OLEH :
KM AYU INDRI MAHESTI (P07120015091)
WY RAYI CHANDRALIKA N (P07120015092)
NI NYM GDE LURAH SANTI TRI PERTIWI (P07120015093)
I MADE PASEK ANGGA SWABAWA PUTRA (P07120015094)
GEK FITRINA DWI SARIASIH (P07120015095)
TINGKAT 3.3
1. Definisi Enuresis
Enuresis adalah keluarnya urin yang disengaja atau involunter di
tempat tidur (biasanya di malam hari) atau pada pakaian di siang hari dan
terjadi pada anak-anak, yang usianya secara normal, telah memiliki
kendali terhadap kandung kemih secara volunter (Wong, 2003). Gangguan
yang didiagnosis sebagai enuresis, kronologis atau usia perkembangan
anak minimal lima tahun, dan pengeluaran urin harus terjadi minimal dua
kali seminggu, dan sekurang-kurangnya terjadi selama tiga bulan. Gejala
utama adalah desakan yang timbul cepat, dan disertai dengan
ketidakmampuan akut, kegelisahaan, dan kadang-kadang sering berkemih.
Enuresis lebih umum terjadi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan. Hal ini terjadi karena perubahan fungsi neuromuskular
kandung kemih, dan sering kali tidak berbahaya dan menghilang dengan
sendirinya. Enuresis (mengompol) nokturial, biasanya berhenti pada usia
enam dan delapan tahun, walaupun kadang-kadang mengompol ini
berlanjut sampai masa remaja.
2. Etiologi Enuresis
Penyebab organik yang mungkin berhubungan dengan enuresis,
harus disingkirkan sebelum mempertimbangkan faktor-faktor psikogenik.
Penyebab organik tersebut, termasuk gangguan struktural saluran kemih,
infeksi saluran kemih, defisit neurologis, gangguan yang meningkatkan
haluaran normal urin (seperti diabetes dan gangguan yang mengganggu
kemampuan ginjal kronis atau penyakit sel sabit).
Volume kandung kemih 300 sampai 500 ml adalah cukup untuk
menahan urin pada malam hari. Kapasitas kandung kemih normal (dalam
ons) adalah usia anak ditambah 2 (misal, kapasitas normal kandung kemih
anak berusia enam tahun adalah 8 ons). Pada kasus lain enuresis
dipengaruhi oleh faktor-faktor emosional, walaupun meragukan bahwa
1
faktor-faktor tersebut adalah faktor penyebabnya. Orang tua melaporkan
bahwa anak-anak ini, tidur lebih pulas daripada anak-anak lainnya.
Namun, kedalaman tidur tidak teridentifikasi sebagai penyebab enuresis
noktural.
3. Jenis-Jenis Enuresis
Ada dua jenis enuresis yang terjadi pada anak, yaitu enuresis preimer dan
sekunder, yang diuraikan sebagai berikut:
a. Enuresis Primer
Enuresis primer terjadi pada anak yang sejak lahir hingga berusia lima
atau enam tahun yang masih mengompol. Faktor-faktor penyebabnya
yaitu:
1) Faktor genetik
Dari hasil penelitian, 77% anak mengalami enuresis, bila kedua orang
tuanya enuresis. 44% anak mengalami enuresis, bila salah satu orang
tuanya enuresis dan 15 %. anak enuresis, bila kedua orang tua sama
sekali tidak enuresis.
2) Keterlambatan pematangan fungsi susunan saraf pusat (SSP).
Pada anak normal, ketika kandung kemih sudah penuh oleh urin, sistem
saraf di kandung kemihnya akan melapor kepada otak. Kemudian otak
akan mengirim pesan balik ke kandung kemih. Otak akan meminta
kandung kemih untuk menahan pengeluaran urin, sampai si anak sudah
siap di toilet. Pada anak dengan keterlambatan kematangan SSP,
proses ini tidak terjadi, sehingga saat kandung kemihnya penuh, anak
tidak dapat menahan keluarnya urine.
3) Kurangnya kadar antidiuretic hormone (ADH) dalam tubuh
Hormon ini akan menyebabkan tubuh seseorang memproduksi sedikit urin
pada malam hari. Pada anak enuresis, tubuhnya tidak bisa membuat
ADH dalam jumlah yang mencukupi, sehingga ketika sedang tidur,
tubuhnya menghasilkan banyak urin. Oleh karena itulah anak menjadi
mengompol.
4) Gangguan tidur dalam
2
Tidur yang sangat dalam (deep sleep) akan menyebabkan anak tidak
terbangun pada saat kandung kemih sudah penuh.
5) Keterlambatan perkembangan
Keterlambatan dalam perkembangan, yang menyebabkan anak menjadi
enuresis, bukan disebabkan gangguan pematangan sistem
neurofisiologi, tetapi disebabkan kurangnya latihan pola buang air
kemih yang baik (tolet training). Hal ini sering terjadi pada golongan
masyarakat dengan sosio ekonomi yang buruk, jumlah keluarga yang
besar, broken home, dan stres lingkungan.
6) Kelainan anatomi, misalnya kandung kemih yang kecil
b. Enuresis Sekunder
Enuresis sekunder terjadi pada anak yang sebelumnya sudah tidak
mengompol selama tiga sampai enam bulan, lalu kembali mengompol.
Penyebab enuresis sekunder yaitu:
1) Faktor psikologis
Biasanya berupa pemisahan dari keluarga, kematian orang tua, kelahiran
saudara kandung (adik), pindah rumah, dan pertengkaran. Enuresis
karena stress, bersifat kambuhan dan sementara.
2) Kondisi fisik terganggu
Contohnya adalah neurogenic bladder dan kelainan medula spinalis lain
yang terkait,infeksi saluran kemih, diabetes, sembelit bahkan alergi.
3
Sembelit (konstipasi) juga dapat berhubungan dengan enuresis.
Umumnya, hanya dengan merubah menu makan sehari-hari, sudah dapat
menyambuhkan konstipasi ringan. Namun, pada beberapa kasus berat,
konstipasi memerlukan perawatan khusus sebelum masalah enuresisnya
dapat diatasi.
4. Penatalaksanaan Enuresis
Pengobatan enuresis pada anak harus dilihat secara individual,
dengan melihat beberapa hal, yaitu: sikap anak dan orang tua, keadaan
sosial ekonomi dan lingkungan rumah. Anggota keluarga juga harus dapat
memberikan motivasi yang sesuai dan pihak orang tua tidak
mempertimbangakan pengobatan dengan obat-obatan sebagai pilihan
pertama dalam program pengobatan enuresis anak.
Mengatasi anak ngompol bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini
diperlukan kerja sama antara orang tua, anak, bahkan dokter. Orang tua
harus menyingkapi masalah ini dengan penuh kesabaran dan pengertian
kepada anak, dengan tidak memojokkan atau mengolok-olok anak. Anak
juga harus diberi motivasi dan kasih sayang, agar terbentuk kepercayaan
diri, sehingga anak dapat mengatasi masalah mengompol pada dirinya.
Mengompol yang berlarut-larut akan mengganggu kehidupan sosial dan
psikologis anak, yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
anak itu sendiri.
Saat pengobatan dimulai, merupakan hal yang penting dan berbeda
dari penderita lain. Pengobatan biasanya diperlukan apabila enuresis
menjadi masalah bagi penderita maupun keluarga, dan jarang diperlukan
bila anak belum mencapai usia lima atau enam tahun. Pada anak yang
lebih muda, pengobatan biasanya hanya berupa mendidik kelurga
mengenai hal-hal yang menyebabkan enuresis dan menunjukkan latihan
yang benar. Pengobatan enuresis yang tidak mengalami komplikasi
biasanya berupa konsultasi mengenai pemberian motivasi, conditioning
therapy (pemasangan alarm), melatih kebiasaan berkemih yang baik,
prikoterapi, diet, hipoterapi, dan medikamentosa.
4
a. Non Farmakologik
1) Latihan menahan miksi
Tujuan latihan ini adalah untuk memperbesar kapasitas
kandung kemih, agar waktu antara miksi menjadi lebih lama
sehingga dapat mengurangi enuresis. Berdasarkan penelitian, anak
yang jarang miksi mempunyai kandung kemih lebih besar dari
pada anak yang sering miksi. Dengan menahan miksi secara sadar,
akan menghambat kontraksi kandung kemih dan memperbesar
kapasitas kandung kemih. Latihan ini memerlukan waktu yang
lama. Dengan meningkatkan kapasitas kandung kemih ini, angka
kesembuhan lebih tinggi dan kejadian kambuhnya sangat kecil,
dibandingkan dengan pengobatan yang menggunakan alat atau
obat-obatan.
2) Memberikan motivasi
Penjelasan mengenai penyebab dan prognosis enuresis, serta
menerangkan bahwa keadaan ini bukanlah kesalahan dan dorongan
emosional dari orang tua, akan menentramkan hati anak, sehingga
hubungan dengan orang tua lebih erat. Dengan hubungan yang baik
antara orang tua dan anak, diharapkan timbul tanggung jawab anak
terhadap usaha yang diberikan oleh dokter dan orang tuanya.
Setelah itu, orang tua dan anak akan mengerti tentang penanganan
enuresis, seperti mengurangi minum pada malam hari,
membangunkan anak pada malam hari untuk miksi di kamar
mandi, dan memberikan pujian atau penghargaan kalau anaknya
tidak mengompol.
3) Mengubah kebiasaan
Beberapa kebiasaan telah diciptakan, baik berbentuk bel
maupun berupa syok elektrik ringan untuk mengobati enuresis
nokturnal. Alat yang paling populer dan tidak begitu mahal adalah
bell dan pad, dengan cara kerja beberapa tetes pertama air kemih
akan menyebabkan alarm berbunyi dan anak terbangun dari
5
tidurnya dan menyelesaikan miksinya di kamar mandi. Percobaan
klinik menunjukkan bahwa pengobatan ini mungkin lebih efektif
bila anak mengubah pola tidurnya dan dapat memasang kembali
alarmnya sendiri. Dengan bangun tidur berulang-ulang selama
beberapa hari atau beberapa minggu, anak dilatih untuk bangun
tidur sebelum ngompol. Selanjutnya alarm di atur untuk waktu
yang lebih lama dan akhirnya rangsangan alarm dihentikan.
4) Terapi diet
Terapi diet yaitu membatasi makanan yang memiliki efek terhadap
episode enuresis seperti yang mengandung coklat, soda, dan
kafein.
5) Terapi hipnotis (hypnotherapy)
Jenis terapi ini belum banyak dilakukan pada penanganan enuresis
primer.
b. Farmakologik
1) Obat-obat yang dipakai yaitu, dessmopressin, merupakan sintetik
analog arginin vasopresin, bekerja mengurangi produksi air
kencing di malam hari dan mengurangi tekanan dalam kandung
kemih (intravesikular). Efek samping yang sering ditimbulkan
adalah iritasi hidung bila obat diberikan melalui semprotan hidung
dan sakit kepala bahkan menjadi agresif dan mimpi buruk, tapi
hilang dengan pemberhentian obat. Dessmopresin diberikan
sebelum tidur.
2) Obat lain yang dapat yaitu imipramin yang bersifat
antikolinergik, tapi mekanismenya belum dimengerti. Ada teori
yang mengatakan obat ini menurunkan kontraktilitas kandung
kencing sehingga kemampuan pengisian kandung kencing dan
kapasitanya diperbesar. Imipramin mempunyai efek yang buruk
terhadap jantung.
6
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ENURESIS
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data anak
b. Pola Berkemih Anak
1) Awitan
2) Pola berkemih (siang hari, malam hari)
3) Jumlah episode dalam sebulan
4) Pola minum
c. Riwayat keluarga
1) Adanya keluarga dengan kelainan saluran kemih
2) Adanya keluarga dengan riwayat enuresis
d. Manajemen keluarga
1) Besarnya masalah enuresis bagi keluarga
2) Apa yang dilakukan saat anak enuresis (siapa yang bangun untuk
mengganti celana anak)
3) Bagaimana peran orang tua pada anak jika enuresis dan cara apa
yang sudah dicoba untuk mengatasi enuresis
e. Toilet training
1) Apakah anak mengalami kesulitan saat toilet training
2) Metode toilet training yang digunakan
3) Waktu memulai toilet training
4) Apakah anak memiliki riwayat enuresis atau enkopresis
5) Berapa lama anak biasanya tidak miksi dan kapan waktunya
f. Stressor
1) Bagaimana kondisi anak di sekolah, apakah anak memiliki
masalah yang membuatnya tertekan
2) Stressor yang mungkin dimiliki anak di rumah
3) Seberapa besar pengaruh masalah terhadap aktivitas anak
g. Riwayat penyakit dan persyarafan
7
1) Cytitis current chronic recurrent
2) Terdapat infeksi saluran kemih atau tidak
3) Riwayat penyakit lainnya
h. Faktor risiko
i. Pemeriksaan fisik
j. Pemeriksaan penunjang
1) Urinalisa
Pemeriksaan urinalisa dapat menyingkirkan infeksi saluran kemih
sebagai penyebab enuresis. Selain itu, peningkatan osmolaritas
urin serta glukosuria dapat menjadi petunjuk adanya diabetes
sebagai penyebab terjadinya enuresis.
2) Kultur urin
Pemeriksaan kultur urin juga dapat digunakan untuk
menyingkirkan infeksi saluran kemih sebagai penyebab enuresis.
3) Ultrasonografi saluran kemih dan uroflowmetri
Indikasi dilakukannya pemeriksaan ini apabila terjadi enuresis dan
adanya gangguan pengosongan urin.
8
Rasional: Melihat seserius apa masalah tersebut bagi keluarga, apa
yang dilakukan ketika anak mengompol, apa saja pengobatan yang
sudah dipakai.
3) Mengkaji faktor-faktor pencetus enuresis
Rasional: Mendapatkan informasi terkait stressor pencetus enuresis
yang dapat digunakan untuk perencanaan intervensi
4) Mengurangi intake cairan di malam hari dan sebelum tidur
Rasional: Untuk menghindari enuresis di malam hari
5) Mengajak anak untuk buang air kecil sebelum tidur
Rasional: Pengosongan kandung kemih sebelum tidur dapat
menghindari enuresis di malam hari
6) Melatih bladder exercise pada anak
Rasional: Anak diberikan minum dalam jumlah banyak kemudian
menahan berkemih selama yang dapat dan berlatih menghentikan
aliran urinnya, hal ini dilakukan untuk melatih menahan
berkemihnya
7) Menjadwalkan berkemih anak dengan diberikan alarm yang
menandakan waktu berkemih (toilet training)
Rasional: Ketika sudah saatnya berkemih anak akan menuju kamar
mandi dan berkemih sehingga enuresis dapat dihindari
8) Memberikan hadiah jika anak tidak mengompol di malam hari
Rasional: Pemberian reinforcement positif dapat meningkatkan
motivasi anak dalam mengatur pola berkemihnya
9) Mengatur pola diet anak
Rasional: Beberapa makanan dapat mengganggu bladder dan
meningkatkan masalah mengompol anak
10) Kolaborasi: pemberian obat ditropan (antikolinergik),
desmopressin, tofranil (antidepresan)
Rasional: Antikolinergik: menghambat pengosongan bladder.
Antidepresan: mengurangi kedalaman tidur di malam hari.
Desmopressin: meningkatkan retensi air
b. Diagnosa 2
9
Harga diri rendah situasional b.d enuresis
Tujuan:
Anak akan:
1) Menilai dirinya secara realistis tanpa penilaian negatif
2) Mengungkapkan secara verbal dan mendemonstrasikan perasaan
positif
3) Menunjukkan adaptasi yang sehat dan kemampuan koping
Intervensi
1) Hindari perkataan “baik” atau “tidak baik” untuk menggambarkan
perilaku
2) Sampaikan optimisme dengan penilaian diri positif
3) Bantu anak untuk membuat perencanaan bermain dengan pilihan.
Dorong melakukan permainan yang menghasilkan sesuatu,
misalnya kerajinan tangan
4) Dorong interaksi dengan teman sebaya atau orang dewasa yang
bisa mendukung anak
c. Diagnosa 3
Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol berkemih
Tujuan :
Kriteria Hasil :
1) Jumlah jam tidur dalam batas normal 10-11 jam/hari
2) Pola tidur, kualitas dalam batas normal
3) Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
4) Mampu mengidentifikasikan hal-hal yang meningkatkan tidur
Intervensi
1) Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur
2) Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman
4) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA
10
Ackley, Betty J., Ladwig, Gail B. (2011). Nursing diagnosis handbook: an
Elsevier
11
CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
ENURESIS
Kasus:
Seorang anak laki-laki bernama An. N yang berusia 4 tahun, tetapi An. N masih
mengompol tiap malam hari. Ibunya sudah berkonsultasi ke dokter dan An. N
dinyatakan tidak mempunyai masalah dengan ginjalnya, bisa dikatakan ginjal An.
N sehat. Sang ibu selalu mengingatkan An. N untuk tidak banyak minum pada
sore hari dan buang air kecil sebelum tidur. Ibu An. N mengatakan anaknya sering
terbangun pada malam hari karena merasa celananya basah.
I. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 September 2017 pukul 08.00 WITA, di
Poliklinik Anak RSUD Badung dengan teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan catatan medik keperawatan.
12
Agama Hindu Hindu
Alamat Jl. Saridana VII Jl. Saridana VII
Br. Umasari, Ubung Br. Umasari, Ubung
2. Alasan dirawat
a. Keluhan utama
Saat pengkajian (tanggal 10 September 2017, pukul 08.00 WITA)
Ibu pasien mengatakan anaknya sering terbangun di malam hari karna merasa
celananya basah.
b. Riwayat penyakit
Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mempunyai riwayat penyakit yang
berhubungan dengan saluran kemih.
c. Riwayat penyakit keluarga
Orang tua mengatakan bahwa anggota keluarga tidak ada yang menderita
penyakit keturunan.
3. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual
a. Biologis
1) Bernafas
Ibu mengatakan anaknya tidak mempunyai masalah pernapasan. RR:
30x/menit
13
Buang Air Kecil (BAK) :
Ibu mengatakan anaknya biasa BAK 3-4 kali sehari dengan warna kuning dan
bau khas urine.
4) Gerak dan aktivitas
Ibu mengatakan anaknya banyak gerak dan dalam beraktivitas lincah seperti
teman-temannya.
5) Istirahat tidur
Pasien mengatakan bahwa anaknya biasa tidur pukul 20.00 WITA dan
terbangun pukul 06.00 WITA dan sering terbangun menangis di malam hari
karena celananya basah.
6) Pengaturan suhu tubuh
Ibu mengatakan bawah anak tidak mengalami gangguan dalam pengaturan
suhu tubuh.
7) Kebersihan diri dan berpakaian
Ibu mengatakan biasanya anaknya mandi 2 kali sehari, cuci rambut 2 kali
seminggu, dan sikat gigi 2 kali sehari.
14
2) Bermain
Ibu pasien anaknya biasa bermain dengan saudara maupun tetangganya.
3) Prestasi
Ibu mengatakan saat ini belum ada prestasi dari anaknya.
15
3) Hidung : Sekret (-), nafas cuping hidung (-),
kebersihan cukup, nyeri (-)
4) Telinga : Bentuk simetris, serumen ada, lesi (-),
kebersihan cukup, pendengaran
5) Mulut : Mukosa bibir lembab, lidah bersih, lesi (-),
perdarahan gusi (-), sianosis (-), pembengkakan tonsil (-)
6) Leher : Pergerakan baik, bendungan vena jugularis
(-), pembesaran kelenjar tiroid (-), lesi (-)
7) Thorak : Bentuk simetris, retraksi otot dada (-), ronchi
-/-, bunyi jantung S1 dan S2 reguler
8) Abdomen : Distensi abdomen (-), pembesaran limpa (-),
pembesaran hepar (-), turgor kulit elastis, lesi (-), nyeri tekan (-), asites (-)
9) Ekstremitas :
Atas : Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis
(-), lesi (-), ikterik (-)
Bawah : Pergerakan terkoordinir, edema (-), sianosis
(-), lesi (-), ikterik (-)
Kekuatan otot : 444 444
444 444
10) Genetalia : Kelainan dan lesi (-), kebersihan cukup
11) Anus : Kelainan dan lesi (-), kebersihan cukup
16
C. Perumusan Masalah
1. P : Gangguan pola tidur
E : Enuresis
S : Ibu pasien mengatakan anaknya sering terbangun di malam hari
karena merasa celananya basah, suhu 36oC, nadi : 100 x/menit,
respirasi : 30 x/menit, tekanan darah : 110/80 mmHg, konjungtiva
pucat.
Proses terjadi :
Enuresis disebabkan karena kurangnya kontrol terhadap BAK,
hal ini menyebabkan anak sering mengompol pada malam hari tanpa disadari,
sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan anak sering terbangun pada
malam hari.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol
berkemih ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anaknya sering terbangun
di malam hari karena merasa celananya basah, suhu 36oC, nadi : 100
x/menit, respirasi : 30 x/menit, tekanan darah : 110/80 mmHg, konjungtiva
pucat.
3. Rencana Keperawatan
Dx
Hari/Tgl/ Tujuan dan
No Keperaw Rencana Tindakan Rasional Paraf
Jam Kriteria Hasil
atan
1 Minggu 1 Setelah diberikan Mandiri :
10/09/201 asuhan keperawatan 1
7 Pukul 1x30 menit 1. 1)Jelaskan untuk 1) Untuk memonitor kecukupan
08.00 diharapkan tidur memonitor waktu makan makan dan minum anak.
WITA cukup dengan dan minum dengan 2) Untuk memastikan
kriteria hasil : waktu tidur kecukupan tidur anak
1) Jumlah jam tidur 2) Jelaskan untuk 3) Untuk memberikan
dalam batas normal memonitor/catat kenyamanan saat tidur
17
Dx
Hari/Tgl/ Tujuan dan
No Keperaw Rencana Tindakan Rasional Paraf
Jam Kriteria Hasil
atan
10-11 jam/hari kebutuhan tidur pasien 4) Agar ibu mengetahui apakah
2) Pola tidur, setiap hari dan jam tidur anak cukup/tidak
kualitas dalam batas 3) Jelaskan untuk selalu
normal menjaga lingkungan
3) Perasaan segar tetap nyaman
sesudah tidur atau 4) Jelaskan pentingnya
istirahat tidur yang adekuat
4) Mampu
mengidentifikasikan
hal-hal yang
meningkatkan tidur
5) Ibu mengerti
penjelasan yang
diberikan oleh
perawat
1.
4. Implementasi
No.
No Hari/Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Respon
Diagnosa
1. Minggu 1 Menjelaskan untuk Ibu paham dengan penjelasan dan akan
10 September memonitor waktu melaksanakannya.
2017 makan dan minum
dengan waktu tidur
08.00 WITA
08.07 WITA 1 Menjelaskan untuk Ibu paham dengan penjelasan dan akan
memonitor/catat melaksanakannya.
kebutuhan tidur pasien
setiap hari dan jam
18
Menjelaskan untuk
08.14 WITA 1 selalu menjaga Ibu kooperatif dan paham dengan penje
lingkungan tetap
nyaman
Menjelaskan
08.21 WITA 1 pentingnya tidur yang Ibu paham dengan penjelasan
adekuat
19
5. Evaluasi
S =
20