Anda di halaman 1dari 22

GANGGUAN POLA BAK PADA ANAK

A. Pantau Lewat Warna


Untuk mengetahui adanya gangguan berkemih, paling awal adalah dengan
melihat warnanya. Warna urine yang normal/sehat pada anak sama seperti
pada orang dewasa, yaitu berwarna kekuningan jernih. Tingkat warna
kekuningan pada urine dipengaruhi jumlah cairan yang dikonsumsi. Ada pun
derajat warna urine yang baik dapat dilihat dari urinee chart seperti berikut :

Derajat warna urine dan jumlah urine menggambarkan kondisi hidrasi


pada anak. Dapat pula menunjukkan adanya gangguan pada fungsi hati atau
empedu, misalnya pada hepatitis. Bila berwarna kuning pekat atau seperti
warna teh, artinya tubuh kekurangan cairan. Begitupun warna urine yang
kuning cokelat bisa disebabkan kurang cairan pada anak. Bila urine berwarna
merah atau merah cokelat dapat berarti anak dalam kondisi dehidrasi berat
atau terdapat gangguan pada ginjal.

Sedangkan warna merah pada urine dapat disebabkan oleh darah di urine.
Faktor makanan yang dikonsumsi juga dapat memberikan warna kemerahan
pada urine, misalnya setelah anak mengonsumsi buah naga merah atau bit
merah. Kondisi ini tentu tidak perlu dikhawatirkan. Beberapa jenis obat juga
dapat memberikan warna urine yang kemerahan atau oranye terang. Contoh,
rifampicin pada pengobatan tuberculosis (TBC). Kemudian, apabila warna
urine putih seperti susu atau keruh, hal ini berarti terdapat infeksi pada
saluran kemih anak. Sebaiknya konsultasi dengan dokter dan dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti urinealisa serta USG ginjal dan kandung
kemih.
Lalu, warna kebiruan pada urine dapat disebabkan oleh pewarna pada
makanan, suplemen, konsumsi obat-obatan seperti amitriptyline,
indomethacin dan propofol. Atau dapat disebabkan oleh suatu kelainan
bawaan yang sangat jarang, berupa hiperkalsemia yang diturunkan. Selain itu,
warna biru kehijauan dapat disebabkan oleh adanya infeksi oleh bakteri
pseudomonas.

B. Pantau Frekuensi Dan Volume


Frekuensi berkemih bervariasi tergantung pada usia dan perkembangan
kapasitas kadungan kemih . frekunsi berkemih berubah dari 5-2x perjam saat
anak tumbuh dari usia 3 bulan hingga ke 3 thn.
Kapasitas kandung kemih pada anak dapat diperkirakan dengan rumus
(usia +2) x 30. Misalnya usia 5 tahun berarti kapasitas buli di kandung kemih:
(5+2)x 30 = 210 cc. Ada juga hitungan yang lebih sederhana, yaitu 1-2
cc/kgBB/jam. Jadi kalau seorang anak beratnya 20 kg, maka per jam, urine
yang keluar adalah 20-40 cc karena jumlah inilah yang menjadi kapasitas buli.
Setiap anak yang minumnya normal, biasanya akan kebelet pipis setiap jam
sekali.
Bila frekuesi BAK kurang, berarti buli tidak penuh sehingga anak tidak
kebelet pipis. Kemungkinan besar anak kurang minum. Coba perhatikan,
semakin anak kurang minum, warna urine-nya akan semakin pekat.
Sebaliknya, frekuensi berkemih si kecil berlebihan. Nah, frekuensi BAK
yang berlebihan dapat disebabkan konsumsi cairan yang banyak, udara dingin,
kondisi psikologis sedang stres atau gugup (misalnya sedang mau ujian). Hal
ini tidak menjadi masalah apabila BAK-nya sering, namun jumlah urinenya
banyak/normal setiap BAK.
Apabila frekuensi BAK sering, bahkan berlebihan, namun yang keluar
hanya sedikit (istilah-nya icrit-icrit), bisa jadi ada infeksi di saluran kemih
atau karena kandung kemih yang terlalu sensitif. Bila ini terjadi, sebaiknya
dikonsultasikan ke dokter. Jadi selain frekuensi, warna, maka volume urine si
kecil pun harus Mama pantau. Sekali lagi, apabila BAK sering dan keluarnya
sedikit saja per episode BAK, maka ini berarti ada masalah.

Enuresis

1. Pengertian
Enuresis adalah gangguan umum dan bermasalah yang didefinisikan
sebagai keluarnya urine yang disengaja atau involunter ditempat tidur
(biasanya dimalam hari) atau pada pakaian disiang hari dan terjadi pada
anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali terhadap
kandung kemih secara volunter (Wong, 2008).
Enuresis didefinisikan sebagai berkemih berulang terjadi di pakaian
pada siang hari atau ke tempat tidur pada malam hari pada anak-anak yang
menurut perkembangan lebih tua dari 5 tahun. Kejadian itu harus terjadi
setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan atau ketidakmampuan yang
bermakna atau penurunan. Kategori enuresis dibagi menjadi primer tanpa
komplikasi (monosymptomatic) nocturnal enuresis (periode tidak lebih dari
6 bulan kering di malam hari, tidak ada gejala siang hari). Sekunder atau
rumit nocturnal enuresis (malam waktu basah setelah jangka waktu 6 bulan
menjadi kering dan / atau adanya gejala siang hari), dan inkontinensia
sepanjang waktu (Wolraich, 2008).
Enuresis adalah inkontinensia urine pada usia dimana seharusnya
seorang anak sudah mampu berkemih secara normal, merupakan salah satu
masalah perkembangan yang sering dijumpai (Daulay, 2008).
Mengompol merupakan persoalan yang sering didiskusikan dan
menimbulkan perbedaan pendapat mengenai kejadian dan perawatannya.
Mengompol adalah akibat dari pengeluaran air kemih normal tetapi pada
saat dan tempat yang tidak diinginkan. Enuresis umumnya terjadi pada
anak-anak namun kadang-kadang juga pada remaja dan orang dewasa
(Kurniawati, 2008). Pada umumnya definisi enuresis ialah suatu kelainan
fungsional dalam mengendalikan pengosongan kandung kemih. Dari
kelainan fungsional tersebut di atas, muncul masalah yang diakui
merupakan salah satu faktor kesulitan untuk memberikan definisi enuresis.
Masalah tersebut ialah batasan umur anak yang dianggap telah dapat
mengendalikan engosongan kandung kemihnya. Pengertian lain
menyebutkan bahwa enuresis adalah pengeluaran urin yang tidak di sadari
oleh anak berumur 5 tahun atau lebih baik siang maupun malam hari
(Suwardi, 2000).

2. Penyebab
Enuresis sekunder biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami
stres kejiwaan, seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga,
kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah psikis
lainnya. Selain itu, kondisi fisik yang terganggu seperti adanya infeksi
salura kencing, kencing manis, susah buang air besar, dan alergi juga dapat
menyebabkan enuresis sekunder. Anak yang sulit menahan kencing
sewaktu tidur malam (enuresis nokturnal), berhubungan erat dengan faktor
gangguan psikologis. Namun ahli lain menyatakan bahwa faktor lain
seperti keturunan atau adanya kelainan pada kandung kencing bisa juga
menjadi penyebab (kurniawati, 2008). Enuresis pada seorang anak
disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja. Misalnya, enuresis yang
dianggap sebagai akibat hambatan perkembangan fungsional kandung
kemih dapat diprovokasi oleh kelainan lokal atau masalah psikologik.
Namun sering pula etiologi enuresis tidak diketahui (Suwardi, 2000).
Beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi enuresis pada
anak adalah sebagai berikut :
a. Faktor Genetik
Penelitian akhir-akhir ini mengidentifikasikan bahwa pada
penderita enuresis terdapat gen yang dominan pada kromosom 13.
Adanya penemuan baru dan identifikasi dari produksi gen tersebut
cukup dapat memberikan pemahaman baru tentang enuresis (Daulay,
2008).

Hallgren dalam Suwardi (2000) menemukan sekitar 70% keluarga


dengan anak enuresis, salah satu atau lebih anggota keluarga lainnya
juga menderita enuresis, dan sekitar 40% sekurang-kurangnya satu
diantara orang tuanya mempunyai riwayat enuresis . Penelitian pada
anak kembar menunjukkan bahwa anak kembar monozigot 68% akan
mengalami enuresis dan kembar dizigot sebesar 36%.

b. Faktor Sosial dan Psikologis


Frued dalam Kurniawati (2008) menyatakan bahwa anak yang
sulit menahan kencing sewaktu tidur malam berhubungan erat dengan
gangguan psikologis anak. Enuresis sekunder bisa terjadi akibat faktor
psikologis, biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stres
kejiwaan seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga,
kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah
psikis lainnya. Langkah awal yang harus diambil dalam mengatasi
enuresis sekunder adalah mengenali perubahan-perubahan mendadak
yang terjadi dalam kehidupan anak. Bila anak mengalami stres
kejiwaan, penanganan secara psikologis lebih dibutuhkan. Penanganan
anak yang mengalami enuresis memang tidak mudah. Tapi setidaknya
kasih sayang, kesabaran serta pengertian orang tua untuk tidak
memarahi atau menghukum ketika anak mengompol akan membantu
membangun kepercayaan dirinya. Pengaruh buruk secara psikologis
dan sosial yang menetap akibat ngompol akan mempengaruhi kualitas
hidup anak sebagai seorang manusia dewasa kelak.

c. Faktor tidur
Pola tidur nyenyak pada anak berperan penting untuk terjadinya
enuresis , pola tidur yang nyenyak, umumnya ditemukan pada anak
enuresis primer dan kebanyakan laki-laki, penelitian menunjukkan
bahwa anak dengan enuresis cenderung tidur lebih nyenyak secara
bermakna dibandingka dengan saudaranya yang tidak enuresis.
Anak dengan enuresis tidak bangun dalam menanggapi sensasi
kandung kemih penuh. Orangtua telah lama mengklaim bahwa anak-
anak mereka dengan mengompol senang tidur, temuan yang sering
dikaitkan dengan bias seleksi karena anak enuresis wilth mereka adalah
satu-satunya anak mereka terbangun untuk buang air kecil. Namun,
penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dengan mengompol
memiliki batas yang lebih tinggi untuk gairah: misalnya, stimulus yang
terbangun 40% dari kontrol terbangun hanya 9% dari pasien enuresis
dalam satu sampel dari 33 anak laki-laki. Tidur studi anak-anak dengan
mengompol tidak seragam yang berbeda dari orang-orang dari kontrol,
dan tidak ada waktu spesifik dari malam atau tahap tidur ketika enuresis
lebih mungkin terjadi (Wolraich, 2008).

d. Kapasitas kandung kemih


Sebuah missmatch antara produksi urin dan jumlah urin yang
terkandung dalam kandung kemih pada malam hari tampaknya
menyebabkan mengompol juga. Dalam irama cicardian normal, tubuh
memproduksi urin kurang per jam pada malam hari dibandingkan siang
hari, dalam beberapa unrine anak nokturnal out put mungkin gagal
untuk mengurangi dan karenanya menguasai kemampuan kandung
kemih untuk mencegah arus keluar. Anak-anak lain bisa mengeluarkan
jumlah yang cukup hormon antidiuretik diproduksi. Populasi ini dapat
dibantu dengan desmopresin (DDAVP), yang mengalami penurunan
produksi urin dan selanjutnya dijelaskan untuk ketidakcocokan
menurun kapasitas kandung kemih fungsional, yang berarti
mengosongkan kandung kemih sebelum diisi, meskipun temuan studi
dicampur (Wolraich, 2008).

e. Prematuritas (keterlambatan perkembangan neurologis)


Mufattahah (2006) menyatakan bahwa toilet training merupakan
cara untuk melatih anak agar bisa mengontrol buang air kecil (BAK)
dan buang air besar (BAB). Dengan toilet training diharapkan dapat
melatih anak untuk mampu buang air kecil (BAK) dan buang air besar
(BAB) pada tempat yang telah ditentukan. Dasar keadaan ini adalah
kesulitan mekanisme hambatan yang mengatur pengosongan kandung
kemih. Pengendalian kandung kemih merupakan keterampilan yang
dipelajari sendiri, anak akan belajar mengkoordinasi penggunaan otot-
otot levator ani, diafragma dan otot-otot abdomen yang menghasilkan
voluntary mechanism berkemih. Melalui mekanisme ini anak dapat
menggandakan kapasitas kandung kemihnya 4,5 tahun dibandingkan
dengan kapasitas kandung kemihnya pada umur 2 tahun. Anak yang
gagal menggandakan kapasitas kadung kemihnya akan menjadi anak
enuretik (Suwardi, 2000).
f. Kontipasi
Sering dijumpai anak yang mempunyai masalah pencernaan juga
mengalami enuresis. Enkopresis biasanya menyebabkan konstipasi,
yang menyebabkan dilatasi rektum yang menekan kandung kemih dan
menyebabkan pengendalian kandung kemih yang sulit. Menurut
Robson dkk konstipasi lebih sering berhubungan dengan enuresis
nocturnal primer (Daulay, 2008).
GANGGUAN POLA BAK PADA IBU HAMIL

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadi proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin
(air kemih). Infeksi saluran kemih adalah bila pada pemeriksaan urin, ditemukan
bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. Urin yang diperiksa harus
bersih, segar dan dari aliran tengah atau diambil denagn fungsi suprasimpisis.
Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml disebut dengan istilah
bakteriuria.

Perubahan Anatomis Perkemihan Pada Ibu Hamil

1. Trimester I

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan


sehingga sering timbul kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya
kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada
kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju filtrasi
glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.

Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan,
dan pada kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat
kehamilan. Ibu akan merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan
pertama kehamilan kandung kemih tertekan oleh uterus yang mulai
membesar.

2. Trimester II

Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai


berkurang, karena uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada trimester 2,
kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari panggul sejati kea rah
abdomen. Uretra memanjang samapi 7,5 cm karena kandung kemih
bergeser kearah atas. Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukkan oleh
hyperemia kandung kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini
membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan berdarah.
Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini memungkinkan distensi
kandung kemih sampai sekitar 1500 ml. Pada saaat yang sama,
pembesaran uterus mennekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin
berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.
3. Trimester III

Pada akhir kehamilan, bila kepala janin mulai turun kepintu atas
panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing
akan mulai tertekan kmbali. Selain itu juga terjadi hemodilusi
menyebabkan metabolisme air menjadi lancar. Pada kehamilan tahap
lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi daripada pelvis kiri
akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat terdapat kolon
rektosigmoid di sebelah kiri. Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan
ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga
memperlambat laju aliran urine.

Kelainan-kelainan Sistem Perkemihan Pada Ibu Hamil

a. Retensi akut
Komplikasi yang jarang terjadi pada kehamilan. Kadang-kadang
timbul pada kira-kira minggu ke 12 kehamilan apabila uterus dalam posisi
retroversi.

Uterus tidak dapat muncul ke atas melampaui lengkung sacrum


pada saat vesica urinaria penuh uterus tergencet.
Terdapat circulus visiosus (lingkaran setan) : uterus hanya dapat
muncul keatas kalau vesica urinaria kosong, tetapi vesica urinaria
terjepit antara symphisis pubis dan uterus yang membesar.
Pengobatannya : pemasangan kateter urine dan pengosongan vesica
urinaria perlahan. Setelah itu jarang terjadi komplikasi lagi karena
uterus kemudian dapat berdiri tegak dan menonojol keatas keluar
dari cavitas pelvis.

b. Traktus urinarius

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke PAP, keluhan


sering kencing dan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan
kembali. Disamping itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh
adanya peningkatan sirkulasi darah diginjal pada kehamilan sehingga laju
filtrasi glomerulus juga meningkat sampai 69 %. Rearbsorpsi tubulus tidak
berubah, sehingga produk-produk ekresi seperti urea, uric acid, glukosa,
asam amino, asam folik lebih banyak yang dikeluarkan.

Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun akibat


pengaruh estrogen dan progesterone. Kencing lebih sering (poliuria), laju
filtrasi meningkat sampai 60 %-150 %. Dinding saluran kemih dapat
tertekan oleh perbesaran uterus, menyebabkan hidroureter dan mungkin
hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan asam urat dalam darah
mungkin menurun namun hal ini dianggap normal.

c. Perubahan sistem renal


Keluhan sering buang air kecil merupakan keluhan yang sering terjadi
pada awal kehamilan dan berulang lagi pada akhir kehamilan. Hal ini
disebabkan oleh perubahan anatomi dan merupakan hal yang wajar selama
kehamilan.
Pada kehamilan dini : Uterus membesar meski masih dalam
panggul sehingga menimbulkan tekanan pada kandung kemih dan
akibatnya adalah pasien sering buang air kecil.
Pada pertengahan kehamilan : Uterus sudah keluar dari panggul
sehingga proses miksi berlangsung normal.
Pada akhir kehamilan : Terjadi desensus kepala kedalam panggul
sehingga keluh sering buang Air kecil terulang kembali.

Macam-macam infeksi saluran kemih Pada Ibu Hamil


1. Bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik)
Frekuensi bakteriuria tanpa gejala kira-kira 2-10 %, dan dipengaruhi
oleh paritas, ras, sosioekonomi wanita hamil tersebut. Beberapa peneliti
mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan
peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan premature,
gangguan pertumbuhan janin, dan preeclampsia. Oleh karena itu pada
wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air
kemih bebas dari bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa
kali. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian sulfonamide,
ampisilin, atau nitrofurantoin.

2. Bakteriuria dengan gejala ( simptomatik)


Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang
bagian atas saluran kemih. Sistitis ini sering dijumpai dalam kehamilan
dan nifas, penyebab utama adalah E. coli,dapat pula oleh kuman-kuman
yang lain. Faktor predisposisi Uretra wanita yang pendek, sistokel, adanya
sisa air kemih yang tertinggal, disamping penggunaan kateter yang sering
dipakai dalam usaha mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan
ginekologik atau persalinan.
Gejala-gejala :
kencing sakit terutama pada akhir berkemih
meningkatnya frekuensi berkemih dan kadang-kadang disertai nyeri
di bagian atas simfisis
perasaan ingin berkemih yang tidak dapat ditahan, air kemih
kadang-kadang tersa panas
suhu badan mungkin normal atau meningkat
nyeri di daerah suprasimfisis Pengobatan Dapat diobati dengan
sulfonamide, ampisilin, eritromisin.

3. Pielonefritis akuta
Pielonefritis akuta merupakan salah satu komplikasi yang sering
dijumpai dalam kehamilan, dan frekuensinya kira-kira 2%, terutama pada
kehamilan terakhir dan permulaan masa nifas. Penyebab utama adalah
E.coli, dan dapat pula oleh kuman-kuman lain seperti stafilokokkus
aureus, baasillis proteus, dan pseudomonas aeruginosa.
Gejala-gejala :
Penyakit biasa timbul mendadak
Wanita yang sebelumnya merasa sakit sedikit pada kandung kemih
Tiba-tiba menggigil
Badan panas
Rasa nyeri dipunggung terutama sebelah kanan
Nafsu makan berkurang, mual, muntah-muntah, dan kadang-kadang
diare.
Pengobatan Penderita harus dirawat, istirahat berbaring, dan diberikan
cukup cairan dan antibiotika seperti ampisilin atau sulfonamide, sampai tes
kepekaan kuman ada, kamudian antibiotika disesuaikan dengan hasiltes
kepekaan tersebut.

4. Glomerulonefritis akuta
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit
ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat
menjadi hamil.biasanya disebakan oleh streptococcus beta -haemolyticus
jenis A.glomerulonefritis akuta mmpunyai pngaruh tidak baik terhadap
hasil konsepsi,terutama yang d sertai tkanan darah yang sangat tinggi dan
insufisiensi ginjal ,dapat menyebabkan abortus.partus prematururus dan
kematian janin. Pengobatan :
Istirahat baring sama dengan diluar kehamilan
Diet yang sempurna dan rendah garam
Pengendalian hepertensi serta kesimbangan cairan dan elektrolit

5. Glomeruloneferitis kronika
Ialah pnyakit yang sudah di derita oleh ibu hamil beberapa tahun
sebelumnya karena itu pada pemeriksaan khamilan pertama dapat
dijumpai proteinuria,sedimen yang tidak normal dan hepertensi.
Gejala-gejala :
a. Terdapat proteinuria c. Edema dimuka
b. Kelainan sedimen dan hipertensi d. anemia
6. Sindroma nefrotik
Sinroma nefrotik dahulu di kenal dengan nama nefrosis ialah suatu
kumpulan gejala yang terdiri atas udem, proteinuria (> dari 5 gram
sehari),hipoalbuminemia dan hiperkolestrolmia.penyakit-penyakit yang
dapat menyertai sindroma nefrotik ialah glomerulo-nefritis kronika (paling
sering),lupus eritematosus, diabetes militus, amiloidosis, sifilis dan
thrombosis vena renalis.

7. Gagal ginjal mendadak


Gagal ginjal mendadak dalam kehamilan adalah komplikasi yang
sangat gawat dalam kehamilan dan nifas,karena dapat menimbulkan
kematian,atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh
lagi.pnderita yang mengalami gagal ginjal mendadak ini sring di jumpai
pada kehamilan muda 12-18 minggu,dan kehamilan yang telah cukup
bulan.
Gejala-gejala :
sepsis
adanya tanda-tanda oliguri mendadak dan asothemia
pembekuan darah intra vaskuler

Pengobatan :
Penderita di beri infus atau trnfusi darah
Di perhatikan kesembangan elektrolit dan cairan
Lakukan hemodialisis bila ada tanda-tanda

8. Ginjal polikistik
Polikistik merupakan kelainan bawaan (herditer). kehamilan umumnya
tidak mmpengaruhi perkembangan pembentukan Ginjal kista pada
ginjal,begitu pula sebaliknya.akan tetapi bila fungsi ginjal kurang baik,
maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya. sebaliknya
wanita yang telah mempunyai klainan sebaiknya tidak hamil karena
kemungkinan timbul komplikasi akibat kehamilan yang sangat tinggi.

9. Kehamilan Pasca Nefrektomi


Pada pendrita yang mempunyai satu ginjal karna kelainan congenital
atau pasca nefrktomi, dapat atau boleh hamil sampai aterm asal fungsi
ginjalnya normal. Perlu pemeriksaan fungsi ginjal sebelum hamil dan
selama kehamilan serta diawasi dengan baik, karena kemungkinan
timbulnya infeksi saluran kemih. Persalinan dapat berlangsung
pervaginam kecuali dalam keadaan-keadaan tertentu.
GANGGUAN POLA BAK PADA DEWASA

Infeksi kandung kemih adalah peradangan yang terjadi pada kandung kemih.
Infeksi kandung kemih umumnya disebabkan oleh bakteri. Infeksi ini bisa
menjadi semakin parah jika bakteri menyebar hingga ke ginjal.

Dibandingkan dengan pria, wanita lebih sering mengalami infeksi kandung


kemih. Hal ini disebabkan karena saluran uretra (saluran yang membawa urine
dari kandung kemih ke luar tubuh) pada wanita lebih pendek, dan mulut uretra
wanita terletak sangat dekat dengan anus. Tidak ada batasan umur wanita yang
bisa mengalami infeksi kandung kemih. Namun, wanita yang hamil, aktif secara
seksual, dan yang sudah melewati menopause memiliki risiko lebih besar

Walaupun punya tingkat risiko tidak sebesar wanita, infeksi kandung kemih
bisa terjadi lebih parah pada pria. Hal-hal yang memicu infeksi kandung kemih
pada pria adalah infeksi prostat, penyumbatan sistem kandung kemih akibat
tumor, atau karena pembengkakan prostat. Pria yang melakukan seks anal tanpa
memakai pelindung memiliki risiko lebih tinggi mengalami infeksi kandung
kemih.

Gejala infeksi kandung kemih antara orang dewasa dan anak-anak akan
sedikit berbeda. Gejala infeksi kandung kemih pada orang dewasa adalah :

1. Sensasi rasa nyeri, terbakar, atau menyengat saat buang air kecil.
2. Tubuh terasa lemah atau demam.
3. Meningkatnya frekuensi buang air kecil tapi hanya sedikit urine yang
keluar.
4. Terdapat darah di dalam urine atau hematuria.
5. Urine akan berwarna lebih pekat, gelap, dan beraroma kuat.
6. Munculnya rasa nyeri di perut bagian bawah (atau tepat di atas tulang
panggul) atau di punggung bagian bawah.

Penyebab Infeksi Kandung Kemih

Infeksi kandung kemih paling sering disebabkan oleh bakteri dari luar,
yang masuk ke dalam saluran kemih melalui uretra dan mulai berkembang biak.

Bakteri bisa masuk dan berkembang biak di kandung kemih jika seseorang
masih menyisakan urine dalam kandung kemih setiap buang air kecil. Tersisanya
urine pada kandung kemih secara tidak sengaja bisa disebabkan oleh: sistem
saluran air seni terhambat misalnya akibat tumor atau pembesaran prostat pada
pria. Kehamilan
juga bisa memberikan tekanan pada bagian panggul dan juga kandung
kemih.Sebanyak 70 hingga 95 persen kasus infeksi kandung kemih akibat bakteri
disebabkan oleh bakteri E. coli. Selain E coli, bakteri lain yang menjadi penyebab
infeksi kandung kemih antara lain :

1. Proteus species.
2. Klebsiella species.
3. Enterococcus faecalis.
4. Enterobacteriaceae.
5. Bakteri ragi.

Pada wanita berusia muda, bakteri Staphylococcus saprophyticus juga bisa


menjadi penyebab infeksi kandung kemih. Infeksi kandung kemih akibat bakteri
lebih umum terjadi pada wanita, hal ini disebabkan karena posisi uretra wanita
yang lebih berdekatan dengan anus. Ini berarti bakteri dari anus lebih mudah
berpindah ke uretra.

Frekuensi Kencing Normal


Menurut Bladder and Bowel Foundation, rata-rata frekuensi kencing
normal bagi orang yang minum 2 liter air per hari adalah sekitar 7 kali dalam 24
jam. Kurang maupun lebih dari itu, misalnya sekitar 6-8 kali kencing dalam sehari
masih termasuk dalam batas yang wajar. Satu hal yang perlu diingat, frekuensi
kencing yang berbeda, misalnya antara 4-10 kali per hari, juga belum tentu
menunjukkan bahwa seseorang memiliki kondisi medis yang perlu diperhatikan.
Hal ini karena ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi kebiasaan buang air
kecil seseorang, yang umumnya dipengaruhi pola hidup orang tersebut.

Untuk menentukan apakah frekuensi kencing normal atau tidak, daripada


menghitung seberapa sering kita berkemih, lebih baik kita melihat warna urine.
Jika warnanya kuning keruh (mirip teh) atau gelap, berarti ada kekurangan cairan,
dan sebaiknya menambah minum 1-2 gelas per hari. Sebaliknya, jika urine kita
jernih, dan kita merasa terlalu sering kencing, kita bisa mengurangi minum
sebanyak 1-2 gelas per harinya. Intinya, berapa kali pun kita kencing, asalkan
warnanya jernih dan kita merasa nyaman, maka kemungkinan besar tidak ada
yang salah dengan kebiasaan berkemih kita.

Refjek Miksi
Proses pembuangan urine disebut proses miksi. Proses miksi dimulai dari
adanya distensi vesika urinaria oleh urine yang merangsang stretch receptors yang
terdapat pada dinding vesika urinaria. Jumlah urine sebanyak 250 cc sudah cukup
untuk memberikan rangsangan tersebut. Kandung kemih dipersarafi oleh saraf
sacral 2 (s-2) dan sacral 3 (s-3). Pusat miksi mengirimkan sinyal kepada otot
kandung kemih relaksasi dan spinter eksterna yang di bawah control kesadaran
akan berperan. Apakah mau miksi atau ditahan/ditunda.Pada saat miksi otot
abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih. Biasanya
tidak lebih dari dari 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut
dengan urine residu.

Pola Eliminasi Urine Normal


Pola eliminasi urine sangat tergantung pada individu,biasanya miksi satelah
bekerja,makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali.

Karakteristik Urine Normal


Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochrome.
Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaan dehidrasi
konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecoklatan. Penggunaan obat-obat
tertentu seperti multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi
kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan
urea oleh bakteri.Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine.
Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan,dan ststus
kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200 sampai 1.500 ml per hari atau 150
sampai 600 ml per sekali miksi.

Volume urine
Volume urine menentukan beberapa jumlah urine yang di keluarkan dalam
waktu 24 jam. Berdasarkan usia,volume urine normal dapat di tentukan sebagai
berikut :
a. Usia 1-2 hari : 15-60 ml/hari
b. Usia 3-10 hari : 100-300 ml/hari
c. Usia 10-12 bulan : 250-400 ml/hari
d. Usia 12 Bln-1 Tahun : 400-500 ml/hari
e. Usia 1-3 Tahun : 500-600 ml/hari
f. Usia 3-5 Tahun : 600-700 ml/hari
g. Usia 5-8 Tahun : 700-1000 ml/hari
h. Usia 8-14 Tahun : 800-1400 ml/hari
i. Usia 14 Th- Dwsa : 1500 ml/hari
j. Dewasa tua : <1500 ml/hari

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine


1. Diet dan Asupan
Jumlah dan tipe makanan merupakan factor utama yang
mempengaruhi output urine. Protein dan natrium dapat menentukan jumlah
urine yang terbentuk. Alkohol menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH)
untuk meningkatkan pembuangan urine. Kopi, teh, coklat, cola
(mengandung kafein) dapat meningkatkan pembuangan dan eksresi urine.

2. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih


Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria, sehingga
mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.

3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.

4. Stress Psikologi
Meningkatkan stress dapat meningkatkan frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan
berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik
untuk fungsi spingter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas. Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi
pola berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun
kemampuan dalam mengontrol buang air kecil meningkat dengan
bertambahnya usia.

7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine seperti diabetes
mellitus. Pada pasien demam akan terjadi penurunan produksi urine karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan dan iritasi
organ kemih menimbulkan retensi urine.

8. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine
seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang buang air
kecil di tempat tertentu.
9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di toilet, biasanya
mengalami kesulitan untuk berkemih dengan melalui urinal/pot urine bila
dalam keadaan sakit.

10. Tonus Otot


Tonus otot yang berperan penting dalam membantu proses berkemih
adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat
berperan dalam kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine.

11. Pembedahan
Pembedahan berefek menurunkan filtrasi glomerulus sebagai dampak
dari pemberian obat anestesi sehingga menyebabkan penurunan jumlah
produksi urine.
12. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Missal obat diuretik

13. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostic ini juga mempengaruhi kebutuhan eliminasi
urine khususnya prosedur prosedur yang berhubungan dengan tindakan
pemeriksaan saliran kemih seperti intra venus pyelogram (IVP).
Pemeriksaan ini dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi
produksi urine.

Masalah-masalah Eliminasi Urine


a. Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan
bladder untuk mengosongkan kandung kemih.Penyebeb distensi bladder
adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml. Normalnya
adalah 250-400 ml.
Tanda-tanda Klinis pada retensi :
Ketidaknyaman daerah pubis
Distensi vesika urinaria
Ketidaksanggupan untuk berkemih
Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (25-50 ml)
Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan
asupannya
Meningkat keresaha dan keinginan berkemih
Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih
Penyebab :
Operasi pada daerah abdomen bawah,pelvis vesika urinaria.
Trauma sumsum tulang belakang.
Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot detrusor yang
lemah.
Sfingter yang kuat.
Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kalenjer prostate).

b. Inkotinensia Urine
Adalah ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau
menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Inkotinensia terdiri atas:

1. Inkotinensia Dorongan
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine tanpa sadar,terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat
untuk berkemih.
Tanda-tanda inkotinensia dorongan :
Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
Sepasme kandung kemih

Kemungkinan penyebab :
Penurunan kapasitas kandung kemih
Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang
menyebabkan sepasme
Minum alkohol atau caffein
Peningkatan cairan
Peningkatan konsentrasi urine
Distensi kandung kemih yang berlebihan

2. Inkontinensia total
Inkontinensia total merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat
diperkirakan.
Kemungkinan penyebab
Dispungsi neurologis
Kontraksi independent dan refleks detrusor karena pembedahan
Trauma atau penyakiy yang mempengaruhi syaraf medula
spinalis
Fistula
Neuropati
Tanda-tanda inkontinensial total
Aliran konstant yang terjadi pada saat tidak diperkirakan
Tidak ada distensi kandung kemih
Nocturia
Pengobatan inkontinensia tidak berhasil

c. Inkontinensia Stres
merupakan keadaan seseorang yang mengalami kehilangan urine
kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.
Kemungkinan penyebab
perubahan degeneratif pada otot pelfis dan struktur penunjang yang
berhubungan dengan penuaan.
Tekanan intra abdominal tinggi (obesitas)
Distensi kandung kemih
Otot pelfis dan struktur penunjang lemah

Tanda-tanda inkontensia setres:


Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan abdomen
Adanya dorongan berkemih
Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
.
d. Inkotinensia Refleks
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urine yang tidak dirasakan<terjadi pada interval yang dapat diperkirakan
bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
Kemungkinan penyebab
Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)

Tanda-tanda Inkontinensia refleks


Tidak ada dorongan berkemih.
Merasa bahwa kandung kemih penuh.
Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak di hambat pada
interval teratur.

e. Inkontinensial fugsional
Merupakan keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urine
secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Kemungkinan penyebab
Kerusakan neurologis(lesi medula sepinalis)

Tanda-tanda inkontinensial fungsional


Adanya dorongan untuk berkemih
Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan
Perubahan pola berkemih
1. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang
meningkat, biasanya terjadi pada cystitis, stres dan wanita hamil.
2. Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-
anak karena kemampuan spinter untuk mengontrol berkurang.
3. Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi
saluran kemih, trauma dan striktur uretra.
4. Polyuria (diuresis) : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan
intake cairan misalnya pada pasien DM.
5. Urinary suppression : keadaan di mana ginjal tidak memproduksi urine
secara tiba-tiba. Anuria (urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine
berkisar 100-500 ml/jam).
GANGGUAN POLA BAK PADA LANSIA

1. Inkontinensia Urin Akut Reversibel


Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tak dapat
pergi ke toilet sehingga berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium
teratasi maka inkontinensia urin umumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi
yang menghambat mobilisasi pasien dapat memicu timbulnya inkontinensia
urin fungsional atau memburuknya inkontinensia persisten, seperti fraktur
tulang pinggul, stroke, arthritis dan sebagainya.
Resistensi urin karena obat-obatan, atau obstruksi anatomis dapat pula
menyebabkan inkontinensia urin. Keadaan inflamasi pada vagina dan urethra
(vaginitis dan urethritis) mungkin akan memicu inkontinensia urin.
Konstipasi juga sering menyebabkan inkontinensia akut
Berbagai kondisi yang menyebabkan poliuria dapat memicu terjadinya
inkontinensia urin, seperti glukosuria atau kalsiuria. Gagal jantung dan
insufisiensi vena dapat menyebabkan edema dan nokturia yang kemudian
mencetuskan terjadinya inkontinensia urin nokturnal. Berbagai macam obat
juga dapat mencetuskan terjadinya inkontinensia urin seperti Calcium
Channel Blocker, agonist adrenergic alfa, analgesic narcotic, psikotropik,
antikolinergik dan diuretic.
Untuk mempermudah mengingat penyebab inkontinensia urin akut
reversible dapat dilihat akronim di bawah ini :
a. Delirium
b. Restriksi mobilitas, retensi urin
c. Infeksi, inflamasi, Impaksi
d. Poliuria, pharmasi

2. Inkontinensia Urin Persisten


Inkontinensia urin persisten dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara,
meliputi anatomi, patofisiologi dan klinis. Untuk kepentingan praktek klinis,
klasifikasi klinis lebih bermanfaat karena dapat membantu evaluasi dan
intervensi klinis. Kategori klinis meliputi :

a. Inkontinensia urin stress


Tak terkendalinya aliran urin akibat meningkatnya tekanan
intraabdominal, seperti pada saat batuk, bersin atau berolah raga.
Umumnya disebabkan oleh melemahnya otot dasar panggul,
merupakan penyebab tersering inkontinensia urin pada lansia di bawah
75 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita tetapi mungkin terjadi pada
laki-laki akibat kerusakan pada sfingter urethra setelah pembedahan
transurethral dan radiasi. Pasien mengeluh mengeluarkan urin pada
saat tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah urin yang keluar dapat sedikit
atau banyak.

b. Inkontinensia urin urgensi


Keluarnya urin secara tak terkendali dikaitkan dengan sensasi
keinginan berkemih. Inkontinensia urin jenis ini umumnya dikaitkan
dengan kontraksi detrusor tak terkendali (detrusor overactivity).
Masalah-masalah neurologis sering dikaitkan dengan inkontinensia
urin urgensi ini, meliputi stroke, penyakit Parkinson, demensia dan
cedera medula spinalis. Pasien mengeluh tak cukup waktu untuk
sampai di toilet setelah timbul keinginan untuk berkemih sehingga
timbul peristiwa inkontinensia urin. Inkontinensia tipe urgensi ini
merupakan penyebab tersering inkontinensia pada lansia di atas 75
tahun. Satu variasi inkontinensia urgensi adalah hiperaktifitas detrusor
dengan kontraktilitas yang terganggu. Pasien mengalami kontraksi
involunter tetapi tidak dapat mengosongkan kandung kemih sama
sekali. Mereka memiliki gejala seperti inkontinensia urin stress,
overflow dan obstruksi. Oleh karena itu perlu untuk mengenali kondisi
tersebut karena dapat menyerupai ikontinensia urin tipe lain sehingga
penanganannya tidak tepat.

c. Inkontinensia urin overflow


Tidak terkendalinya pengeluaran urin dikaitkan dengan distensi
kandung kemih yang berlebihan. Hal ini disebabkan oleh obstruksi
anatomis, seperti pembesaran prostat, faktor neurogenik pada diabetes
melitus atau sclerosis multiple, yang menyebabkan berkurang atau
tidak berkontraksinya kandung kemih, dan faktor-faktor obat-obatan.
Pasien umumnya mengeluh keluarnya sedikit urin tanpa adanya sensasi
bahwa kandung kemih sudah penuh.

d. Inkontinensia urin fungsional


Memerlukan identifikasi semua komponen tidak terkendalinya
pengeluaran urin akibat faktor-faktor di luar saluran kemih. Penyebab
tersering adalah demensia berat, masalah muskuloskeletal berat, faktor
lingkungan yang menyebabkan kesulitan unutk pergi ke kamar mandi,
dan faktor psikologis.
Seringkali inkontinensia urin pada lansia muncul dengan berbagai
gejala dan gambaran urodinamik lebih dari satu tipe inkontinensia urin.
Penatalaksanaan yang tepat memerlukan identifikasi semua komponen.
MAKALAH SISTEM PEKEMIHAN
GANGGUAN POLA BAK

(Dosen Pembimbing : Retno Sumara S. Kep., Ns., M. Kep.)

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Sanda Marta Ari Firmansyah (20141660083/VI-A)


2. Deny Aufi Saputri (20141660037/VI-A)
3. Diany Ellen Fransisca (20141660089/VI-A)
4. Moch. Arief Billah (201416600/VI-A)
5. Ika Putri Nuzulul Fajariyah
6. Bima Wiranata Kencana
7. Mariana Ulfa Mustafa
8. Ika Widya Estikawati
9. Farhana Zulfa

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2017

Anda mungkin juga menyukai