Anda di halaman 1dari 8

RESUME

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Praktik Klinik Keterampilan Dasar Klinik
Kebidanan Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes Sorong

Oleh:

Nama: Netty T M Sawoy

NIM: 41540121021

Prodi: DIII Kebidanan

Semester II

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES SORONG

2022
HALAMAN PERSETUJUAN

RESUME

Yang di susun oleh:

NAMA : NETTY TETY MERLINDA SAWOY

NIM : 41540121021

Telah dikonsultasi dan disetujui oleh:

Pembimbing klinik Pembimbing Institusi

IMELDA.T.M.WAMAFMA,S.KM YUSTITIO NORA VERONICA M.KEB


Pengenalan Tahap-tahap Pengendalian Mutu (Pra Analitik, Analitik, Pasca Analitik)

1. TAHAP PRA ANALITIK


Kegiatan tahap pra analitik adalah serangkaian kegiatan laboratorium sebelum
pemeriksaan spesimen, yang meliputi:
Persiapan pasien

*Pemberian identitas spesimen

*Pengambilan dan penampungan spesimen

*Penanganan spesimen

*Pengiriman spesimen

*Pengolahan dan penyiapan spesimen

Kegiatan ini dilaksanakan agar spesimen benar-benar representatif sesuai dengan


keadaan pasien, tidak terjadi kekeliruan jenis spesimen, dan mencegah tertukarnya
spesimen-spesimen pasien satu sama lainnya.

Tujuan pengendalian tahap pra analitik


yaitu untuk menjamin bahwa spesimen-spesimen yang diterima benar dan dari pasien
yang benar pula serta memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik adalah yang terbesar, yaitu dapat
mencapai 60% - 70%. Hal ini dapat disebabkan dari spesimen yang diterima
laboratorium tidak memenuhi syarat yang ditentukan. Spesimen dari pasien dapat
diibaratkan seperti bahan baku yang akan diolah. Jika bahan baku tidak baik, tidak
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan, maka akan didapatkan hasil/ output
pemeriksaan yang salah. Sehingga penting sekali untuk mempersiapkan pasien
sebelum melakukan pengambilan spesimen. Spesimen yang tidak memenuhi syarat
sebaiknya ditolak, dan dilakukan pengulangan pengambilan spesimen agar tidak
merugikan laboratorium.
2, TAHAP ANALITIK

Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap analitik meliputi:

* Pemeriksaan spesimen

*Pemeliharaan dan Kalibrasi alat

* Uji kualitas reagen

* Uji Ketelitian – Ketepatan

Tujuan pengendalian tahap analitik

Tujuan pengendalian tahap analitik yaitu untuk menjamin bahwa hasil pemeriksaan


spesimen dari pasien dapat dipercaya/ valid, sehingga klinisi dapat menggunakan hasil
pemeriksaan laboratorium tersebut untuk menegakkan diagnosis terhadap pasiennya.

Walaupun tingkat kesalahan tahap analitik (sekitar 10% - 15%) tidak sebesar tahap pra
analitik, laboratorium tetap harus memperhatikan kegiatan pada tahap ini. Kegiatan tahap
analitik ini lebih mudah dikontrol atau dikendalikan dibandingkan tahap pra analitik, karena
semua kegiatannya berada dalam laboratorium. Sedangkan pada tahap pra analitik ada
hubungannya dengan pasien, yang kadang-kadang sulit untuk dikendalikan.

Laboratorium wajib melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat baik secara berkala atau
sesuai kebutuhan, agar dalam melaksanakan pemeriksaan spesimen pasien tidak mengalami
kendala atau gangguan yang berasal dari alat laboratorium. Kerusakan alat dapat
menghambat aktivitas laboratorium, sehingga dapat mengganggu performa/ penampilan
laboratorium yang pada akhirnya akan merugikan laboratorium itu sendiri.

Untuk mendapatkan mutu yang dipersyaratkan, laboratorium harus melakukan uji


ketelitian – ketepatan. Uji ketelitian disebut juga pemantapan presisi, dan dapat dijadikan
indikator adanya penyimpangan akibat kesalahan acak (random error). Uji ketepatan disebut
juga pemantapan akurasi, dan dapat digunakan untuk mengenali adanya kesalahan
sistemik (systemic error). Pelaksanaan uji ketelitian – ketepatan yaitu dengan menguji bahan
kontrol yang telah diketahui nilainya (assayed control sera). Bila hasil pemeriksaan bahan
kontrol terletak dalam rentang nilai kontrol, maka hasil pemeriksaan terhadap spesimen
pasien dianggap layak dilaporkan.
2. TAHAP PASCA ANALITIK
Kegiatan laboratorium yang dilakukan pada tahap pasca analitik yaitu sebelum
hasil pemeriksaan diserahkan ke pasien, meliputi:
*Penulisan hasil

* Interpretasi hasil

* Pelaporan Hasil

Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca analitik hanya sekitar 15% -
20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika dibandingkan kesalahan pada tahap pra
analitik, tetapi tetap memegang peranan yang penting. Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
pasien dapat membuat klinisi salah memberikan diagnosis terhadap pasiennya. Kesalahan
dalam menginterpretasikan dan melaporkan hasil pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi
pasien.

Ketiga tahap kegiatan laboratorium ini sama-sama penting untuk dilaksanakan sebaik
mungkin, agar mendapatkan hasil pemeriksaan yang berkualitas tinggi, mempunyai ketelitian
dan ketepatan sehingga membantu klinisi dalam rangka menegakkan diagnosa, pengobatan
atau pemulihan kesehatan pasien yang ditanganinya.

Gambar : Faktor yang mempengaruhi mutu pemeriksaan laboratorium klinik. (sumber:


Stamm 1982 dalam Sukorini U 2010)
JENIS – JENIS TABUNG DAN FUNGSINYA.

Tabung tutup merah.

Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan
dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi,
serologi dan bank darah (crossmatching test)

Tabung tutup kuning.

Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan
serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah
berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan
serologi

Tabung tutup hijau terang.

Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium
heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di
bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.

Tabung tutup ungu atau lavender.

Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank
darah (crossmatch).

Tabung tutup hijau.

Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan
fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.

Tabung tutup biru gelap.

Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace
element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.

Tabung tutup abu-abu terang.

Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.

Tabung tutup hitam.

berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).

Tabung tutup pink.

berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.

Tabung tutup putih.

potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.


Macam Spesimen Urin

Urin sewaktu

Spesimen urin yang paling sering diambil karena pengambilannya mudah dan tidak
membutuhkan persiapan. Urin sewaktu digunakan sebagai uji skrining untuk deteksi kelainan
ginjal. Perlu diperhatikan riwayat diit atau aktivitas fisik sebelumnya.

Urin pagi

Spesimen urin yang paling ideal untuk uji skrining, karena urinnya yang lebih pekat dapat
mendeteksi bahan kimia dan sedimen yang tidak ditemukan pada urin sewaktu. Spesimen
diambil pada urin pertama setelah bangun tidur, dan segera dikirim ke laboratorium kurang
dari 2 jam.

Urin 24 jam

Spesimen urin yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, dimulai dan diakhiri dengan kandung
kemih yang kosong. Urin ini merupakan spesimen yang paling ideal untuk menghitung
klirens kreatinin, tapi memiliki kelemahan dalam pengumpulannya yang merepotkan pasien
terutama pada pasien rawat jalan.

Urin puasa (pagi kedua)

Spesimen yang diambil setelah pasien puasa pada urin yang kedua setelah urin pagi, sehingga
urin tidak mengandung bahan sisa metabolit makanan terakhir sebelum puasa. Spesimen ini
digunakan untuk skrining dan monitoring diabetes

Urin 2 jam setelah makan

Spesimen diambil 2 jam setelah makan (setelah sebelumnya puasa) untuk melihat adanya
glukosuria pada monitoring pasien diabetes. Hasilnya dibandingkan dengan urin puasa dan
pemeriksaan glukosa darah.

Urin dari kateter

Spesimen urin diambil menggunakan kateter. Biasanya digunakan pada pasien yang tidak
bisa kencing atau pada pemeriksaan kultur urin. Jika urinalisis dan kultur urin diperiksa
bersama, maka spesimen untuk kultur harus diambil terlebih dahulu untuk mencegah
kontaminasi.

Urin porsi tengah

Cara pengambilan urin yang lebih aman dan tidak traumatik dibandingkan dengan kateter.
Pengambilan dengan porsi tengah sebaiknya digunakan untuk setiap pemeriksaan urin rutin
dan kultur bakteri, karena kontaminasi sel epitel dan bakteri lebih sedikit. Genetalia eksterna
dibersihkan sebelum dilakukan pengambilan, urin yang pertama kali keluar dibuang, urin
bagian tengah ditampung pada pot urin, dan selanjutnya urin terakhir dibuang.
Urin suprapubik

Pengambilan spesimen urin menggunakan jarum yang ditusukkan dari abdomen menembus
kandung kemih. Spesimen ini digunakan untuk kultur urin dan pemeriksaan sitologi.

Urin pediatrik

Pengambilan spesimen urin pada anak-anak merupakan pengambilan urin yang paling sulit.
Ada beberapa cara salah satunya menggunakan kantong plastik khusus dengan perekat
hipoalergenik. Spesimen steril bisa didapatkan menggunakan kateter atau aspirasi
suprapubik.

Anda mungkin juga menyukai