Sedangkan warna merah pada urine dapat disebabkan oleh darah di urine.
Faktor makanan yang dikonsumsi juga dapat memberikan warna kemerahan
pada urine, misalnya setelah anak mengonsumsi buah naga merah atau bit
merah. Kondisi ini tentu tidak perlu dikhawatirkan. Beberapa jenis obat juga
dapat memberikan warna urine yang kemerahan atau oranye terang. Contoh,
rifampicin pada pengobatan tuberculosis (TBC). Kemudian, apabila warna
urine putih seperti susu atau keruh, hal ini berarti terdapat infeksi pada
saluran kemih anak. Sebaiknya konsultasi dengan dokter dan dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti urinealisa serta USG ginjal dan kandung
kemih.
Lalu, warna kebiruan pada urine dapat disebabkan oleh pewarna pada
makanan, suplemen, konsumsi obat-obatan seperti amitriptyline,
indomethacin dan propofol. Atau dapat disebabkan oleh suatu kelainan
bawaan yang sangat jarang, berupa hiperkalsemia yang diturunkan. Selain itu,
warna biru kehijauan dapat disebabkan oleh adanya infeksi oleh bakteri
pseudomonas.
Enuresis
1. Pengertian
Enuresis adalah gangguan umum dan bermasalah yang didefinisikan
sebagai keluarnya urine yang disengaja atau involunter ditempat tidur
(biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan terjadi pada
anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali terhadap
kandung kemih secara volunter (Wong, 2008).
Enuresis didefinisikan sebagai berkemih berulang terjadi di pakaian
pada siang hari atau ke tempat tidur pada malam hari pada anak-anak yang
menurut perkembangan lebih tua dari 5 tahun. Kejadian itu harus terjadi
setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan atau ketidakmampuan yang
bermakna atau penurunan. Kategori enuresis dibagi menjadi primer tanpa
komplikasi (monosymptomatic) nocturnal enuresis (periode tidak lebih dari
6 bulan kering di malam hari, tidak ada gejala siang hari). Sekunder atau
rumit nocturnal enuresis (malam waktu basah setelah jangka waktu 6 bulan
menjadi kering dan / atau adanya gejala siang hari), dan inkontinensia
sepanjang waktu (Wolraich, 2008).
Enuresis adalah inkontinensia urine pada usia dimana seharusnya
seorang anak sudah mampu berkemih secara normal, merupakan salah satu
masalah perkembangan yang sering dijumpai (Daulay, 2008).
Mengompol merupakan persoalan yang sering didiskusikan dan
menimbulkan perbedaan pendapat mengenai kejadian dan perawatannya.
Mengompol adalah akibat dari pengeluaran air kemih normal tetapi pada
saat dan tempat yang tidak diinginkan. Enuresis umumnya terjadi pada
anak-anak namun kadang-kadang juga pada remaja dan orang dewasa
(Kurniawati, 2008). Pada umumnya definisi enuresis ialah suatu kelainan
fungsional dalam mengendalikan pengosongan kandung kemih. Dari
kelainan fungsional tersebut di atas, muncul masalah yang diakui
merupakan salah satu faktor kesulitan untuk memberikan definisi enuresis.
Masalah tersebut ialah batasan umur anak yang dianggap telah dapat
mengendalikan engosongan kandung kemihnya. Pengertian lain
menyebutkan bahwa enuresis adalah pengeluaran urin yang tidak di sadari
oleh anak berumur 5 tahun atau lebih baik siang maupun malam hari
(Suwardi, 2000).
2. Penyebab
Enuresis sekunder biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami
stres kejiwaan, seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga,
kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah psikis
lainnya. Selain itu, kondisi fisik yang terganggu seperti adanya infeksi
salura kencing, kencing manis, susah buang air besar, dan alergi juga dapat
menyebabkan enuresis sekunder. Anak yang sulit menahan kencing
sewaktu tidur malam (enuresis nokturnal), berhubungan erat dengan faktor
gangguan psikologis. Namun ahli lain menyatakan bahwa faktor lain
seperti keturunan atau adanya kelainan pada kandung kencing bisa juga
menjadi penyebab (kurniawati, 2008). Enuresis pada seorang anak
disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja. Misalnya, enuresis yang
dianggap sebagai akibat hambatan perkembangan fungsional kandung
kemih dapat diprovokasi oleh kelainan lokal atau masalah psikologik.
Namun sering pula etiologi enuresis tidak diketahui (Suwardi, 2000).
Beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi enuresis pada
anak adalah sebagai berikut :
a. Faktor Genetik
Penelitian akhir-akhir ini mengidentifikasikan bahwa pada
penderita enuresis terdapat gen yang dominan pada kromosom 13.
Adanya penemuan baru dan identifikasi dari produksi gen tersebut
cukup dapat memberikan pemahaman baru tentang enuresis (Daulay,
2008).
c. Faktor tidur
Pola tidur nyenyak pada anak berperan penting untuk terjadinya
enuresis , pola tidur yang nyenyak, umumnya ditemukan pada anak
enuresis primer dan kebanyakan laki-laki, penelitian menunjukkan
bahwa anak dengan enuresis cenderung tidur lebih nyenyak secara
bermakna dibandingka dengan saudaranya yang tidak enuresis.
Anak dengan enuresis tidak bangun dalam menanggapi sensasi
kandung kemih penuh. Orangtua telah lama mengklaim bahwa anak-
anak mereka dengan mengompol senang tidur, temuan yang sering
dikaitkan dengan bias seleksi karena anak enuresis wilth mereka adalah
satu-satunya anak mereka terbangun untuk buang air kecil. Namun,
penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan mengompol
memiliki batas yang lebih tinggi untuk gairah: misalnya, stimulus yang
terbangun 40% dari kontrol terbangun hanya 9% dari pasien enuresis
dalam satu sampel dari 33 anak laki-laki. Tidur studi anak-anak dengan
mengompol tidak seragam yang berbeda dari orang-orang dari kontrol,
dan tidak ada waktu spesifik dari malam atau tahap tidur ketika enuresis
lebih mungkin terjadi (Wolraich, 2008).
1. Trimester I
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan,
dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat
kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan
pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai
membesar.
2. Trimester II
Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas
panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing
akan mulai tertekan kmbali. Selain itu juga terjadi hemodilusi
menyebabkan metabolisme air menjadi lancar. Pada kehamilan tahap
lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis kiri
akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon
rektosigmoid di sebelah kiri. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan
ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambat laju aliran urine.
a. Retensi akut
Komplikasi yang jarang terjadi pada kehamilan. Kadang-kadang
timbul pada kira-kira minggu ke 12 kehamilan apabila uterus dalam posisi
retroversi.
b. Traktus urinarius
3. Pielonefritis akuta
Pielonefritis akuta merupakan salah satu komplikasi yang sering
dijumpai dalam kehamilan, dan frekuensinya kira-kira 2%, terutama pada
kehamilan terakhir dan permulaan masa nifas. Penyebab utama adalah
E.coli, dan dapat pula oleh kuman-kuman lain seperti stafilokokkus
aureus, baasillis proteus, dan pseudomonas aeruginosa.
Gejala-gejala :
Penyakit biasa timbul mendadak
Wanita yang sebelumnya merasa sakit sedikit pada kandung kemih
Tiba-tiba menggigil
Badan panas
Rasa nyeri dipunggung terutama sebelah kanan
Nafsu makan berkurang, mual, muntah-muntah, dan kadang-kadang
diare.
Pengobatan Penderita harus dirawat, istirahat berbaring, dan diberikan
cukup cairan dan antibiotika seperti ampisilin atau sulfonamide, sampai tes
kepekaan kuman ada, kamudian antibiotika disesuaikan dengan hasiltes
kepekaan tersebut.
4. Glomerulonefritis akuta
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit
ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat
menjadi hamil.biasanya disebakan oleh streptococcus beta -haemolyticus
jenis A.glomerulonefritis akuta mmpunyai pngaruh tidak baik terhadap
hasil konsepsi,terutama yang d sertai tkanan darah yang sangat tinggi dan
insufisiensi ginjal ,dapat menyebabkan abortus.partus prematururus dan
kematian janin. Pengobatan :
Istirahat baring sama dengan diluar kehamilan
Diet yang sempurna dan rendah garam
Pengendalian hepertensi serta kesimbangan cairan dan elektrolit
5. Glomeruloneferitis kronika
Ialah pnyakit yang sudah di derita oleh ibu hamil beberapa tahun
sebelumnya karena itu pada pemeriksaan khamilan pertama dapat
dijumpai proteinuria,sedimen yang tidak normal dan hepertensi.
Gejala-gejala :
a. Terdapat proteinuria c. Edema dimuka
b. Kelainan sedimen dan hipertensi d. anemia
6. Sindroma nefrotik
Sinroma nefrotik dahulu di kenal dengan nama nefrosis ialah suatu
kumpulan gejala yang terdiri atas udem, proteinuria (> dari 5 gram
sehari),hipoalbuminemia dan hiperkolestrolmia.penyakit-penyakit yang
dapat menyertai sindroma nefrotik ialah glomerulo-nefritis kronika (paling
sering),lupus eritematosus, diabetes militus, amiloidosis, sifilis dan
thrombosis vena renalis.
Pengobatan :
Penderita di beri infus atau trnfusi darah
Di perhatikan kesembangan elektrolit dan cairan
Lakukan hemodialisis bila ada tanda-tanda
8. Ginjal polikistik
Polikistik merupakan kelainan bawaan (herditer). kehamilan umumnya
tidak mmpengaruhi perkembangan pembentukan Ginjal kista pada
ginjal,begitu pula sebaliknya.akan tetapi bila fungsi ginjal kurang baik,
maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya. sebaliknya
wanita yang telah mempunyai klainan sebaiknya tidak hamil karena
kemungkinan timbul komplikasi akibat kehamilan yang sangat tinggi.
Infeksi kandung kemih adalah peradangan yang terjadi pada kandung kemih.
Infeksi kandung kemih umumnya disebabkan oleh bakteri. Infeksi ini bisa
menjadi semakin parah jika bakteri menyebar hingga ke ginjal.
Walaupun punya tingkat risiko tidak sebesar wanita, infeksi kandung kemih
bisa terjadi lebih parah pada pria. Hal-hal yang memicu infeksi kandung kemih
pada pria adalah infeksi prostat, penyumbatan sistem kandung kemih akibat
tumor, atau karena pembengkakan prostat. Pria yang melakukan seks anal tanpa
memakai pelindung memiliki risiko lebih tinggi mengalami infeksi kandung
kemih.
Gejala infeksi kandung kemih antara orang dewasa dan anak-anak akan
sedikit berbeda. Gejala infeksi kandung kemih pada orang dewasa adalah :
1. Sensasi rasa nyeri, terbakar, atau menyengat saat buang air kecil.
2. Tubuh terasa lemah atau demam.
3. Meningkatnya frekuensi buang air kecil tapi hanya sedikit urine yang
keluar.
4. Terdapat darah di dalam urine atau hematuria.
5. Urine akan berwarna lebih pekat, gelap, dan beraroma kuat.
6. Munculnya rasa nyeri di perut bagian bawah (atau tepat di atas tulang
panggul) atau di punggung bagian bawah.
Infeksi kandung kemih paling sering disebabkan oleh bakteri dari luar,
yang masuk ke dalam saluran kemih melalui uretra dan mulai berkembang biak.
Bakteri bisa masuk dan berkembang biak di kandung kemih jika seseorang
masih menyisakan urine dalam kandung kemih setiap buang air kecil. Tersisanya
urine pada kandung kemih secara tidak sengaja bisa disebabkan oleh: sistem
saluran air seni terhambat misalnya akibat tumor atau pembesaran prostat pada
pria. Kehamilan
juga bisa memberikan tekanan pada bagian panggul dan juga kandung
kemih.Sebanyak 70 hingga 95 persen kasus infeksi kandung kemih akibat bakteri
disebabkan oleh bakteri E. coli. Selain E coli, bakteri lain yang menjadi penyebab
infeksi kandung kemih antara lain :
1. Proteus species.
2. Klebsiella species.
3. Enterococcus faecalis.
4. Enterobacteriaceae.
5. Bakteri ragi.
Refjek Miksi
Proses pembuangan urine disebut proses miksi. Proses miksi dimulai dari
adanya distensi vesika urinaria oleh urine yang merangsang stretch receptors yang
terdapat pada dinding vesika urinaria. Jumlah urine sebanyak 250 cc sudah cukup
untuk memberikan rangsangan tersebut. Kandung kemih dipersarafi oleh saraf
sacral 2 (s-2) dan sacral 3 (s-3). Pusat miksi mengirimkan sinyal kepada otot
kandung kemih relaksasi dan spinter eksterna yang di bawah control kesadaran
akan berperan. Apakah mau miksi atau ditahan/ditunda.Pada saat miksi otot
abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih. Biasanya
tidak lebih dari dari 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut
dengan urine residu.
Volume urine
Volume urine menentukan beberapa jumlah urine yang di keluarkan dalam
waktu 24 jam. Berdasarkan usia,volume urine normal dapat di tentukan sebagai
berikut :
a. Usia 1-2 hari : 15-60 ml/hari
b. Usia 3-10 hari : 100-300 ml/hari
c. Usia 10-12 bulan : 250-400 ml/hari
d. Usia 12 Bln-1 Tahun : 400-500 ml/hari
e. Usia 1-3 Tahun : 500-600 ml/hari
f. Usia 3-5 Tahun : 600-700 ml/hari
g. Usia 5-8 Tahun : 700-1000 ml/hari
h. Usia 8-14 Tahun : 800-1400 ml/hari
i. Usia 14 Th- Dwsa : 1500 ml/hari
j. Dewasa tua : <1500 ml/hari
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
4. Stress Psikologi
Meningkatkan stress dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan
berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik
untuk fungsi spingter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi
pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun
kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan
bertambahnya usia.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine seperti diabetes
mellitus. Pada pasien demam akan terjadi penurunan produksi urine karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan dan iritasi
organ kemih menimbulkan retensi urine.
8. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang buang air
kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya
mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal/pot urine bila
dalam keadaan sakit.
11. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak
dari pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah
produksi urine.
12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Missal obat diuretik
b. Inkotinensia Urine
Adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Inkotinensia terdiri atas:
1. Inkotinensia Dorongan
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine tanpa sadar,terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat
untuk berkemih.
Tanda-tanda inkotinensia dorongan :
Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
Sepasme kandung kemih
Kemungkinan penyebab :
Penurunan kapasitas kandung kemih
Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang
menyebabkan sepasme
Minum alkohol atau caffein
Peningkatan cairan
Peningkatan konsentrasi urine
Distensi kandung kemih yang berlebihan
2. Inkontinensia total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat
diperkirakan.
Kemungkinan penyebab
Dispungsi neurologis
Kontraksi independent dan refleks detrusor karena pembedahan
Trauma atau penyakiy yang mempengaruhi syaraf medula
spinalis
Fistula
Neuropati
Tanda-tanda inkontinensial total
Aliran konstant yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
Tidak ada distensi kandung kemih
Nocturia
Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
c. Inkontinensia Stres
merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine
kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab
perubahan degeneratif pada otot pelfis dan struktur penunjang yang
berhubungan dengan penuaan.
Tekanan intra abdominal tinggi (obesitas)
Distensi kandung kemih
Otot pelfis dan struktur penunjang lemah
e. Inkontinensial fugsional
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine
secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab
Kerusakan neurologis(lesi medula sepinalis)