PROPOSAL
Disusun Oleh :
Febri Handayani
NIM : 20010013
PENDAHULUAN
Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Nasional memperkirakan jumlah balita yang susah
mengontrol buang air besar dan buang air kecil, terutama pada usia prasekolah mencapai 75 juta anak.
Fenomena ini dipicu karena banyak hal pengetahuan ibu yang kurang tentang cara melatih untuk
mengontrol eliminasi pada anak, penggunaan popok sekali pakai, hadirnya saudara baru dan masih
banyak lainnya (Riblat, 2003). Hasil penelitian senada juga ditemukan oleh Kurniawati dkk (2008) yang
menyebutkan bahwa dari 56% anak prasekolah masih sering mengompol, 36% jarang mengompol dan
8% jarang sekali mengompol.
Pada kejadian tersebut seharusnya anak pada usia balita sudah mulai dibimbing toilet training.
Toilet training merupakan latihan mengontrol buang air besar maupun buang air kecil yang dilakukan
sekitar usia 18-24 bulan serta sangat bergantung pada perkembangan beberapa otot tertentu, minat
anak dan kesadaran serta kesiapan anak tersebut (Handayani, 2006). Dalam melakukan latihan
mengontrol eliminasi, anak membutuhkan persiapan fisik, psikologis, maupun intelektualnya untuk
melakukan latihan eliminasi urin dan eliminasi fekal (Horn, 2006).
Melakukan latihan mengontrol eliminasi pada anak balita merupakan usaha yang tidak mudah
untuk orangtua, karena pada masa ini anak masih menggunakan popok sekali pakai atau diapers sebagai
pengganti toilet. Para orang tua merasa popok sekali pakai merupakan solusi agar anak mereka tetap
kering dari masalah buang air besar dan buang air kecil. Menurut dr. Pungky Ardani Kusuma SpA, bahwa
pemakaian popok secara terus menerus menyebabkan anak merasa nyaman saat melakukan eliminasi,
sehingga menghilangkan masa toilet training pada anak. Anak yang sudah berusia 2 tahun dan tidak
memakai popok akan merasa malu bila buang air sembarangan, namun bila anak sudah berusia 2 tahun
dan masih menggunakan popok anak tidak akan tanggap terhadap lingkungannya. Anak yang terlalu
lama pakai popok, tidak mandiri dan masa latihan mengontrol eliminasinya akan terganggu. Dari usia 2
tahun anak seharusnya sudah mulai dibimbing untuk latihan mengontrol eliminasi dan diharapkan
sudah mampu mandiri dalam proses eliminasi pada usia sekitar 3-4 tahun, sehingga pada usia 3 tahun
tidak perlu lagi memakai popok (diapers). Orang tua seharusnya menyediakan waktu luang yang
diperlukan untuk melatih anak melakukan eliminasi dengan baik dan benar agar anak terlatih mandiri
dalam hal buang air besar dan buang air kecil (Bennu, Muzkirah, & Sulistyowati, 2013).
Hasil studi pendahuluan di KB TK IT As Salam Malang, didapatkan data bahwa masih terdapat 4
orang anak kelompok bermain yang masih mengompol dan 1 orang anak usia TK yang baru melepaskan
penggunaan diapers. Salah satu faktor prediktor kejadian tersebut karena latihan mengontrol eliminasi
yang tidak diajarkan dengan benar dan kurang tepat pada anak, sehingga anak belum mampu
melakukan eliminasi urin secara mandiri. Selain itu, faktor penggunaan diapers juga dapat
mempengaruhi kegagalan latihan mengontrol eliminasi yang dapat dilihat dari perilaku anak yang masih
mengompol tersebut. Pembiasaan pola eliminasi dan pola penggunaan diapers yang kurang tepat dapat
mempengaruhi kegagalan melakukan latihan mengontrol eliminasi yang menyebabkan kurangnya
kemampuan anak dalam melakukan eliminasi.
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat
pengaruh pola penggunaan diapers terhadap kemampuan eliminasi pada anak prasekolah. Dengan
harapan, hasil penelitian ini nantinya akan bisa memberikan solusi terbaik untuk mengatasi
permasalahan yang muncul terkait dengan kemampuan eliminasi urin dan fekal pada masyarakat yang
menggunakan diapers pada anaknya.
Mengetahui pengaruh pola penggunaan diapers terhadap kemampuan eliminasi pada anak
prasekolah.
1.3.2 Tujuan Khusus
dari penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap khasanah keilmuan, khususnya
bidang ilmu keperawatan yang terkait dengan kemampuan eliminasi khususnya anak usia prasekolah.
3. Bagi Masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya orang
tua tentang kemampuan eliminasi pada anak tanpa penggunaan diapers dan anak mampu melakukan
eliminasi dengan baik.
1. Berdasarkan penelitian Ifa Chozinatur Rosyidah (2010) tentang hubungan antara pengetahuan ibu
tentang toilet training dengan penggunaan diapers pada anak usia toddler di Perumahan Kinijaya
Semarang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan
penggunaan diapers pada anak usia toddler dengan responden yang mempunyai pengetahuan baik ada
22 orang (44%), pengetahuan cukup 20 orang (40%), sedangkan responden yang mempunyai
pengetahuan kurang ada 8 orang (16%). Responden yang memakai diapers untuk anaknya ada 30 orang
(60%), dan yang tidak memakai diapers ada 20 orang (40%). Perbedaan pada penelitian diatas adalah
pada penelitian ini variabel dependen yaitu pola penggunaan diapers dan variabel independen adalah
kemampuan eliminasi pada anak prasekolah.
2. Berdasarkan penelitian Sri Wahyuni (2012) tentang hubungan stimulasi ibu tentang toilet training
terhadap kemampuan eliminasi pada anak usia 3-5 tahun di Desa Dukun Karangtengah Demak
menunjukkan bahwa stimulasi ibu tentang toilet training yang dilakukan pada anak sebagian besar
masih dalam kategori kurang yaitu 31 (56,4%), dan sebagian besar anak tidak mampu melakukan
eliminasi sebaanyak 32 (58,2%). Hasilnya menunjukkan ada hubungan antara stimulasi ibu tentang
toilet training dengan kemampuan eliminasi pada anak usia 3-5 tahun di Desa Dukun Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Demak dengan p value 0,000 (α : 0,05). Perbedaan penelitian diatas adalah
pada penelitian ini variabel dependen yaitu pola penggunaan diapers dan variabel independen yaitu
kemampuan eliminasi pada anak prasekolah.
3. Berdasarkan penelitian Sriwahyuni (2013) tentang gambaran kemampuan kesiapan toilet training
pada anak usia 1-3 tahun yang memakai popok di lingkungan 1 wilayah Puskesmas Padang Bulan
Medan menunjukkan bahwa kesiapan toilet training pada anak usia toddler yang memakai popok
berdasarkan kesiapan fisik di lingkungan 1 Wilayah Puskesmas Padang Bulan Medan mayoritas
dikatakan siap yaitu 23 anak (46%) sedangkan pada kesiapan mental dan psikologis mayoritas siap
sebanyak 36 anak (27%) menyatakan siap. Perbedaan dengan penelitian diatas adalah pada variabel
dependen dan independen serta tempat penelitian yang berbeda. Pada penelitian ini variabel
dependen yaitu pola penggunaan diapers dan variabel independen kemampuan eliminasi pada anak
prasekolah. Tempat penelitiannya berbeda, penelitian ini dilakukan di KB TK IT As Salam Malang.