Anda di halaman 1dari 17

GANGGUAN

ELIMINASI
Enkopresis/enuresis
Enkopresis
◦ Enkopresisi merupakan pola pengeluaran feses di tempat yang tidak tepat terlepas apakah
pengeluarannya disadari atau tidak disadari. Pola ditemukan sekurangnya 3 bulan dan usia
kronologis anak sekurangnya 4 tahun.

Epidemiologi
Dalam kultur Barat, pengendalian usus didapatkan lebih dari 95 persen anak pada usia 4 tahun dan 99
persen anak pada usia lima tahun. Setelahnya, frekuensi menurun sampai benar-benar tidak ada pada
usia 16 tahun. Setelah usia 4 tahun, enkopresis pada semua usia adalah tiga sampai empat kali lebih
sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Pada usia 7 atau 8 tahun, frekuensi kira-kira
adalah 1,5 persen pada anak laki-laki dan 0,5 persen pada anak perempuan. Pada usia 10 sampai 12
tahun, enkopresis sekali sebulan terjadi pada 1,3 persen anak laki-laki dan 0,3 persen anak perempuan
Etiologi

- Faktor fisiologis dan psikologis


- Tidak adanya latihan toilet (toilet training) yang tepat atau adekut
- Beberapa anak juga menderita pengendalian sfingter yang tidak efisien dan tidak efektif seumur hidup
- Enkopresis juga dapat terjadi pada anak dengan pengendalian usus yang adekuat untuk berbagai macam alasan emosional
seperti marah, ansietas, takut atau kombinasi tersebut sehingga dapat membuat anak tidak membuang feses pada tempatnya.
Enkopresis mungkin disertai dengan masalah perkembangan neurologi lain, termasuk distraktibilitas yang mudah, rentang atensi
yang pendek, toleransi frustrasi yang rendah, hiperaktivitas, dan koordinasi yang buruk. Kadang-kadang, anak memiliki
ketakutan khusus dalam menggunakan toilet. Enkopresis mungkin juga dicetuskan oleh peristiwa kehidupan, seperti kelahiran
adik atau pindah ke rumah baru
Anak yang diasuh secara kasar dan sering dihukum dengan hukuman berat karena kesalahan selama toilet training juga dapat
menimbulkan enkopresis
Diagnosis
◦ Kriteria Diagnostik, DSM-5:
◦ A. Pembuangan tinja yang berulang ke tempat yang tidak tepat (misalnya, pakaian. Lantai), baik disengaja maupun disengaja.
◦ B. Setidaknya satu peristiwa seperti itu terjadi setiap bulan selama minimal 3 bulan.
◦ C. Umur kronologis minimal 4 tahun (atau setara dengan tingkat perkembangan).
◦ D. Perilaku tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis pengganti (misalnya obat pencahar) atau kondisi medis lain yang
diharapkan melalui mekanisme yang melibatkan konstipasi

Diagnosis banding
• Enkopresis dengan konstipasi
• Inkontinensia limpahan karena nutrisi yang salah

• Penyakit struktur anus, rectum, kolon, efek samping


obat dan gangguan medis lainnya
• Diagnosis banding utama adalah megacolon aganglionik (Hirschsprung)
Perjalanan penyakit dan prognosis
Prognosis enkopresis tergantung pada penyebab, kronisitas gejala, dan masalah perilaku penyerta. Pada banyak kasus,
enkopresis dapat sembuh sendiri, dan jarang berlanjut ke masa remaja pertengahan. Anak-anak yang memiliki faktor fisiologis ,
seperti motilitas lambung yang buruk dan ketidakmampuan untuk merelaksasikan otot sfingter anal lebih sulit untuk diterapi
dibandingkan dengan anak yang konstipasi tetapi dengan tonus sfinter yang normal.
Prognosis juga dipengaruhi oleh kemampuan dan kemauan keluarga untuk bverperan serta dalam terapi tanpa menghukum dan
oleh kesadaran anak tentang kapan pengeluaran feses kira-kira akan terjadi

Terapi
Psikoterapi:
- Terapi pendekatan fisiologis seperti kombinasi laksatif harian atau minyak mineral
- Terapi perilaku (anak duduk di toilet dengan interval waktu yang ditentukan setiap hari dan diberikan hadiah untuk defekasi
yang berhasil.
- Psikoterapi suportif juga bisa digunakan untuk menerapi ansietas dan gejala sisa lain.
Sebelum memulai terapi harus edukasi keluarga terlebih dahulu mengenai kesalahan persepsi tentang BAB
Enuresis
Pengeluaran urin secara berulang dalam pakaian (ngompol) atau di tempat tidur terlepas apakah disadari atau tidak
disadari/sengaja, terjadi 2 kali seminggu selama sekurangnya 3 bulan dan menyebabkan penderitaan klinis, social dan
akademik. Usia kronologis dan usis perkembangan anak sekurangnya 5 tahun

Epidemiologi
Sekitar 82% anak berusia 2 tahun 49 persen anak berusia 3 tahun, 36 persen anak berusia 4 tahun, dan 7 persen anak
berusia 5 tahun. Tetapi, angka prevalensi adalah bervariasi, tergantung pada populasi yang diteliti dan toleransi untuk
gejala dalam berbagai kelompok kultur dan sosioekonomi.
Penelitian melaporkan bahwa 3,3 persen anak perempuan berusia 7 tahun mengalami enuretik sekurangnya satu kali
dalam seminggu. Pada usia 10 tahun prevalensi enuresis keseluruhan telah dilaporkan sebesar 3 persen. Angka dengan
cepat menurun untuk remaja, di mana prevalensi sebesar 1,5 persen dilaporkan pada anak berusia 14 tahun.
Pada orang dewasa, enuresis mengenai kira-kira 1 persen. Gangguan mental ditemukan hanya pada kira- kira 20 persen
anak enuretik dan tersering pada anak perempuan.
Etiologi
◦ Faktor fisiologis
◦ Kontrol berkemih dipengaruhi oleh perkembangan neuromuscular dan kognitif,
◦ Faktor sosioekonomi
◦ Latihan toilet,
◦ Kemungkinan factor genetic (ayah dengan enuresis kemungkinan anaknya enuresis 7 kali lebih besar, kembar monozigot &
dizigot)
◦ Stresor psikososial tampaknya mencetuskan beberapa kasus enuresis , terutama berhubungan dengan kelahiran adik, mulai
sekolah, kehancuran keluarga dan pindah ke rumah baru
Enuresis tidak terkait dengan waktu tidur pada malam hari
Diagnosis
◦ Kriteria Diagnostik Enuresis, DSM-5:
◦ A. Buang air kecil berulang kali di tempat tidur atau pakaian, baik disengaja maupun disengaja.
◦ B. Perilaku tersebut signifikan secara klinis yang dimanifestasikan oleh frekuensi setidaknya dua kali seminggu selama
setidaknya 3 bulan konservatif dengan adanya gangguan atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang
fungsi sosial, akademik (pekerjaan), atau area penting lainnya.
◦ C. Umur kronologis minimal 5 tahun (atau setara dengan tingkat perkembangan).
◦ D. Perilaku tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya diuretik, obat antipsikotik) atau kondisi
medis lain (misalnya diabetes, spina bifida, gangguan kejang).
Diagnosis banding
◦ Penyebab organik yang mungkin dari ngompol harus disingkirkan. Ciri organik paling sering ditemukan pada anak-anak
dengan enuresis nokturnal maupun diurnal yang dikombinasikan dengan frekuensi dan urgensi urin. Ciri organik adalah
◦ (1) patologi genitourinarius struktural, neurologis, dan infeksi-seperti uropati obstruktif, spina bifida okulta, dan sistitis;
◦ (2) gangguan organik lain yang dapat menyebabkan poliuria dan enuresis, seperti diabetes melitus dan diabetes insipidus;
◦ (3) gangguan kesadaran dan tidur, seperti kejang, intoksikasi, dan somnabulisme yang pada gangguan ini anak berkemih dan
◦ (4) efek samping terapi dengan antipsikotik sebagai contoh, thioridazine (Mellaril)
Prognosis
Enuresis biasanya berhenti sendiri, dimulai antara 5 dan 8 tahun jika lebih dari itu atau terlambat maka harus
dicari penyebab organiknya. Kesulitan emosional dan sosial yang bermakna pada anak enuretik biasanya adalah
citra diri yang buruk, rendah diri, rasa malu dan pengekangan dan konflik dalam keluarga.

Terapi
◦ Latihan toilet yang tepat
◦ Terapi perilaku (classic conditioning dengan bel)
◦ Farmakoterapi: bukan lini pertama untuk terapi enuresis, hanya jika pada kasus tidak dapat
disembuhkan/sangat menganggu
◦ Imipramin
CONTOH KASUS
ENKOPRESIS
Henry adalah seorang laki-laki berusia 11 tahun dengan enkopresis hampir setiap hari dan sejumlah perilaku
terkait, termasuk menyembunyikan feses di sekitar rumah. Ia tinggal di lingkungan perawatan asuhan
khusus, setelah dipisahkan dari orang tua biologisnya pada usia 7 tahun karena penganiayaan fisik dan
seksual. Kedua orang tuanya terlibat di dalam penyalahgunaan zat, dan riwayat awalnya tidak tercatat dengan
baik. Meskipun demikian, orang tuanya menunjukkan bahwa ia tidak menunjukkan kontinensia usus terus-
menerus heberapa bulan. Henry juga mengalami enuresis sampai 6 tahun, tetapi membaik hingga episode
malam hari yang kadang-kadang setiap 4 sampai 6 bulan. Henry juga sesuai untuk diagnosis gangguan
menentang oposisional. Meskipun ia telah mengalami penganiayaan fisik dan seksual, ia tidak mengalami
ingatan kembali akan hal tersebut atau gejala-geiala yang memenuhi kriteria untuk gangguan stres pasça-
trauma (PTSD). Henry juga memiliki gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas (ADHD) dan efektif diterapi
dengan metylphenidate (Ritalin) 10 mg dua kali sehari. Keluarga asuh tinggal di daerah kota yang memiliki
akses ke rumah sakit anak yang dikenal secara nasional, Bagian rawat jalan memiliki program enkopresis
perilaku khusus yang menggabungkan metode pelatihan usus dengan komponen psikoedukasional serta
psikoterapi.
Konsultan psikiatrik pada program perawatan asuh khusus meragukan bahwa program ini akan berhasil untuk
Henry karena ia memiliki begitu banyak psikopatologi terkait dan feses sering disimpan di sekitar rumah dengan
cara yang simbolik. Enkopresis juga bukanlah jenis limpahan retentif (karena ditahan), dan feses selalu
terbentuk dengan baik. Meskipun demikian, karena tidak ada bahaya yang dapat terjadi karena rujukan tersebut,
psikiater anak konsultan menyetujuinya. Konsultan terkejut, beberapa minggu setelah pelatihan usus rawat jalan
yang digabungkan dengan komponen psikoedukasional dan psikoterapi menghasilkan penghentian sempurna
enkopresis. Pada salah satu kunjungannya ke rumah, Henry dengan bangga menunjukkan pada manajer
kasusnya suatu diagram mengenai fungsi sistem digestif yang merupakan bagian dari program psikoedukasional.
Bila memandang ke belakang, tampak bahwa, meskipun ada aspek simbolik perilaku enkopretik Henry, perilaku
buang air ini bersifat ego-distonik, dan ia memiliki motivasi untuk mengubah perilakunya, meskipun motivasi
ini tidak dapat dideteksi secara prospektif oleh tim terapi karena sikap respon menentang-berlawanan terhadap
orang dewasa.
Kata dan kalimat kunci
◦ berusia 11 tahun dengan enkopresis hampir setiap hari
◦ menyembunyikan feses di sekitar rumah
◦ dipisahkan dari orang tua biologisnya pada usia 7 tahun karena penganiayaan fisik dan seksual.
◦ Kedua orang tuanya terlibat di dalam penyalahgunaan zat,
◦ tidak menunjukkan kontinensia usus terus-menerus heberapa bulan.
◦ enuresis sampai 6 tahun tetapi membaik hingga episode malam hari yang kadang-kadang setiap 4 sampai 6 bulan
◦ diagnosis gangguan menentang oposisional
◦ Bukan stres pasça- trauma (PTSD)
◦ memiliki gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas (ADHD) dan efektif diterapi dengan metylphenidate (Ritalin) 10 mg dua kali
sehari
◦ Enkopresis juga bukanlah jenis limpahan retentif (karena ditahan), dan feses selalu terbentuk dengan baik
◦ setelah pelatihan usus rawat jalan yang digabungkan dengan komponen psikoedukasional dan psikoterapi menghasilkan
penghentian sempurna enkopresis
◦ Henry dengan bangga menunjukkan pada manajer kasusnya
◦ ia memiliki motivasi untuk mengubah perilakunya
MARI DISKUSI
BERSAMA

Anda mungkin juga menyukai