Anda di halaman 1dari 7

Materi ppt kel 6

MODUL 9
KEGIATAN BELAJAR 1

Anak Dengan Masalah Tidur

A. PENGERTIAN

Masalah tidur adalah gangguan pada tidur yang di dalamnya terdapat masalah untuk
memulai tidur atau masalah untuk tetap dalam keadaan tertidur, tertidur pada waktu yang
tidak tepat, terlalu banyak tidur, atau abnormalitas perilaku saat tidur.

B. JENIS-JENIS MASALAH TIDUR

Menurut the Internasional Classification of Sleep Disorder (ICDS; Diagnostik Classification


Steering Committee, 1990) masalah tidur utama terbagi menjadi 2 (dalam Schroeder &
Gordon, 2002) yaitu:
1. Dyssomnias adalah kesulitan untuk memulai tidur atau mempertahankan perilaku
tidurnya, atau sangat mengantuk pada saat siang hari. Beberapa jenis dari
dyssomnias adalah:
A. Excessive Sleepiness (ngantuk yang berlebihan) masalah ini biasanya terjadi
karena anak menderita sakit/dalam masa pengobatan.
B. Sleep-wake Schedule Disorders, masalah ini terjadi karena jadwal tidur yang
kacau.
C. Initiating and Maintaining Sleep, masalah ini terjadi karena anak menolak untuk
tidur dengan berbagai alasan seperti ingin ditemani sepanjang tidur, takut
kegelapan, dan atau masih ingin bermain.
2. Parasomnias adalah gangguan yang melibatkan kegiatan fisik yang tidak diinginkan
pada saat tidur. Beberapa jenis dari parasomnias adalah:
A. Nightmare (mimpi buruk)
B. Sleep terror, anak terlihat takut dan bernafas dengan cepat namun sulit untuk
bangun.
C. Sleepwalking. Anak berjalan saat tidur.
D. Sleeptalking, anak berbicara saat tidur atau mengigau.

C. PENYEBAB

Penyebab dari masalah tidur pada anak itu berbeda-beda. Akan tetapi masalah tidur pada
anak lebih banyak karena faktor keturunan namun ada pula yang disebabkan oleh masalah
fisik.

D. PENANGANAN

Penanganan masalah tidur pada anak berbeda-beda tergantung dari apa yang memicu
munculnya masalah tersebut. Akan tetapi ada masalah-masalah tidur yang tidak
memerlukan intervensi.
KEGIATAN BELAJAR 2

Anak dengan masalah makan

A. Menolak makan (AVOIDANT/RESTRICTIVE FOOD INTAKE DISORDER)

1. Pengertian

Msalah makan merupakan masalah yang dikeluhkan pada orang tua. Anak menolak makan karna
jenis makanan tertentu atau hanya mau satu dua jenis makanan. Respon apa bila anak diberi makan yg
tidak disukai akan dilepeh. Menurut DSM 5, 4 kriteria kategori masalah makan pada anak yaitu:

1. Masalah makan atau pemberi makan


2. Tidak berhubungan dengan kekurangan atau larangan makan dibudaya tertentu
3. Tidak berhubungan dengan anorexia dan bulimia nervosa
4. Tidak berhubungan dengan kondisi medis atau mental lain.

2. Penyebab

Menolak makanan disebabkan oleh sensitivitas dari organ-organ didalam mulut. Ada anak yg
merasa tidak nyaman dengan tekstur yang keras dan kasar. Ada juga karna sensitif dengan bau saat
dikunyah. Hal tersebut dihubungkan dengan masalah sensori dan keturunan oleh orang taunya.

3. Penanganan

Jika anak menolak makanan karena ada masalah sensori, maka baiknya diperiksakan terlebih
dahulu ke dokter atau terapi sensori intergrasi. Apa bila tidak ada masalah sensori maka peran orang
tua menjadi penting. Sebaiknya tua memberikan makanan yang bergizi dan menampilkan bahwa
makanan yg disediakan sangat enak.

B. Makan sesuatu yang seharusnya tidak dimakan (pica)

1. Pengertian

Pica adalah perilaku menetap dalam memakan benda yang bukan makanan yang sudah
berlangsung lebih 1bulan (DSM 5). Sehingga dapat meracuni tubuh.

2. Penyebab

Karena kurang pengawasan dari orang tua

3. Penanganan

Yaitu memberikan edukasi pada orang tua mengenai pentingnya nutrisi dan gizi bagi anak dan
kandungan berbahaya apa yang terkandung pada bakan makanan. Terapi modifikasi perilaku juga dapat
diberikan kepada anak.
C. Keluarnya makanan dari kerongkongan (Rumination disorder)

1. Pengertian

Masalah makan rumination disorder apa bila mengeluarkan makanan dari tenggorokan, dilakukan
berulang, paling tidak selama 1bulan. Apa bila mengeluarkan makanan dari tenggorokan biasanya
dengan sengaja. Terkadang anak mendongakan kepala atau meletakan jarinya kepangkal untuk
mengeluarkan makanan.

2. Penyebab

Rutinitas dapat terjadi pada bayi dan anak dengan keterbelakangan mental. Perilaku tersebut
dapat terjadi karena stimulasi diri, masalah sensori, atau masalah emosi. Mencari perhatian dari orng
lain.

3. Penanganan

Masalah ruminasi lebih kepada membuat anak menjadi lebih tenang.

KB 3 ANAK DENGAN MASALAH PEMBUANGAN YANG TIDAK PADA TEMPATNYA

Masalah pembuangan adalah masalah yang melibatkan pembuangan air seni serta feses yang tidak
tepat dam biasanya terdiagnosis saat masa anak atau remaja (DMS 5, 2013). Anak-anak yang
mengalami masalah pembuangan sering menerima konsekuensi negatif dar orang-orang disekitarnya.

Menurut DMS-5 masalah pmbuangan dibagi menjadi 2 :

A. ENURESIS
1. Pengertian
Ialah buang air kecil yang berulang ditempat yang tidak semestinya, setelah anak melewati
usia dimana kebanyakan anak belajar buang air kecil di toilet.
2. Jenis-jenis
Jika dilihat dari waktu enuresis dibagi menajdi 3 :
 Nocturnal only (mengompol hanya diwaktu tidur malam)
 Diurnal only (mengompol hanya diwaktu siang dan tidak sedang tidur)
 Noctunal and diurnal yaitu kombinasi dari kedua tipe diatas

Berdasarkan kontinunitas kejadian dibagi menajadi 2 :


 Primary enurisis (terus menerus mengompol)
 Secondary enurisis ( sudah pernah tidak menampilkan perilaku enuresis namun
tiba-tiba menampilkan perilaku enuresis kembali
3. Penyebab
 Faktor biologis
 Faktor infeksi
 Faktor emosi
 Faktor belajar
4. Strategi penanganan
 Pemberian obat
 Intervensi perilaku

B. ENCOPRESIS
1. Pengertian
Encopresis adalah membuang feses dicelana atau ditempat yang tidak tepat (bukan
ditoilet)

2. Jenis-jenis
Menurut DMS-5, encopresis dibagi menjadi 2 :
 With constipation and overflow incontinence
Feses berbentuk tidak jelas, kebocoran feses (dalam bentuk cair), biasanya terjadi
saat anak terjaga dan jarang terjadi daat anak tidur, feses yan keluar hanya sedikit
pada saat ditoilet.
 Without constipation and overflow incontinence
Tidak ada konstipasi, feses berbentuk normal, cairan feses jarang terjadi.
3. Penyebab
 Faktor organis
 Faktor emosi
 Faktor belajar

4. Strategi penanganan
Apabila masalah encopresis disebabkan oleh masalah fisik, maka perlu adanya
penanganan secara medis yaitu menggunakan obat-obatan. Selain intervensi medis ada
baiknya dilakukan ibtervensi perilaku seperti belajar mengguanka toilet, membuat jadwal
buang air besar memberikan reinforcement/ pengeuatan positif saat anak mampu baung
air besar di toilet.
MODUL 10
ANAK DENGAN GANGGUAN ATTACHMENT

KEGIATAN BELAJAR 1

HAKIKAT GANGGUAN ATTACHMENT

A. Pengertian Gangguan Attachment


Menurut Bowlby dan Ainsworth (dalam Colin, 1996), attachment adalah ikatan efektif yang
berlangsung lama, dan ditandai oleh kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan
dengan sosok tertentu, terutama saat berada dalam situasi stres. Sedangkan yang dimaksud
dengan gangguan attachment adalah sebagai gangguan dalam pembentukan hubungan
attachment yang berkembang sebagai reaksi terhadap lingkungan yang bersifat patologis
(Wenar & Kerig, 2005). Gangguan attachment reaktif didiagnosis sebelum anak berusia 5 tahun,
dan ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
1) Adanya hambatan dan pola tingkah laku menarik diri secara emosional terus-menerus
terhadap pengasuh dewasa, yang diperlihatkan oleh dua hal berikut:
a. Anak jarang mencari kenyamanan saat mengalami tekanan
b. Anak jarang merespon kenyamanan (yang diberikan) saat mengalami tekanan
2) Adanya gangguan emosional dan sosial yang terus-menerus yang ditandai sekurang-
kurangnya oleh dua hal berikut ini:
a. Responsivitas sosial dan emosional yang minim terhadap orang lain
b. Terbatasnya efek positif
c. Adanya saat-saat marah, sedih, dan takut yang tidak dapat dijelaskan yang terjadi
bahkan selama interaksi yang tidak mengancam dengan pengasuh dewasa

B. Penyebab Gangguan Attachment


Secara khusus, gangguan attachment disebabkan oleh pola pengasuhan yang tidak memadai. Di
dalam DSM-V disebutkan bahwa pola pengasuhan yang tidak memadai ditunjukkan oleh
sekurang-kurangnya satu dari keadaan berikut ini:
1) Pengabaian atau deprivasi sosial dalam bentuk kurang terpenuhinya kebutuhan emosional
secara terus-menerus akan rasa nyaman, stimulasi, dan afeksi dari orang dewasa yang
melakukan pengasuhan
2) Pergantian pengasuh utama yang berulang yang membatasi kesempatan untuk membentuk
attachment yang stabil
3) Pengasuhan dengan setting yang tidak biasa, yang membatasi kesempatan untuk
membentuk attachment yang selektif

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa variasi kualitas hubungan yang terbentuk antara orang
tua dan anak dapat berpengaruh terhadap terjadinya gangguan attachment. Karena, ibu adalah
sosok yang memainkan peran penting dalam pembentukan attachment, karakteristik-
karakteristik maternal tertentu dari ibu tentunya dapat mempengaruhi pembentukan
attachment oleh anak.

C. Karakteristik Anak Dengan Gangguan Attachment


Gangguan attachment dapat dikatakan bahwa anak-anak yang mengalami gangguan attachment,
memiliki insecure attachment. Secure attachment yaitu bentuk attachment yang menyediakan
dasar untuk perkembangan diri, kognitif, emosional, dan sosial yang sehat (Wenar & Kerig,
2005).
Anak-anak yang memiliki secure attachment akan mengeksplorasi lingkungan secara bebas
dan menjadikan ibu mereka sebagai secure base untuk eksplorasi.

Lain secure attachment, lain pula insecure attachment. Secara umum, terdapat tiga jenis
insecure attachment, yaitu jenis yang melawan (resistant), menghindar (avoidant), dan
disorganized.
1. Anak yang memiliki resistant attachment akan menampilkan perilaku yang ambivalen
terhadap pengasuh, yang umumnya adalah ibu.
2. Anak yang memiliki avoidant attachment akan menunjukkan sikap menghindar yang
sangat nyata terhadap kedekatan atau interaksi dengan ibu.
3. Anak yang memiliki disorganized attachment. Anak-anak tersebut tampak bingung dan
menunjukkan tingkah laku yang kontradiktif saat bertemu dengan ibu sesuai berpisah.

D. Dampak Dari Gangguan Attachment


Salah satu penelitian yang mengkonfirmasi hubungan antara attachment pada masa bayi dan
psikopatologi oleh Warren dkk. (Wenar & Kerig, 2005). Hasil penelitian mereka menemukan
bahwa resistant attachment akan meramalkan gangguan kecemasan di kemudian hari.

Peneliti lainnya, Goldberg (Wenar & Kerig, 2005), menemukan hubungan yang signifikan
antara avoidant attachment pada masa bayi dan masalah internalizing dan masalah
externalizing saat anak berusia 4 tahun.

Peneliti Lyons-Ruth dkk (Wenar & Kerig, 2005), menemukan bahwa disorganized attachment
pada masa bayi dapat meramalkan adanya tingkah laku agresif pada saat anak bersekolah di
taman kanak-kanak.

KB 2 PENANGANAN GANGGUAN ATTACHMENT

A. STRATEGI PENANGANAN ANAK DENGAN GANGGUAN ATTACHMENT


Terdapat sejumlah terapi untuk menangani anak dengan gangguan attachment, yaitu
Program Steps Toward Efektif Anda Enjoyable Parenting (STEEP) yang dikembangkan oleh
Egeland, dkk. Dan The Infant - Parent Program yang dikembangkan oleh Lieberman dan
Pawl.
Metode lain yang dapat diterapkan untuk menangani gangguan attachment antara orang tua
dan anak adalah theraplay. Metode ini didasari oleh teori attachment yang menyatakan
bahwa hubungan awal yang dimiliki anak menjadi hal terpenting dalam kehidupan anak.
Dalam thereplay anak dibawa kembali kehubungan awal ini dengan tujuan membuat
hubungan tersebut menjadi lebih sehat dan aman.
Dalam hal ini guru menjadi sosok attachment tambahan bagi anak, sehingga guru
diharapakan dapat bersikap sensitif dan responsif. Sensitif berarti Anda dapat mengenali
ketika mereka mengkomunikasikan kebutuhan atau keadaanya. Sedangkan responsif yaitu
menunjukkan reaksi yang cepat tanggap dalam merespon tanda-tanda yang ditampilkan
tersebut.
Melakukan kegiatan dan permainan yang interaktif juga dapat membentuk hubungan yang
dekat dan sehat antara Anda dan anak didik. Kegiatan permainan hendaknya mengandung 4
dimensi :

5. Permainan Yang Mengandung Dimensi Batasan


 Guru berkata
Guru memberikan instruksi pada anak untuk melakukan sesuatu dan anak harus
melakukan instruksi tersebut hanya apabila guru mengawali instruksi dengan kalimat
“Ibu/Bapak berkata....” (misalnya Ibu berkata pegang hidung mu) jika guru
memberikan instruksi tanpa” kalimat ibu/bapak berkata... “maka anak harus
mengabaikan intruksi tersbut
 Ikuti pemimpin

6. Permainan Yang Mengandung Dimensi Kejutan


 Membuat salam spesial
 Menebak bentuk
7. Permainan Yang Mengandung Dimensi Pemenuhan Kebutuhan
 Periksa anak (check up)
 Membuat lagu khusus
8. Permainan Yang Mengandung Dimensi Tantangan
 Tenis balon
 Sama bunyi

B. PIHAK YANG BERPERAN DALAM PENANGANAN ANAK DENGAN GANGGUAN ATTACHMENT


Penanganan Attachment tidak hanya melibatkan anak, tetap juga orang tua, tenaga
profesional dan guru di sekolah. Umumnya masalah attachment terjadi antara anak dan
orang tua sehingga keterlibatan orang tua menjadi satu hal yang penting dalam mengatasi
gangguan attachment.
Guru dapat berperan untuk melakukan deteksi dini tentanf kemungkinan adanya masalah
attachment pada anak. Selanjutnya jika ditemukan masalah guru dapat merujuk orang tua
mendatangi tenaga profesional, misalnya psikolog.
Selain melakukan deteksi dini, guru dapat pula berperan untuk menciptakan kegiatan
interaktif yang menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai