Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Praktik Klinik Keterampilan Dasar Klinik
Kebidanan Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Kemenkes Sorong
Oleh:
NIM: 41540121021
Semester II
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
RESUME
NIM : 41540121021
*Penanganan spesimen
*Pengiriman spesimen
* Pemeriksaan spesimen
Walaupun tingkat kesalahan tahap analitik (sekitar 10% - 15%) tidak sebesar tahap pra
analitik, laboratorium tetap harus memperhatikan kegiatan pada tahap ini. Kegiatan tahap
analitik ini lebih mudah dikontrol atau dikendalikan dibandingkan tahap pra analitik, karena
semua kegiatannya berada dalam laboratorium. Sedangkan pada tahap pra analitik ada
hubungannya dengan pasien, yang kadang-kadang sulit untuk dikendalikan.
Laboratorium wajib melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat baik secara berkala atau
sesuai kebutuhan, agar dalam melaksanakan pemeriksaan spesimen pasien tidak mengalami
kendala atau gangguan yang berasal dari alat laboratorium. Kerusakan alat dapat
menghambat aktivitas laboratorium, sehingga dapat mengganggu performa/ penampilan
laboratorium yang pada akhirnya akan merugikan laboratorium itu sendiri.
* Interpretasi hasil
* Pelaporan Hasil
Seperti pada tahap analitik, tingkat kesalahan tahap pasca analitik hanya sekitar 15% -
20%. Walaupun tingkat kesalahan ini lebih kecil jika dibandingkan kesalahan pada tahap pra
analitik, tetapi tetap memegang peranan yang penting. Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
pasien dapat membuat klinisi salah memberikan diagnosis terhadap pasiennya. Kesalahan
dalam menginterpretasikan dan melaporkan hasil pemeriksaan juga dapat berbahaya bagi
pasien.
Ketiga tahap kegiatan laboratorium ini sama-sama penting untuk dilaksanakan sebaik
mungkin, agar mendapatkan hasil pemeriksaan yang berkualitas tinggi, mempunyai ketelitian
dan ketepatan sehingga membantu klinisi dalam rangka menegakkan diagnosa, pengobatan
atau pemulihan kesehatan pasien yang ditanganinya.
Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan
dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi,
serologi dan bank darah (crossmatching test)
Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan
serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah
berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan
serologi
Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium
heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di
bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank
darah (crossmatch).
Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan
fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace
element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
Urin sewaktu
Spesimen urin yang paling sering diambil karena pengambilannya mudah dan tidak
membutuhkan persiapan. Urin sewaktu digunakan sebagai uji skrining untuk deteksi kelainan
ginjal. Perlu diperhatikan riwayat diit atau aktivitas fisik sebelumnya.
Urin pagi
Spesimen urin yang paling ideal untuk uji skrining, karena urinnya yang lebih pekat dapat
mendeteksi bahan kimia dan sedimen yang tidak ditemukan pada urin sewaktu. Spesimen
diambil pada urin pertama setelah bangun tidur, dan segera dikirim ke laboratorium kurang
dari 2 jam.
Urin 24 jam
Spesimen urin yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam, dimulai dan diakhiri dengan kandung
kemih yang kosong. Urin ini merupakan spesimen yang paling ideal untuk menghitung
klirens kreatinin, tapi memiliki kelemahan dalam pengumpulannya yang merepotkan pasien
terutama pada pasien rawat jalan.
Spesimen yang diambil setelah pasien puasa pada urin yang kedua setelah urin pagi, sehingga
urin tidak mengandung bahan sisa metabolit makanan terakhir sebelum puasa. Spesimen ini
digunakan untuk skrining dan monitoring diabetes
Spesimen diambil 2 jam setelah makan (setelah sebelumnya puasa) untuk melihat adanya
glukosuria pada monitoring pasien diabetes. Hasilnya dibandingkan dengan urin puasa dan
pemeriksaan glukosa darah.
Spesimen urin diambil menggunakan kateter. Biasanya digunakan pada pasien yang tidak
bisa kencing atau pada pemeriksaan kultur urin. Jika urinalisis dan kultur urin diperiksa
bersama, maka spesimen untuk kultur harus diambil terlebih dahulu untuk mencegah
kontaminasi.
Cara pengambilan urin yang lebih aman dan tidak traumatik dibandingkan dengan kateter.
Pengambilan dengan porsi tengah sebaiknya digunakan untuk setiap pemeriksaan urin rutin
dan kultur bakteri, karena kontaminasi sel epitel dan bakteri lebih sedikit. Genetalia eksterna
dibersihkan sebelum dilakukan pengambilan, urin yang pertama kali keluar dibuang, urin
bagian tengah ditampung pada pot urin, dan selanjutnya urin terakhir dibuang.
Urin suprapubik
Pengambilan spesimen urin menggunakan jarum yang ditusukkan dari abdomen menembus
kandung kemih. Spesimen ini digunakan untuk kultur urin dan pemeriksaan sitologi.
Urin pediatrik
Pengambilan spesimen urin pada anak-anak merupakan pengambilan urin yang paling sulit.
Ada beberapa cara salah satunya menggunakan kantong plastik khusus dengan perekat
hipoalergenik. Spesimen steril bisa didapatkan menggunakan kateter atau aspirasi
suprapubik.