Anda di halaman 1dari 11

PAPER

ASUHAN PADA BAYI DENGAN MUNTAH DAN GUMOH

Oleh

Kelompok 2 :

Jihan Siska Amelia ( 202105008 )

Fika Wahyu Ramawati ( 202105009 )

Nadilla Revimalia ( 202105010 )

Prodi :
S1 Kebidanan
Dosen Pengampu :
Tria Wahyuningrum SSiT.,M.Keb

UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


TAHUN AJARAN 2023/2024
TINJAUAN PUSTAKA

A. MUNTAH
1. Definisi

Muntah adalah keluarya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara
paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum, 1992).
Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan bayi.

Selain itu muntah juga dapat diartikan sebagai keluarnya sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke lambung, disertai kontraksi
lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami
muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah
pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi
mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.

2. Etiologi

Muntah dapat disebabkan karena faktor fisiologis seperti kelainan kongenital dan infeksi,
juga karena gangguan psikologi seperti cemas. Muntah harus dibedakan dengan
gumoh/regurgitasi.

Gangguan yang diidentifikasikan menyerti muntah antara lain:

a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai sedikit
darah. Kemungkinan iritasi lambung akbiat sejumlah bahan yang tertelan selama
proses kelahiran.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak tidak
proyektil, cenderung menetap biasanya terjadi akibat dari obstruksi usus halus.
c. Muntah proyektil merupakan tanda adanya stenosis pilorus, juga merupakan tanda
peningkatan tekanan intrakranial.

3. Insiden

Catatan Depkes 2010 Sekitar 45% anak bayi berumur di bawah 12 bulan dapat mengalami
muntah, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia serta perbaikan
cara maupun pola makan pada anak bayi.
4. Patofisiologi

Suatu keadaan dimana anak bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, kadang-kadang sampai
seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul pada minggu pertama. Hal tersebut
merupakan aksi refleks yang dikoordinasi dalam medulla oblongata dimana isi lambung
dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan,
penyakit saluran penceranaan, penyakit intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami muntah yaitu keluarnya
cairan (susu atau makanan yang halus) dari lambung melalui mulut bayi dalam jumlah yang
banyak dimana bayi juga mengalami batuk saat memuntahkan isi lambungnya.

6. Komplikasi

Muntah yang terjadi pada bayi umumnya mengalir melalui mulut saja namun dalam jumlah
yang banyak. Namun apabila muntah pada bayi terjadi secara proyektil atau menyemprot
secara tidak biasa kemungkinan terjadi stenosis pylorus yaitu kondisi umum yang
mempengaruhi pembukaan pilorus (katup otot yang menjaga makanan diperut sampai masuk
ke tahap pencernaan berikutnya) antara lambung dan usus kecil pada bayi. Sehingga makanan
bayi tertimbun dalam lambung dan saat ditambah makanan lagi isi lambung akan naik ke atas
lagi dengan cara menyemprot melalui mulut bayi secara tidak biasa.

Selain itu, muntah yang berlebihan pada bayi dapat menimbulkan dehidrasi atau alkaliosis
karena kehilangan cairan tubuh elektrolit, ketosisi karena bayi cenderung tidak ingin makan
dan minum, asidosis yang disebabkan adanya ketosis dapat berkelanjutan menjadi syok
bahkan sampai kejang serta ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva ruptur esofagus,
aspirasi yang disebabkan karena muntah yang sangat sehat.

7. Penatalaksanaan
 Muntah yang terjadi pada bayi dapat dipengaruhi oleh faktor psikologi yang cemas
oleh karena itu saat menyusui perlu diciptakan hubungan yang harmonis antara orang
tua dan anak bayi, ciptakan suasana yang menyenangkan saat makan atau menyusui,
dan perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati
 Ajarkan dan terapkan pola makan yang benar
 Hindari makanan yang menimbulkan alergi agar tidak terjadi permasalahan
pencernaan pada anak/bayi.
 Diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah jika simptomatis dapat diberi emetik.
 Jaga kebersihan mulut anak bayi.
 Cegah aspirasi saat anak bayi mengalami muntah.
 Jangan langsung mengangkat bayi saat muntah. Seringkali khawatir, dan bermaksud
untuk menangani muntah, kita cenderung mengangkat anak bayi dari posisi tidurnya,
padahal cara ini justru berbahaya, karena muntah bisa turun lagi, masuk ke paru, dan
akhirnya malah mengganggu paru-paru, biarkan saja bayi bila mengeluarkan cairan
muntahan dari hidungnya, hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup
dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.
 Kolaborasi bila muntah disertai gangguan fisiologis seperti warna hijau dan muntah
proyektil/menyemprot.
8. Gambar
B. GUMOH
1. Definisi

Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut tampa
paksaaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes RI. 1999).

Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan bayi. Selain itu gumoh
juga dapat diartiakn sebagai keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa
saat makanan masuk lambung. Muntah susu adalah hal ynag agak umum, terutama pada bayi
yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan yang
memuaskan, pada umumnya disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusui.
Selanjutnya, gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi. regurgitasi adalah gejala
klinis dna merupakan keadaan fisiologis yang nommal pada bayi berusia dibawah satu tahun.
Kejadian tersebut akan menurun seiring pertambahan usia.

Jika terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam waktu lama akan
menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan gangguan pada bayi tersebut.
Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang maupun karena asupan makanan
tersebut keluar lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut
keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau sampai gumoh melalui hidung dan bahkan disertai
muntah. Perlu diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang mungkin ada. Bila disertai
kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali. Dapat menyebabkan terjadinya
kekurangan cairan tubuh.

Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar kala makanan
masuk ke dalam lambung bayi. Gumoh terjadi secara pasif atau terjadi secara spontan.
Berbeda dari muntah, ketika isi perut keluar karena anak berusaha mengeluarkannya. Dalam
kondisi normal, gumoh bisa dialami bayi antara 1-4 kali sehari. Gumoh dikategorikan
normal, jika terjadinya beberapa saat setelah makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain
mencurigakan. Selama berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel,
gumoh tidak bercampur darah dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh tak perlu
dipermasalahkan.

2. Etiologi

Penyebab terjadinya gumoh memang bisa bermacam-macam diantaranya adalah:


a. Susu atau ASI yang diminum bayi melebihi kapasitas lambung, padahal di usia itu
kapasitas lambung bayi masih sangat kecil
b. Terlalu aktif, misalnya pada saat hayi menggeliat atau terus-terus menangis.
c. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna, akibatnya apabila setelah menyusu
bayi ditidurkan atau dibiarkan dalam posisi salah, susu akan keluar dari mulut.
d. Bayi sudah kenyang tapi tetap diberi minum, e. Posisi salah saat menyusui atau
pemberian susu botol.
e. Tergesa-gesa saat pemberian susu.
f. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.

3. Insiden

Catatan Depkes 2010 Sekitar 70% bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh
minimal I kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya
usia hingga (8-10) % pada umur 9- 12 bulan dan 5% pada umur 18 bulan.

4. Patofisiologi

Pada keadaan biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga kadang-kadang gumoh
bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui mulut pada
sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa
bekerja dengan baik yang seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini juga
dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar. Kebanyakan gumoh terjadi
pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya.

5. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami gumoh ialah keluarnya cairan
dari sudut-sudut bibir bayi berupa cairan. putih yang mana biasanya adalah ASI atau susu
bercampur dengan air liur bayi sendiri yang jumlahnya tidak terlalu banyak.

6. Komplikasi

Gumoh yang terjadi biasanya akan berhenti apabila isi lambung sudah sesuai dengan
kapasitasnya dalam arti tidak melebihi kapasitas lambung bayi lagi. Akan tetapi gumoh dapat
pula terjadi secara terus menerus dimana cairan akan terus keluar lewat mulut bayi tanpa
henti setelah diberi ASI atau susu maupun makanan. Hal tersebut kemungkinan karena
obstruksi esofagus (tidak berkembangnya esofagus schingga makanan tidak dapat dilewatkan
dari mulut ke lambung). Oleh karena itu ASI atau susu yang masuk ke kerongkongan akan
naik dan kembali lagi keluar melewati mulut bayi.

7. Penatalaksanaan
 Beri susu yang lebih kental pada bayi yang sudah dapat mengkonsumsi susu formula
atau makanan pendamping ASI, Campurkan tepung beras sebanyak 5 gram untuk
setiap 100 cc susu, lalu minumkan seperti biasanya, posisi menyusu bersudut 45°.
Posisi terlentang membentuk sudut 45 antara badan, pinggang dan tempat tidur bayi,
terbukti membantu menguranggi aliran balik susu dari lambung ke kerongkongan.
 Perbaiki teknik menyusui yang benar yaitu dagu bayi menempel pada payudara,
areola atas lebih terlihat, bibir bawah melebar keluar dan mulut membuka lebar.
 Jangan memaksakan memberi ASI atau susu dan makanan apabila bayi masih
kenyang atau baru saja makan dan minum.
 Sendawakan bayi segera setelah selesai makan dan minum.
 Gendong si kecil dalam posisi 45° atau tidurkan terlentang dan ganjalan berupa
bantalan atas tumpukan kain di punggungnnya.
 Biarkan ia pada posisi tersebut selama mungkin (minimal 2 jam).
 Jangan langsung mengangkat bayi saat ia gumoh. Sering kali khawatir, dan
bermaksud untuk menghentikan gumoh, kita cenderung mengangkat anak dari posisi
tidurnya. Padahal cara ini justru berbahaya, karena cairan gumoh bisa turun lagi,
masuk ke paru, dan akhirnya malah mengganggu paru-paru.
 Biarkan saja bayi bila mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik
daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru- paru karena bisa
menyebabkan radang atau infeksi.
8. Gambar
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”D” UMUR 8 MINGGU DENGAN
MUNTAH DAN GUMOH

DI BPM SALSA

Hari/tanggal : Kamis 02/11/2017 Pukul : 10:00 wib

S : SUBJEKTIF

1. Identitas bayi

Nama : An. W

Tanggal lahir : 2 September 2017

Umur : 8 Minggu

Jenis kelamin : Laki-laki

2. keluhan utama

- Ibu mengatakan ingin memeriksakan bayinya

- Ibu mengatakan bayinya sering rewel dan gelisah

- Ibu mengatakan bayinya mengeluarkan kembali susu yang telah ditelan 2 kali sehari. Sejak
2 hari yang lalu

- Ibu mengatakan bayinya tidak mau menyusu setelah muntah

- Ibu mengatakan bayinya selalu menangis saat atau setelah menyusu

O : OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaraan : Compos Mentis

Tanda-Tanda Vital :

S : 36,5

N: 130x/menit
R: 40x/menit

PB: 53 cm

BB: 5.600 gram

2. Pemeriksaan Fisik khusus

Head to toe : Normal

Mulut : bibir pucat, kering dan pecah-pecah

Ekstremitas : kurang aktif

Jenis kelamin : Laki-laki

A : ASSESMENT

Diagnosa :

bayi Ny.”D” umur 8 minggu dengan Muntah dan Gumoh.

P: PLANNING

I. Planning Kolaborasi
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum baik, suhu : 36,5 celcius ,
Nadi : 140 x/menit, Respirasi : 40x/menit, PB : 50 cm, BB : 3.600 gram dan bayinya
mengalami gumoh.
Hasil : Ibu telah mengetahui keadaan bayinya.
2. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika gumoh dan muntah belum
dapat teratasi. Dan bila muntah terus berlanjut dan bertambah parah anjurkan kepada
ibu untuk membawa bayi ke fasilitas kesehatan yang lebih baik ( misalnya ke rumah
sakit/ dokter spesialis)
Hasil : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang jika gumoh belum dapat teratasi.
Dan bersedia mengikuti anjuran bidan.
3. Mendokumentasikan asuhan yang telah dilakukan.
Hasil : Asuhan telah didokumentasikan.

II. Planning Mandiri


1. Memberitahukan kepada ibu bahwa gumoh dan muntah adalah hal yang biasa( normal
) dan ibu tidak perlu merasa cemas dengan keadaan bayinya.
Hasil : Ibu merasa tenang karena telah mengetahui bahwa gumoh dan muntah yang
dialami oleh bayinya adalah hal yang normal.
Menjelaskan kepada ibu penyebab terjadinya gumoh pada bayi yaitu ASI yang
diberikan jumlahnya terlalu banyak, posisi menyusui ibu salah, fungsi pencernaan bay
i belum sempurna, dan saat minum ASI udara ikut tertelan.
Hasil : Ibu telah mengetahui penyebab terjadinya gumoh pada bayi.
2. Menjelaskan kepada ibu proses terjadinya gumoh pada bayi yaitu gumoh sering
terjadi pada bayi setelah diberikan ASI yang yang disebabkan karena posisi menyusui
salah. Hal ini menyebabkan cairan yang masuk ke tubuh bayi akan mencari posisi
yang paling rendah dan bila ada makanan yang masuk ke esofagus atau saluran ke
lambung, maka ada refleks yang bisa menyebabkan bayi gumoh. Lambung yang
penuh juga bisa membuat bayi gumoh. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu
belum sampai ke usus, sudah diisi makanan lagi akibatnya bayi akan mengalami
gumoh karena lambung bayi mempunyai kapasitasnya sendiri.
Hasil : Ibu telah mengerti mengenai proses terjadinya gumoh pada bayi.
3. Menjelaskan kepada ibu cara mengatasi gumoh dan muntah yaitu dengan
memperbaiki Teknik menyusui meliputi posisi bayi saat disusui sebaiknya kepala
berada lebih tinggi dan posisi bayi tidak terlentang, Beri bayi ASI sedikit tetapi sering
(minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak atau on demand, jangan biarkan bayi
menghisap puting saja, tetapiareola (bagian kecoklatan di sekitar puting ) juga harus
masuk atau menempel ke mulut bayi. Hal ini dapat mengurangi udara yang masuk
selama bayi menghisap ASI, kemudian tepuk-tepuk punggung bayi sampai sendawa
sesaat setelah di beri minum. Jangan langsung membaringkan anak anda di tempat
tidur.
Hasil : Ibu mengetahui dan mengerti cara mengatasi gumoh dan muntah yang terjadi
pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Karyuni, P. d. (2008). Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.

Kosim, M. S. (2005). buku Panduan Buku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,
Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Jakarta: Departemen Ri.

Sudarti. (2010). Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Yulianti, R. A. dan Lia Yulianti (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: CV. Media Trans Info
Media

Anda mungkin juga menyukai