Anda di halaman 1dari 9

TUGAS NEONATUS

“ Memberikan Asuhan Pada Neonatus Dan Bayi Dengan Masalah Muntah Dan Oral Trush “

Dosen Pengampuh :

Andriana, M.Tr.Keb

Di susun Oleh :

Kelompok 2

1. Elfrina Rumbewas
2. Farlin Farida Iek
3. Lety Latupeirissa
4. Netty Tetty M Sawoy
5. Siane Vero Watem
6. Vriska Ajawaila

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN (SEMESTER III )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SORONG

SEPTEMBER 2022
Neonatus disebut juga bayi baru lahir yakni merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu, fisiologi
neonatus merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dari proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Penelitian
menunjukkan bahwa 50 % kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu di bulan pertama
kehidupan. Pencegahan merupakan hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan
neonatal sehingga neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal merupakan
periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi .

A. Muntah

1. Pengertian
Muntah adalah salah satu kondisi yang sering dialami oleh bayi, terutama saat
usianya masih beberapa minggu. Di usia ini, biasanya sistem pencernaan bayi
masih lemah. Namun, muntah pada bayi juga bisa menjadi pertanda bahaya yang
membutuhkan pertolongan medis sesegera mungkin. Bayi sering muntah pada
minggu-minggu awal kehidupannya, karena tubuhnya sedang berusaha
menyesuaikan diri dengan makanan. Muntah jenis ini sering juga disebut dengan
gumoh. Muntah pada neonatus adalah ekspulsi isi lambung secara paksa melalui
mulut dan atau hidung yang dialami oleh bayi dalam 28 hari pertama
kehidupannya. Keluhan muntah perlu dibedakan dengan refluks akibat regurgitasi
saluran pencernaan atas. Bayi, termasuk neonatus, biasanya akan meludahkan
cairan dalam jumlah kecil (< 10 ml) selama atau segera setelah makan. Muntah
merupakan proses aktif, sedangkan refluks atau regurgitasi adalah suatu proses
pasif atau effortless dimana terjadi aliran balik isi lambung atau duodenum ke
esofagus atau kavum oral. Ada beberapa tanda muntah yang perlu diwaspadai dan
bisa menjadi gejala dari kondisi yang lebih serius, antara lain:

a. Muntahan bayi berwarna kuning kehijauan


b. Muntah diiringi dengan demam, pembengkakan perut, atau sakit perut yang
parah

1
c. Muntah terjadi lebih dari sekali setelah mengalami cedera kepala, seperti kepala
terbentur atau jatuh
d. Terdapat banyak darah pada muntahan
e. Muntah dalam jumlah banyak dan terus-menerus
f. Muntah berlangsung lebih dari 1 hari
g. Muntah diiringi menguningnya kulit dan mata bayi

Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebabnya:

a) Keracunan makanan
b) Infeksi virus atau bakteri
c) Infeksi saluran pernapasan
d) Infeksi telinga
e) Pneumonia
f) Hepatitis
g) Radang usus buntu
h) Penyumbatan saluran cerna, misalnya karena intususepsi atau stenosis pilorus
i) Meningitis
j) Gegar otak

2. Etiologi
Muntah dapat disebabkan karena factor fisiologis seperti kelainan kongenital
dan infeksi, juga karena gangguan psikologis seperti cemas. Muntah harus
dibedakan dengan gumoh atau regurgitalis. Gangguan yang di identifikasikan
menyertai muntah anatar lain :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir kadang disertai dengan
sedikit darah. Kemungkinan irirtasi lambung akibat sejumlah bahan yang
tertelan selama proses melahirkan.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama, dalam jumlah banyak tidak
proyektil, cenderung menetap biasanya terjadi akibat dari obstruksi usus halus.
Muntah proyektil merupakan tanda adanya stenosis pylorus, juga merupakan
tanda peningkatan intakranial.

2
3. Patofisiologi
Suatu keadaan dimana anak/bayi menyemprotkan isi perut keluar, kadang-
kadang sampai seluruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering timbul pada minggu
pertama. Hal tersebut merupakan aksi reflex yang dikoordinasi dalam medulla
oblongata dimana isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Muntah
dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit saluran pencernaan, penyakit
intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh bakteri.

4. Tatalaksana
Muntah yang terjadi pada bayi dapat dipengaruhi oleh factor psikologis yang
cemas oleh karena itu
a. Saat menyusui perlu di ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan
bayi/anak.
b. Ciptakan suasana yang menyenangkan saat makan atau menyusui.
c. Dan perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati
d. Ajarkan dan terapkan pola makan yang benar
e. Hindarai makanan yang menimbulkan alergi agar tidak terjadi permasalahan
pencernaan ada anak/bayi.
f. Jaga kebersihan mulut anak/bayi.
g. Cegah aspirasi saat anak/bayi mengalamai muntah.
h. Jangan langsung mengangkat bayi saat muntah.
i. Biarkan saja bayi mengeluarkan cairan muntahan dari hidung nya karena hal
ini lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk kedalam paru-paru
karena dapat menyebabkan radang/infeksi dan
j. Kolaborasi bila muntah diserta gangguan fisologis seperi warna hijau dan
muntah proyektif/menyemprot.

3
B. Gumoh

1. Pengertian
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui
mulut tanpa paksaaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes RI, 1999).
Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan bayi. Selain itu
gumoh juga dapat diartiakan sebagai keluarnya kembali sebagian kecil isi lambung
setelah beberapa saat makanan masuk lambung. Muntah susu adalah hal yang agak
umum, terutama pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu
pertambahan berat badan yang memuaskan, pada umumnya disebabkan karena
bayi menelan udara pada saat menyusui. Selanjutnya, gumoh dalam istilah
kedokteran disebut regurgitasi, regurgitasi adalah gejala klinis dan merupakan
keadaan fisiologis yang normal pada bayi berusia dibawah satu tahun. Kejadian
tersebut akan menurun seiring pertambahan usia.

2. Etiologi
Penyebab terjadinya gumoh memang bisa bermacam-macam diantaranya
adalah:
a. Susu atau ASI yang diminum bayi melebihi kapasitas lambung, padahal di usia
itu kapasitas lambung bayi masih sangat kecil.
b. Terlalu aktif, misalnya pada saat bayi menggeliat atau terus-terus menangis.
c. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna, akibatnnya apabila setelah
menyusu bayi ditidurkan atau dibiarkan dalam posisi salah, susu akan keluar
dari mulut.
d. Bayi sudah kenyang tapi tetap diberi minum.
e. Posisi salah saat menyusui atau pemberian susu botol.
f. Tergesa-gesa saat pemberian susu.
g. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.

3. Patofisiologi
Pada keadaan biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga kadang-
kadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali ke atas dan keluar
melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut disebabkan karena otot katup
diujung lambung tidak bisa bekerja dengan baik yang seharusnya mendorong isi
4
lambung ke bawah. Keadaan ini juga dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-
anak yang lebih besar. Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi bulan-bulan pertama
kehidupannya.

4. Tatalaksana
a. Beri susu yang lebih kental pada bayi yang sudah dapat mengkonsumsi susu
formula atau makanan pendamping ASI.
b. Campurkan tepung beras sebanyak 5 gram untuk setiap 100 cc susu. Lalu
minumkan seperti biasanya.
c. Posisi menyusu bersudut 45°.
d. Posisi terlentang membentuk sudut 45° antara badan, pinggang dan tempat
tidur bayi, terbukti membantu menguranggi aliran balik susu dari lambung ke
kerongkongan.
e. Perbaiki teknik menyusui yang benar yaitu dagu bayi menempel pada
payudara, arcola atas lebih terlihat, bibir bawah melebar keluar dan mulut
membuka lebar.
f. Jangan memaksakan memberi ASI atau susu dan makanan apabila bayi masih
kenyang atau baru saja makan dan minum.
g. Sendawakan bayi segera setelah selesai makan dan minum.
h. Gendong si kecil dalam posisi 45° atau tidurkan terlentang dan ganjalan
berupa bantalan atas tumpukan kain di punggungnnya. Biarkan ia pada posisi
tersebut selama mungkin (minimal 2 jam). Jangan langsung mengangkat bayi
saat ia gumoh. Seringkali khawatir, dan bermaksud untuk menghentikan
gumoh, kita cenderung mengangkat anak dari posisi tidurnya. Padahal cara ini
justru berbahaya,karena cairan gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru, dan
akhirnya malah mengganggu paru-paru.
i. Biarkan saja bayi bila mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini justru
lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru paru
karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.

5
C. Oral Trush

1. Pengertian
Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit-langit, dan pipi
bagian dalam. Bila bercak putih tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa
untuk diambil bisa mengakibatkan perdarahan. Oral trush ini disebut juga dengan
Oral Candidiasis atau Moniliasis dan sering terjadi pada masa bayi, seiring
bertambahnya usia, angka kejadian makin jarang (Susilaningrum, Rekawati dkk.,
2013). Oral trush bisa disebabkan karena transmisi melalui botol susu, sisa ASI
pada mulut bayi serta kurangnya kebersihan ibu pada saat menyusui seperti
puting susu yang tidak bersih dan cuci tangan yang tidak benar yang dilakukan
oleh ibu pada saat menyusui bayinya .

2. Etiologi
Berikut adalah beberapa kemungkinan penyebab oral thrush pada bayi :
a. Sistem kekebalan tubuh yang lemah
Bayi dapat mengalami infeksi jamur pada mulut karena beberapa alasan,
tetapi yang paling utama karena sistem kekebalan tubuh mereka belum
sepenuhnya berkembang dan tidak dapat melawan organisme tertentu. Ketika
sistem kekebalan tubuh melemah, jamur dapat tumbuh sehingga menyebabkan
luka dan bercak putih di mulut serta lidah.
b. Infeksi jamur yang ditularkan oleh ibu
Ibu yang pernah mengalami infeksi jamur vagina saat hamil atau selama
persalinan dapat menularkan jamur kepada bayinya. Jamur tersebut juga
berkembang dalam ASI, kemudian menginfeksi puting ibu dan saluran ASI.
Ibu menyusui yang menderita anemia atau diabetes memiliki risiko lebih
tinggi tertular infeksi jamur yang dapat menyebabkan oral thrush pada
bayinya.
c. Kebersihan mulut bayi yang tidak terjaga
Selain kedua faktor di atas, penyebab oral thrush pada bayi bisa terjadi
karena kebersihan mulut tidak terjaga. Ketika tidak membersihkan mulut bayi
hingga benar-benar bersih maka sisa-sisa kuman dan jamur akan menumpuk
hingga memicu infeksi. Alhasil, risiko anak Anda terserang oral thrush
menjadi lebih besar.
6
3. Patofisiologi
Patofisiologi kandidiasis oral adalah infeksi fungal Candida sp. Spesies
Candida yang paling sering ditemukan di kavitas oral adalah Candida
albicans. C. albicans adalah jamur dimorfik yang merupakan flora normal
kavitas oral. Flora normal ini dapat menjadi patogen ketika terdapat faktor
predisposisi, misalnya kebersihan oral yang buruk, merokok, xerostomia, dan
gangguan imunologi.

4. Tatalaksana
Penatalaksanaan Oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan
sendirinya. Tetapi lebih baik jika pengobatan dengan cara :
a. Bedakan dengan pemberian susu pada mulut bayi.
b. Jika sumber infeksi yang berasal dari ibu harus segera diobati dengan
pemberian antibiotika berspektrum luas.
c. Menjaga kebersihan mulut bayi dan puting susu ibu.
d. Mensucikan daerah mulut bayi setelah makan atau minum susu dengan
air matang dan bersih. Jika oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah
selesai, selain menjaga kebersihan mulut, berikanlah makanan yang
lunak atau sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis
makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum.
e. Pada bayi yang minum susu dengan botol, harus menggunakan teknik
steril, dalam membersihkan botolnya sebelum digunakan, yaitu bisa
dengan mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air
mendidih atau mendidih hingga mendidih (jika botol tahan) sebelum
dipakai.

7
Referensi

Karyuni, P.E dan Eny Meliya (Ed). 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru
Lahir. Jakarta: EGC.

Kosim, M. S, Achmad Surdjono dan Dwikisworo Setyowireni (Ed). 2005. Buku


Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perawat, Bidan di
Rumah Sakit Rujukan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: CV.
Trans Info Media.

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sulistyoningrum, Devi Hayu. (2012). Hubungan Praktik Ibu Menyusui Dengan
Kejadian Oral Trush Pada Bayi Usia 1- 6.

Jurnal Care Vol .5, No2,Tahun 2017.

Sholihah, Wardatus. Hubungan Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Regurgitasi


pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Desa Sukorejo Kecamatan Bangsalsari Jember. Diss.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER, 2017.

Hakim, Luqmanul, and M. Ricky Ramadhian. "Kandidiasis oral." Jurnal Majority 4.9


(2015): 53-57.

Artikel/3-penanganan-oral-thrush-pada-bayi-yang-baru-lahir

Anda mungkin juga menyukai