Anda di halaman 1dari 13

Nama : Riaky Amaliah, S.ST.

KEB
Mata Kuliah : Askeb neonates bayi balita dan anak pra sekolah

RINGKASAN MATERI

ASUHAN PADA BAYI DENGAN KELAINAN BAWAAN

DAN RESIKO TINGGI

MAKALAH

DOSEN ;RIZKY AMALIA, S.ST.KEB

Disusun oleh :

Nama :Nurdayanti

Nim : AK.218021

Tingkat : II

YAYASAN PENDIDIKAN AKADEMI

KEBIDANAN KONAWE

2020
A.Neonatus dengan Kelainan Bawaan dan Penatalaksanaannya

DefinisiKelainan bawaan (keiainan kongenital) adalah suatu keiainan pada struktur, fungsi
maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan.Sekitar 3-4% bayi
baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat

Penyebab Teratogenik Faktor gizi Faktor Genetik dan Kromosom


Radiasi, obat tertentu dan racun.Faktor giziFaktor Genetik dan KromosomPenyakit keturunan
yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua

1.Labioskizis dan Labiopalatoskizis

Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah anomali perkembangan pada 1 dari kelahiran. Kelainan
bawaan ini berkaitan dengan riwayat keluarga, infeksi virus pada ibu hamil trimester
I.Pengertian : merupakan kelainan bawaan berupa bibir belah / palatum belah akibat dari
kegagalan proses penutupan maxilla selama masa embryo.Celah bibir dan celah langit-langit
adalah suatu kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas serta langit-langit lunak dan
langit-langit keras mulut.Celah bibir (labioskizis) adaiah suatu ketidaksempurnaan pada
penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung.Celah langit-
langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yang melewati langit-langit mulut dan
menuju ke saluran udara di hidung.

PENATALAKSANAAN

1. Karena bayi mengalami kesulitan umum,maka :


2. Pada bayi dengan labioskizis,ASI tetap bisa diberikan langsung
3. Tetapi bila terdapat kesulitan terutama pada labiopalatoskizis dapat dipasang pelat
ortodontikuntuk mempermudah menyusui
4. Pemberian ASI yang diperas,kemudian diberikan pada bayi dengan menggunakan
sendok dan dilakukan,untuk lebih efektif dapat digunakan dot yang dirancang untuk bayi
dengan labio dan palatoskizis.
5. Usahakan pada saat pemberian ASI,kepala bayi diangkat untuk mengurangi
kemungkinan tersedak
6. Memberikan dukungan emosional kepada orang tua
7. Lakukan rujukan kebagian pediatrik dan dokter bedah plastik untuk dilakukan perbaikan
atau penutupan pada daerah yang terbuka. Penutupan celah langit-langit biasanya ditunda
sampai terjadi perubahan langit-langit yang biasanya berjalan dengan seiring pertumbuhan
anak. Penutupan cacat palatum biasanya dilakukan pada usia 12-15 tahun untuk memberikan
kesempatan pertumbuhan yang memadai ,sehingga terjadi pengurangan ukuran cacat untuk
mendapatkan perbaikan yang memuaskan

 
2.Atresia esophagus

Esophageal atresia adalah kelainan bawaan, yang berarti terjadi sebelum kelahiran. Ada
beberapa jenisnya, kebanyakan berupa esofagus terputus dan tidak tersambung dengan
esofagus bawa dan perut. Ujung esofagus bawah malah menyambung dengan saluran napas.
Kondisi ini disebut tracheoesophageal fistula (TEF). Beberapa bayi dengan kondisi ini biasanya
mengalami masalah lainnya, seperti gangguan jantung dan pencernaan.

PENATALAKSANAAN

 Segera merangsang kateter kedalam oesophagus, dan bila mungkin lakukan


penghisapan terus menerus secara lembut
 Posisi tidur akan tergantung dan ada atau tidaknya fistula
 Anak dengan fistula trakeo-oesofagus, tidurkan setengah duduk untuk mencegah
aspirasi cairan lambung
 Anak tanpa fistula, tidur dengan posisi kepala lebih rendah
 Lakukan operasi dengan segera

3.Atresia reksi dan atresia ani

asteria adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal asteria ani
adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Walley,1996)

PENATALAKSANAAN

1. Lakukan pemeriksaan radiologi untuk memastikan kecurigaan adanya atresia, dan pada
hasil pemeriksaan didapatkan :

 Udara dalam usus terhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi didaerah tersebut
 Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bayi baru lahir
 Bila telah dipastikan bayi mengalami atresia lakukan kolostomi sementara, kemudian
setelah 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus

4.Hirsprung

Penyakit Hirschsprung adalah gangguan pada usus besar yang menyebabkan feses atau tinja


terjebak di dalam usus. Penyakit bawaan lahir yang tergolong langka
ini bisa mengakibatkan bayi tidak buang air besar (BAB) sejak dilahirkan.
Penyakit Hirschsprung terjadi karena kelainan saraf yang mengontrol pergerakan usus besar.
Hal ini menyebabkan usus besar tidak dapat mendorong feses keluar, sehingga menumpuk di
usus besar dan bayi tidak bisa BAB.

PENATALAKSANAAN :

1. Pertahankan pemberian nutrisi


2. Pencegahan obstipasi
3. Pencegahan infeksi pada neonatus
4. Pengangkatan ganglionik (usus yang dilatasi)
5. Dilakukan tindakan kolostomi

 5.Obstruksi bilaris

0bstruksi biliaris adalh tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir
kedalam usus untuk dikeluarkan .

PENATALAKSANAAN :

1. Perbaikan keadaan umum


2. Hindari in infeksi
3. Berikan konseling pada orang tua dan informad konsent
4. Operasi pembedahan

6.Omfalokel

Omphalocele atau omfalokel adalah kelainan lahir yang ditandai dengan keluarnya organ yang
ada di dalam rongga perut bayi, seperti lambung, usus, dan hati, melalui pusar.

PENATALAKSANAAN :

1. Pembedahan yang disebut prosedur kasai


2. Pencakokan hati

7.Hernia diafragmatika

Hernia diafragma adalah kondisi ketika organ dalam rongga perut naik dan masuk ke dalam
rongga dada, melalui lubang abnormal pada diafragma.

PENATALAKSANAAN :

1. Bila kantung belum pecah diberikan merkurokrom/triple D yang bertujuan untuk


penebalan selaput yang menutupi kantung
2. Pembedahan untuk menutup omfalokel

8.Meningokel

Meningokel adalah menonjolnya selaput yang menutupi tulang belakang dan bagian saraf
tulang belakang. Penyakit ini biasanya ditandai dengan adanya benjolan pada punggung
bayi. Meningokel disebabkan oleh kelainan pada pembentukan tulang belakang dan jaringan
saraf janin di dalam kandungan.

PENATALAKSANAAN

 Tindakan pembedahan.
9.Ensefalokel

Encephalocele atau ensefalokel adalah kelainan atau cacat lahir bawaan ketika tengkorak bayi
tidak berkembang dengan sempurna atau tabung sabar tidak menutup sepenuhnya selama
kehamilan. Perkembangan tengkorak yang belum sempurna ini membuat sebagian jaringan
otak dan jaringan di sekitarnya berada di luar tengkorak.

PENATALAKSANAAN

1. Pemberian terapi cairan intravena


2. Dilakukan tindakan deudonustomi.

10.Hidrosefalus

Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba
sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit. Meningokel biasanya terjadi di daerah
servikal atau daerah torakal sebelah atas.

ensephalokel adalah suatu kelainan tabung syaraf yang ditandai dengan adanya penonjolan
meningens (selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada
tulang tengkorak. Ensephalokel didaerah oksipital ini sering berhubungan dengan kelainan
mental yang berat dan mikrosefal.

PENATALAKSANAAN

1. Pembedahan
2. Pemasangan “shunting”

11.Fimosis

Fimosis adalah keadaan kulit penis melekat pada bagian kepala penis dan mengakibatkan
tersumbatnya lubang saluran air kemih, sehingga bayi sulit dan kesakitan saat buang air kecii.

PENATALAKSANAAN

Dilakukan tindakan sirkumsis

12.Hipospadia

Hipospadia adalah lubang uretra tidak terletak pada tempatnya.


Penyebab :

1. Uretra terlalu pendek,sehingga tidak mencapai gland penis


2. Kelainan terbatas pada uretra anterior dan leher kandung kemih
3. Merupakan kelainan congenital

PENATALAKSANAAN

1. Pada bayi : dilakukan tindakan kordektomi


2. Pada usia 2-4 tahun : dilakukan rekontruksi uretra
3. Tunda tindakan sirkumsisi,hingga kulit preputium penis/skrotum dapat digunakan pada
tindakan neuroretra

B. memberikan asuhan pada bayi dengan resiko tinggi dan penalaksanaannya

Neonatus resiko tinggi dengan pelaksanaannya

1. BBLR

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam
setelah lahir.
Penatalaksanaan/ terapi
Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 (3):
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari,
dan umur 4-6 minggu)
Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih
lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan
diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan
bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang
diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan
utama.Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara
apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang
sehari sekali.Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
2.  asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur  pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah
(hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.

PATOFISIOLOGI

Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan
iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang
berperan pada kejadian asfiksia.

PENATALAKSANAAN 
Resusitasi
·        Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar (lihat bagan)
·        Terapi medikamentosa :
Epinefrin :
Indikasi :
-           Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat
dan pemijatan dada.
-           Asistolik.
Dosis :
-           0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000   (0,01 mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau
endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
 

3. sindrom gangguan pernafasan


Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau
hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu
ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi ( Perawatan Anak
Sakit, Ngastiah. Hal 3).
Penyakit Membran Hialin (PMH)
Penyebab kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps
paru. PMH sering kali mengenai bayi prematur, karena produksi surfaktan yang di mulai sejak
kehamilan minggu ke 22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.

PENATALAKSANAAN
Tindakan yang perlu dilakukan :
1. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas normal (36.5-37oc)
dan meletakkan bayi dalam inkubator.
2. Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks terhadap bayi
prematur, pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan komplikasi fibrosis paru, kerusakan
retina dan lain-lain.
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-10 % dengan jumlah 60-125 ML/ Kg
BB/ hari.
4. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis 50.000-
10.000 untuk / kg BB / hari / ampisilin 100 mg / kg BB/ hari dengan atau tanpa gentasimin 3-5
mg / kg BB / hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan ekstrogen
( surfaktan dari luar).

Keperawatan
Pada umumnya dengan BB lahir 1000-2000 gr dan masa kehamilan kurang dari 36 minggu.
1. Bahaya kedinginan
Bayi PMH adalah bayi prematur sehingga kulitnya sangat tipis, jaringan lemak belum berbentuk
dan pusat pengatur suhu belum sempurna. Akibatnya bayi dapat jatuh dalam keadaan cold
injury, sianosis, dispnea, kemudian apnea. Untuk mencegah harus dirawat dalam inkubator
yang dapat mempertahankan suhu bayi 36.5-37oc.
2. Resiko terjadi gangguan pernafasan
Gejala pertama biasanya timbul dalam 4 jam setelah lahir. Tata laksana perawatan bayi
prematur adalah
a. Dirawat dalam inkubator dengan suhu optimum
b. Bila bayi mulai terlihat sianosis, dispnea / hiperapsnea segera berikan oksigen.
3. Kesukaran dalam pemberian makanan
Untuk memenuhi kebutuhan kalori maka dipasang infus dengan cairan glukosa 5-10 %.
Makanan bayi yang terbaik adalah asi. Karena itu selama bayi belum diberi asi harus tetap
pertahankan dengan memompa payudara ibu setiap 3 jam.
4. Resiko mendapat infeksi
Untuk mencegah infeksi, perawat harus bekerja secara aseptik dan inkubator harus aseptik
pula. Ruangan tempat merawat bayi terpisah, bersih, dan tidak di benarkan banyak orang
memasuki ruangan tersebut kecuali petugas, semua alat yang diperlukan harus steril.
5. Kebutuhan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman dapat terjadi akibat tindakan medis, misalnya penghisapan lendir,
pemasangan infus dll. Untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya selain sikap yang lembut
setiap menolong bayi dalam memberi pasi harus di pangku.

4. ikterus

Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena
adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada
neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL.

Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL.


Tata laksana

1. Ikterus Fisiologis

Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi sehat, aktif, minum
kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan terjadinya kernikterus sangat kecil.
Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat, dapat dilakukan beberapa cara berikut:

 Minum ASI dini dan sering


 Terapi sinar, sesuai dengan panduan WHO
 Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih
cepat (terutama bila tampak kuning).

5. pendarahan tali pusat

Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan tali
pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Selain itu
perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi.

PENATALAKSANAAN
1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi
2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi paa tali pusat.
3. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk dilakukan
rujukan.

6. kejang

Kejang adalah penyakit pada anak yang disebabkan oleh demam. Sekitar 2-5% anak berumur
enam bulan sampai lima tahun umumnya mengalami demam. Namun, tidak sampai
menginfeksi otak anak.

pentalaksanaan

Ketika demam, miringkan posisi anak sehingga ia tidak tersedak air liurnya dan jangan
mencoba menahan gerak si anak. Turunkan demam dengan membuka baju dan menyeka anak
dengan air yang sedikit hangat. Setelah air menguap, demam akan turun. Jangan memberikan
kompres dengan es atau alkohol karena anak akan menggigil dan suhu tubuh justru meningkat,
walaupun kulitnya terasa dingin. Untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dapat
diberikan obat, umumnya kejang demam akan berhenti dengan sendirinya sebelum lima menit.
Apakah anak perlu masuk rumah sakit? Bila kejang berlangsung kurang dari lima menit,
kemudian anak sadar dan menangis, biasanya tidak perlu dirawat. Bila demam tinggi dan
kejang berlangsung lebih dari 10-15 menit atau kejang berulang, maka Anda harus
membawanya ke dokter atau rumah sakit.
Untuk membantu menentukan apa yang akan terjadi pada anak di kemudian hari, kejang
demam dibagi menjadi kejang demam sederhana dan kejang kompleks.
Kejang demam sederhana adalah bila kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan tidak
berulang pada hari yang sama, sedangkan kejang kompleks adalah bila kejang hanya terjadi
pada satu sisi tubuh, berlangsung lama (lebih dari 15 menit) atau berulang dua kali atau lebih
dalam satu hari.
Kejang demam sederhana tidak menyebabkan kelumpuhan, meninggal atau mengganggu
kepandaian. Risiko untuk menjadi epilepsi di kemudian hari juga sangat kecil, sekitar 2-3%.
Risiko terbanyak adalah berulangnya kejang demam, yang dapat terjadi pada 30-50% anak-
anak. Risiko-risiko tersebut akan lebih besar pada kejang yang kompleks.
Rekaman otak atau electroencephalografi (EEG) biasanya tidak dilakukan secara rutin karena
tidak berguna untuk memperkirakan apakah kejang akan berulang kembali, juga tidak dapat
memperkirakan apakah akan terjadi epilepsi di kemudian hari.
Untuk anak dengan kejang kompleks atau anak yang mengalami kelainan saraf yang nyata,
dokter akan mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan dengan anti kejang jangka
panjang selama 1-3 tahun.
7. hypotermi

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi
adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal
hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi
terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi
berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang
dapat mengukur sampai 25°C.

Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi

: Mempertahankan Suhu Tubuh Untuk Mencegah Hipotermi Menurut Indarso, F (2001)


menyatakan bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah
: (1)Mengeringkan bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat ;
a.Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih. b.Mengeringkan tubuh bayi
yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang kering dan bersih.
c.Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti
(Metode Kangguru). d.Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat
merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan : -Menyusui bayi. -Pada bayi
kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet. -Selama
memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat. e.Mempertahankan bayi tetap
hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan. f.Memberikan penghangatan pada bayi
baru lahir secara mandiri. g.Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan.
Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal Untuk mencegah terjadinya
serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
a.Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat,
memandikan bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air
hangat. b.Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat
lahir 2000 gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum
membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan
baik. Menangani Hipotermi (1)Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali
meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam
inkubator atau melalui penyinaran lampu. (2)Cara lain yang sangat sederhana dan mudah
dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan
ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat. (3)Bila tubuh bayi masih dingin,
gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk
menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh
memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar. (4)Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia
sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat
menghisap beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

8. hypertermi

kenaikan suhu tubuh diatas 410 C (rectal). Merupakan keadaan gawat darurat medik dengan
angka kematian yang tinggi terutama pada bayi sangat muda, usia lanjut dan penderita-
penderita penyakit jantung.

Pengobatan terutama ditujukan terhadap penyakit penyebab panas.


Antipiretika.
Parasetamol                       :    10 -15 mg/kg BB/ kali (dapat diberikan secara oral atau rektal).
Metamizole ( novalgin )    :    10 mg/kg BB/kali per oral atau intravenous.
Ibuprofen                           :    5-10 mg/kg BB/ kali, per oral atau rektal.
Pendinginan Secara fisik
Merupakan terapi pilihan utama. Kecepatan penurunan suhu > 0,10 C/menit sampai tercapai
suhu 38,50 C. Cara-cara  physical cooling/compres :
Evaporasi : penderita dikompres dingin seluruh tubuh, disertai kipas angin untuk mempercepat
penguapan. Cara ini paling mudah, tidak invasif dan efektif. Cara lain yang bisa digunakan :
kumbah lambung dengan air dingin, infus cairan dingin, enema dengan air dingin atau
humidified oksigen dingin, tetapi cara ini kurang efektif.
Penurunan suhu tubuh yang cepat dapat terjadi refleks vasokonstriksi dan shivering yang akan
meningkatkan kebutuhan oksigen dan produksi panas yang merugikan tubuh. Untuk
mengurangi dampak ini dapat diberi :
- Diazepam : merupakan pilihan utama dan lebih menguntungkan karena mempunyai efek
antikonvulsi dan tidak punya efek hipotensi.
- Chlorpromazine

9. hypoglikemi
Hipoglikemi  adalah  keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6
mmol/L).

PENATALAKSANA
a. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari
pertama :
o     Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
o     Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali
pemeriksaan
Kadar glukosa ≤  45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
o      
o     Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia
selesai
b. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :
·     Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit
·     Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila
dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/
10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.
Atau cara lain dengan GIR
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan
vena sentral.
·     Untuk mencari kecepatan Infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR.
Kecepatan Infus (GIR) = glucosa Infusion Rate
GIR (mg/kg/min) = Kecepatan cairan (cc/jam) x konsentrasi Dextrose (%)
                                                                6 x berat (Kg)
Contoh : Berat bayi 3 kg umur 1 hari
               Kebutuhan 80 cc/jam/hari  = 80 x 3 = 240 cc/hari  = 10 cc/jam
GIR = 10 x 10 (Dextrose 10%) = 100 = 6 mg/kg/min
                  6 x 3                             18
·     Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
·     Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas
·     Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
-       Infus D10 diteruskan
-       Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
-       ASI diberikan bila bayi dapat minum
Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan

-       Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal (lihat ad d)

-       ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan

-       Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba

c. Kadar  glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA :


·      ASI teruskan
·      Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
·      Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
-  Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi (lihat ad b)
  - Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum
    - Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal
d. Kadar glukosa normal IV teruskan
·     IV teruskan
·     Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
·     Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali
pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan.
e. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)
·   konsultasi endokrin
·   terapi : kortikosteroid  hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per
oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
·   bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon, diazoxide,
human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)
10. TETANUS NEONATORUM
Tetanus Noenatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi < 1 bulan)
yang disebabkan oleh clostridium tetani (kuman yang mengeluarkan toksin yang menyerang
sistem syaraf pusat)

Penanganan tetanus neonatorum:

 Mengatasi kejang dengan injeksi anti kejang


 Menjaga jalan nafas tetap bebas dan pasang spatel lidah agar tidak tergigit
 Mencari tempat masuknya kuman tetanus, biasanya di tali pusat atau di telinga
 mengobati pnyebab tetanus dengan anti tetanus serum dan antibotik
 Perawatan adekuat : kebutuhan O2, makanan, cairan dan elektrolit
 Tempatkan di ruang yang tenang dn sedikit sinar.
DAFTAR PUSTAKA

https://riefkyzulkarnain.wordpress.com/2020/05/26/riefkyz-neonatus-dengan-kelainan-bawaan/

http://ayukazuka.blogspot.com/2011/06/asuhan-neonatus-pada-bayi-dengan-resiko_05.html

Anda mungkin juga menyukai