Anda di halaman 1dari 32

TATALAKSANA

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM


KASUS FGID ANAK

Ns. Yeni Iswari., M.Kep., Sp. Kep. An


PENDAHULUAN
• Usia anak merupakan masa yang rentan mengalami berbagai penyakit
terutama masalah yang terjadi di saluran pencernaan
• Gangguan pencernaan ➔ dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak
• 70-80% pembentukan sistem daya tahan tubuh anak dibentuk di dalam
saluran cerna.
• Apabila anak mengalami gangguan pencernaan maka penyerapan
nutrisi akan terhambat selain itu beresiko mengalami gangguan fungsi
pencernaan.
• Perncernaan yang sehat akan mempengaruhi tumbuh kembang, daya
tahan tubuh dan mempengaruhi fungsi otak. Tumbuh kembang anak
jangka panjang ditentukan oleh kualitas perkembangan otak selama periode
kritis diawal kehidupan
PENGERTIAN

❑ Gangguan Gastrointestinal fungsional atau Functional


gastrointestinal disorders (FGID) ialah gangguan yang
terjadi yang melibatkan interaksi antara usus dan
otak (gut-brain axis), di mana gejala-gejala yang dialami
otak dan usus secara timbal balik mempengaruhi ekspresi
satu sama lain.
❑ Merupakan kumpulan gejala yang muncul di saluran
cerna bagian tengah atau bawah, yang tidak diakibatkan
oleh kelainan biokimia ataupun anatomi saluran cerna
Faktor Penyebab Gangguan Gastrointestinal
Fungsional/FGID
• Prevalensi penderita di Indonesia sebanyak 10-19,9 persen.
• Gejala pada anak balita dipengaruhi oleh:
1. kematangan organ saluran cerna
2. fungsi fisiologi saluran cerna
3. kemampuan intelektul anak
4. kemampuan afeksi anak.
• Gangguan fungsional saluran cerna pada anak seringkali
menemani pertumbuhan normal➔ seperti gumoh pada bayi,
tapi dapat pula muncul akibat respons mal-adaptif terhadap
stimulus internal maupun eksternal, seperti sakit perut.
KRITERIA GANGGUAN PENCERNAAN
Menurut kriteria Rome III, yang dikembangkan dari Roma II ada 7
gangguan pencernaan fungsional pada bayi dan anak:
1. Regurgitasi (gumoh) pada bayi,
2. Sindrom mengunyah pada bayi,
3. Sindrom muntah berulang,
4. Kolik pada bayi,
5. Diare fungsional,
6. Dyschesia pada bayi,
7. Sembelit fungsional.
Keadaan ini hanya berdasar gejala dan tidak ditemukan kelainan
organ atau metabolisme
Kombinasi Gejala Yang Ditimbulkan Antara Lain:
1. Gangguan motilitas, yaitu terjadinya kontraksi saluran
pencernaan yang tidak normal.
2. Hipersensitivitas visceral, kondisi peningkatan sensitivitas
terhadap fungsi usus yang normal.
3. Perubahan fungsi mukosa dan kekebalan tubuh, dengan
ditandai adanya perubahan respon sistem kekebalan pada selaput
lendir usus.
4. Perubahan mikrobiota usus, yaitu terjadinya perubahan
populasi mikroba dalam usus yang mempengaruhi biologis
inangnya dalam kesehatan dan penyakit.
5. Masalah pada pemprosesan sistem saraf pusat / altered central
nervous system (CNS), ditandai dengan perubahan komunikasi
terpadu antara otak dan saluran pencernaan.
PENATALAKSANAAN
1. Pemberian ASI Ekslusif
2. Suplementasi probiotik: Menjaga kesehatan saluran cerna
serta pencegahan dan manajemen gangguan pencernaan,
salah satunya adalah Lactobacillus reuteri.
3. Suplementasi Prebiotik: Sedangkan laktosa merupakan
pemanis alamiah rendah kalori dan merupakan prebiotic
sebagai sumber energy bagi probiotik. Laktosa membantu
menstimulasi pertumbuhan bakteri baik dalam usus, sehingga
flora usus menjadi sehat.
4. Nutrisi Adekuat
PERAN LACTOBACILLUS REUTERI DALAM
PENCEGAHAN FIGD
Berdasarkan Evidence Base Practice/Penelitian:
❑ Mempunyai efek anti inflamasi
❑Menurunkan waktu menangis pada minggu 1-4 setelah
pemberian
❑Meningkatkan angka efektifitas pengobatan pada 2-3
minggu dan 3 minggu
❑Penelitian Sung (2013) mengkonfirmasi bahwa
Lactobacillus Reuteri satu-satunya probiotik yang secara
significan menurunkan waktu menangis pada bayi kolik
selama 65 menit per hari.
PERAN LACTOBACILLUS REUTERI DALAM
PENCEGAHAN FIGD
Berdasarkan Evidence Base Practice/Penelitian:
❑Penurunan waktu menangis menunjukkan bahwa Lactobacillus
Reuteri berperan positif pada pengobatan kolikinfantil pada
minggu ke-2 & Ke-3
❑Lactobacillus Reuteri membantu menurunkan durasi diare akut
pada anak yang dirawat di rumah sakit maupun di rumah
(Dinleyici, at al., 2014)
❑Berefek positif untuk manajemen konstipasi (Cocorullo, et al,
2011)
❑Merupakan salah satu probiotik terbaik yang efektif membantu
bayi mengalami gangguan pencernan fungsional.
ARTIKEL TERKAIT
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Beberapa tes untuk mendiagnosis gangguan gastro intestinal fungsional:
1. Pemeriksaan fisik.
2. Tes urin.
3. Tes darah.
4. Pemeriksaan tinja.
5. Kolonoskopi, untuk melihat bagian dalam usus besar.
6. Endoskopi bagian atas (upper endoscopy), untuk melihat keadaan bagian dalam
kerongkongan, lambung, dan usus kecil.
7. Tes pencitraan perut, bisa menggunakan X-ray atau USG.
8. Tes nafas untuk melihat kemungkinan pertumbuhan bakteri yang berlebihan.
9. Tes motilitas khusus untuk sejumlah bagian saluran gastrointestinal.
PERAWATAN
Beberapa jenis perawatan untuk penderita gangguan gastro intestinal
fungsional
3 macam treatment yang bisa dilakukan untuk menangani hal ini, yaitu:
1. Melakukan konseling kepada ahli gizi. Pasien akan berkonsultasi
dengan pakar nutrisi untuk mendapatkan diet yang tepat dalam
mendampingi proses penyembuhan gangguan GI ini.

2. Obat-obatan. Jenis obat-obatan yang mungkin diresepkan untuk pasien


adalah obat pengurang produksi asam, obat pereda kejang pada usus, obat
yang mengatur motilitas saluran pencernaan atau mengobati rasa sakit di
tingkat saraf.

3. Manajemen stres. Stres dapat memperburuk tanda dan gejala gangguan


pencernaan, termasuk gangguan gastro intestinal fungsional. Pasien dapat
berkonsultasi dengan pakar manajemen stres untuk proses ini.
TIPS UNTUK ANAK

Tanda-tanda anak memiliki kenyamanan saluran pencernaan


Jumlah bakteri baik dalam saluran cerna lebih banyak

Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan


acuan yang direkomendasikan

Jarang mengalami keluhan gangguan pencernaan seperti


regurgitasi/refluk/gumoh, kolik, konstipasi, diare

Nafsu makan baik dan nutrisi diserap dengna baik


ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK DENGAN GANGGUAN
GASTRO INTESTINAL
FUNGSIONAL
A. PENGKAJIAN
Riwayat Antenatal
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan ibu:
• Penyakit Sebelumnya: 1. Status Gizi
2. Masalah Kesehatan selama kehamilan
3. Konsumsi obat-obat
1. Diare 4. Pemeriksaan kehamilan

2. Kolik Abdomen Riwayat Kelahiran:


1. Usia kelahiran
3. Konstipasi 2. Keadaan saat lahir
3. BBL, PBL
4. Intoleransi Makanan
A. PENGKAJIAN

Alergi Riwayat Tumbuh Kembang anak


1. Makanan 1. BB dan PB/TB
2. Susu
3. Obat-obatan 2. Pertumbuhan gigi geligi
3. Motorik Kasar

Riwayat Immunisasai 4. Motorik Halus


Jenis, Waktu, reaksi
5. Bahasa
6. Sosialisasi/Kemandirian
Konsumsi Obat-obatan
7. Delay tumbuh kembang
A. PENGKAJIAN
Pola Makan & Masalah Makan Pola Eliminasi
1. Nafsu makan 1. Frekuensi BAB
2. Pemberian ASI Ekslusif 2. Konsistensi BAB
3. Pemberian MP-ASI 3. Konstipasi/sembelit
4. Frekuensi makan/minum (frekuensi/mg)
5. Toleransi makanan 4. Diare
6. Gumoh/regurgitasi: Frekuensi & 5. Masalah saat defekasi:
lama terjadi Dyschesia (10’)
7. Mual 6. Penggunaan pencahar
8. Muntah berulang
9. Sindrom Mengunyah pada bayi
A. PENGKAJIAN
Rasa Nyaman Pola Tidur & Istirahat
1. Kolik abdomen 1. Jumlah jam tidur pada
siang dan malam hari
2. Perilaku Nyeri:
2. Lamanya waktu
a. Rewel terbangun
b.Gelisah 3. Kebiasaan yang membuat
c. Menangis lama tanpa anak nyaman saat tidur
penyebab yang jelas
d. Berlangsung selama 3
jam
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
❑ Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
❑ Resiko Aspirasi b.d gangguan menelanpenurunan reflek muntah,
❑ Diare b.d inflamasi gastrointestinal, Proses infeksi, malabsobsorpsi.
❑ Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal, kelemahan otot
abdomen, ketidakcukupan asupan serat
❑ Resiko Hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif, gangguan
absorpsi cairan, kekuarangan intake cairan
❑ Nyeri akut/ kronis
❑ Gangguan Pola Tidur b.d efek penyakit
❑ Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
OUTCOME: Status nutrisi membaik (L. 03030) Terapeutik
1.Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Intervensi Keperawatan
1. Manajemen Nutrisi Piramida makanan)
Observasi 2.Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
1. Identifikasi status nutrisi sesuai
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 3.Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
3. Identifikasi makanan yang disukai protein
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
nutrient 4.Berikan suplemen makanan, jika perlu
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
Edukasi
Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlU
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan, mencerna
makanan, ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
2. PROMOSI BERAT BADAN Terapeutik
Observasi 1. Berikan perawatan mulut sebelum
1. Identifikasi kemungkinan penyebab BB pemberian makan, jika perlu
kurang
2. Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi
2. Monitor adanya mual dan muntah
3. Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi pasien( mis. Makanan dengan tekstur
sehari-hari halus, makanan yang diblander, makanan
4. Monitor berat badan cair yang diberikan melalui NGT atau
5. Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit Gastrostomi, total perenteral nutritition
serum sesui indikasi)
Edukasi: 3. Hidangkan makan secara menarik
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, 4. Berikan suplemen, jika perlu
namuntetap terjangkau 5. Berikan pujian pada pasien atau keluarga
2. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
untuk peningkatan yang dicapai
dibutuhkan
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diare b.d inflamasi gastrointestinal, Proses infeksi, malabsobsorpsi.


Outcome: Eliminasi Fekal Membaik (L.04033) Terapeutik
Intervensi Keperawatan
1. Manajemen Diare (I.03101) 1. Berikan asupan cairan oral
Observasi 2.Berikan cairan intravena
1. Identifikasi penyebab diare (mis. Inflamasi 3.Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
gastrointestinal, iritasi gastrointestinal)
2. Identifikasi riwayat pemberian makanan darah lengkap dan elektrolit
3. Identifikasi gejala invaginasi 4.Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
4. Monitor warna, volume, frekwensi, dan
konsistensi tinja.
5. Monitor tanda dan gejala hipovolemia
6. Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah
perineal
7. Monitor jumlah pengeluaran diare
8. Monitor keamanan penyiapan makanan
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Diare b.d inflamasi gastrointestinal, Proses infeksi, malabsobsorpsi.


Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari makanan, pembentuk gas, pedas, dan
mengandung lactose
3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
2.Kolaborasi pemberian obat antispasmodic/ spasmolitik
3.Kolaborasi pemberian
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal, kelemahan
otot abdomen, ketidakcukupan asupan serat
Outcome: Terapeutik
Intervensi Keperawatan: 1. Anjurkan diet tinggi serat
1. Manajemenkonstipasi 2. Lakukan massase abdomen, jika perlu
Observasi 3. Berikan enema atau irigasi, jika perlu
1. Periksa tanda dan gejala konstipasi
Edukasi
2. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses 1. Jelaskan etiologi masalah dan
(konsistensi, bentuk, volume danwarna) alsantindakan
3. Identifikasi faktor resiko konstipasi(obat- 2. Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika
obatan, tirah baring dan dietrendah serat) tidak ada kontraindikasi
4. Monitor tanda dan gejala ruptur ususdan 3. Latih buang air besar secara teratur
atau peritonitis 4. Ajarkan cara mengatasi konstipasi /impaksi

Kolaborasi
• Konsultasi dengan tim medis
tentangpenurunan peningkatan frekuensi
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal, kelemahan
otot abdomen, ketidakcukupan asupan serat
2. Manajemen eliminasifekal (1.04151) Edukasi
Observasi • Jelaskan jenis makanan yang membantu
• Identifikasi masalah usus dan penggunaan meningkatkan keteraturan peristalticusus
obat pencahar • Anjurkan meningkatkan aktivitas
• Identifikasi pengobatan yang berefek pada fisiksesuai toleransi
kondisi gastrointestinal • Anjurkan pengurangan asupan makanan
• monitor BAB (warna, frekuensi, konsistensi, yang meningkatkan pembentukan gas
volume) • Anjurkan makanan yang tinggi serat
• monitor tanda gejala konstipasi atau impaksi • Anjurkan meningkatkan asupan
cairan jika tidak ada kontraindikasi
Terapeutik:
• berikan air hangat setelah makan Kolaborasi
• jadwalkan waktu defekasi kolaborasi pemberian obat suposutorialanal
• sediakan makanan tinggi serat jika perlu
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nyeri akut/ kronis b.d Agen pencedera fisiologis
Outcome: Tingkat Nyeri Menurun (L.08066) Terapeutik
Intervensi Keperawatan 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
1. Manajemen Nyeri
Observasi mengurangi rasa nyeri (mis. terapi musik,
1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
intensitas nyeri 2. Control lingkungan yang memperberat
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan pencahayaan, kebisingan)
memperingan nyeri 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nyeri akut/ kronis b.d Agen pencedera fisiologis
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nyeri akut/ kronis b.d Agen pencedera fisiologis
Terapeutik
2. PEMBERIAN ANALGETIK (I.08243)
1. Diskusikan jenis analgesik yang disukai
Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri (mis. untuk mencapai analgesia optimal, jika
Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, perlu
intensitas, frekuensi, durasi) 2. Dokumentasikan respon terhadap efek
2. Identifikasi riwayat alergi obat analgesic dan efek yang tidak diinginkan
3. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
(mis. Narkotika, non-narkotika, atau
NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri Edukasi
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
sesudah pemberian analgesik
5. Monitor efektifitas analgesik Kolaborasi:

Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai