Anda di halaman 1dari 6

INTUISI 1 (1) (2009)

INTUISI
Jurnal Psikologi Ilmiah
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/intuisi

STUDI KASUS
GANGGUAN ENURESIS PADA SEORANG MAHASISWI
DI YOGYAKARTA

Nurina Widianti Lestari

Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstract


Sejarah Artikel: The objective of the study is to know the problems that back ground enuresis interference
Diterima 15 September 2009 happen to a college student in Yogyakarta. The test-taker is subject who does certain activity
Disetujui 29 Oktober 2009 / prominent subject of the study, that is the subject who undergoes enuresis interference that
Dipublikasikan 1 November
give some exact and clear information. The number of subject of the study is one (N:1). The
2009
data collected from interview, observation, psychological test (DAM, HTP, Baum) and self
Keywords: monitoring as the method of collecting data. The result of the study shows that the major fac-
Euresis, Study tor of the subject who undergo enuresis interference is because of less harmonious relationship
with family. The overwhelming problem experienced by the subject made her feel depperessed.
The pressure influences hypothalamus work, otonomical nurve system, and adrenal cortical
system, but since of the pressure takes chemically, and subject could not overcome it so it attack
the weakest part of the body, that is ureter, so enuresis happens.

© 2009 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p - ISSN 2086-0803
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang e - ISSN 2541-2965
Gedung A1 Lantai 2 Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang,
Jawa Tengah, Indonesia, 50229
E-mail: intuisipsikologiunnes@gmail.com
Nurina Widianti Lestari / INTUISI 1 (1) (2009)

PENDAHULUAN Apabila gangguan tidak segera disemb-


uhkan, masa depan remaja ini akan mempuny-
Anak merupakan harapan keluarga dan ai masalah dengan hubungan sosialnya, dengan
penerus generasi bangsa. Setiap orang tua sela- lingkungannya. Menurut Kaplan dan Sadock
lu mengharapkan agar perkembangan anaknya (1997:788) “kesulitan emosional dan sosial yang
normal. Banyak anak mengalami gangguan per- bermakna pada anak enuretik biasanya adalah
kembangan, baik yang terjadi sebelum kelahiran citra diri yang buruk, rendah diri, rasa malu dan
maupun setelah kelahiran. Gangguan perkem- pengekangan, dan konflik dalam keluarga.”
bangan anak pada kedua masa tersebut, dapat Hal yang menarik dalam penelitian ini ada-
mempengaruhi perkembangan anak pada masa lah gadis remaja yang seharusnya sudah dapat
selanjutnya. menahan diri untuk tidak mengompol, namun ia
Gangguan perkembangan itu sendiri ma- masih mengompol. Berdasarkan fakta yang ada
camnya sangat beragam, dan salah satunya yang membuat penulis menilai hal ini sangat penting
banyak terjadi adalah gangguan Enuresis. Menu- untuk diteliti karena hal ini nantinya akan san-
rut Harjaningrum bahwa “enuresis terjadi pada gat mempengaruhi perkembangan anak dimasa
20% anak berusia lima sampai enam tahun dan selanjutnya. Oleh sebab itu penulis memilih judul
sekitar satu persen remaja.” Sebagian besar anak “Studi Kasus Gangguan Enuresis pada Seorang
yang mengalami enuresis dikatakan normal seca- Mahasiswi di Yogyakarta.”
ra fisik maupun emosional. Walaupun beberapa
dari mereka yang memiliki kandung kemih yang Gangguan Enuresis
kecil, tetapi hal ini seharusnya tidak menghalangi
mereka untuk tidak mengompol. Enuresis bisa di- Menurut Alloy dkk. (2004: 427) Enuresis
sebabkan karena turunan dalam keluarga. Menu- selalu didefinisikan dengan ketidak mampuan
rut Acenbach (1982 :389) “anak sering mengom- mengontrol kandung kemih di saat usia yang se-
pol bisa juga disebabkan adanya masalah yang harusnya sudah bisa mengontrol.”. Sedangkan
mendalam di dalam keluarga.” menurut Achenbach (1982: 386) “Enuresis meru-
Enuresis sendiri masih digolongkan dalam pakan simtom psikopatologi yang terpendam”.
dua bagian yaitu primer dan sekunder. Anak yang Ada juga yang berpendapat “Bahwa enuresis
sejak lahir hingga usia lima atau enam tahun ma- merupakan penyakit lanjutan dari masa kanak-
sih tetap mengompol, dimasukkan dalam kriteria kanak khususnya dianggap sebagai mengompol
enuresis primer. Tapi bila si anak pernah berhenti terus-menerus di tempat tidur dan tidak didapati
selama setidaknya enam bulan, lantas mendadak adanya patologi urological (saluran kencing / sya-
ngompol kembali, berarti anak tersebut dikelom- raf)” (Lechenmeyereh dan Margaret, 1982 : 90).
pokkan dalam enuresis sekunder (Harjaningrum Menurut Achenbach (1982: 387) enuresis
:www.pikiran-rakyat.com) dibagi menjadi dua jenis yaitu : Enuresis primer
Remaja yang mengalami gangguan Enu- : Adalah gangguan enuresis dimana anak-anak
resis memang sangatlah kecil kemungkinannya. tidak pernah dapat belajar secara penuh untuk
Akan tetapi fenomena yang penulis lihat setelah menghentikan mengompolnya dan tidak pernah
melakukan observasi dan wawancara awal pada bisa mengendalikan kandung kemih, Enuresis se-
orang tua remaja putrid tersebut di kota Kebu- kunder : Adalah gangguan dimana anak pernah
men pada tanggal 1 November 2006, ternyata berhenti dan mampu mengendalikan kandung
ada seorang remaja putri yang masih mengom- kemih selama beberapa waktu kemudian men-
pol. Hal ini sangat membuat risau orang tua dan dadak mengompol kembali. Selain itu menurut
saudara-saudaranya. Saat ini dia sudah menjadi DSM-IV (2005:109) enuresis juga digolongkan
seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi menjadi tiga yaitu: Nockturnal; Ini adalah subtype
di kota Yogyakarta. Ketika ditanyakan apakah yang paling umum digambarkan sebagai men-
ia pernah mencoba untuk memeriksakan diri gompol hanya pada malam hari saat tidur; Diur-
ternyata hal itu pernah dilakukan namun tidak nal; Subtipe ini digambarkan sebagai mengompol
ditemukan gangguan fisik apapun dalam tubuh selama waktu tidak tidur. Diurnal ini lebih umum
remaja ini. terjadi pada wanita disbanding pria setelah umur
Selain itu remaja putrid ini memiliki kebia- sembilan tahun; Nockturnal Diurnal; Subtipe ini
saan aneh, putrid mereka suka mengulang-ulang digambarkan sebagai suatu kombinasi (menyang-
tindakan. Namun ketika orang tua mencoba un- kut) dua subtipe di atas.
tuk mengingatkan saat kejadian itu, remaja ini Suatu gangguan bisa terjadi adanya suatu
selalu menyikapi dengan marah dan sering ber- penyebab yang menjadi pemicu timbulnya gang-
masalah dengan keluarga. guan tersebut, begitu juga dengan Enuresis. Me-

2
Nurina Widianti Lestari / INTUISI 1 (1) (2009)

nurut Deliana dan Rusda (1994:13-14), faktor pe- menyebabkan individu berperilaku yang tidak
nyebab enuresis adalah sebagai berikut: Kelainan sehat, seperti merokok atau mengalami ganggu-
fungsi fisiologis pada vesica urinaria dan urethra, an tidur sehingga terjadi penurunan daya tahan
iritasi lokal, yang disebabkan lubang alat kencing tubuh, yang selanjutnya akan menyebabkan ke-
sempit, sehingga rangsangan terjadi lebih cepat, rusakan pada badan. Selain proses di atas Wi-
tetapi hal ini jarang terjadi; Epilepsi (ayan); Tidur ramihardja (2005: 100) mengemukakan, “Teori
yang terlalu nyenyak; Ketidakmatangan fisiologis Kerawanan Konstitusional (Constitutional- vuPlne-
jaringan syaraf otonom. Akibatnya kemampuan rability [weak-link] theories). Teori ini berpegangan
kandung kemih untuk menyimpan air kencing pada keyakinan bahwa organ yang paling rawan
menjadi kurang, gangguan tingkah laku, gang- akan mengalami cacat.
guan emosional. Menurut Fenichel hal ini terjadi
pada anak yang agak besar; Regresi ke stadium METODE
pengalaman yang menyenangkan; Penelantaran
“toilet training”; Intelegensi rendah, terutama Subjek
pada taraf idiot; Keturunan, enuresis terjadi pada
suatu keluarga. Untuk mendukung, penelitian ini, dilaku-
Menurut Aziz (1975: 56) enuresis dapat di- kan pengumpulan data dari satu orang subjek
sebabkan: “Kadang mengimpol itu disebabkan (responden) dan berbagai sumber lainnya, yang
oleh faktor kejiwaan yang terpenting diantaranya terdiri dari: responden, orang tua, saudara kan-
adalah rasa takut, baik dia berdiri sendiri mau- dung, teman dan dokter.
pun termasuk ke dalam konstruksi emosi yang
kompleks”. Alat ukur
Penyebab-penyebab enuresis yang sudah
disebutkan di atas merupakan penyebab enuresis Pendekatan yang digunakan pada peneli-
yang berasal dari faktor psikologis. Sedangkan tian ini adalah kualitatif, dengan menggunakan
gangguan enuresis sendiri merupakan gangguan beberapa instrumen, dan instrumen yang utama
yang tampak secara fisik, hal ini disebabkan ka- adalah wawancara, observasi partisipan, penulis
rena perubahan dalam sisi psikologis seseorang, akan mengadakan observasi pada subjek selama
dapat mempengaruhi pengajaran penyakit fisik. tiga hari dalam satu minggu dan hal ini akan ber-
Masalah ini biasa disebut somatoform. Somato- langsung selama dua bulan, dengan mengikuti se-
form sendiri artinya menurut Kaplan dan Sadock gala aktivitas subjek. Tes psikologi (DAM, HTP,
(1997: 68) “suatu kelompok gangguan yang me- Baum), tes-tes ini penulias dapat mengetahui hal-
miliki gejala fisik dimana tidak dapat ditemukan hal yang tidak dapat diungkap oleh wawancara
penjelasan medis yang adekuat”. dan observasi.
Menurut Wiramihasdja (2005: 97-98) ter- Terakhir adalah self monitoring, dari hasil
dapat tiga model bagaimana faktor-faktor psiko- self monitoring diharapkan penulis dapat menge-
logis itu dapat mempengaruhi timbulnya ganggu- tahui informasi yang tidak dapat diperoleh dari
an fisik sebagaimana diyakini para ahli psikologi metode lain.
kesehatan, yaitu:
1. Model efek langsung Analisis Data
Model ini mengemukakan bahwa faktor-
faktor psikologis, seperti pengalaman yang mene- Langkah penting pertama sebelum analisis
gangkan dan akrakteristik kepribadian tertentu, dilakukan adalah membubuhkan kode-kode da-
menyebabkan atau memperburuk secara lang- lam materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan
sung keadaan sakit. untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisa-
2. Model interaktif si data secara lengkap sehingga data dapat me-
Model iteraktif ini menganggap bah- munculkan gambaran tentang topik yang dipela-
wa pengalaman atau faktor psikologis itu tidak jari.
langsung menyebabkan timbulnya penyakit atau
memperburuk keadaan fisik yang telah sakit. HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor psikologis ini baru berpengaruh pada tim-
bulnya sakit hanya jika telah berinteraksi dengan Hasil
kerawanan yang telah ada, secara biologis kata-
kanlah bakat, para badan individu bersangkutan. S pernah melakukan pemeriksaan secara
3. Model efek tak langsung fisik (USG) di rumah sakit PKU Muhammadiy-
Faktor-faktor psikologis dalam model ini ah Yogyakarta, dan hasilnya menyatakan S tidak

3
Nurina Widianti Lestari / INTUISI 1 (1) (2009)

memiliki gangguan atau pun kelainan secara ana- sungguhnya untuk remaja dengan usia S yaitu 18
tomi dalam kandung kemihnya. Saat melakukan tahun, kebutuhan dipercaya dan diakui sangatlah
tes darahpun, hasilnya menyatakan bahwa gula besar. Terutama kepercayaan yang berasal dari
darah S normal. Jadi secara fisik tidak ada gang- orang yang terdekat yang dalam hal ini adalah
guan pad akandung kemih S yang dapat menye- orang tua. Apabila kebutuhan untuk dipercaya
babkan S mengompol. tidak terpenuhi akibatnya akan sangat buruk.
Saat ini ketiak ia kuliah dia sudah jarang Ternyata memang terbukti akibat dari tidak ter-
mengompol, bahkan dalam satu minggu bisa saja penuhinya kebutuhan untuk dipercaya pada diri
dia tidak mengompol. Di luar rumah, S dinilai S, mengakibatkan adanya gangguan enuresis.
sebagai anka yang baik (menurut teman-teman- Sikap kedua kakaknya yang suka ikut
nya). Sayangnya jika di rumah S lebih dinilai campur ini semakin memperkeruh dan mempe-
sebagai anak manja dan mudah marah. S sering runcing hubungan antara orang tua dan S. Teka-
merasa tidak dipercaya oleh oarnag tuannya. S nan-tekanan tersebut berusaha S abaikan dengan
mengaku bahwa kakaknya sering ikut campur ke- memendamnya ke dalam alam bawah sadarnya,
tika ia mengalami konflik dengan ibunya begitu namun karena kondisi seperti ini sering terajdi,
pula sebaliknya. S mengaku bahwa untuk saat ini mengakibatkan munculnya simtom-simtom psi-
ia lebih sering mengompol di rumah disbanding kopatologi yang kemudian terwujudkan dalam
di kos-kosannya di Yogyakarta. mengompol yang tidak terkendali. Kondisi yang
terjadi pada S ini sama halnya dengan perny-
Pembahasan ataan Achenbach (1982: 386) “Enuresis meru-
pakan simtom psikopatologi yang terpendam.”
S emngompol sejak kecil, ia pernah ber- Fakta yang mengatakan bahwa pangkal masalah
henti mengompol tetapi hanya satu seminggu ada di dalam keluarga, diperkuat dengan adanya
ketika ia masih duudk di bangku SMP. Yaitu saat perubahan frekuensi mengompol S. Sejak ia ku-
ua sedang melakukan terapi akupuntur, tetapi liah di kota Yogyakarta frekuensi S mengompol
itu hanya berlangsung selama satu minggu, dan berkurang, bisa hanya satu atau dua kali dalam
minggu berikutnya S tetap mengompol. Fakta satu minggu, bahkan bisa saja dalam satu ming-
tersebut menandakan bahwa saat kecil jenis enu- gu tidak mengompol. Tetapi jika kedua kakaknya
resis yang dialami S adalah enuresis sekunder. Saat datang dan menjenguk S saat berada di Yogya-
S masih di bangku SD, S mengompol baik saat karta, pada malam harinya ketika tidur S pasti
tidur siang amupun tidur malam hari. S hanya mengompol. Hal ini dapat diketahui bahwa S
mengompol ketika dia berada dalam keadaan ti- merasa nyaman berada di Yogyakarta dibanding-
dak sadar yaitu ketika ia tidur dan hal ini terma- kan di Kebumen, atau lebih tepatnya ia lebih nya-
suk ke dalam gangguan enuresis jenis nocturnal man dengan kesibukannya di kampus dibanding-
yang menurut Deliana dan kawan-kawan (1994: kan berada di rumah.
13) “Nocturnal adalah mengompol bila muncul- Kondisi seperti di atas tersebut menunjuk-
nya pada waktu malam hari’. kan bahwa kedua orang tua S belum bisa men-
Frekuensi mengompol S saat SD bisa em- ganggap sepenuhnya bahwa S sudah beranjak de-
pat kali dalam satu minggu. Hal inin disebabkan wasa dan sudah dapat diberi kepercayaan. Disatu
S mengaku memiliki sifat takut yang berlebihan, sisi orang tuanya menuntut perubahan pada diri
sampai-sampai ia tidak bisa tidur tanpa lampu S dengan tidak memanjakan dengan harapan S
yang terang. Penyebab rasa takut yang ia rasa- tidak manja lagi, namun orang tua S tidak manja
kan dikarenakan saat S pindah rumah, S pernah lagi, namun orang tua S tetap memperlakukan S
bermimpi buruk, rasa takut ketika menonton sebagai anak kecil dengan tidak memberi keper-
film horror, dan cerita Ibu S tentang mimpi bu- cayaan penuh pada S. dalam hal ini pun orang
ruk yang dialami. Temuan ini membuktikan teori tua S mengalami dilema. Orang tua S ingin ber-
Aziz bahwa (1975:56) “Kadang mengompol itu sikap adil pada kepada ketiga putrinya dengan
disebabkan oleh faktor kejiwaan yang terpenting mencabut perlakuan istimewa yang selama ini
diantaranya adalah rasa takut, baik dia berdiri diberikan kepada S. Agar kedua kakaknya yang
sendiri maupun termasuk ke dalam komstruksi lain tidak merasa dibedakan. Sehingga yang ter-
emosi yang komples”. Rasa takut yang dirasaka S jadi malah sebaliknya, S belum siap untuk ke-
ini, dipendam dan akhirnya dapat memicu mun- hilangan perlakuan-perlakuan istimewa seperti
culnya gangguan enuresis. yang ia rasakan selam ini diberikan orang tuanya
Faktor utama yang menjadi penyebab ter- kepadanya sebagai anak bungsu. Ditambah lagi
jadinya gangguan enuresis pada S adalah S sering sikap orang tuanya yang belum bisa sepenuhnya
merasa tidak dipercaya oleh orang tuanya. Se- memberikan kepercayaan pada S. Hal itu bukan

4
Nurina Widianti Lestari / INTUISI 1 (1) (2009)

menambah kedewasaan S tapi malah membuat S menurut Wiramihasdja (2005: 97-98) terdapat
menjadi seperti anak yang belum dewasa, sehing- tiga model bagaimana faktor-faktor psikologis itu
ga pada akhirnya S mengalami regresi yaitu kein- dapat mempengaruhi timbulnya gangguan fisik
ginan yang tidak disadari untuk kembali kepada sebagaimana diyakini pada ahli psikologi kese-
masa kank-kanak dimana S menikmati perlakuan hatan, dimana salah satunya adalah model efek
istimewa dari ibu, yaitu ketika ia selalu ditiruti langsung.
keinginan-keinginannya. Model ini mengemukakan bahwa faktor-
Hal itu sesuai dengan pernyataan Lachen- faktor psikologis, seperti pengalaman yang mene-
meyer dan Margaret (1928: 91) yang menyata- gangkan dan karakteristik tertentu, menyebabkan
kan bahwa “ bila dilihat dengan pendekatan atau memperburuk secara langsung keadaan sa-
psikodinamis enuresis adalah sebagai tanda dari kit. Sam halnya yang terjadi pada S, S mengala-
sesuatu yang lebih dalam yang mendasari per- mi pengalaman-pengalaman yang kurang meny-
masalahan atau gangguan. Perilaku dipandang enangkan dalam waktu yang lama, yang dalam
sebagai bukti dari regresi, permintaan perhatian, hal ini pengalaman dalam hubungannya dengan
ekspresi kemarahan yang terkontrol, padan kata orang tuanya dan kedua kakaknya. Pengalaman
masturbasi, atau pembentukan pada masa kecil.” ini terjadi secara terus-menerus sehingga akhir-
Sikap orang tuanya yang kurang dapat memberi- nya mempengaruhi kondisi fisik S yang akhirnya
kan kepercayaan membuat S merasa kehilangan membuat S mengalami gangguan enuresis. Hor-
perhatian yang selama ia rasakan. S tidak ingin mon-hormon stress yang kemudian akan dibawa
kehilangan perhatian tersebut dan secara tidak oleh darah. Lalu akan terbawa yang dalam hal ini
sadar ingin mempertahankan kondisi tidak sa- ke kandung kemih dan akhirnya kerja kandung
dar ingin mempertahankan kondisi saat ia masih kemih itu sendiri.
merasakan perlakuan istimewa yang pernah ia Meski ia abaikan tekanan yang terjadi
rasakan ketika ia masih kecil, sehingga gangguan pada keluarganya namun pada akhirnya semua
enuresis muncul pada diri S sebagai ekspresi ke- hal yang ia pendam, muncul ke permukaan seba-
marahan yang terkontrol. gai simtom-simtom psikopatologi dalam bentuk
Kondisi yang telah dibahas di atas memun- mengompol. Tekanan-tekanan tersebut merupa-
culkan banyak pengaruh buruk pada perkemban- kan stesor yang berasal dari faktor psikologis yang
gan jiwa S, diantaranya adalah: Munculnya ang- kemudian mempengaruhi kerja fisik S. Untuk le-
gapan orang tua pilih kasih, mencari perhatian bih jelasnya, perubahan faali tersebut dapat dije-
orang tua, mencari kesibukan di luar rumah. laskan secara biologis seperti yang dikatakan oleh
Semua fakta yang telah dibeberkan di Sutardjo A. Wiramihardja (2005: 99):
atas menandakan bahwa kondisi atau keadaan “Kebanyakan perubahan faali ini merupakan
di rumah S membuat S tertekan, dimana semua akibat dari aktivitas dua sistem yang dikendalikan
tekanan-tekanan itu S pendam dalam waktu yang oleh hipotalamus, sistem syaraf otonomik (terutama
cukup lama dan berusaha ia abaikan. Meski ia divisi dimpatetik sistem ini), sistem adrenalkortikal
abaikan namun pada akhirnya semua hal yang (sistem pengeluaran hormon). Respon-respon faali ini
ia pendam, muncul ke permuakaan sebagai sim- berkembang melalui evolusi dengan maksud memper-
tom-simtom psikopatologis dalam bentuk men- siapkan badan, untuk menyerang atau melarikan diri
gompol. atas ancaman yang datang. Ini disebut respon mny-
Penyebab-penyebab enuresis yang sudah erang-atau-menghindar. Seadainya tekanan berlanjut
disebutkan di atas merupakan penyebab enure- dan individu tidak dapat melawan atau menghindar,
sis yang berasal dari faktor psikologis. Ganggu- maka akan terjadi cedera badan.”
an enuresis sendiri merupakan gangguan yang Selain proses di atas Wiramihardja
tampak secara fisik, hal ini disebabkan karena (2005:100) juga mengungkapkan “Teori Kera-
perubahan dalam sisi psikologis seseorang, da- wanan Konstitusional (Constitutional vuPlnera-
pat mempengaruhi pengajaran penyakit fisik. bility [weak-link] theories). Teori ini berpegangan
Masalah ini biasa disebut gangguan somatoform. pada keyakinan bahwa organ yang paling rawan
Somatofrom sendiri artinya menurut Kaplan dan akan mengalami cacat dan malfungsional dalam
Sadock (1997: 68) “ satu kelompok gangguan berespon terhadap rangsangan yang menegang-
yang memiliki gejala fisik dimana tidak dapat kan.” Bila dikaitkan dengan yang terjadi adalah
ditemukan penjelasan media yang adekuat.” S mengalami suatu ancaman atau suatu perma-
Untuk lebih rincinya bisa dilihat dari bagaimana salahan yaitu adanya sikap kurang percaya dari
faktor-faktor psikologis itu dapat mempengaruhi orang tuanya kepada S dan kurang harmonisnya
timbulnya gangguan psikologis kasus S ini, ter- hubungan antara S dan keluarga, dimana hal ini
masuk ke dalam model efek langsung, dimana menjadi tekanan yang berlangsung lama pada

5
Nurina Widianti Lestari / INTUISI 1 (1) (2009)

diri S. Tekanan tersebut Tekanan tersebut mem- terjadi karena kurangnya kepercayaan orang tua,
pengaruhi kerja hipotalamus, sistem syaraf otono- dan ketidak harmonisan hubungan antara S dan
mik (terutama divisi dimpatetik sistem ini), dan anggota keluarga lainnya menjadikan S tertekan.
sistem adrenalkartikal (sistem pengeluaran hor- Rasa tertekan ini mempengaruhi kerja mempen-
mon), dimana dengan respon-respon faali terse- garuhi kerja hipotalamus, sistem syaraf otonomik,
but S dapat bertahan atau menghindar. Namun dan sistem adrenakortikal, namun karena tertekan
karena tekanan yang ia rasakan dari keluarganya, tersebut berlangsung lama, akhirnya S tidak da-
berlangsung dalam waktu yang lama, maka S pat melawan dan akhirnya menyerang anggota
tidak dapat melawan atau menghindar. Hal ini tubuh yang lemah yaitu kandung kemih, dan ter-
menimbulkan cedera badan, yang dalam hal ini jadi enuresis.
cedera itu terjadi pada kandung kemih S karena
kandung kemih S merupakan organ yang paling DAFTAR PUSTAKA
rawan mengalami malfungsi ketika merespon
rangsangan yang menegangkan. Cedera pada Achenbach, Thomas.M. 1982. Developmental Psychopa-
thology (second edition). America : Departement
kandung kemih ini akhirnya diwujudkan dalam
of Psychiatry and Psychology University of
bentuk gangguan enuresis. Vermount.
Alloy, Laurent. B, Riskind, John.H., Manos, Marga-
SIMPULAN ret. J. 2004. Abnormal Psychology (ninth edition).
New York : Higher Education.
Berdasarkan hasil penelitian yang dipero- American Psychiatric Association (APA). 2005. Diag-
leh dari wawancara, observasi, tes psikologi, dan nistic and Statistical Manual of Mental (DSM-IV).
self monitoring di lapangan, diperoleh beberapa Washington: British library.
kesimpulan sebagai berikut: Anastasi, Anne. 2003. Tes Psikologi. Jakarta: Gramedia.
Aziz, Abdul. 1975. Pokok-Pokok Kesehatan Mental Jilid
Jenis enuresis yang dialami S adalah enu-
2. Jakarta: Bulan Bintang.
resis nocturnal. Faktor utama yang menyebabkan Clerq, Linda De. 1994. Tingkah Laku Abnormal Dari
S mengalami gangguan enuresis adalah karena Sudut Pandang Perkembangan. Jakarta: PT
adanya hubungan yang kurang harmonis di da- Gramedia Widiasarana.
lam keluarganya. Bentuk-bentuk ketidak harmo- Deliana, Sri Maryati dan Rusda Koto Sutadi. 1994.
nisan itu adalah kurangnya kepercayaan yang Permasalahan Anak Taman Kanak-Kanak.
diberikan orang tua pada S, hubungan dengan Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebu-
kakak kandung yang kurang harmonis, S sering dayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
mendapat tuduhan memulai suatu pertengkaran Harjaningrum. 2002. Sudah Besar kok Ngompol ?. www.
pikiran-rakyat.com. 22 Oktober 2006.
dan permasalahan. Permasalahan- permasalahan
Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Ja-
tersebut membuat S merasakan tertekan, men- karta: Erlangga.
ganggap orang tua pilih kasih, lari dari perma- Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Ja-
salahan dengan kesibukan di luar rumah, terus karta: Binapura Aksara.
mencari perhatian dan berusaha bermanja den- Lachenmeyereh, Juliana dan Margaret.S. 1982. Psy-
gan perhatian ibu. Semua tekanana psikologis chopathology In Chilhood. New York : Gargerner
yang dialami, menjadikan S mengalami somato- Press.
form, dimana gangguan enuresis yang terjadi pada Wiramihasdja, Sutardja. 2005. Pengantar Psikologi Ab-
S tidak dapat terbukti secara medis atau tidak normal. Bandung: Refika Ditama.
ada gangguan dalam anatomi tubuhnya. Hal ini

Anda mungkin juga menyukai