Oleh
Kelompok 2 :
Prodi :
S1 Kebidanan
Dosen Pengampu :
Tria Wahyuningrum SSiT.,M.Keb
A. MUNTAH
1. Definisi
Muntah adalah keluarya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara
paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum, 1992).
Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan bayi.
Selain itu muntah juga dapat diartikan sebagai keluarnya sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke lambung, disertai kontraksi
lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami
muntah lendir, bahkan kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah
pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi
mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.
2. Etiologi
Muntah dapat disebabkan karena faktor fisiologis seperti kelainan kongenital dan infeksi,
juga karena gangguan psikologi seperti cemas. Muntah harus dibedakan dengan
gumoh/regurgitasi.
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang kadang disertai sedikit
darah. Kemungkinan iritasi lambung akbiat sejumlah bahan yang tertelan selama
proses kelahiran.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam jumlah banyak tidak
proyektil, cenderung menetap biasanya terjadi akibat dari obstruksi usus halus.
c. Muntah proyektil merupakan tanda adanya stenosis pilorus, juga merupakan tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
3. Insiden
Catatan Depkes 2010 Sekitar 45% anak bayi berumur di bawah 12 bulan dapat mengalami
muntah, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya usia serta perbaikan
cara maupun pola makan pada anak bayi.
4. Patofisiologi
Suatu keadaan dimana anak bayi menyemprotkan isi perutnya keluar, kadang-kadang sampai
seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul pada minggu pertama. Hal tersebut
merupakan aksi refleks yang dikoordinasi dalam medulla oblongata dimana isi lambung
dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan,
penyakit saluran penceranaan, penyakit intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.
Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami muntah yaitu keluarnya
cairan (susu atau makanan yang halus) dari lambung melalui mulut bayi dalam jumlah yang
banyak dimana bayi juga mengalami batuk saat memuntahkan isi lambungnya.
6. Komplikasi
Muntah yang terjadi pada bayi umumnya mengalir melalui mulut saja namun dalam jumlah
yang banyak. Namun apabila muntah pada bayi terjadi secara proyektil atau menyemprot
secara tidak biasa kemungkinan terjadi stenosis pylorus yaitu kondisi umum yang
mempengaruhi pembukaan pilorus (katup otot yang menjaga makanan diperut sampai masuk
ke tahap pencernaan berikutnya) antara lambung dan usus kecil pada bayi. Sehingga makanan
bayi tertimbun dalam lambung dan saat ditambah makanan lagi isi lambung akan naik ke atas
lagi dengan cara menyemprot melalui mulut bayi secara tidak biasa.
Selain itu, muntah yang berlebihan pada bayi dapat menimbulkan dehidrasi atau alkaliosis
karena kehilangan cairan tubuh elektrolit, ketosisi karena bayi cenderung tidak ingin makan
dan minum, asidosis yang disebabkan adanya ketosis dapat berkelanjutan menjadi syok
bahkan sampai kejang serta ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva ruptur esofagus,
aspirasi yang disebabkan karena muntah yang sangat sehat.
7. Penatalaksanaan
Muntah yang terjadi pada bayi dapat dipengaruhi oleh faktor psikologi yang cemas
oleh karena itu saat menyusui perlu diciptakan hubungan yang harmonis antara orang
tua dan anak bayi, ciptakan suasana yang menyenangkan saat makan atau menyusui,
dan perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati
Ajarkan dan terapkan pola makan yang benar
Hindari makanan yang menimbulkan alergi agar tidak terjadi permasalahan
pencernaan pada anak/bayi.
Diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah jika simptomatis dapat diberi emetik.
Jaga kebersihan mulut anak bayi.
Cegah aspirasi saat anak bayi mengalami muntah.
Jangan langsung mengangkat bayi saat muntah. Seringkali khawatir, dan bermaksud
untuk menangani muntah, kita cenderung mengangkat anak bayi dari posisi tidurnya,
padahal cara ini justru berbahaya, karena muntah bisa turun lagi, masuk ke paru, dan
akhirnya malah mengganggu paru-paru, biarkan saja bayi bila mengeluarkan cairan
muntahan dari hidungnya, hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup
dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.
Kolaborasi bila muntah disertai gangguan fisiologis seperti warna hijau dan muntah
proyektil/menyemprot.
8. Gambar
B. GUMOH
1. Definisi
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut tampa
paksaaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes RI. 1999).
Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan bayi. Selain itu gumoh
juga dapat diartiakn sebagai keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung setelah beberapa
saat makanan masuk lambung. Muntah susu adalah hal ynag agak umum, terutama pada bayi
yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan yang
memuaskan, pada umumnya disebabkan karena bayi menelan udara pada saat menyusui.
Selanjutnya, gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi. regurgitasi adalah gejala
klinis dna merupakan keadaan fisiologis yang nommal pada bayi berusia dibawah satu tahun.
Kejadian tersebut akan menurun seiring pertambahan usia.
Jika terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi dalam waktu lama akan
menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa mengakibatkan gangguan pada bayi tersebut.
Baik gangguan pertumbuhan karena asupan gizi berkurang maupun karena asupan makanan
tersebut keluar lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut
keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau sampai gumoh melalui hidung dan bahkan disertai
muntah. Perlu diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang mungkin ada. Bila disertai
kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali. Dapat menyebabkan terjadinya
kekurangan cairan tubuh.
Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar kala makanan
masuk ke dalam lambung bayi. Gumoh terjadi secara pasif atau terjadi secara spontan.
Berbeda dari muntah, ketika isi perut keluar karena anak berusaha mengeluarkannya. Dalam
kondisi normal, gumoh bisa dialami bayi antara 1-4 kali sehari. Gumoh dikategorikan
normal, jika terjadinya beberapa saat setelah makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain
mencurigakan. Selama berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel,
gumoh tidak bercampur darah dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh tak perlu
dipermasalahkan.
2. Etiologi
3. Insiden
Catatan Depkes 2010 Sekitar 70% bayi berumur di bawah 4 bulan mengalami gumoh
minimal I kali setiap harinya, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan bertambahnya
usia hingga (8-10) % pada umur 9- 12 bulan dan 5% pada umur 18 bulan.
4. Patofisiologi
Pada keadaan biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga kadang-kadang gumoh
bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar melalui mulut pada
sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa
bekerja dengan baik yang seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini juga
dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar. Kebanyakan gumoh terjadi
pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya.
Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami gumoh ialah keluarnya cairan
dari sudut-sudut bibir bayi berupa cairan. putih yang mana biasanya adalah ASI atau susu
bercampur dengan air liur bayi sendiri yang jumlahnya tidak terlalu banyak.
6. Komplikasi
Gumoh yang terjadi biasanya akan berhenti apabila isi lambung sudah sesuai dengan
kapasitasnya dalam arti tidak melebihi kapasitas lambung bayi lagi. Akan tetapi gumoh dapat
pula terjadi secara terus menerus dimana cairan akan terus keluar lewat mulut bayi tanpa
henti setelah diberi ASI atau susu maupun makanan. Hal tersebut kemungkinan karena
obstruksi esofagus (tidak berkembangnya esofagus schingga makanan tidak dapat dilewatkan
dari mulut ke lambung). Oleh karena itu ASI atau susu yang masuk ke kerongkongan akan
naik dan kembali lagi keluar melewati mulut bayi.
7. Penatalaksanaan
Beri susu yang lebih kental pada bayi yang sudah dapat mengkonsumsi susu formula
atau makanan pendamping ASI, Campurkan tepung beras sebanyak 5 gram untuk
setiap 100 cc susu, lalu minumkan seperti biasanya, posisi menyusu bersudut 45°.
Posisi terlentang membentuk sudut 45 antara badan, pinggang dan tempat tidur bayi,
terbukti membantu menguranggi aliran balik susu dari lambung ke kerongkongan.
Perbaiki teknik menyusui yang benar yaitu dagu bayi menempel pada payudara,
areola atas lebih terlihat, bibir bawah melebar keluar dan mulut membuka lebar.
Jangan memaksakan memberi ASI atau susu dan makanan apabila bayi masih
kenyang atau baru saja makan dan minum.
Sendawakan bayi segera setelah selesai makan dan minum.
Gendong si kecil dalam posisi 45° atau tidurkan terlentang dan ganjalan berupa
bantalan atas tumpukan kain di punggungnnya.
Biarkan ia pada posisi tersebut selama mungkin (minimal 2 jam).
Jangan langsung mengangkat bayi saat ia gumoh. Sering kali khawatir, dan
bermaksud untuk menghentikan gumoh, kita cenderung mengangkat anak dari posisi
tidurnya. Padahal cara ini justru berbahaya, karena cairan gumoh bisa turun lagi,
masuk ke paru, dan akhirnya malah mengganggu paru-paru.
Biarkan saja bayi bila mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru lebih baik
daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru- paru karena bisa
menyebabkan radang atau infeksi.
8. Gambar
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.”D” UMUR 8 MINGGU DENGAN
MUNTAH DAN GUMOH
DI BPM SALSA
S : SUBJEKTIF
1. Identitas bayi
Nama : An. W
Umur : 8 Minggu
2. keluhan utama
- Ibu mengatakan bayinya mengeluarkan kembali susu yang telah ditelan 2 kali sehari. Sejak
2 hari yang lalu
O : OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Tanda-Tanda Vital :
S : 36,5
N: 130x/menit
R: 40x/menit
PB: 53 cm
A : ASSESMENT
Diagnosa :
P: PLANNING
I. Planning Kolaborasi
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum baik, suhu : 36,5 celcius ,
Nadi : 140 x/menit, Respirasi : 40x/menit, PB : 50 cm, BB : 3.600 gram dan bayinya
mengalami gumoh.
Hasil : Ibu telah mengetahui keadaan bayinya.
2. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika gumoh dan muntah belum
dapat teratasi. Dan bila muntah terus berlanjut dan bertambah parah anjurkan kepada
ibu untuk membawa bayi ke fasilitas kesehatan yang lebih baik ( misalnya ke rumah
sakit/ dokter spesialis)
Hasil : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang jika gumoh belum dapat teratasi.
Dan bersedia mengikuti anjuran bidan.
3. Mendokumentasikan asuhan yang telah dilakukan.
Hasil : Asuhan telah didokumentasikan.
Karyuni, P. d. (2008). Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
Kosim, M. S. (2005). buku Panduan Buku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter,
Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Jakarta: Departemen Ri.
Sudarti. (2010). Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yulianti, R. A. dan Lia Yulianti (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: CV. Media Trans Info
Media