Anda di halaman 1dari 16

HASIL DISKUSI SGD 6

JURNAL ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASA REMAJA


Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Metode Ceramah Dan Diskusi Kelompok
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Kebersihan Alat Genetalia di SMA Negeri 1 Ungaran

OLEH :
NI KADEK PRITAYANI (1402105005)
NI MADE DIAN DARMALINI (1402105011)
A.A AYU INTAN MURTI N. (1402105015)
NI PUTU DIAH SUKAYANTI (1402105017)
NI PUTU IRA FENARANI (1402105021)
NI WAYAN IKA PUSPITASARI (1402105029)
NI PUTU ANGGI DEWI P. (1402105031)
I MADE KANTA KARUNA (1402105034)
LUH GEDE MAS KURNIA W. (1402105044)
PEITER GIDEON (1402105061)
NI PUTU PANDE RIRIN A. (1402105062)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2015/ 2016

DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................. ii
Pendahuluan ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Makalah ....................................................................................... 2
Ringkasan Jurnal ................................................................................................... 3
Analisa SWOT ........................................................................................................ 5
Pembahasan ............................................................................................................ 8
A. Faktor Risiko yang Dapat Memicu Keputihan .......................................... 8
B. Metode Pendidikan Kesehatan yang Dapat Diberikan Kepada
Remaja Putri Berkaitan dengan Penyakit Keputihan ................................ 9
C. Faktor Pendidikan Penunjang yang Dapat Diberikan Kepada
Remaja Putri Berkaitan dengan Keputihan ............................................... 11
Kesimpulan dan Saran .......................................................................................... 13
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 14

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seksual sekunder, tercapainya fertilitas, dan
terjadi perubahan-perubahan psikologi dan kognitif.1 Berkaitan dengan tumbuh kembang
tersebut, perlu bagi seorang remaja untuk memperhatikan kesehatan reproduksinya.
Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi sehat yang menyangkut ssstem reproduksi
(fungsi, komponen, dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental,
emosional dan spiritual.2 Namun tidak semua remaja menyadari perubahan-perubahan
yang terjadi baik fisik maupun psikologi, bahkan memahami pendidikan yang positif
bagi kesehatan reproduksinya.3
Keadaan kesehatan reproduksi remaja di Indonesia khususnya, belum sesuai dengan
harapan. Banyak ditemukan masalah-masalah terkait kesehatan reproduksi antara lain
adalah masalah keputihan pada remaja putri. Penyakit keputihan merupakan masalah
yang spesifik pada remaja dimana terdapat cairan putih yang keluar dari saluran vagina
secara berlebih.4 Berdasarkan data SKKRI (2007) menunjukkan wanita dengan rentang
usia 15-24 tahun mengalami keputihan sebanyak 31,8%. Hal ini menunjukkan bahwa
remaja putri memiliki resiko lebih tinggi mengalami keputihan. 5 Di Jawa Tengah sekitar
65% wanita mengalami keputihan karena jamur maupun parasit seperti cacing kremi atau
kuman karena kurang peduli dan waspada terhadap gejala keputihan. 6 Menurut Wiwit
(2008) dalam penelitiannya di SMA Negeri Semarang ditemukan 50 siswi yang di
wawancarai terdapat 48 (96%) siswi mengalami keputihan. Sebanyak 23 (47,9%) siswi
yang mengalami keputihan karena ketidaktahuan tentang merawat organ genetalia
eksterna 25 (52,1%) siswi karena ketidakseimbangan hormon.7
Remaja mempunyai akses yang rendah untuk mendapatkan konseling dan
kepedulian yang benar, oleh karena itu pendidikan kesehatan sangat dibutuhkan untuk
memberikan pengetahuan yang positif.8 Menurut Notoadmodjo (2007), pendidikan
kesehatan adalah salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan pengetahuan. 9 Upaya
peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan pada remaja putri sangat
diperlukan dukungan baik oleh pemerintah, petugas kesehatan (khususnya perawat juga
terlibat di dalamnya), dan keluarga. 10
1.2 Rumusan Makalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Faktor risiko apakah yang dapat memicu keputihan pada remaja putri?
1

1.2.2 Metode pendidikan kesehatan yang bagaimanakah dapat diberikan kepada remaja
putri berkaitan dengan penyakit keputihan?
1.2.3 Faktor pendidikan penunjang yang bagaimanakah dapat diberikan kepada remaja
putri berkaitan dengan keputihan?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui faktor risiko yang dapat memicu keputihan pada remaja putri.
1.3.2 Untuk mengetahui metode pendidikan kesehatan yang dapat diberikan kepada
1.3.3

remaja putri berkaitan dengan penyakit keputihan.


Untuk mengetahui faktor pendidikan penunjang yang dapat diberikan kepada
remaja putri berkaitan dengan keputihan.

1.4 Manfaat Makalah


1.4.1 Diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa untuk memahami faktor risiko, metode
pendidikan kesehatan, dan faktor pendidikan penunjang berkaitan dengan
1.4.2

masalah keputihan pada remaja putri.


Diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan/atau tim penilai untuk memahami
faktor risiko, metode pendidikan kesehatan, dan faktor pendidikan penunjang
berkaitan dengan masalah keputihan pada remaja putri.

RINGKASAN JURNAL
Masa remaja disebut juga masa adolescence (tumbuh menjadi dewasa). Remaja
merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana terjadi pacu
tumbuh, timbul ciri-ciri seksual sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi perubahanperubahan psikologi dan kognitif. Tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung
pada potensi biologiknya (Soetjiningsih, 2007).

Namun, di Indonesia sendiri keadaan

kesehatan reproduksi pada remaja khususnya pada remaja putri masih kurang sesuai dengan
harapan. Salah satu masalah kesehatan reproduksi pada remaja putri adalah keputihan.
Berdasarkan hasil penelitian , di Jawa Tengah sekitar 65% wanita mengalami keputihan yang
disebabkan oleh jamur, parasite seperti cacing kremi atau kuman. Sedangkan menurut hasil
penelitian Wiwit (2008) di salah satu SMA Negeri Semarang didapatkan dari 50 siswi
2

terdapat 48 siswi (96%) yang mengalami keputihan. Dimana 23 siswi (47,9%) diantaranya
mengalami keputihan karena ketidaktahuan tentang merawat organ genitalia eksterna dan 25
siswi (52,1%) karena ketidakseimbangan hormone. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
kebersihan alat genitalia pada remaja sangat perlu ditingkatkan lagi. Upaya peningkatan
pengetahuan untuk remaja putri ini dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan
kesehatan tentang menjaga kebersihan alat genitalianya sendiri.
Pendidikan kesehatan tersebut dapat berupa demonstrasi, ceramah, diskusi, simulasi,
bermain peran, simposium dan seminar. Pendidikan kesehatan metode ceramah dan diskusi
kelompok merupakan metode yang umum digunakan dalam pendidikan kesehatan. Pada
metode ceramah dan diskusi kelompok dapat terjadi proses perubahan perilaku kearah yang
diharapkan melalui peran aktif sasaran dan saling tukar pengalaman sesama sasaran
(Notoatmodjo,2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purwono (2010) tentang
efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang stress melalui ceramah pada
remaja di SMPN 34 Semarang, hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ceramah efektif
untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang stress. Sedangkan penelitian yang dilakukan
oleh Hanafi (2011) tentang perbedaan pengaruh pendidikan seks metode simulasi dan diskusi
kelompok terhadap sikap remaja, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
pengaruh pendidikan seks metode simulasi dan metode diskusi kelompok dalam merubah
sikap remaja ke arah sikap yang lebih positif. Maka dari itu, metode pendidikan dengan
ceramah dan diskusi kelompok dapat dijadikan sebagai suatu upaya pemberian pendidikan
guna meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan organ genitalia eksterna.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Ungaran pada tahun
2015 terkait dengan pengaruh penggunaan metode pendidikan dengan ceramah dan diskusi
kelompok terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genitalia
eksterna didpatkan hasil yang cukup signifikan antara tingkat pengetahuan remaja putri
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Dalam menilai pengeruh pemberian
pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan diskusi kelompok yang dilakuakan di
SMA Negeri 1 Ungaran responden yang dilibatkan sejumlah masing masing 20 orang ,
dimana sebanyak 55% (11org) diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang tentang
kebersihan alat genitalia. Namun, setelah diberikan pendidikan kesehatan hasil penelitian
menunjukkan setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah , lebih banyak
responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang kebersihan organ genitalia yaitu
3

sejumlah 8 orang ( 40%), 7 orang diantaranya sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang
kebersihan organ genitalia dan 5 orang sisanya masih kurang. Sedangkan pengetahuan yang
dimiliki oleh remaja putri setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode diskusi
kelompok , berdasarkan hasil penilitian didapatkan hasil lebih banyak pula responden yang
telah memiliki pengetahuan cukup tentang kebersihan organ genitalia, yaitu sebanyak 10
orang (50,0%) dan 9 orang (45%) diantaranya sudah dapat mengetahui tentang kebersihan
organ genitalia dengan baik. Dengan demikian, berdasarkan data hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan terkait pengetahuan remaja
putri tentang kebersihan alat genitalia sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
dengan metode ceramah dan diskusi kelompok. Sedangklan, untuk perbedaan metode
pendidikan kesehatan yang diberikan kepada remaja putri, dimana disini responden yang
dilibatkan adalah siswi SMA Negeri 1 Ungaran tidak memberikan perbedaan pengaruh yang
signifikan terhadap pengetahuan tentang kebersihan alat genitalia yang diperoleh oleh remaja
putri.

ANALISIS SWOT
Strenght (Kelebihan)
1.

Jurnal terstruktur mulai dari judul, author, abstrak (disertai dengan keyword),
pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan, kesimpulan dan saran

2.

Judul jurnal berdasarkan PICO. PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN


MENGGUNAKAN

METODE

CERAMAH

DAN

DISKUSI

KELOMPOK

TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG


KEBERSIHAN ALAT GENETALIA DI SMA NEGERI 1 UNGARAN. Population :
Keputihan, Intervention : Metode ceramah dan diskusi kelompok, Comparison :
Perbandingan antara metode ceramah dan diskusi kelompok , dan Outcome :
Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri
3.

Dalam abstrak membahas pendahuluan, tujuan, metode, hasil dan pembahasan,

kesimpulan, dan saran jurnal


4.

Pendahuluan dalam jurnal berdasarkan masalah keputihan

5.

Paragraf dalam jurnal tersusun dalam lebih dari satu kalimat

6.

Metode dalam jurnal merupakan modal dasar dalam pencapaian hasil. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan quasi eksperimen atau eksperimen
semu.

7.

Dalam hasil dan pembahasan membahas tentang pengetahuan remaja putri tentang
kesehatan alat genetalia, efektivitas dari metode ceramah, dan diskusi kelompok.

8.

Di dalam jurnal membuktikan adanya hubungan antara keputihan dengan metode


ceramah dan diskusi kelompok. Hubungan antara keputihan dengan metode ceramah
dan diskusi kelompok adalah tingkat pengetahuan remaja meningkat tentang masalah
kesehatan alat genetalia yaitu tentang keputihan. Setelah 20 orang responden yang
diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah meningkat
sejumlah 8 orang dengan tingkat pengetahuan yang cukup dan 7 orang dengan
pengetahuan baik dibandingkan sebelum diberikan pendidikan dengan metode
ceramah yaitu 11 orang. Dengan metode diskusi kelompok juga menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan responden meningkat menjadi cukup dan baik sebanyak 10
orang dan 9 orang dibandingkan sebelum diberikan pendidikan dengan pengetahuan
kurang yaitu 11 orang.

9.

Daftar pustaka jurnal dalam 5 sampai 10 tahun terakhir dibawah tahun penerbit

10. Dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok dapat memberikan
dampak yang lebih dalam meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang
kebersihan alat genetalia.
WEAKNESS (KELEMAHAN)
1. Kurangnya penjelasan mengenai apa saja penyakit dan bahaya lainnya yang dapat
ditimbulkan akibat kurangnya pengetahuan remaja putri dalam menjaga kebersihan
oragan genitalia eksterna.
2.

Metode pendidikan dengan ceramah terkadang masih menimbulkan rasa bosan


terhadap peserta yang mendengarkan.

3.

Dalam ceramah ini tidak dijelaskan juga mengenai bagaimana cara maupun teknik
5

tentang bagaimana merawat dan menjaga organ genitalia dengan baik agar terhindar
dari keputihan atau gangguan lain pada organ genitalia
4.

Ada beberapa sumber literature yang digunakan lebih dari lima tahun terakhir

5.

Dalam jurnal ditemukan beberapa paragraph yang hanya terdiri dari satu kalimat

OPPORTUNITY (KESEMPATAN)
1.

Berdasarkan jurnal pendukung yang berjudul EFEKTIVITAS PENDIDIKAN


KESEHATAN

MENGGUNAKAN

MEDIA

AUDIOVISUAL

TERHADAP

PERILAKU PERSONAL HYGIENE (GENITALIA) REMAJA PUTRI DALAM


MENCEGAH KEPUTIHAN dapat diambil kesimpulan bahwa dengan metode
menggunakan media audiovisual ini juga dapat mengaplikasikan materi yang akan
dijelaskan bisa diterima baik oleh audients yaitu para remaja putri sehingga remaja
putri tertarik medengarkan materi yang dijelaskan17.
2.

Berdasarkan Jurnal pendukung yang berjudul Hubungan Pemakaian Pembersih


Vagina Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri dapat ditarik kesimpulan
bahwa penyakit keputihan dapat diminimalisasi dengan membersihakn bagian
genetalia dengan baik dan benar. Dimana membilas vagina dengan cara yang benar
yaitu dari arah depan ke belakang sehingga kotoran yang ada di bagian belakang
(anus) tidak masuk ke dalam organ genetalia.

3.

Menurut buku Cantik, Cerdas, & Feminim, Kurangnya pengetahuan remaja tentang
kebersihan organ reproduksi yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit
yang dapat di timbulkan dari keputihan tersebut.Dengan memberikan pengetahuan
tentang kebersihan organ reproduksi diharapkan remaja putri dapat mengetahui efek
ditimbulkan dan dapat mengatasi atau mengobati keputihan yang dialami agar tidak
semakin parah19.

THREATS (ANCAMAN)
1.

Kasus keputihan di Indonesia kini makin meningkat dan penanganan untuk


meningkatkan kesehatan di Indonesia terutama keputihan masih kurang, menurut
jurnal yang berjudul Faktor Perilaku Yang Mempengaruhi Terjadinya Keputihan
6

Pada Remaja Putri menunjukkan 90% remaja putri di Indonesia mengalami


keputihan, karena negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga
jamur mudah tumbuh dan berkembang sehingga mengakibatkan banyak terjadinya
keputihan pada wanita di Indonesia, selain itu kesadaran yang kurang dari remaja
putri juga menjadi factor meningkatnya kasus keputihan di Indonesia5.
2.

Menurut buku Tips Cantik dan Sehat Alami: Tips kecantikan dan kesehatan alami,
keputihan normal dapat terjadi pada bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari
karena hormone esterogen ibu terhadap rahim dan vagina janin, saat janin masih
didalam kandungan, perempuan dewasa apabila ia dirangsang waktu senggama dan
saat mengalami haid pertama.20

PEMBAHASAN
A. Faktor Risiko yang Dapat Memicu Keputihan
Berdasarkan penelitian Egi Yunia Rahmi, terdapat faktor perilaku yang dapat
memengaruhi terjadinya keputihan pada remaja putri.5
Berdasarkan hasil analisa bivariat ditemukan adanya hubungan tindakan responden

terhadap terjadinya keputihan (hasil uji statistik yang diperoleh bahwa nilai p value = 0,041 < 0,05). Tindakan tersebut dipengaruhi oleh faktor umur, suku, dan agama. Umur
dikaitkan dengan pematangan tingkat pengetahuan, suku dikaitkan dengan kebiasaan
masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan kesehatannya tergantung pada budaya
yang dianut, serta agama dikaitkan dengan keimanan sebagai bentuk koping individu
dalam menghadapi suatu masalah dalam kehidupannya. Tindakan yang dimaksud adalah
vaginal hygiene, bagaimana seorang remaja dapat mengambil tindakan yang positif atau
malah tindakan yang negatif.

Rika Puji Rahayu dalam penelitiannya juga mengungkapkan faktor yang


berhubungan dengan keputihan, antara lain :11

Sebelumnya, perlu dipahami keputihan yang fisiologi tersebut berwarna jernih, tidak
berbau, tidak gatal, dan tidak pedih. Sedangkan keputihan yang patologis jumlahnya
relatif banyak, warnanya kuning atau kehijauan/ seperti susu basi, disertai rasa gatal,
pedih, bahkan bau amis atau busuk. Berdasarkan hasil pada tabel, diperoleh p value =
0,36<0,05 (ada hubungan antara vulva hygiene dengan keputihan). Disimpulkan bahwa
vulva hygiene merupakan faktor risiko keputihan.
Vulva hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ
kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan
mencegah infeksi dengan cara mencuci organ intim dengan air bersih, menjaga
kelembabapan organ intim, dan tidak menggunakan pembalut yang wangi.12
Faktor lain yang memengaruhi antara lain karena kelebihan hormon progesteron
yang dapat menyebabkan jamur mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan
keputihan13 serta tempat tinggal (cenderung di pedesaan)14.
B. Metode Pendidikan Kesehatan yang Dapat Diberikan Kepada Remaja Putri
Berkaitan dengan Penyakit Keputihan
1.
Metode ceramah dan diskusi kelompok tentang kebersihan alat genitalia15
Metode ceramah adalah suatu cara menerangkan dan menjelaskan ide
pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh
informasi tentang kesehatan, sedangkan diskusi kelompok adalah proses belajar

dengan berkelompok yang menjalankan proses diskusi kelompok dan didampingi


oleh fasilitator.
Berdasarkan hasil uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value 0,277 > 0,05
dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan pemberian ceramah dan diskusi, namun ada
perbedaan tingkat pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genetalia setelah
dilakukan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan diskusi.
2.

Metode kerjasama antara pihak sekolah dan tenaga kesehatan16


Metode ini menggunakan kuesioner kepada 252 responden yang diberikan pada
saat pre-test dan post-test dengan jenjang waktu 3 hari dan selanjutnya setelah post
test telah selesai maka tenaga kesehatan akan menjadi kelompok kontrol untuk
memberikan pendidikan kesehatan sekaligus dapat mengukur perbedaan sebelum
dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Secara keseluruhan, dengan
diberikannya pengetahuan dan sikap remaja putri dalam menangani keputihan,
seperti pengetahuan tentang keputihan dan sikap dalam pencegahan keputihan
menjadi faktor penentu keberhasilan hubungan pengetahuan dan sikap tentang
keputihan dan upaya pencegahannya.

3.

Penggunaan media audiovisual berkaitan dengan personal hygiene17


Media audiovisual adalah media yang menyajikan informasi atau pesar secara
audiovisual. Audiovisual memberikan kontribusi besar dalam perubahan perilaku
karena terbagi menjadi dua elemen (pendengaran dan penglihatan), sehingga hasil
9

yang diperoleh dapat lebih maksimal. Pendidikan dengan visual mendukung kurang
lebih 75-87% penyaluran materi ke otak sedangkan indera lainna 13-25%.
Dalam rancangan ini sampel penelitian berjumlah 106 remaja putri yang
dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (n=53) dan

kelompok kontrol (n=53). Pada kelompok eksperimen diberikan pendidikan dengan


media audiovisual, sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan intervensi
pendidikan kesehatan dengan media audiovisual. Sehingga diperoleh hasil seperti
pada tabel di bawah ini.
C. Faktor Pendidikan Penunjang yang Dapat Diberikan Kepada Remaja Putri
Berkaitan dengan Keputihan
1. Hindari penggunaan pembersih vagina
Berdasarkan hasil taraf signifikan (0,000 < 0, 05) dan X 2 hitung 58,154 > X2tabel

3,481 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan pemakaian pembersih vagina


dengan kejadian keputihan pada remaja putri. Hal ini dikarenakan karena
pembersihan vagina adalah tipe antiseptik yang mampu mengganggu ekosistem di
dalam vagina, terutama pH kehidupan bakteri baik. Jika pH terganggu maka bakteri
yang cenderung jahat akan mudah berkembang lebih banyak dan vagina akan mudah
terkena penyakit (salah satuna ditandai dengan keputihan). Sebenarnya pembersihan
dengan sabun biasa sudah cukup untuk menghindari terjadinya keputihan.
10

Sedangkan untuk 12 responden yang tidak memakai pembersih vagina tetapi


mengalami keputihan, mengaku sering menggunakan pakaian dalam yang ketat serta
tidak terbuat dari bahan katun dan sisanya 7 responden mengatakan biasanya cebok
dari belakang ke depan.18

11

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1.

Faktor yang dapat memicu keputihan pada remaja putri adalah tindakan berkaitan
dengan vulva/ vaginal hygiene yang kurang efektif, kelebihan produksi hormon
progesteron, dan faktor tempat tinggal.

2.

Metode pendidikan kesehatan yang dapat diberikan kepada remaja putri berkaitan
dengan masalah keputihan adalah metode ceramah dan diskusi kelompok,
melibatkan pihak sekolah dan tenaga kesehatan, serta audiovisual.

3.

Faktor pendidikan penunjang yang dapat diberikan kepada remaja putri berkaitan
dengan masalah keputihan adalah menghindari penggunaan pembersih vagina.

B. Saran
1.

Menyarankan mahasiswa untuk dapat memahami faktor risiko, metode pendidikan


kesehatan, dan faktor pendidikan penunjang berkaitan dengan masalah keputihan

2.

pada remaja putri lainnya, sehingga dapat menunjang pembuatan makalah ini.
Menyarankan pembaca dan/atau tim penilai untuk memahami faktor risiko, metode
pendidikan kesehatan, dan faktor pendidikan penunjang berkaitan dengan masalah
keputihan pada remaja putri lainnya yang menunjang pembuatan makalah ini.

12

DAFTAR PUSTAKA
1.

Soetjiningsih . 2007. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.

2.

Jakarta : Sagung Seto.


BKKBN. 2012. Kesehatan Reproduksi Kunci Remaja Meraih Bahagia. Di dalam link :

3.
4.

http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=38.
Widyastuti. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.
Manuaba.2005. Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk

5.

Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.


Rahmi, Egi Yunia. 2015. Faktor Perilaku yang Mempengaruhi Terjadinya Keputihan

6.

pada Remaja Putri. Jurnal Keperawatan Universitas Riau.


Sianturi. 2005. Keputihan Pada Remaja. Di dalam link : http://72.14.203.104/search?

7.

q=bkkbn.go.id.
Wiwit.2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dengan Kejadian

8.

Keputihan di SMA Negeri 3 Semarang. [Sripsi] : STIKES Karya Husada Semarang.


Enny, S. 2007. Akses yang Lebih Baik untuk Mendapatkan Pelayanan : Merupakan
Konsep

9.

Pelayanan

Kesehatan

Ramah

Remaja

(PKRR).

Di

dalam

link

http://www.amifrance.Org/IMG/HMI FINALVERSION.pdf .
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : PT. Rineka

Cipta.
10. Wawan, dkk. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta: Nuha Medika.
11. Rahayu, Rika Puji. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keputihan pada
Wanita Usia Subur (WUS) di RT 04 RW 03 Kelurahan Rowosari Semarang. [Jurnal]
Universitas Muhammadiyah Semarang.
12. Ayuningsih, Fajar, et al. 2010. Cara Holistik dan Praktis Atasi Gangguan Khas Pada
Kesehatan Wanita. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
13. Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kandungan. Yayasan

Bina

Pustaka

Sarwono

Prawirohardjo : Jakarta.
14. Badaryati, E. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan dan
Penanganan Keputihan Patologis Pada Siswi SLTA atau Sederajat di Kota Banjarbaru.
Dalam

link

http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20319765-S-PDFEmi

%20Badaryati.pdf.
15. Hirawati, Heni. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah
dan Diskusi Kelompok Terhadap Peningkatan Pengetahuan Remaja Putri Tentang
Kebersihan Alat Genitalia di SMA Negeri 1 Unggaran. Jurnal Keperawatan Maternitas.

13

16. Dhuangga, Wandha. 2012. Efektivitas Pendidikan Kesehatan tentang Hygiene


Kewanitaan terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri dalam Menangani
Keputihan. [Jurnal] PSIK Universitas Riau.
17. Yulistasari, Yessy. 2014. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media
Audiovisual Terhadap Perilaku Personal Hygiene (Genitalia) Remaja Putri dalam
Mencegah Keputihan. [Jurnal] PSIK Universitas Riau.
18. Triyani, Risna. 2013. Hubungan Pemakaian Pembersih Vagina dengan Kejadian
Keputihan Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmiah Kebidanan.
19. Dr. Handrawan Nadesul.2010.Cantik,Cerdas,& Feminim.Jakarta
20. Subhan Media.2013.Tips Cantik dan Sehat Alami: Tips kecantikan dan kesehatan
alami.Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai