Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Perkembangan anak menggambarkan peningkatan fungsi individual dan

merupakan indicator penting dalam menilai kualitas hidup anak, oleh karena itu

perkembangan anak harus selalu dipantau, berikut ini beberapa jenis penyakit yang

akan dibahas serta dengan penatalaksanaanya.


1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian muntah, gumoh, oral trush, dan diaper rash !
2. Menjelaskan penyebab terjadinya muntah, gumoh, oral trush, dan diaper rash !
3. Menjelaskan tanda dan gejala terjadinya muntah, gumoh, oral trush dan diaper

rash !
4. Menjelaskan tata cara penatalaksanaan apabila terjadi muntah, gumoh, oral

trush, dan diaper rash !

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 MUNTAH
II.1.1 Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung

yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung, yang disertai

dengan kontraksi lambung dan abdomen. Muntah pada bayi merupakan gejala yang

sering sekali dijumpai dan dapat terjadi pada berbagai gangguan.


Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasikan akibat muntah yaitu :

1
ΰ Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai

dengan sedikit darah.


ΰ Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyaak

tidak secara proyektil tidak berwarna hijau dan cenderung menetap.


ΰ Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat hal ini mungkin terjadi

karena kesalahan pada teknik pemberian makan atau pada factor psikososial

seperti gangguan pada ibu dan anak.

II.1.2 Ada beberapa bentuk muntah pada bayi yang harus di waspadai,

antara lain :

ΰ Muntah sehabis diberi makan atau disusui bila muntahnya berwarna hijau tua

Hal ini menunjukkan ada kelainan pada saluran pencernaan si bayi, yakni ada

sumbatan di bawah usus halus. Warna hijau tua pada muntah merupakan cairan dari

empedu yang keluar. Kadang kalau ada sumbatan, meskipun si bayi tidak makan, ia

bisa muntah karena cairan empedu keluar dan enzim-enzim lain tidak bisa lewat.

Ada dua macam sumbatan, yang penuh dan parsial (sebagian). Sumbatannya bisa

di mana saja. Bisa di antara esorfagus dan lambung atau antara lambung dan usus.

Karena ada sumbatan yang parsial, kadang kelainan ini tak bisa diketahui secara pasti

penyebabnya sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Misalnya dengan rontgen

2
atau USG dicari penyebabnya lalu dihilangkan. Bila perlu dilakukan operasi jika

sumbatannya akibat tumor atau kelainan bawaan. Tapi kasus seperti ini jarang terjadi.

ΰ Bentuk muntahnya menyemprot seperti air mancur

Makan atau tidak makan, si bayi mengelurkan muntah yang menyemprot seperti

air mancur. Ini harus segera diperiksakan ke dokter. Karena muntah yang demikian

menunjukkan ada kelainan pada susunan saraf pusat di otak si bayi. Biasanya terjadi

jika si bayi habis terjatuh.

ΰ Muntah karena keracunan

Anda mungkin bingung. Bayi, kok, bisa keracunan makanan? "Memang

seharusnya tidak boleh terjadi keracunan makanan pada bayi mengingat bayi hanya

makan makanan rumah. Tapi hal itu bisa saja terjadi," tutur Kishore. Misalnya,

pengasuh tak mencuci tangannya dengan bersih sebelum membuatkan makanan bayi.

Atau botol susunya tidak disterilkan. Hal ini dapat menyebabkan keracunan,

Gejala awal keracunan adalah muntah-muntah yang lalu diikuti diare. Tapi kalau

infeksi pada saluran pencernaan, diare lebih dulu yang terjadi. Baru setelah itu ada

gangguan keseimbangan elektrolit yang menyebabkan muntah. Bentuk muntahnya

sama, berupa cairan. Bayi harus diberi banyak cairan setiap kali habis muntah dan

diare. Cairan apa saja. Entah itu air tajin, larutan gula garam, teh manis pakai gula,

Dibanding diare, menurut Kishore, muntah lebih berbahaya. Karena muntah berarti

3
tak ada cairan yang masuk, yang bisa menyebabkan kekurangan cairan atau dehidrasi.

Tapi kalau diare dan si bayi masih mau minum, tak masalah sebetulnya, selama yang

diminum jumlah dan proporsinya sama.

Bayi yang mengalami dehidrasi dapat dilihat dari mulutnya yang mengering,

mata cekung, hampir tak ada air mata, bila ditekan kulitnya tak kembali ke bentuk

semula (tidak elastis sebagaimana kulit normal). "Mungkin kalau bayi lebih gampang

terlihat dari berat badannya. Kalau turun berarti ada tanda-tanda dehidrasi," tutur

Kishore. Jika berat badan si bayi turun lebih besar atau sama dengan 5-10 persen dari

berat badannya maka harus segera diinfus.

ΰ Muntah darah

Ada kemungkinan bayi muntah disertai darah. Jika hanya berupa bercak, berarti

ada streching (luka di tenggorokan) akibat muntah. Jika muntahnya berwarna merah

dan byor-byoran, bisa dicurigai ada pembuluh darah yang pecah. Jika darahnya

berwarna hitam, berarti ada darah di lambung. "Kadang si bayi mimisan dan darahnya

tertelan sampai ke lambung. Hal ini menimbulkan rasa tak enak, sehinggah bayi

repleks muntah-muntah.

Pemeriksaan ke dokter dilakukan tergantung pada jenis dan banyaknya darah.

Pendarahan yang banyak sangat berbahaya karena menurunkan kadar hemoglobin

sehingga bayi kekurangan cairan dalam pembuluh darah.

4
II.1.3 Penyebab terjadinya muntah

Adapun beberapa penyebab terjadinya muntah, yaitu :

ΰ Adanya factor fisiologis seperti, kelainan congenital saluran pencernaan,

iritasi lambung, atresia esophagus, atresia/stenosis, tekanan intra cranial, cara

memberi makan atau minum yang salah.


ΰ Adanya gangguan psikologis seperti keadaan tertekan atau cemas terutama

pada anak yang lebih besar pada masa bayi atau pada masa neonates semakin

banyak misalnya factor infeksi.


II.1.4 Tanda dan gejala terjadinya muntah
Adapun tanda dan gejala terjadinya muntah sebagai berikut :
ΰ Mual, muntah kering dan salivasi yang berlebihan sesaat sebelum terjadinya

muntah.
ΰ Keluarnya kembali sebagian atau seluruh isi lambung.

II.1.5 Dampak atau komplikasi yang ditimbulkan akibat muntah

ΰ Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga dapat menyebabkan dehidrasi dan

alkaliosis
ΰ Karena tidak mau makan dan minum dapat menyebabkan ketosis
ΰ Ketosis dapat menyebabkan asidosis yang akhirnya bias menjadi renjatan

( syok )
ΰ Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot dinding perut,

perdarahan konjungtiva, rupture esophagus, infeksi mediastinum, aspirasi

muntah, jahitan bias terlepas pada penderita pasca operasi dan timbul

perdarahan.

5
ΰ Bisa masuk ke dalam paru-paru
Muntah pada bayi bukan cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa dari hidung.

Tapi tak usah cemas. Hal ini terjadi karena mulut, hidung, dan tenggorokan punya

saluran yang berhubungan. Pada saat muntah, ada sebagian yang keluar dari mulut

dan sebagian lagi dari hidung. Mungkin karena muntahnya banyak dan tak semuanya

bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari jalan keluar lewat hidung.
Yang perlu dikhawatirkan, seperti dituturkan Kishore, bila si bayi tersedak dan

muntahnya masuk ke saluran pernafasan alias paru-paru. "Nah, itu yang bahaya,"

tukasnya. Lebih bahaya lagi jika si bayi tersedak susu yang sudah masuk ke lambung

karena sudah mengandung asam dan akan merusak paru-paru. Untuk mencegah

kemungkinan tersedak, Kishore menganjurkan agar setiap kali bayi muntah selalu

dimiringkan badannya. Akan lebih baik jika sebelum si bayi muntah (saat

menunjukkan tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan atau ditengkurapkan atau

diberdirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.


Adakalanya ibu yang kasihan melihat bayinya muntah lalu diberi minum lagi.

Menurut Kishore, boleh-boleh saja, "Asal proses muntahnya sudah dibersihkan

sehingga tak ada lagi sisa muntah. Kalau muntahnya masih ada terus diberi minum

lagi,si bayi bisa kelepekan.


Soal sampai kapan si bayi berhenti muntah dalam arti gumoh, menurut lulusan

FK Universitas Airlangga Surabaya yang mengambil spesialisasinya di FKUI ini, tak

sama pada setiap bayi. Tapi pada umumnya, setelah si bayi mulai bisa duduk dan

berdiri, biasanya frekuensi muntahnya berkurang banyak karena cairan turun ke

bawah menjadi lebih gampang.

6
II. 1.6 Cara yang dilakukan untuk mencegah bayi muntah :

ΰ Menuci tangan dan mensterilkan botol sebelum membuat susu untuk

mencegah masuknya kuman/bakteri

ΰ Menyendawakan bayi sebelum dan sesudah minun susu, dengan cara

digendong tegak lurus dan disandarkan dibahu anda. tepuk pundaknya dengan

halus sampai bayi bersendawa

ΰ Memberikan susu pada bayi secukupnya dan pada waktu tepat.jangan

memberikan susu saat bayi sangat lapar,karena bayi cenderung untuk minum

dengan terburu-buru dan dalam jumlah banyak.jarak pemberian susu formula

kurang lebih 3,5 - 4 jam.

ΰ Pada waktu menyusukan bayi dengan dot. usahakan nipple dot masuk

seluruhnya didalam mulut bayi dengan posisi tegak lurus dengan mulut bayi.

Hal ini akan mengurangi masuknya udara ke perut bayi pada saat menyusu,

sehingga mencegah bayi muntah.

ΰ Menempatkanlah bayi di ruangan yang tenang pada saat menyusu dengan

posisi berbaring menggunakan bantal yang agak tinggi.

ΰ Membiarkan bayi berbaring kurang lebih 10 menit setelah menyusu, setelah

itu sendawakan.

7
II.1.7 Penatalaksanaan
ΰ Melakukan pengkajian factor penyebab
ΰ Pengobatan tergantung pada penyebabnya
ΰ Menciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan
ΰ Mengajarkan pola makan yang benar dan menghindari makanan yang

merangsang serta menimbulkan alergi


ΰ Menciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak, orang tua

yang mengabaikan kehadiran anak akan menciptakan situasi yang

menegangkan
ΰ Mengkaji sifat muntah
ΰ Melakukan kolaborasi, apabila terjadi gangguan fisiologis pada saat muntah,

segera membawa ke dokter untuk mendapatkan penjagaan secepaatnya, selain

itu, pemeriksaan penunjang sangat diperlukan.

II.2 GUMOH (Reguitasi)


II.2.1 Pengertian
Keluarnya kembali/tumpah susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat

setelah minum susu botol/ menyusui dan dalam jumlah hanya sedikit/ volumenya

kurang dari 10cc. Gumoh berbeda dengan muntah, Gumoh terjadi karena ada udara di

dalam lambung yang terdorong keluar kala makanan masuk ke dalam lambung bayi.

Gumoh terjadi secara pasif atau terjadi secara spontan. Berbeda dari muntah,

8
ketika isi perut keluar karena anak berusaha mengeluarkannya. Dalam kondisi

normal, gumoh bisa dialami bayi antara 1 - 4 kali sehari. Dilihat dari cara keluarnya,

maka gumoh akan mengalir biasa dari mulut, dan tidak disertai kontraksi otot perut.

Sedangkan ketika bayi muntah akan menyembur seperti disemprotkan dari dalam

perut dan disertai kontraksi otot perut. Kadang kala juga keluar dari lubang hidung.
Gumoh merupakan kejadian normal yang sering terjadi pada bayi dengan usia

dibawah enam bulan, seiring dengan bertambahnya usia yaitu sampai usia diatas

enam bulan, maka reguitasi semakin jarang dialami oleh anak.

II.2.2 Penyebab terjadinya gumoh


Adapun beberapa penyebab terjadinya gumoh, antara lain :

ΰ ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung.

Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan

yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi. Akibatnya si bayi

muntah. Lambung bayi punya kapasitasnya sendiri.

ΰ posisi menyusui. Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring

sementara si bayi tidur telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke

saluran pencernaan, tapi ke saluran napas. Bayi pun gumoh.

Pemakaian bentuk dot. Jika si bayi suka dot besar lalu diberi dot kecil, ia akan

malas mengisap karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari dot dan memenuhi

9
mulut si bayi dan lebih banyak udara yang masuk. Udara masuk ke lambung,

membuat bayi muntah.

ΰ Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna.

Dari mulut, susu akan masuk ke saluran pencernaan atas, baru kemudian ke

lambung. di antara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi,

klep ini biasanya belum berfungsi sempurna.

ΰ fungsi pencernaan bayi dengan peristaltik (gelombang kontraksi pada dinding

lambung dan usus) untuk makanan dapat masuk dari saluran pencernaan ke

usus, masih belum sempurna.

ΰ Terlalu aktif. Misalnya pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus

menerus menangis. Ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi,

sehingga keluar dalam bentuk muntah atau gumoh.

II.2.3 Tanda dan gejala terjadinya gumoh


Tanda / gejala terjadinya gumoh hampir sama dengan muntah namun, gumoh

tumpah susu yang telah ditelan sesaat setelah minum susu yang jumlahnya kurang

dari 10cc.

II.2.4 Penatalaksanaan

10
ΰ Hindari memberikan ASI/susu saat bayi berbaring. Jaga agar bayi tetap dalam

posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusu.

ΰ Hindari meletakkan bayi di kursi bayi karena akan meningkatkan tekanan

pada perut.

ΰ Hindari merangsang aktivitas yang berlebihan setelah bayi menyusu.

ΰ Kontrol jumlah ASI/susu yang diberikan.misal Berikan ASI /susu dengan

jumlah sedikit tapi sering.

ΰ sendawakan bayi segera setelah menyusu. Bahkan bayi terkadang masih

membutuhkan bersendawa di antara 2 waktu menysusu.

ΰ Check lubang dot yang Anda gunakan untuk memberikan ASI/susu. Jika

lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang masuk. Jika terlalu besar

,susu akan mengalir dengan cepat yang bisa memungkinkan bayi Anda

gumoh.

ΰ Hindari memberikan ASI/susu ketika bayi sanagt lapar, karena bayi akan

tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.

11
ΰ jika menyusui, posisi bayi dimiringkan. Kepalanya lebih tinggi dari kaki

sehingga membentuk sudut 45 derajat. Jadi cairan yang masuk bisa turun ke

bawah.

ΰ Jangan mengangkat bayi saat gumoh atau muntah.

Segera mengangkat bayi saat gumoh adalah berbahaya, karena muntah atau

gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru dan akhirnya malah mengganggu paru. Bisa

radang paru. Sebaiknya, miringkan atau tengkurapkan anak. Biarkan saja ia muntah

sampai tuntas jangan ditahan

ΰ Biarkan saja jika bayi mengeluarkan gumoh dari hidungnya.

Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam

paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi. Muntah pada bayi bukan

cuma keluar dari mulut, tapi juga bisa dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut,

hidung, dan tenggorokan punya saluran yang berhubungan. Pada saat muntah, ada

sebagian yang keluar dari mulut dan sebagian lagi dari hidung. Mungkin karena

muntahnya banyak dan tak semuanya bisa keluar dari mulut, maka cairan itu mencari

jalan keluar lewat hidung.

ΰ Hindari bayi tersedak.

12
Bila si bayi tersedak dan muntahnya masuk ke saluran pernapasan alias paru-

paru. ini disebut aspirasi dan berbahaya. Lebih bahaya lagi jika si bayi tersedak susu

yang sudah masuk ke lambung karena sudah mengandung asam dan akan merusak

paru-paru. Untuk mencegah kemungkinan tersedak, agar setiap kali bayi muntah

selalu dimiringkan badannya. Akan lebih baik jika sebelum si bayi muntah (saat

menunjukkan tanda-tanda akan muntah) segera dimiringkan atau ditengkurapkan atau

didirikan sambil ditepuk-tepuk punggungnya.

II.3. ORAL TRUSH

II.3.1 Pengertian

Oral Trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit-langit dan pipi

bagian dalam, bercak tersebut sulit dihilangkan dan bila di paksa untuk diambil maka

akan mengakibatkan perdarahan “Oral Trush” ini juga biasa disebut dengan “ Oral

Candidiasis ” atau “Monaliasis ” dan sering terjadi pada bayi, seiring dengan

bertambahnya usia, angka kejadian makin jarang, kecuali pada bayi yang

mendapatkan pengobatan antibiotic atau “ Immunosupresif ” penyakit ini biasanya

disebabkan oleh Candida Albicani yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi

selama partus ( saat bayi baru lahir ) atau transisi melalui botol susu dan putting yang

ibu tidak bersih atau cuci tangan yang tidak benar.

13
Oral trush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida

albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada

pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan

dapat menimbulkan infeksi berupa oral trush dan diare, sehingga apabila penggunaan

antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral

trush yang menetap. Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang

biasa dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain

tertekan.Oral trush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut karena kurang

menjaga kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak,

menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil atau luas

pada mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan meninggalkan permukaan

daging yang berdarah. Keadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya

kebersihan mulut, superinfeksi setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi,

dan hipoparatiroidisme. Infeksi berat dapat menyebar menuruni esophagus. Penyakit

ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi

kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering, pasien

yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotic.

Penyakit ini kadang susah dibedakan dengan sisa susu terutama pada bayi

yang mendapatkan susu formula, sisa susu yang berupa endapan putih pada lidah bayi

ini dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang dibasahi dengan air panas.

14
II.3.2 Tanda/Gejala terjadinya oral trush

ΰ Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai

gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan

perdarahan mentah

ΰ Tampak bercak putih pada mulut, terutama pada lidah dan pipi bagian dalam

yang sulit dibersihkan

ΰ Anak kadang-kadang menolak untuk minum

ΰ Mukosa mulut mengelupas

ΰ Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir

memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan

kemudian berdarah.5.Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi

berbenjol kecil) menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung

lama hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak

ΰ Pola kebersihan cenderung kurang dalam merawat kebersihan pada bayi

II.3.3 Akibat yang ditimbulkan akibat oral trush

15
Komplikasi pada bayi baru lahir, apabila oral thrush tidak segera ditangani

atau diobati maka akan menebabkan kesukaran minum(menghisap puting susu atau

dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan.Oral thrush tersebut dapat

mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus yang

bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare. Diare juga dapat

terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama

II.3.4 Penatalaksanaan

ΰ Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi

ΰ Memberikan obat anti jamur, misalnya :a. Miconazol : mengandung

miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat

diberikan ke lesi setelah makan.b.Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000

unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-

14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini

mengandung gulaJaga kebersihan bayi terutama alat yang akan digunakan

ΰ Keperawatan masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar

minum dan risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi

adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air

mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum

dipakai. Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan

16
dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau

sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia

hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, annti ketika

akan dipakai seduh dengan air mendidih. Bayi lebih baik jangan diberikan dot

kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga dapat

mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk

menghindari oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu

dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan

dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi

penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut.

Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu

berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat

pada mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah

diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang

lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis

makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat

dicegah dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum

apalagi sehabis makan.

ΰ Ibu yang terinfeksi candida albicaus harus diobati untuk mencegah infeksi

berulang

17
II.4 DIAPER RASH

II.4.1 Pengertian

Diaper Rash adalah iritasi yang terjadi pada kulit bayi yang merupakan reaksi

kulit terhadap cairan ammonia dari urin dan pencemaran bakteri yang berasal dari

tinja.

Diaper Rash biasa juga disebut Ruam popok (US) atau ruam popok (Inggris),

(juga dikenal sebagai "dermatitis popok" dan "Serbet dermatitis" adalah istilah

umum diterapkan pada ruam kulit di daerah popok yang disebabkan oleh berbagai

gangguan kulit dan / atau iritasi. Dermatitis popok sekunder keterlibatan bakteri atau

jamur cenderung menyebar ke permukaan cekung (yaitu lipatan kulit), serta cembung

permukaan, dan sering menampilkan pusat merah, gemuk eritema dengan pustula

satelit di sekitar perbatasan

II.4.2 Penyebab terjadinya diaper rash

Irritant dermatitis popok berkembang jika kulit basah terkena berkepanjangan,

peningkatan pH kulit yang disebabkan oleh air kencing dan kotoran, dan

mengakibatkan kerusakan pada stratum corneum, atau lapisan terluar kulit. Pada

orang dewasa, yang stratum corneum terdiri dari 25-30 lapisan keratinosit mati rata,

18
yang terus-menerus gudang dan diganti dari bawah. Sel-sel mati ini dengan lipid

interlaid disekresi oleh granulosum lapisan persis di bawah, yang membantu untuk

membuat lapisan penghalang kulit tahan air. Corneum yang strata fungsi adalah untuk

mengurangi kehilangan air, mengusir air, lebih dalam melindungi lapisan kulit dari

cedera dan untuk memukul mundur invasi mikroba kulit .Pada bayi, ini lapisan kulit

yang lebih tipis dan lebih mudah terganggu.efek dari urin yakni

meskipun basah sendirian macerates kulit, melembutkan stratum corneum dan sangat

meningkatkan kerentanan terhadap gesekan cedera, urin memiliki dampak tambahan

pada integritas kulit karena efek pada pH kulit.

Walaupun penelitian menunjukkan bahwa amonia sendiri hanya iritasi kulit

ringan, ketika urea rusak di hadapan tinja urease kulit meningkatkan pH, yang pada

gilirannya mendorong aktivitas enzim tinja seperti protease dan lipase. Tinja enzim

ini meningkatkan permeabilitas kulit untuk garam empedu dan bertindak

sebagai iritan dalam dan dari diri mereka sendiri.

Ada perbedaan dalam tingkat terdeteksi ruam popok konvensional pemakai

popok sekali pakai dan popok kain dapat digunakan kembali pemakai. "Bayi

superabsorbent memakai popok sekali pakai dengan bahan gelling pusat memiliki

lebih sedikit episode dermatitis popok dibandingkan dengan rekan-rekan mereka

memakai popok kain. Namun, perlu diingat bahwa popok superabsorbent

mengandung pewarna yang dicurigai menyebabkan alergi kontak dermatitis (ACD).

Apakah memakai kain atau popok sekali pakai mereka harus sering diubah untuk

mencegah ruam popok, bahkan jika mereka tidak merasa basah.


19
Tinja interaksi antara aktivitas enzim dan IDD menjelaskan pengamatan

bahwa bayi diet dan ruam popok dihubungkan, karena tinja enzim yang pada

gilirannya dipengaruhi oleh diet. Menyusui bayi, misalnya, memiliki insiden lebih

rendah ruam popok, mungkin karena bangku mereka memiliki pH lebih rendah dan

lebih rendah aktivitas enzimatik. Ruam popok juga paling mungkin didiagnosis pada

bayi 8-12 bulan, mungkin sebagai respons terhadap peningkatan makan makanan

padat dan perubahan pola makan di usia yang mempengaruhi komposisi tinja. Setiap

kali makanan bayi mengalami perubahan signifikan (yaitu dari ASI ke susu formula

atau dari ke padat) tampaknya ada kemungkinan peningkatan ruam popok

Hubungan antara kotoran dan IDD juga terlihat pada pengamatan bahwa bayi

lebih rentan untuk mengembangkan ruam popok setelah perawatan dengan antibiotik,

yang mempengaruhi usus microflora. Juga, ada kejadian peningkatan ruam popok

pada bayi yang menderita diare dalam 48 jam sebelumnya, yang mungkin karena tinja

enzim seperti lipase dan protease lebih aktif dalam tinja yang telah berlalu cepat

melalui saluran gastrointersinal.

Pentingnya infeksi sekunder di IDD masih kontroversial. Atherton

berpendapat bahwa, "Candida albicans hanya dapat terisolasi dari sebagian kecil

kasus IDD; dalam banyak kasus ini adalah refleksi dari terapi antibiotik. Juga telah

ditetapkan bahwa infeksi bakteri tidak memainkan bagian penting dalam

pengembangan IDD.

Namun, ada sedikit argumen bahwa sekali stratum corneum telah rusak oleh

kombinasi faktor fisik dan kimia, kulit selalu lebih rentan terhadap infeksi sekunder
20
oleh bakteri dan jamur. Dalam menganalisis sampel kapas di perianal, inguinalis dan

daerah lisan dari 76 bayi, Ferrazzini et al. (2003) menemukan bahwa kolonisasi

dengan Candida albicans secara bermakna lebih mungkin pada anak-anak dengan

gejala ruam popok daripada tanpa. Staphylococcus aureus juga hadir lebih sering

pada gejala daripada bayi sehat, tetapi perbedaan ini secara statistik tidak signifikan.

Ada berbagai jenis infeksi lain telah dilaporkan pada kesempatan, termasuk

Proteus mirabilis, enterococci dan Pseudomonas aeruginosa, tetapi tampaknya

Candida adalah penyerang oportunis paling umum di daerah popok

Meskipun kadang-kadang bayi yang tampaknya sehat budaya positif untuk

Candida dan organisme lain tanpa menunjukkan gejala, ada tampaknya menjadi

korelasi positif antara tingkat keparahan ruam popok dicatat dan kemungkinan

keterlibatan sekunder

II.4.3 Tanda/gejala terjadinya diaper rash

ΰ Iritasi pada kulit yang terkena muncul seperti eritema

ΰ Ruam merah terang yang semakin besar

ΰ Merah atau daerah bersisik di labia dan vagina pada anak perempuan

ΰ Jerawat, lepuh, borok, besar benjolan, atau luka penuh nanah

21
ΰ Bercak merah yang lebih kecil (disebut lesi satelit) yang tumbuh dan berbaur

dengan tambalan lain

ΰ Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti pantat,alat genitalia, paha

atas

ΰ Keadaan lebih parah apabila terdapat di papilla erythematoa, vesikula, dan

ulserasi

II.4.4 Penatalaksanaan

Perawatan yang paling efektif, walaupun tidak yang paling praktis, adalah

untuk menghentikan penggunaan popok, sehingga kulit yang terkena udara keluar.

Menyeluruh kekeringan pada kulit sebelum mengganti popok adalah tindakan

pencegahan yang baik, karena itu kelebihan kelembaban, baik dari air seni dan

kotoran atau dari berkeringat, yang menetapkan syarat-syarat untuk ruam popok

terjadi. Berbagai menyerap kelembaban serbuk, Pendekatan lain adalah untuk

memblokir mencapai kelembaban dari kulit, dan umumnya obat direkomendasikan

menggunakan pendekatan ini mencakup dasar minyak protectants atau penghalang

krim, berbagai over-the-counter "popok krim", petroleum jelly dan minyak lainnya.

Sealants seperti kadang-kadang mencapai sebaliknya jika kulit tidak benar-benar

kering, dalam hal mana mereka melayani untuk menutup kelembaban di dalam kulit.

22
ΰ Daerah yang terkena diaper rash harus dibiasakan terbuka dan tetapDaerah

yang terkena diaper rash harus dibiasakan terbuka dan tetap kering

ΰ Untuk membersihkan kulit yang iritasi dengan menggunkan kapas halus yang

mengandung minyak

ΰ Segera dibersihkan dan dikeringkan bila anak kencing atau berak

ΰ Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit atau daerah yang iritasi

ΰ Usahakan memberikan makanan TKTP dengan porsi yang cukup

ΰ Memperhatikan kebersihan kulit tubuh secara keseluruhan

ΰ Memelihara kebersihan pakaian dan alat-alatnya

ΰ Pakaian atau celana yang basah oleh air kencing harus direndam dalam air

yang dicampur acidum boricum

ΰ Kemudian dibersihkan dan tidak boleh menggunakan sabbun cuci langsung

dibilas sampai bersih dan dikeringkan

23
ΰ Dapat diobati dengan salep anti jamur seperti salep hidrokortison 1%

ΰ Seng oksida berbasis salep cukup efektif, khususnya dalam pencegahan,

karena mereka telah baik pengeringan dan efek zat pada kulit, yang sedikit

antiseptik tanpa menyebabkan iritasi

ΰ Dalam persisten atau buruk terutama ruam, krim antijamur sering kali harus

digunakan. Dalam kasus-kasus yang ruam lebih merupakan iritasi, topikal

kortikosteroid ringan persiapan, misalnya hidrokortison krim, digunakan.

Seperti sering sulit untuk mengatakan infeksi jamur terpisah dari hanya iritasi

kulit, banyak dokter lebih memilih antijamur-dan-kombinasi kortikosteroid.

24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan anak yang menggambarkan peningkatan fungsi individual dan

merupakan indicator penting dalam menilai kualitas hidup anak dalam

perkembangannya harus selalu dipantau, karena banyaknya penyakit yang

menandakan suatu hal serius yang terjadi pada bayi di antaranya muntah yang

merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi

setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung yang disertai kontraksi perut,

sedangkan gumoh yakni tumpahnya susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat

setelah minum susu botol/menyusui dan dalam jumlah hanya sedikit/kurang dari

10cc.Keduanya ini sangat berdampak buruk apabila secara terus-menerus yakni dapat

terjadi dehidrasi dan alkaliosis,dapat menyebabkan ketois yang dapat menyebabkan

asidosis yang akhirnya menjadi syok bahkan terjadi perdarahan.Kemudian oral trush

yakni adanya bercak putih pada lidah, langit-langit dan pipi bagian dalam yang

apabila dipaksa untuk diambil akan menyebabkan perdarahan, serta diaper rash yaitu

iritasi yang terjadi pada kulit bayi yang merupakan reaksi kulit terhadap cairan

amonia dari urin dan pencemaran bakteri yang berasal dari tinja yang disebabkan

karena kebersihan kulit yang tidak terjaga serta udara/suhu lingkungan yang terlalu

panas/lembab.

B. Saran

25
Berdasarkan kesimpulan di atas maka kita sebagai manusia khususnya yang

sudah mempunyai anak harus selalu memperhatikan keadaan anak-anaknya

sebagaimana demi kesehatan dan kelangsungan hidupnya kelak.

DAFTAR PUSTAKA

Ferrazzini et al., 2003; Gupta & Skinner .Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta

Myles M: Textbook for midwives, ed 8 London, 1975, Churchill Livingstone.


Prawirohardjo Sarwono, 2002. Ilmu Kandungan
Tallia A, Scherger J, Dickey N, eds. Swanson's Family Medicine Review. 6th ed.

Philadelphia, Pa: Mosby Elsevier; 2008: chap 103.


www,geogle.cm

26

Anda mungkin juga menyukai