Anda di halaman 1dari 8

 Pencegahan Enuresis

Pencegahan enuresis hampir sama dengan terapi perilaku yang diberikan pada
anak dengan diuresis. Anak harus dibiasakan untuk buang air kecil di toilet setiap pagi
hari dan didorong agar tidak terbiasa menahan kencing. Kondisi-kondisi yang
membuat anak tidak nyaman untuk menggunakan toilet sedapat mungkin dihindari.
Karena konstipasi dapat menjadi faktor predisposisi enuresis, pencegahannya juga
dapat mencegah terjadinya enuresis. Dengan demikian, anak juga harus dibiasakan
untuk buang air besar setelah makan pagi, diet kaya serat, dan tidak terbiasa menahan
buang air besar. Anak harus mengurangi minum setelah makan malam sehingga anak
harus dibebaskan minum pada pagi dan awal siang hari. Selain itu hindari stres,
hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih
dulu sebelum tidur).
 Penyebab :
1. Penyebab utama dari enuresis menurut berbagai penelitian adalah keterlambatan
matangnya fungsi susunan syaraf pusat.
Pada anak normal,ketika kandung kemih penuh dengan cepat system syaraf akan
melapor ke otak kemudian otak akan mengirim pesan ke kandung kemih untuk
menahan untuk membuang air kencing sampai anak siap di toilet untuk
berkemih.Tetapi pada anak dengan keterlambatan kematangan system syaraf
pusat,system syaraf anak masih mengalami kelambatan dalam merespon rangsangan
atau pesan yang ditransmisikan.sehingga ketika sadar anak sudah berkemih di celana.
2. Faktor Genetis
Menurut penelitian,enuresis yang terjadi pada sebagian besar anak – anak adalah
merupakan bawaan atau menurun dari kedua orang tuanya.JIka Kedua orang tuanya
mengalami enuresis maka kemungkinan 77 % anak bakal mengalami enuresis
pula.Jika hanya salah satu orang tua yang mengalami enuresis maka kemungkinan 44
% anak bakal mengalami enuresis juga.
Dan apabila kedua orang tuanya tidak mengalami enuresis sama sekali maka
kemungkinan 15 % anak bakal mengalami enuresis.
3. Gangguan tidur.
Gangguan tidur ini berkenaan dengan deep sleep.Anak yang tertidur terlalu dalam (
nRem ) akan sulit terbangun pada malam hari untuk berkemih.Sehingga ketika
kandung kemih sudah penuh, anak akan mengompol di tempat tidur.
4. Kurangyana hormone ADH dalam tubuh.
Hormone ADH adalah hormone yang menyebabkan tubuh seseorang memproduksi
sedikit air kencing pada malam hari.
Pada beberapa anak yang mengalami keterlambatan fungsi susunan syaraf akan
mengalami gangguan pada kelenjar hipofisis sehingga produksi hormone ADH akan
berkurang dan otomatis produksi urin juga banyak dan menyebabkan anak
mengompol pada malm hari.
5. Kelainan Anatomi
Seperti kecinya kantung kemih akan menyebabkan kapsitas penanmpungan urin yang
kecil pula.Biasanya jarang di temukan pada enuresis primer kalau ada biasanya terjadi
pada siang hari.
 DAMPAK ENURESIS
Anak yang mengalami enuresis sebenarnya tidak tahu mengapa dirinya ngompol. Jadi,
biasanya dia akan malu bahkan merasa bersalah gara-gara tidak bisa buang air di
tempat yang semestinya. Apalagi jika orang tua atau teman-teman meledek dan
mengejeknya. Ia akan lebih malu dan ujung-ujungnya merasa sedih karena tidak
mampu menahan pipisnya maupun menutupi "aib" yang menimpanya.

Oleh karena sering mengompol, anak akan menilai dirinya nakal. Mengapa bisa
berdampak sampai ke situ? "Dalam diri anak, bukan masalah dirinya berguna atau
tidak berguna, tetapi apakah dia sebagai anak bandel atau baik," kata Aya.

Jika peristiwa ngompol berlanjut hingga anak beranjak remaja dan dewasa,
kemungkinan hal itu disebabkan gangguan medis. Bukankah seiring pertambahan usia
seseorang, seharusnya dia juga bisa mengontrol dan mengatur suasana hatinya
sehingga tidak tegang, cemas atau takut yang berlarut-larut. Dia pun semestinya sudah
bisa mencari solusi dari kemelut yang dihadapinya.
Anak yang mengalami encopresis akan mengalami berbagai masalah emosi, seperti
rendah diri, tak mau bersosialisasi atau menarik diri dari pergaulan. Ia juga akan
merasa malu, takut dicemooh, atau khawatir dimarahi. Belum lagi secara fisik, anak
mengalami nyeri di bagian perut karena berusaha menahan BAB.

Akhirnya, kotoran yang harusnya dibuang tetapi tertahan di dalam perut. Dalam
beberapa kasus encopresis menyebabkan infeksi pada salurah kemih karena kebiasaan
menahan BAB. Ada juga yang mengalami gangguan iritasi kulit atau jamur karena
kebersihan tak terjaga. Kalau sudah begitu, anak juga akan kehilangan nafsu makan
sehingga rentan sakit.

PENYEBAB ENURESIS
Belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab anak mengalami encopresis.
Meski begitu, kalau mau dirunut ada beberapa faktor yang "mengontribusi" terjadinya
encopresis yaitu:

1. Stres
Anak mengalami beban pikiran yang tak terselesaikan. Entah itu masalah di sekolah
atau di rumah. Misalnya, masalah pelajaran yang terlalu berat atau lingkungan sekolah
yang membuatnya tak nyaman. Permasalahan dengan orang tua, seperti merasa kurang
diperhatikan atau kurang kasih sayang, juga dapat menjadi beban pikiran.

2. Kurang aktivitas fisik

Anak yang kurang melakukan aktivitas fisik berisiko mengalami encopresis.


Sebaiknya di usia sekolah, dimana anak tengah bersemangat melakukan eksplorasi, ia
diberi berbagai kegiatan. Tujuannya selain untuk mengantisipasi terjadinya
encopresis, juga demi mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.

3. Selalu menahan BAB

Ada juga beberapa anak yang selalu menahan BAB. Alasannya beragam. Misalnya,
anak terlalu asyik melakukan suatu kegiatan sehingga enggan pergi ke toilet. Namun
karena rangsangan untuk BAB begitu kuat dan tak bisa ditahan lagi, akhirnya
terjadilah encopresis.

Sebagian anak menahan BAB karena tak terbiasa menggunakan sarana umum,
terutama toilet yang kurang bersih. Misalnya, kamar mandi di sekolah yang ternyata
bau dan kotor yang bertolak belakang dengan toilet di rumah yang terjaga
kebersihannya. Akhirnya dia memilih menahan BAB ketimbang harus memakai toilet
sekolah. Saat si anak tak kuat lagi menahan, terjadilah encopresis. Syukur-syukur
kalau ia berterus terang BAB di celana, karena biasanya mereka akan diam seribu
basa. Baru ketahuan orang lain setelah tercium aromanya yang tak sedap.

4. Makanan/Minuman

Encopresis juga bisa dipicu oleh asupan makanan yang kurang baik yang
menyebabkan gangguan di saluran pencernaan. Misalnya sering menyantap makanan
berlemak tinggi, berkadar gula tinggi atau junk food. Minuman yang mengandung
banyak gula dan soda juga bisa mencetuskan terjadinya encopresis.

5. Trauma
Contohnya, akibat sembelit atau kesulitan mengeluarkan tinja karena keras. Lama-
kelamaan anak menjadi trauma karena setiap kali BAB ia merasa sakit. Untuk
menghindari rasa sakit itu, ia jadi sering menahan untuk tidak BAB.

6. Obat-obatan

Encopresis juga bisa terjadi karena efek obat-obatan yang bisa menyebabkan
terhambatnya pengeluaran kotoran. Misalnya, obat batuk yang mengandung zat
seperti codein. Encopresis terjadi karena obat tersebut tak cocok atau dipakai dalam
jangka panjang.

7. Kegagalan toilet training

Pengajaran atau pelatihan buang air (toilet training) yang dilakukan dengan memaksa
anak, cepat atau lambat akan menjadi tidak efektif. Begitu pula kalau misalnya anak
yang BAB di celana lantas dimarahi orang tua.

AKIBAT FISIK-PSIKIS

Anak yang mengalami encopresis akan mengalami berbagai masalah emosi, seperti
rendah diri, tak mau bersosialisasi atau menarik diri dari pergaulan. Ia juga akan
merasa malu, takut dicemooh, atau khawatir dimarahi. Belum lagi secara fisik, anak
mengalami nyeri di bagian perut karena berusaha menahan BAB.

Akhirnya, kotoran yang harusnya dibuang tetapi tertahan di dalam perut. Dalam
beberapa kasus encopresis menyebabkan infeksi pada salurah kemih karena kebiasaan
menahan BAB. Ada juga yang mengalami gangguan iritasi kulit atau jamur karena
kebersihan tak terjaga. Kalau sudah begitu, anak juga akan kehilangan nafsu makan
sehingga rentan sakit.

Definisi

Apa itu mengompol?

Mengompol atau nocturnal enuresis adalah keluhan dari keluarnya urin dengan
sendirinya yang terjadi saat tidur. Dengan kata lain, mengompol adalah buang air kecil
saat tidur di malam hari dan tanpa disadari.
Nocturnal enuresis berbeda dari nocturia, di mana seseorang dengan sadar bangun
untuk buang air dan kemudian tidur kembali. Nocturnal enuresis juga berbeda dengan
inkontinensia urgensi, yang dapat terjadi selama malam hari setelah terbangun untuk
buang air namun tidak memiliki waktu yang cukup untuk ke kamar mandi.

Seberapa umumkah mengompol?

Mengompol adalah kondisi yang sangat umum pada anak-anak kecil, dengan
perkiraan kasus sebanyak hampir 10% pada anak-anak berusia 7 tahun. Pada usia 4
tahun, kebanyakan anak-anak dapat mengendalikan kemih saat mereka bangun.
Namun, 2-3% anak mengalami kondisi ini hingga dewasa (Vande Walle et al. 2012).
Mereka tidak berhenti mengompol di malam hari hingga 5-7 tahun kemudian.

Kondisi ini lebih umum terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dan
dapat menurun. Kondisi ini dapat mempengaruhi pasien dengan usia berapapun.

Nocturnal enuresis juga dapat terjadi di kemudian hari dan merupakan gejala penting
akibat gangguan traumatis, terutama pada pria, karena kondisi ini dapat
mengindikasikan bahwa pria tersebut memiliki retensi urinasi kronis bertekanan
tinggi, yang biasanya terkait dengan dilatasi saluran atas dan risiko gagal ginjal.
Kondisi ini juga dapat terkait dengan relaksasi pelvic floor selama tidur pada pasien
dengan neobladder yang menyertai kistoprotatektomi.

Kebanyakan anak akan berhenti mengompol dengan sendirinya.

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda
memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter
Anda.

Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala mengompol?

Gejala umum dari mengompol adalah kehilangan kendali urinasi dengan sendirinya
saat tidur.

Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya,
konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Dokter semustinya dapat melihat apakah kondisi mengompol anak disebabkan oleh
masalah medis dengan gejala-gejala berikut:

1. Merasa ingin buang air kecil lebih sering dari biasanya


2. Lebih haus dari biasanya
3. Memiliki perasaan terbakar saat buang air kecil
4. Mengalami pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki
5. Mulai mengompol kembali setelah sudah berhenti selama beberapa minggu
atau bulan.

Penyebab

Apa penyebab mengompol?

Mengompol paling umum terjadi saat:

1. Otot kandung kemih anak bertumbuh lebih lambat dari biasanya


2. Kemih anak menampung lebih sedikit jumlah urin dari jumlah yang normal
3. Tubuh anak menghasilkan banyak urin

Seringkali, mengompol tidak disebabkan oleh masalah medis atau emosional, namun
juga dapat terjadi pada beberapa kasus. Enuresis juga merupakan gejala pada banyak
gangguan, beberapa diantaranya bahkan kasus yang fatal:

1. Acute disseminated encephalomyelitis; Enuresis disertai dengan UI.


2. Syringomyelia
3. hipertiroidisme
4. Williams-Beuren Syndrome ditemukan sebanyak 50%.
5. Mengompol lebih umum terjadi pada anak-anak yang didiagnosis dengan
attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Namun peneliti belum
mengerti dengan jelas hubungan antara mengompol dan ADHD dimana
enuresis pada siang hari sering terjadi pada banyak anak-anak.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya untuk mengompol?

Ada banyak faktor risiko untuk mengompol, yaitu:

Pada anak-anak:

1. Minum banyak air sebelum tidur


2. Sangat aktif pada pagi hari
3. Riwayat keluarga dimana anggota keluarga pernah memiliki nocturnal enuresis

Pada orang dewasa:

1. Mengalami beberapa cedera traumatis pada panggul, berpotensi menyebabkan


UI
2. Stress, takut atau tidak percaya diri
3. Diabetes
4. Pembesaran kelenjar prostat
5. Sleep apnea (jeda abnormal pada pernapasan saat tidur)
6. Konstipasi

Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU


konsultasikan pada dokter Anda.

Bagaimana mengompol didiagnosis?

Sesuai dengan namanya, kondisi ini dikonfirmasi saat pasien bangun di pagi hari
dengan kasur yang basah dari urin secara tidak disadari.

Apa saja pengobatan untuk mengompol?

Enuresis pada anak-anak tidak memerlukan perawatan apapun karena dapat diatasi
dengan mengurangi faktor risiko dengan rencana untuk mengatasi mengompol dengan
sendirinya. Agar rencana berhasil, Anda dan anak Anda harus memiliki keinginan
untuk berhenti mengompol. Berhentinya kondisi ini dapat sulit dilakukan dan
memerlukan waktu yang lama.

Ingatlah bahwa anak-anak tidak dapat bertindak apa-apa untuk mengatasi mengompol.
Anda tidak boleh marah, menghukum atau menggoda/meledek anak karena
mengompol.

Ada obat-obatan yang dapat diberikan dokter untuk mengurangi mengompol. Obat
biasanya diberikan pada anak-anak di atas 7 tahun yang telah mencoba berbagai cara
untuk berhenti mengompol. Pada orang dewasa, nocturnal enuresis tanpa urin residual
mungkin terkait dengan OAB (overactive bladder). Kondisi ini dapat ditangani dengan
anti-muscarinics dan dengan desmopressin dalam formulasi yang dicairkan.

Pasien dengan retensi urinasi bertekanan tinggi yang menyebabkan nocturnal enuresis
diobati dengan kateterisasi awal untuk meringankan tekanan, disertai penilaian dengan
menggunakan operasi endoskopik untuk mengecilkan prostat atau pengangkatan
prostat terbuka.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi mengompol?

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda
mengatasi mengompol:

1. Beri tahu anak Anda untuk buang air kecil sebelum tidur. Ingatkan anak untuk
bangun dan menggunakan toilet saat diperlukan.
2. Pasang lampu malam di koridor atau kamar mandi agar anak dapat pergi ke
kamar mandi dengan mudah.
3. Hentikan penggunaan popok atau celana training di rumah, terutama jika anak
berusia di atas 8 tahun. Anak Anda masih dapat mengenakannya jika sedang
menginap.
4. Minta anak Anda membantu membersihkan pada pagi hari. Sebagai contoh,
anak Anda dapat mengangkat seprai yang basah dari tempat tidur atau
membantu dengan cucian.
5. Catat grafik perkembangan anak dan berikan penghargaan saat anak berhenti
mengompol. Anda dan anak Anda harus sudah menyetujui penghargaan
sebelumnya.
6. Bagi minuman anak sepanjang hari. Jangan biarkan anak minum terlalu banyak
sebelum tidur.
7. Ajar anak untuk menahan kemih agar menampung lebih banyak urin.
8. Gunakan alarm mengompol yang sesuai untuk anak berusia 7 tahun keatas.
Bicarakan dengan dokter mengenai jenis alarm yang paling tepat untuk anak.

Metode lainnya yang dapat dilakukan:

Tips untuk menjaga tempat tidur anak tetap bersih dan kering:

1. Gunakan seprai anti air untuk melindungi matras dan bau pesing.
2. Letakkan handuk kering pada bagian tempat tidur yang basah.
3. Pasang seprai berlapis-lapis, dengan alas anti air di antaranya.
4. Bereskan tempat tidur kembali saat tempat tidur kembali basah.

FAKTOR KETURUNAN

Hallgren dalam Suwardi (2000) menemukan sekitar 70% keluarga dengan anak
enuresis, salah satu atau lebih anggota keluarga lainnya juga menderita enuresis dan
sekitar 40% sekurang-kurangnya satu diantara orang tuanya mempunyai riwayat
enuresis. Penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa anak kembar monozigot
68% akan mengalami enuresis dan kembar dizigot sebesar 36%. Bila kedua orang tua
anak mempunyai riwayat enuresis maka 77% kemungkinan anak mereka mengalami
hal yang sama. Jika hanya salah satu orang tua yang mengalami enuresis maka
terdapat sekitar 44% kemungkinan anak akan terpengaruh. Namun jika kedua orang
tua tidak memiliki riwayat enuresis maka hanya 15% kemungkinan anak mengalami
enuresis.

Anda mungkin juga menyukai