hasil penelitian Kartini M. Di Desa Miruk Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang ibu, maka semakin tinggi pula kesiapanya
dalam mengaplikasikan toilet training.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Posyandu Rahayu
Di Desa Ujung Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon, dengan cara wawancara
tidak terstruktur terdapat 22 anak yang berusia 12 – 36 bulan. Studi pendahuluan dilakukan
dengan wawancara pada saat posyandu yang dibantu dengan kader kesehatan setempat.
Dari hasil wawancara dengan 22 ibu yang hadir mengatakan anaknya masih mengompol dan
tidak mengetahui mengenai toilet training. 7 anak menurut ibunya, tahu tempat untuk buang
air kecil tetapi masih belum mampu untuk melakukan personal hyigene secara mandiri.
Sedangkan 15 orang ibu mengatakan anaknya tidak mengetahui tempat untuk buang air kecil
maupun buang air besar.
4
Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Efektifitas
Penyuluhan Kesehatan Dengan Media Video Tutorial Dan Leaflet Pada Ibu Tentang Toilet
Training Terhadap Pengetahuan Ibu Di Posyandu Rahayu Di Desa Ujung Gebang Kecamatan
Susukan Kabupaten Cirebon.
3) Menganalisa pengaruh penyuluhan kesehatan dengan media video tutorial dan leaflet
pada ibu tentang toilet training terhadap pengetahuan ibu di posyandu rahayu di desa
ujung gebang kecamatan susukan kabupaten cirebon
4) Membandingkan penyuluhan kesehatan dengan media video tutorial dan leaflet pada ibu
tentang toilet training terhadap pengetahuan ibu di posyandu rahayu di desa ujung
gebang kecamatan susukan kabupaten cirebon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menjadi tidak percaya diri, rendah diri, malu, dan hubungan sosial dengan teman – temannya
juga terganggu (Kurniawati, 2008).
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara benar. Orang telah
paham terhadap objek atau materi yang harus dijelaskan, menyebutkan contoh
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real (sebenarnya) ialah dapat menggunakan rumus – rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip –
prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek di dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitanya satu dengan yang lain. Kemampuan analisis dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggunakan dan menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian –
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah
kemampuan untuk menyusun suatu formasi – formasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.
(Notoatmodjo, 2010)
Cara kuno atau non tradisonal ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara
sistematik dan logis. Cara – cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain :
1) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka akan
dicoba dengan kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang
yang mempunyai kreativitas tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenaran,
baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini
disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa
yang dikemukakanya adalah benar.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan pada masa yang lalu.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun
seseorang untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir
kritis dan logis.
4) Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan
pikiranya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi adalah proses pembuatan
kesimpulan itu melalui pernyataan – pernyataan khusus pada umum. Deduksi adalah
proses pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke khusus.
b. Cara modern atau ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih sistematik,
logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan cara mengadakan
12
1) Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka dia akan semakin mudah dalam
menerima hal – hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal – hal
yang baru tersebut.
2) Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan
pengetahuan yang jelas.
3) Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi –
informasi baru akan disaring kira – kira sesuai dengan tidaknya dengan kebudayaan yang
ada dan agama yang dianut.
4) Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, maksudnya
pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin banyak (semakin
tua).
5) Sosial Ekonomi
Tingkatan seseoran untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan
yang ada sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal
mungkin. Begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada mereka
sesuaikan pendapatan yang ada.
menentukan prilaku karena dipengaruhi oleh faktor lainya, yaitu antara lain faktor
pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosiobudaya masyarakat, dan sebagainya sehingga
proses terbentuknya pengetahuan dan prilaku ini dapat dipahami seperti yang di kemukakan
sesuai teori Green Lawrence (1980), secara garis besar dipengaruhi oleh dua faktor pokok,
yakni faktor prilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku itu sendiri di tentukan atau
terbentuk dari tiga faktor ;
2.3.2 Sasaran
1) Masyarakat umum dengan berorientas pada masyarakat pedesaan
2) Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja. Termasuk dalam
kelompok khusus ini adalah lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan negeri,
sekolah agama swasta maupun negeri
3) Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu (Susilo, 2011).
3) Tahap Edukasi
15
Tahap ini sebagai kelanjutan dari tahap sensitisasi. Tujuannya untuk meningkatkan
pengetahuan, mengubah sikap serta mengarahkan kepada prilaku yang diinginkan oleh
kegiatan tersebut.
4) Tahap Motivasi
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap edukasi. Perorangan atau masyarakat setelah
mengikuti pendidikan kesehatan, benar – benar mengubah prilaku sehari – harinya sesuai
dengan prilaku yang dianjurkan oleh pendidikan kesehatan pada tahap ini (Susilo, 2011)
1. Konsep Media
Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang
secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yang berarti perantara atau pengantar
sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media
pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajran adalah teknologi
pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Semantar itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana
fisik untuk menyampaikan isi / materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. Sedangkan National Education Associaton (1969) menyatakan bahwa media
pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang – dengar,
termasuk teknologi perangkat keras.
Jadi dapat disimpulkan bahwa media adalah sarana fisik atau sarana komunikasi
dalam bentuk cetak atau padang – dengar yang berupa buku, film, dan video untuk
menyampaikan isi / materi pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran (Susilo, 2011 ).
2. Fungsi Media
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah :
1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para
audience.
2) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara audience dengan
lingkungannya.
3) Media menghasilkan keseragaman pengamatan
4) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis.
5) Media membangkitkan keinginan dan minat baru
6) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar
7) Media memberikan pengalaman yang integral / menyeluruh dari yang konkret sampai
dengan abstrak (Susilo, 2011 ).
17
(Allen dalam susilo 2011) mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan
pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
No. Jenis Media 1 2 3 4 5 6
1. Gambar Diam S T S S R R
2. Gambar Hidup S T T T S S
3. Televisi S S T S R S
4. Objek Tiga Dimensi R T R R R R
5. Rekaman Audio S R R S R S
6. Programmed S S S T R S
Instruction
7. Demonstrasi R S R T S S
8. Buku Teks Tercetak S R S S R S
Keterangan :
R : Rendah S : Sedang T : Tinggi
1 : Belajar informasi faktual
2 : Belajar pengenalan visual
3 : Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 : Prosedur belajar
5 : Penyampaian keterangan persepsi motorik
6 : Mengembangkan sikap, opini, dan motivasi (Susilo, 2011 ).
(screen printing) dan offset (cetak mesin), dalam warna hitam putih dan penuh warna
(fullcolors). Penyebarluasan poster dengan cara dipajang atau di tempel di tempat umum
seperti tembok, pohon, halte dan lain – lain (Susilo, 2011)
2. Leaflet
Leaflet adalah suatu bentuk media publikasi yang berupa kertas selebaran dengan
ukuran tertentu, disajikan dalam bentuk lembaran kertas berlipat (pada umumnya 2-3
lipatan) dan tanpa lipatan. Leaflet atau sering juga disebut pamplet merupakan selembar
kertas yang berisi tulisan cetak tentang sesuatu masalah khusus untuk suatu sasaran dan
tujuan tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm, berisi tulisan 200-400 kata. Isi harus bisa
ditangkap sekali baca (Susilo, 2011)
3. Baligho
Baligho adalah media informasi yang dipasang di tempat terbuka, ditempat – tempat
strategis seperti jalan raya. Baligho dibuat dengan ukuran besar, menggunakan bahan dari
papan triplek dan cat pewarna. Biasanya berukuran antara 4,6,8 kali lembaran triplek. Pada
umumnya berisi mengenai sesuatu, penawaran suatu produk dan lain – lain yang dilengkapi
dengan gambar.
Baligho merupakan media yang lebih besar cakupannya untuk menyampaikan pesan
kemasyarakat yang membawa kendaraan, dikarenakan baligho hanya berada ditempat –
tempat tertentu dengan desain yang lebih sederhana pada penulisan keterangan event.
Bahan dasar pembuatan baligho ini umumnya menggunakan bahan frinlite yang dicetak
dengan teknis digital printing ukuran 3 x 4,5 meter (Susilo, 2011)
4. Spanduk
Spanduk adalah media informasi yang berupa kain berukuran panjang 5 meter sampai
8 meter. Teknik pembuatanya dapat dikerjakan dengan tangan secara langsung
(menggunakan cat), teknik sablon (screen printing) dan offset (cetak mesin), dengan warna
hitam, putih atau berwarna (Susilo, 2011)
5. X-Banner
Ukuran dalam X-banner ialah 60 cm X 160 cm, pengaplikasianya dengan cara ditempel
di dinding atau permukaan datar lainya dengan sifat mencari perhatian mata sekuat
20
mungkin. Karena itu X-banner biasanya dibuat dengan warna – warna kontras dan kuat.
Disebut sebagai standing banner karena memang berbentuk seperti spanduk yang berdiri
dengan terdapat tulang dibelakang untuk menjaganya berdiri dan tulang ini berbentuk
seperti huruf X (Susilo, 2011).
6. Gimmick
Gimmick merupakan media efektif yang diberikan langsung ke msyarakat dan bisa
digunakan oleh masyarakat yang ditargetkan. Media gimmick yang tersedia dari bahan dan
teknis produksinya antara lain : kaos, mug, kalender, pin, topi, gantungan kunci, tempat
minum, sticker, tempat pensil dan lain – lain (Susilo, 2011).
7. Media Massa (Koran/Majalah/Tabloid dab Lain-lain)
Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada 1920-an
untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat
yang luas. Dalam pembicaraan sehari – hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
Media surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya
dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran. Topiknya bisa berupa even
politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca. Surat kabar juga biasa berisi karikatur
yang biasanya dijadikan bahan sindiran lewat gambar berkenaan dengan masalah – masalah
tertentu, komik, TTs dan hiburan lainnya (Susilo, 2011).
2. Radio
21
3. Film
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan untuk
‘gambar bergerak’). Film secara kolektif sering disebut ‘sinema’. Gambar-hidup adalah
bentuk seni, bentuk populer dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman
dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera dan/atau oleh
animasi (Susilo, 2011).
4. Iklan
Iklan merupakan sarana komunikasi yang digunakan komunikator dalam hal ini
perusahaan atau produsen untuk menyampaikan informasi tentang barang atau jasa kepada
publik, khususnya pelangganya melalui suatu media massa. Tujuannya yaitu untuk memberi
informasi dan membujuk para konsumen untuk mencoba dan mengikuti apa yang ada di
iklan tersebut (Susilo, 2011).
C. Media Internet
1. Jejaring Sosial / Social Network
Metode promosi menggunakan jejaring sosial sangat efektif dan dengan biaya yang
sangat murah, hal ini dapat digunakan sebagai media salam promosi yang cepat seiring
dengan berkembangnya teknologi (Susilo, 2011).
Hal ini dapat digunakan sebagai media dalam promosi kesehatan yang sangat efektif
dengan teknologi percetakan memungkinkan pengiriman informasi lebih cepat lagi.
22
Teknologi elektronik seperti radio, televisi, komputer mengakibatkan informasi menjadi lebih
cepat tersebar diarea yang lebih luas dan lebih lama tersimpan (Susilo, 2011).
c) Keterampilan kognitif untuk menirukan prilaku yang tepat dan mengikuti perintah.
3) Kesiapan Psikologis
a) Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua
b) Mampu duduk di toilet selama 5 sampai 10 menit tanpa bergoyang atau terjatuh
c) Ketidaksabaran akibat popok yang kotor oleh feces atau basah, ingin segera di ganti.
4) Kesiapan Parental
a) Mengenali tingkat kesiapan anak
b) Orang tua berkeinginan meluangkan waktunya untuk latihan toilet training
c) Ketiadaan stres atau perubahan keluarga, seperti perceraian, pindah rumah, dan
sebagainya.
2) Tempat duduk fortabel yang diletakkan diatas toilet biasa yang memudahkan transisi
dari kursi berlubang untuk eliminasi ke toilet biasa dan menempatkan bangku panjang
yang kecil dibawah kaki membantu menstabilkan posisi anak (Wong, 2008).
3) Menempatkan kursi berlubang untuk eliminasi dikamar mandi dan biarkan anak
mengamati ekskresinya ketika dibilas kedalam toilet untuk menghubungkan aktivitas ini
dengan praktik biasa (Wong, 2008).
Sesi latihan ini harus dibatasi pada 5 – 10 menit, orang tua harus menunggui anaknya
dalam melakukan toilet training dan kebiasaan sanitasi harus dilakukan setiap kali selesai
eliminasi (Wong, 2008).
2.4.4 Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Toilet Training.
1) Hindari pemakaian popok sekali pakai
2) Ajari anak mengucapkan kata – kata yang berhubungan dengan buang air besar dan
buang air kecil
3) Motivasi anak untuk melakukan rutinintas ke kamar mandi seperti mencuci tangan dan
kaki sebelum tidur
4) Jangan marah bila anak gagal dalam melakukan toilet training (Hidayat, 2008).
Peran orang tua terhadap toilet training pada anak dapat di wujudkan dalam bentuk
peran pada anak dalam toilet training, menurut Ratna (2010) bentuk peran antara lain :
1) Perhatian secara emosi
Dapat diekspresikan melalui kasih sayang, cinta atau empati yang bersifat memberikan
peran. Kadang dengan hanya menunjukan eskpresi saja sudah dapat memberikan rasa
tentram. Ekspresi ini penting untuk seseorang terutama orang tua, karena ekspresi yang
salah dapat menimbulkan rasa malas pada anak untuk melakukan toilet training.
2) Bantuan instrumental
Barang – barang yang di inginkan oleh anak untuk dapat termotivasi untuk melakukan toilet
training, seperti dengan membelikan peralatan toilet training yang sesuai dengan keinginan
anak.
3) Pemberian informasi
Informasi sekecil apapun merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi anak untuk melakukan
toilet training, misalnya bagaimana dampaknya anak jika tidak mau melakukan toilet training.
4) Peran penilaian
Orang tua dapat memberikan penilaian pada anak dalam melakukan toilet training, seperti
menilai apakah sudah sesuai atau belum, dll.
4) Toilet training membuat anak dapat mengetahui bagian – bagian tubuh serta fungsinya
(Warga, 2007).
mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas terhadap umur,
untuk mengetahui pertumbuhan fisik.
Jadi pertumbuhan dan perkembangan adalah terjadinya perubahan atau
bertambahnya ukuran fisik seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan
atas dan bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang komplek serta
dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan.
2. Hormon
Anak remaja yang sudah mendapatkan menstruasi atau mimpi basah hormonnya
akan mengalami kematangan sehingga tidak jarang pada anak remaja yang telah
mendapatkan menstruasi maupun mimpi basah dia akan memiliki berbagai macam
perubahan bentuk tubuh dimana perubahan tersebut termasuk dalam pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
Berikut ini adalah pertumbuhan dan perkembangan manusia di saat remaja :
29
• Pada wanita hormon yang matang akan menyebabkan wanita mengalami pembesaran
payudara, pinggang semakin terbentuk, tubuh semakin tinggi dan juga suara akan
menjadi halus. Hormon itu juga membuat wanita sudah mulai menyukai lawan jenisnya.
(baca : fungsi hormon LH dan FSH pada wanita)
• Perubahan yang bisa terjadi pada pria yang menginjak remaja adalah timbulnya jakun di
leher, mulai tumbuh kumis dan juga jenggot, mulai tumbuh bulu ketiak dan juga bulu
kemaluan, dada semakin bidang dan juga suara pria akan terasa lebih berat. Tidak hanya
pada wanita, hormon yang matang itu juga membuat pria sudah mulai menyukai lawan
jenisnya. Sehingga banyak anak remaja yang sudah berani untuk pacaran.
3. Ras
Ras juga menjadi penentu pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Hal itu
dikarenakan manusia akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan rasnya masing-masing.
Contohnya adalah ras Asia akan memiliki postur tubuh yang lebih pendek dibandingkan
dengan ras Amerika. Selain itu kulit ras Asia cenderung lebih gelap jika dibandingkan dengan
kulit ras Amerika. Warna rambut ras Asia cenderung hitam dan gelap namun warna rambut
untuk ras Amerika banyak yang memiliki rambut yang pirang.
4. Umur
Tidak selamanya manusia berada di dalam fase pertumbuhan dan perkembangan.
Ada masanya tumbuh kembangnya berhenti. Yang menghentikan tumbuh dan kembang
manusia adalah umur. Saat menjadi dewasa, manusia sudah tidak termasuk dalam fase
tumbuh dan kembang lagi. Tumbuh dan kembang manusia akan dimulai dari dalam rahim
sampai dengan dia berumur 20 tahun. Saat itu pertumbuhan dan perkembangan akan terasa
lebih cepat dibandingkan dengan saat sesudah itu.
5. Jenis Kelamin
30
2. Penyakit
Faktor eksternal yang kedua yang bisa mempengaruhi tumbuh dan kembang adalah
penyakit. Penyakit yang bisa menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan manusia
terganggu baik masih di dalam kandungan maupun saat sudah berada di luar adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus. Pernahkah anda mendengar istilah penyakit TORCH?, penyakit
itu bisa membuat perkembangan dan pertumbuhan manusia menjadi terganggu sejak masih
di dalam kandungan. TORCH ini sangat berbahaya sebab bisa menembus plasenta dan
mengganggu kehidupan janin yang ada di dalam rahim.
3. Infeksi
31
Infeksi juga menjadi faktor eksternal yang bisa mengganggu pada pertumbuhan dan
pekembangan manusia. Infeksi itu misalnya saja adalah PMS atau penyakit menular seksual.
Infeksi itu bisa menyebabkan proses reproduksi seseorang mengalami keguguran, cacat janin
dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada di dalam kandungan.
Hal itu dikarenakan virus HPV penyebab infeksi bisa masuk ke dalam plasenta sehingga janin
bisa terinfeksi oleh virus tersebut.
4. Pekerjaan
Pekerjaan juga menjadi faktor eksternal yang bisa menyebabkan tumbuh dan kembang
manusia menjadi terganggu. Bisa kita lihat kuli panggul yang memanggul barangnya di leher,
kepala atau punggung, mereka lama-kelamaan akan memiliki tubuh yang pendek dan
perkembangan yang tidak maksimal. Hal itu dikarenakan membawa barang yang berat dan
membebani tubuh bisa membuat tubuh menjadi bungkuk. Sehingga tubuh bungkuk itu
membuat pertumbuhan dan perkembangan menjadi terganggu.
5. Sanitasi lingkungan
Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang tercemar bisa membuat anak tersebut
rentan untuk terhambat tumbuh dan kembangnya. Hal itu dikarenakan zat-zat berbahaya
yang ada pada lingkungan yang tercemar itu bisa masuk kedalam tubuh anak dan
mempengaruhi organ-organnya.
6. Perasaan Manusia
Manusia yang hidup dalam kondisi perasaan yang tertekan akan terhambat tumbuh
dan kembangnya. Selain itu manusia yang selalu dalam perasaan tertekan akan
menyebabkan kesehatan menjadi terganggu dan akan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan manusia melalui fase pertumbuhan (Kozier B., 2004).
32
Beri tindakan
pengamanan yang
penting
Lansia Akhir 85 tahun atau Masalah-masalah fisik Bantu perawatan
lebih mungkin meningkat diri klien sesuai
kebutuhan dengan
mempertahankan
kemandirian sebisa
mungkin.
Periode Remaja
1. Mencapai hub. Baru & lebih matang dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun
perempuan
2. Mencapai peran sosial feminim atau maskulin
3. Menerima kondisi fisik diri sendiri & memanfaatkan tubuh scr efektif
4. Mencapai kemandirian emosi dari ortu & individu dewasa lainnya.
5. Memperoleh jaminan kemandirian ekonomi
6. Memilih pekerjaan & mempersiapkan diri utk bekerja
7. Mempersiapkan diri utk menikah & berumah tangga
8. Mengembangkan keterampilan intelektual & konsep penting utk mencapai kompetensi
sbgai warga negara
9. Mengharapkan & mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab
10. Menjadikan sekumpulan nilai & sistem etis sebagai pedoman perilaku
Periode Lansia
1. Menyesuaikan diri dengan kekuatan fisik & kesehatan tubuh yg menurun
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan pendapatan yg menurun
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan
4. Membangun afiliasi eksplisit dengan kelompok seumur
5. Memenuhi kewajiban sosial & kewajiban sbagai warga negara
6. Membuat pengaturan kehidupan fisik yg memuaskan.
Kelompok 1 Kelompok 2
1. Materi
2. Lingkungan Fisik
3. Lingkungan Sosial
4. Instrumental
5. Kondisi Individu
a) Kondisi Panca Indra
b) Pengamatan
1. Pendidikan
2. Media masa / sumber informasi
3. Sosial budaya dan ekonomi
39
Penyuluhan kesehatan
dengan media video
Terhadap Pengetahuan
Penyuluhan Kesehatan
dengan Leaflet
2.3 Hipotesis
1. Ho : Terdapat efektifitas penyuluhan kesehatan dengan media video tutorial pada ibu
tentang toilet training terhadap pengetahuan ibu Di Posyandu Rahayu
2. Ha : Tidak terdapat efektifitas penyuluhan kesehatan dengan media leaflet pada ibu
tentang toilet training terhadap pengetahuan ibu Di Posyandu Rahayu
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
O¹ : Pretest yang diberikan pada kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberikan
perlakuan
O² : Tes pada kelompok 1 dan kelompok 2 setelah diberikan perlakuan
X : Perlakuan berupa penyuluhan kesehatan dengan media video tutorial
Y : Perlakuan berupa penyuluhan kesehatan dengan media leflet
41
2. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan sehingga bias dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama maka hasil pengukuran itu
tetap konsisten (Notoatmodjo, 2010). Teknik uji reabilitas ini menggunakan rumus Alpha
Cronbach (a), dimana r hasil adalah alpha. Apabila r alpha > r tabel maka dikatakan realiabel,
sebaliknya bila r alpha < r tabel maka dikatakan tidak realiabel (Hidayat, 2008).
penelitian ini. pelaksanaan uji validitas di bantu oleh kader posyandu teguh untuk
memberikan kepercayaan kepada ibu-ibu yang memiliki anak dengan usia 12-36 bulan di
wilayah setempat. Uji validitas ini di gunakan untuk menguji kuesioner pengetahuan ibu
tentang toilet training. Hasil menunjukan bahwa jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel
yaitu 0,444 maka di nyatakan valid, sehingga dari total 25 pernyataan terdapat 14
pernyataan yang valid yaitu pada nomer 1,2,7,9,10,11,13,14,15,17,19,21,23,25.
2. Analisa Bivariat
Analisa ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara variabel dependen
dan variabel independen dengan cara melalui uji statistik berup paired t test untuk
menganalisa pengaruh penyuluhan kesehatan dengan media video tutorial dan leaflet pada
ibu tentang toilet training terhadap pengetahuan ibu pada pretest dan posttest.
3. Mengajukan ijin untuk melakukan penelitian dengan cara menjelaskan terlebih dahulu
maksud dan tujuan peneliti kepada ibu
4. Mengajukan ijin persetujuan menjadi responden
5. Menentukan besar sampel pada penelitian dengan accidental sampling
6. Melakukan penyusunan instrumen dan uji validitas instrumen penelitian
7. Menentukan jumlah populasi dalam penelitian
8. Penelitian dengan melakukan pretest dengan mengisi kuesioner yang sudah diuji
validitas, setelah dilakukan pretest kemudian diberikan perlakuan berupa penyuluhan
kesehatan tentang toilet training menggunakan media yang berbeda yaitu kelompok 1
dengan media video tutorial dan kelompok 2 dengan media leaflet, kemudia dilakukan
posttest kembali dengan mengisi kuesioner yang sama untuk memperoleh hasil
9. kemudian dilakukan pengolahan data dan analisa data
10. Penarikan kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
penelitian dan lembar pre-test dan post-test. Setelah itu dilakukan pengumpulan data,
setelah itu data kemudian diolah. Hasil penelitian kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
distribusi univariat dan bivariat.
Pada tabel 4.2 data yang di peroleh pada saat penelitian menjelaskan tentang
distribusi frekuensi responden Di Posyandu Rahayu berdasarkan usia menunjukan bahwa
usia responden yang terbanyak yaitu pada usia 31-40 tahun dengan presentase sebesar
54,5%. Sedangkan distribusi frekuensi pada tingkat pendidikan sebagian besar responden
memiliki tingkat pendidikan SD/Sederajat dengan presentase 50,0%. Kemudian pada
51
distribusi frekuensi pekerjaan mayoritas responden yang ada Di Posyandu Rahayu yaitu ibu
rumah tangga dengan presentase sebesar 59,1%.
4.3.3 Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Media Video Tutorial Pada Ibu Tentang
Toilet Training Terhadap Pengetahuan Ibu
Tabel 4.3.3 Uji Paired Samples Test Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Media
Video Tutorial Pada Ibu Tentang Toilet
Training Terhadap Pengetahuan Ibu
Paired Differences
95%
Confidence
Interval of
the
Std. Std. Difference
Deviati Error Sig. (2-
Mean on Mean Lower Upper T df tailed)
4.3.4 Efetifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Media Leaflet Pada Ibu Tentang Toilet
Training Terhadap Pengetahuan Ibu
Tabel 4.3.3 Uji Paired Samples Test Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Media
Leaflet Pada Ibu Tentang Toilet
Training Terhadap Pengetahuan Ibu
Paired Differences
95%
Confidence
Interval of
the
Std. Std. Difference
Deviati Error Sig. (2-
Mean on Mean Lower Upper T df tailed)
4.4 PEMBAHASAN
4.4.1 Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Sebelum Diberikan Penyuluhan Kesehatan
dengan Media Video Tutorial Dan Leaflet
Sebelum diberikan penyuluhan kesehatan tentang toilet training dengan media video
tutorial dan leaflet didapatkan responden dengan pengetahuan kurang (100%). Kurangnya
pengetahuan ibu tentang toilet training sebelum diberikan penyuluhan kesehatan
kemungkinan dikarenakan ibu kurang informasi dan pendidikan dari bidang kesehatan
sehingga untuk mengetahui toilet training sendiri pun kurang. Notoatmodjo (2007)
menjelaskan bahwa informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan.
Selain itu penelitian menunjukan pengetahuan yang kurang karena faktor dari
individu responden sendiri berupa pendidikan, dimana didapatkan responden dengan tingkat
pendidikan paling banyak yakni SD/Sederajat (50,0%). Hal ini sejalan dengan teori yang ada
bahwa tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Jika
pendidikan ibu rendah ibu akan kurang memahami mengenai toilet training. Notoatmodjo
(2007) menyatakan bahwa pada dasarnya pengetahuan diperoleh dari proses belajar
sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan membuat pengetahuan tentang
suatu objek akan lebih baik. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartini M Di Desa
Miruk Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pengetahuan seorang ibu, maka semakin tinggi pula kesiapanya dalam mengaplikasikan toilet
training pada anak.
56
4.4.2 Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Sesudah Diberikan Penyuluhan Kesehatan
dengan Media Video Tutorial
Hasil posttest atau setelah diberikan penyuluhan kesehatan dengan media video
tutorial tentang toilet training pada ibu didapatkan responden dengan pengetahun baik
(72,2%), pengetahuan cukup (18,2%) dan pengetahuan kurang (9,1%). Pemberian
penyuluhan kesehatan yang disampaikan melalui media video tutorial akan dapat
memberikan pengalaman yang lebih dibandingkan dengan media lainnya, karena pada saat
media digunakan indra dalam diri akan lebih mudah untuk merespon dan menangkap isi dari
media tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Habit Nursila
Tahun 2013 Di Mts Negri 1 Winong yang menyatakan bahwa penggunaan media video
tutorial dalam pembelajaran berpengaruh positif bagi hasil belajar siswa. Hal ini di dukung
oleh hasil penelitian dari Eubelen et al (2011), Najimi et al (2012) Pirzadel et al (2014) dan
Yusuf (2014) yang menyatakan bahwa pendidikan atau penyuluhan kesehatan menggunakan
audio visual dapat meningkatkan pengetahuan ibu karena media audio visual menampilkan
gerak, gambar, dan suara sehingga lebih menarik dan tidak monoton.
Pengetahuan yang baik dan positif dalam penelitian ini memungkinkan, dikarenakan
penggunaan media yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan sudah tepat sesuai dengan
peserta penyuluhan, cara penyampaian yang mudah dimengerti oleh peserta dan materi
yang belum banyak diketahui oleh masyarakat khususnya ibu yang memiliki anak usia 12-36
bulan sehingga dapat menambah antusias responden untuk mendengarkan materi yang
diberikan oleh penyuluh.
4.4.3 Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Sesudah Diberikan Penyuluhan Kesehatan
dengan Media Leaflet.
Hasil posttest atau setelah dibeikan penyuluhan kesehatan dengan media leaflet
tentang toilet training pada ibu didapatkan responden dengan pengetahuan baik (0%),
57
pengetahuan cukup (18,2%) dan buruk (81,8%). Pemberian penyuluhan kesehatan yang
disampaikan melalui media leaflet kurang efektif untuk meningkatkan pengetahuan
responden.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ervina pada Tahun 2015
yang menyatakan bahwa mayoritas responden yang diberikan penyuluhan kesehatan dengan
media leaflet memiliki pengetahuan yang cukup, sedangkan responden yang diberikan
penyuluhan kesehatan menggunakan video mayoritas memiliki pengetahuan baik, sehingga
media leaflet kurang efektif untuk meningkatkan pengetahuan responden. Hasil penelitian
dari Munawaroh (2014) yang juga menunjukan bahwa pemberian pendidikan kesehatan
melalui metode ceramah terbukti lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan
dibandingkan dengan media leaflet.
hal ini didukung dengan hasil dari penelitian Tatik pada tahun 2016 yang menyatakan
bahwa penyuluhan dengan individual lebih efektif meningkatkan pengetahuan daripada
penyuluhan dengan media leaflet. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoiron pada tahun
2014 juga menyatakan bahwa terdapat perubahan pengetahuan dengan menggunakan
media power point lebih besar dibandingkan dengan menggunakan media leaflet.
4.4.4 Efektifitas Pemberian Penyuluhan Kesehatan Dengan Media Video Tutorial Dan
Leaflet Pada Ibu Tentang Toilet Training Terhadap Pengetahuan Ibu
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu
dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubunganya
dengan kesehatan (Azrul Azwar, 1998). Sedangkan menurut Depkes (1997) penyuluhan
kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang dilandaskan prinsip-
prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau
58
masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya, dan melakukan
apa yang dilakukan, secara perorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan
bila perlu.
Menurut dari teori sumiati tahun 2011 pengguanaan media dalam proses pendidikan
kesehatan dan pemberian informasi dapat meningkatkan keefektifan dan keaktifan siswa,
tergantung dari jenis, ketersediaan dan kemampuan dalam mempergunakannya. Konsep
tentang kemanfaatan alat bantu pandang dengan audio visual dapat melukiskan gambar
kehidupan dan didasarkan atas konsep tentang perolehan pengalaman seseorang melalui
media pembelajaran (perantara) yang digunakan. Semakin konkrit suatu media pembelajaran
yang digunakan semakin tinggi nilai pengalaman yang diperoleh. Kemampuan audio visual
dapat melukiskan gambar kehidupan dan suara yang memberikan daya tarik tersendiri.
Pada saat sebelum dilakukan penyuluhan tentang toilet training kepada responden,
sebagian besar responden tidak mengetahui tentang toilet training akan tetapi setelah
diberikan penyuluhan kesehatan dengan media terjadi peningkatan pengetahuan.
Responden mulai tahu mengenai toilet training.
Berdasarkan hasil penelitian menemukan bahwa efektifitas pemberian penyuluhan
kesehatan dengan media leaflet tentang toilet training terhadap pengetahuan ibu diperoleh
nilai 0,805. Sedangkan hasil uji efektifitas penyuluhan kesehatan dengan media video tutorial
diperoleh nilai 0,000. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyuluhan kesehatan dengan
media video tutorial lebih efektif dibandingkan dengan pemberian penyuluhan kesehatan
dengan media leaflet. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Anita Dyah Lestari 2017
yang menyatakan bahwa penggunaan media audio visual yang digunakan dalam proses
pendidikan atau penyuluhan kesehatan dapat merubah pengetahuan dan prilaku seseorang.
Didukung juga dengan hasil penelitian dari Dwi hendra pada tahun 2015 yang menyatakan
bahwa penggunaan media video tutorial dapat meningkatkan hasil belajar dengan nilai rata-
rata 88% yang memenuhi kriteria baik pada siswa dan siswi Di Smk Negri 3 Surakarta.
Penelitian dari Rahmatika Ammelda dkk tentang pengaruh modeling video dan
gambar terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak toddler menunjukan
bahwa modeling media video dan gambar berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan
59
toilet training pada anak toddler. Media audio visual mengandalkan pendengaran dan
pengliahatan dari sasaran. Penggunaan audio visual melibatkan semua alat indra
pembelajaran, sehingga semakin banyak alat indra yang terlibat untuk menerima dan
mengolah informasi, semakin besar kemungkinan isi informasi tersebut dapat dimengerti dan
dipertahankan dalam ingatan.
Menurut pieget, sejak lahir hingga dewasa pikiran anak berkembang melalui jenjang-
jenjangberpriode sesuai dengan tingkat kematangan anak itu secara keseluruhan dengan
interaksinya dengan lingkungannya (Dhieni, 2008). Sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari pembelajaran
sosial adalah permodelan (modeling), merupakan salah satu langkah paling penting dalam
pembelajaran terpadu (Hall & Lindzey, 2012).
Hal ini juga sesuai dengan teori toilet training yaitu ada 2 teknik yang dapat dilakukan
dalam melatih anak untuk buang air besar dan buang air kecil yaitu teknik lisan dan teknik
modeling. Teknik modeling adalah usaha melatih anak dalam melakukan buang air besar dan
buang air kecil dengan cara meniru, memberi contoh dan membiasakan anak dalam
melakukan buang air besar dan buang air kecil secara benar (Hidayat, 2008).
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada 22 responden mengenai efektifitas penyuluhan
kesehatan dengan media video tutorial dan leaflet pada ibu tentang pengetahuan ibu Di
Posyandu Rahayu Di Desa Ujung Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon :
1. Hasil pretest penyuluhan kesehatan tentang toilet training dengan media video tutorial
dan leaflet didapatkan sebagian besar responden berpengetahuan kurang sekitar (100%)
2. Hasil posttest penyuluhan kesehatan tentang toilet training dengan media video tutorial
didapatkan sebagian responden dengan pengetahuan baik sekitar (72,2%) dan
pengetahuan cukup (18,2%). Sedangkan hasil posttest dengan media leaflet didapatkan
sebagian responden dengan pengetahuan kurang yaitu (81,8%) dan pengetahuan cukup
(18,2%)
3. Ada pengaruh antara penyuluhan kesehatan media video tutorial dengan pengetahuan
ibu Di Posyandu Rahayu sehingga di katakan efektif.
4. Tidak ada pengaruh antara penyuluhan kesehatan media leaflet dengan pengetahuan ibu
Di Posyandu Rahayu sehingga di katakana tidak efektif.
5.2 Saran
1. Ibu / Responden
61
Hasil penelitian ini di harapkan kepada ibu dengan anak usia 12-36 bulan akan
semakin menambah wawasan dan pengetahuan ibu tentang cara pelaksanaan toilet
training pada anak sehingga anak menjadi mandiri dan tidak bergantung pada orang tua
ketika buang air, serta anak dapat mengeri pentingnya kebersihan dan kesehatan.
2. Posyandu
Hasil penelitian ini diharapkan kader posyandu rahayu Di Desa Ujung Gebang diharapkan
lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan sebagai upaya peningkatan pengetahuan ibu
tentang toilet training.
4. Peneliti Lain
Bagi penelitian lain diharapkan dapat melakukan observasi yang berhubungan dengan
pemberian penyuluhan kesehatan pada pengetahuan ibu dengan kesiapan toilet training
pada anak.
62
Daftar Pustaka
Ariesta 2010 dalam Jurnal Fatmawati, L dan Maryam (2013). Hubungan Stres Dengan
Enuresis Pada Anak Usia Prasekolah Di RA Al Iman Desa Banjaran Gunung Pati Semarang.
Jurnal Keperawatan Anak. Vol 1 : 24 – 29
Arikunto, S (2005). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, ed.rev,. Cetakan 14,
Jakarta : Rineka Cipta
Aziz, R.U (2006). Jangan Biarkan Anak Kita Tumbuh Dengan Kebiasaan Buruk, Cetakan 1. Solo
: Tiga Serangkai
Bastari, A. Wahyuni, S. dan Hirawati, H (2015). Hubungan Toilet Training Terhadap Kejadian
Enuresis Pada Balita Umur 3 – 5 Tahun di PAUD Al-Khoiriyyah Mranggen Polokarto
Sukoharjo. Artikel Penelitian. 1 – 7
Behman, R.E. dkk (1999). Ilmu Kesehatan Anak Nelson, vol.1, ed.15. Jakarta : EGC
Canbulat, N. Yildiz, S (2009). Current Information On Enurezis, Jurnal Guncel Pedriatri. 2(7).
83-89.
CHANG, P. CHEN, W.J TSAI, W.Y and CHIU, Y.N (2001). An Epidemiological Study Of Nocturnal
Enuresis in Taiwanese Children, BJU Internasional. 87 : 678 – 681
Dr. Suririnah (2010). Buku Pintar Mengasuh Batita, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Fatmawati, L. dan Mariyam (2013). Hubungan Stress Dengan Enuresis Pada Anak Usia
Prasekolah di RA Al – Iman Desa Banaran Gunung Pati Semarang. Jurnal Keperawatan
Anak. Vol 1 : 24 – 29
Hazza, I. And Tarawneh, H. (2002). Primary Nocturnal Enuresis Among School Children in
Jordan, Saudi J Kidney Dis Transplant. 13(4) : 478 – 480
Hidayat, A.A.A (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Cetakan Ketiga. Jakarta : Salemba
Medika
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2014) . Guruku Vol. 6 Toilet Training Yuk. Dari
http://www.youtube.com/wacth?v=E2aNS3ogVos&feature=yotube_gdata_player
Diakses pada 7 Maret 2017 jam 16 : 30 WIB
Kurniawati, F.E (2008). Kejadian Enuresis (mengompol) Berdasarkan Faktor Psikologi dan
Keturunan Pada Anak Usia Prasekolah (4-5 tahun) Di TK Sekar Ratih Krembang Jaya
Selatan. Buletin Penelitian RSUD Dr. Soetomo Vol. 10. No.2 Tahun 2008
64
Kartini M (2013). Faktor – faktor yang mempengaruhi ibu dalam mengaplikasikan kesiapan
toilet training pada anak usia 2-4 tahun di desa miruk kecamatan krueng baron jaya
kabupaten aceh besar. Stkes u’budiyah banda aceh.
Kozier, B. (2004). Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. New Jersey:
Pearson Education Inc.
Kozier, B. (2010). Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC
LEE, S.D. SHON, D.W. LEE, J.Z. PARK, N.C and CHUNG, M.K (2000). An Epidemiological Study
Of Enuresis in Korean Children, BJU Internasional. 85 : 869 – 873
Lestari P, Adi H, Supriyono M (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Toilet Training Dengan Praktik Ibu Dalam Penggunaan Diapres Pada Anak Usia Toddler
(1-3 tahun) Di Kelurahan Patut Purwodadi. Jurnal STIKES Telogorejo Semarang. Hal : 1 – 7
Mardikanto, T (2009). Sistem Penyuluhan Pertanian. LPP UNS dan UNS PRESS : Surakarta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta : Rineka Cipta
65
Ns. Rakhmat Susilo, S.Kep (2011). Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan, Yogyakarta :
Nuha Medika
Ozkan, S. Durukan, E. Iseri, E. Gurocak, S. Maral, I and Bumin Ali, M (2010). Prevalence and
Risk Factors of Monosymptomatic Nocturnal Enuresis in Turkish Children. Indian Journal
of Urology. 26(2) : 200 – 205
Paryanti, D. (2013). Hubungan peran ibu dalam pelaksanaan toilet training dengan
kemampuan toilet training pada anak usia 18-36 bulan Di Posyandu Kalirase Trimulyo
Sleman Di Yogyakarta, Skripsi STIKES Aisyiyah Yogyakarta
Pardede cit Azizah 2006 dalam Jurnal Paryanti, D (2013). Hubungan Peran Ibu Dalam
Pelaksanaan Toilet Training Dengan Kemampuan Toilet Training Pada Anak Usia 18 – 36
Bulan Di Posyandu Kalirase Trimulyo Sleman D.I.Yogyakarta. Naskah Publikasi Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
Shaker, M. Issa, S. (2013). Frequency of Enuresis In Primary School Children in Barsa And Its
Impact On Their Growth, Asian Journal of Pharmacy, Nursing and Medical Sciences. Vol 01
– Issue 02 : 2321 – 3639
Warner, P (2006). Mengajari Anak Ke Toilet. Editor Edisi Bahasa Indonesia, Surya
Satyanegara. Jakarta : Arean
Windiani, I.G.A.T dan Soetjaningsih (2008). Prevalensi dan Faktor Risiko Enuresis Pada Anak
Taman Kanak – Kanak di Kotamadya Denpasar, Sari Pediatri. Vol 10 : 151 – 157
Wong, D.L. dkk. (2008). Edisi 6 Buku Ajar Keperawatan Pedriatrik, Jakarta : EGC
67
Zuraiq (2008) dalam Jurnal Kurniasih Widyastuti. Pengaruh Penyuluhan Toilet Training Pada
Orang Tua Terhadap Kejadian Enuresis Di Taman Kanak – Kanak Bhakti Siwi Kalimeneng
Kemiri Purworejo 2011. Skripsi STIKES Aisyiyah Yogyakarta : 1 – 12
Lampiran 2
Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Media Video Tutorial Dan Leaflet Pada Ibu Tentang
Toilet Training Terhadap Pengetahuan Ibu Di Posyandu Rahayu Desa Ujung Gebang
Kecamatan Susukan
Di Kabupaten Cirebon
Tahun 2017
Tujuan Penelitian:
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dengan design media video tutorial dan leaflet
pada ibu tentang toilet training terhadap pengetahuan ibu Di Posyandu Rahayu Di Desa
Ujung Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon.
Ibu terpilih untuk diikutkan dalam penelitian ini oleh karena ibu mempunyai anak yang masih
mengompol dengan frekuensi yang sering dalam sehari serta ibu yang belum mengetahui
tentang toilet training.
Prosedur:
Bila ibu bersedia untuk ikut dalam penelitian ini, Ibu akan menandatangani lembar
persetujuan maka akan diberikan penjelasan tentang tujuan dari penelitian ini, dan pengisian
kuesioner yang akan dilakukan.Setelah Ibu mendapat penjelasan tersebut, peneliti tidak akan
memaksa dan akan menghargai hak Ibu untuk ikut serta atau menolak berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Risiko dan ketidaknyamanan fisik secara langsung tidak akan Ibu rasakan,namun ada sedikit
ketidaknyamanan karena waktu Ibu akan tersita. Pengisian kuesioner akan membutuhkan
waktu 30 menit. Jadi, akan diberikan kompensasi yang sesuai atas waktu yang tersita selama
proses pengisian kuesioner.
Manfaat:
69
Manfaat langsung dari penelitian ini adalah Ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman orang tua khususnya para ibu tentang penerapan toilet training pada anak usia
dini.
Kerahasiaan data:
Selama Ibu ikut dalam penelitian ini, setiap informasi dan data penelitian ini akan
diperlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan untuk diketahui oleh orang lain.
Ibu-ibu yang mempunyai anak usia 13 – 36 bulan yang masih mengompol dan belum
mengetahui tentang toilet training.
Kesukarelaan:
Keikutsertaan ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela disertai tanggung jawab sampai
selesainya penelitian ini. Sebelum penelitian dilakukan, Ibu akan diberikan penjelasan
tentang prosedur penelitian, risiko dan ketidaknyamanan serta manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini sehingga dapat memutuskan untuk ikut serta maupun menolak ikut serta dalam
penelitian ini.
Semua biaya yang berkaitan dengan penelitian ini tidak akan dibebankan kepada Ibu
melainkan akan ditanggung peneliti. Dalam penelitian ini, Ibu akan diberikan cinderamata
sebagai ucapan terima kasih peneliti atas partisipasi Ibu dalam penelitian ini
Pertanyaan:
Jika ada pertanyaan sehubungan dengan penelitian ini lebih lanjut dapat menghubungi saya,
Lia Nur Alam, mahasiswa S.1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Cirebon, No Hp,
089656130440.
70
Lampiran 3
Dengan ini, saya mengerti dan mengetahui akan tujuan penelitian yang akan
dilakukan, kemudian saya juga mengetahui dampak dan manfaat dari penelitian ini. Adapun
yang tertanda di bawah ini, saya:
Nama Inisial :
Tanda tangan :
Prosedur penelitian ini yaitu bila ibu bersedia untuk ikut dalam penelitian ini, Ibu
akan menandatangani lembar persetujuan maka akan diberikan penjelasan tentang tujuan
dari penelitian ini, dan pengisian kuesioner yang akan dilakukan. Pengisian kuesioner akan
membutuhkan waktu 30 menit. Jadi, akan diberikan kompensasi yang sesuai atas waktu yang
tersita selama proses pengisian kuesioner. Setelah Ibu mendapat penjelasan tersebut,
peneliti tidak akan memaksa dan akan menghargai hak Ibu untuk ikut serta atau menolak
berpartisipasi dalam penelitian ini.
Lampiran 4
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN (PSP)
(INFORMED CONSENT)
penelitian, serta telah di beri kesempatan untuk bertanya dan telah dijawab dengan
memuaskan, juga sewaktu – waktu dapat mengundurkan diri dari keikut sertaannya, maka
saya setuju/tidak setuju ikut dalam penelitian ini, yang berjudul :
“Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Media Video Tutorial Dan Leaflet Pada Ibu
Tentang Toilet Training Terhadap Pengetahuan Ibu Di Posyandu Rahayu Desa Ujung Gebang
Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon”.
Saya dengan sukarela memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa tekanan/paksaan
siapapun. Saya akan diberikan salinan lembar penjelasan dan formulir persetujuan yang telah
saya tandatangani untuk arsip saya.
Saya setuju :
Ya / Tidak*
Lampiran 5
KUESIONER PENELITIAN
“Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Dengan Media Video Tutorial Dan Leaflet Pada Ibu
Tentang Toilet Training Terhadap Pengetahuan Ibu Di Posyandu Rahayu Di Desa Ujung
Gebang Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon”
A. Identitas Responden
1. Nomor Urut* : ..............
73
2. Nama Inisial :
3. Usia : ............... Tahun
4. Jenis Pekerjaan** :
1. Ibu Rumah Tangga
2. Pegawai (Negeri/Swasta)
3. Wiraswasta
4. Buruh
5. Pendidikan Terakhir** :
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Sarjana
Keterangan :
*) : diisi oleh peneliti
**) : Pilih salah satu sesuai dengan status ibu
B. Kuesioner Penelitian
Petunjuk Penelitian
Berilah tanda ceklis (√) pada setiap kolom nilai jawaban yang paling merefleksikan persepsi
Ibu pada setiap pernyataan. Instrumen pengetahuan ibu disusun dengan menggunakan skala
likert terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif.
Pernyataan Positif :
Untuk jawaban Sangat setuju (SS) diberi nilai 5, Setuju (S) diberi nilai 4, Ragu – ragu (R) diberi
nilai 3, Tidak setuju (TS) diberi nilai 2, Sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1.
Pernyataan Negatif :
Untuk jawaban Sangat setuju (SS) diberi nilai 1, Setuju (S) diberi nilai 2, Ragu – ragu (R) diberi
nilai 3, Tidak setuju (TS) diberi nilai 4, Sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 5.
74
Lampiran 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Email : lia.nuralam@yahoo.com
Pendidikan Terakhir :
Lampiran 8
SAP
77
Video Tutorial Dan Leaflet Pada Ibu Tentang Toilet Training Terhadap
Pengetahuan Ibu Di Posyandu Rahayu Desa Ujung Gebang Kecamatan
Susukan Kabupaten Cirebon
Waktu
mengompol dengan frekuensi sering dalam sehari dan ibu yang tidak
tahu mengenai toilet training.
Fasilitator
I. Tujuan Penyuluhan
A. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan ibu – ibu / orang tua murid dapat
menjelaskan tentang Toilet Training
78
V. Media Penyuluhan
1. Materi
2. Infocus
3. Leaflet
4. Video Tutorial
I. Evaluasi
Waktu : 10 – 15 Menit
Jenis Tes : Tulisan ( Lembar Kuesioner )
Jumlah Pertanyaan : 14 Pertanyataan
81
Lampiran 10
Karakteristik Responden
Statistics
Responden Umur Pendidikan Pekerjaan
N Valid 22 22 22 22
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Vali
d 1 1 4.5 4.5 4.5
2 1 4.5 4.5 9.1
3 1 4.5 4.5 13.6
4 1 4.5 4.5 18.2
5 1 4.5 4.5 22.7
6 1 4.5 4.5 27.3
7 1 4.5 4.5 31.8
8 1 4.5 4.5 36.4
82
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 10 45.5 45.5 45.5
2 12 54.5 54.5 100
Total 22 100 100
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 11 50 50 50
2 7 31.8 31.8 81.8
3 4 18.2 18.2 100
Total 22 100 100
83
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 1 13 59.1 59.1 59.1
3 6 27.3 27.3 86.4
4 3 13.6 13.6 100
Total 22 100 100
Lampiran 11