Anda di halaman 1dari 29

ANTI DIURETIK

(ANTI HIPERTENSI)

Kelompok 2
PSIK Kelas A Universitas Ngudi Waluyo
KELOMPOK 2

 Ahmad Hatim Ashshidiq (010116A004)


 Annisa Latifatul Irsiana (010116A009)
 Arina Adiba (010116A010)
 Binti Cholifah (010116A014)
 Devy Arum Sari (010116A021)
 Dicky Aris Setiawan (010116A023)
 Eliya Fitriani (010116A027)
 Endah Puspitasari (010116A028)
 Ervin Zulianti (010116A031)
 Hesti Febrianti (010116A043)
 Imroatul Mufidah (010116A046)
PENGERTIAN ANTI DIURETIK

Anti deuretik adalah zat-zat yang mengakibatkan


peningkatan ekspresi urin. Efeknya yang sepesifik
pada ginjal dapat di jelaskan sebagai berikut: melalui
sistem transport anion yang sepesifik di tubulus
proksimal ginjal secara aktif terjadi sekresi didalam
lumen tubuli ( maka kadarnya tubuli ginjal
dibandingkan konsentrasi plasma adalah sebesar
fakor 20 – 50 ).
 Istilah diuresis mempunyai dua pengertian,
1. menunjukkan adanya penambahan volume urin
yang diproduksi dan
2. menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut
dalam air.
• Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi
cairan udem yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstrasel menjadi normal.
PENGGOLONGAN
ANTI DIURETIK
1). Diuretik Osmotik - Monitol
Monitol sebagai alkohol berfalensi enam ( alkohol gula ) yang
bersifat sangat hidrofil sehingga setelah pemberian oral,
praktis tidak terjadi absobsi dari saluran lambung sampai
usus. Maka untuk terapi sebagai diuretik digunakan secara
parentrol ( IV ) berupa larutan 10-, 15- atau 20 %.
Efek samping
 Karena kenaikan osmolalitas plasma, terjadi arus cairan dari
ruang intraseluler ke ekstraseluler peningkatan volume
diruang ekstraseluler misalnya pengembangan udem paru
pada pasien insufisiensi jantung (kontraindikasi)
 Pada osmodiuresis jangka panjang,ada bahaya hipernatremia
(dehidrasi hipertonis) karena pengeluaran cairan melebihi
eliminasi Na.
Tempat kerja pada nefron : di seluruh bagian tubulus.
Dosis
500-1000 ml larutan 10% atau 250-500 ml larutan manitol
20% sesuai indikasi

Kekuatan efek
± 20% cairan filtrat glomerular akan dieksresi (efek
diuresis relatif kuat). Bandingkan dengan diuretik kuat
(misalnya furosemid) intraseluler

Metabolisme
Praktis tidak ada

Eliminasi
Dieliminasi oleh ginjal
2). Penghambat Karboanhidrase - Asetazolamid
(Diamox)

Penggunaan terapi
 Glaukoma (inhibisi pembentukan cairan bola mata yang kaya
HCO), pankreatitis akut (inhibisi pembentukan sekret pangkreas
yang kaya HCO), epilepsi (penghambatan produksi cairan),
insufisiensi pernapasan (stimulasi pernapasan karena
pengembangan asidosis metabolik).
Mekanisme kerja dan efek-efek
 Sistem transpor anion didalam tubuh ginjal proksimal mensekresi
Asetazolamid ke dalam lumen. Di sini akan menghambat enzim
karboanhidrase,yang terlokalisir di sel-sel tubulus, membran
lumina dan peritubular
Tempat kerja pada nefron : di tubulus ginjal proksimal
Asetazolamid

Mula kerja
Setelah 6 jam

Lama efek
4-6 jam selanjutnya

Kekuatan efek
Malsimal 5-8% jumlah cairan fitrat glomerular akan dikeluarkan

Absorpsi
Baik dan cepat

t1-/2
100 menit

Metabolik
Gratis tidak ada

Eliminasi
ginjal
Efek samping Asetazolamid
 Asidosis metabolik
 Hipokalemi
Kontraindikasi
 Hipokalemia
 Asidosis
 Hipersensitivitas (alergi) terhadap sulfonamida
(bahaya alergi silang)
3). Diuretik Jerat Henle Furosemid
(misal:lasix,odemase)

Pengunaan terapi
 Terapi udem akut (misalnya udem paru akut pada
insufisiensi jantung kiri dengan dekompensasi, udem
otak, udem akibat luka bakar) dan udem kronik
(disebabkan oleh kardial, ginjal atau hepatik [asites];
insufisiensi jantung akut dan kronis; krisis hipertensi;
diuresis paksa (misalnya pada keracunan); ancaman
gagal ginjal; hiperkalsemia dan hipermagnesemia.
Tempat kerja pada nefron : di jerat henle badian
asenden, membran luminal pada sel-sel tubulus ginjal.
a. Furosemid

Lama efek
Mulai kerja
Singkat;
Cepat; segera Eliminasi
Efek setelah
setelah Tidak ada
maksimum pemberian
pemberian Metabolism tidak berubah
Setelah 30-60 i.v. hanya 2-3
i.v.;pada e - 2/3 ginjal dan
menit jam ; setelah
pemberian 1/3 lewat
berikutnya pemberian
oral setelah feses
oral : 6-8
30-60 menit
jam
Efek samping
 Bahaya kolaps surkulasi (akibat suatu
hemokonsentrasi)
 Pada dosis tinggi ototoksik (reversible), tidak boleh
dikombinasi dengan obat nefrotoksik lain seperti
antibiotik Aminoglikosid dan golongan Sefalosforin
 Hipokalsemia,hipomagnesimia
 Efek samping lain seperti pada diuretik tiazid :
hipokalemia, alkalosis metabolik hipokloremia;
berkurangnya toleransi glukosa; kenaikan kadar
trigliserid dan kolestrol; hiperurisemia
b. Piretanid (Arelix)

Penggunaan terapi
 Terapi udem akut (misalnya udem paru akut pada
insufisiensi jantung kiri dengan dekompensasi, (udem
otak) dan udem kronis (disebabkan oleh kardial,ginjal
atau hepatik [asites]; insufisiensi jantung akut dan
kronis; krisis hipertensi juga daam kombinasi dengan
otot antihipertensi lain; diuresis paksa (misalnya pada
keracunan); ancaman gagal ginjal.
Tempat kerja pada nefron : Di jerat henle bagian
asenden, membran luminal sel –sel tubulus.
Efek samping : sama seperti furosemid
Data oral
Rata-rata 3-6mg/hari Sebagai perbandinan furosemid 40-80 mg/ hari.

Mulai kerja
Cepat,segera setelah pemberian i.v seperti pada furosemid.

Lama efek
Singkat, seperti pada furosemid

Absorpsi
Cepat dari saluran lambung – usus

Bioavailabilitas Oral
Lebih baik dari pada furosemid ( 80%)
c. Torasemid

Dosis
Sehari 2,5 sampai 5mg oral dapat
dinaikkan sampai 20mg/hari. i. V
Bekerja kuat seperti furosemid, 20mg sebagai dosis tunggal, pada Efek maksimal
struktur kimiawi ada kemiripan ancaman gagal ginjal dapat dinaikkan Setelah 1-1,5 jam pada furosemid
sampai 200 mg/hari. Torasemid di
perdagangkan dalam bentuk tablet,
ampul dan larutan untuk infus.

Metabolisme
Eliminasi Efek samping
Peruraian di hati, hakikatnya
Sampai 80% ginjal Seperti furosemid
menjadi 3 metabolit
d. Azosemid ( luret )

Penggunaan terapi Udem yang disebabkan penyakit jantung , hati atau ginjal, karena di perdagangan
hanya ada sebagai tablet, obat ini tidak sesuai untuk terapi akut seperti udem paru atau udem otak,

Dosis ½-1 tablet (80 mg) pagi hari, bila perlu dosis ini dapat dinaikkan.

Kekutan efek Pada pemberian oral, bila dibandingkan efektifnya dengan furosemid.setelah pemberian
i.v. kekuatan efek azosemid, bila di bandingkan bobot, lebih tinggi dari pada furosemid dengan faktor 5

Metabolisme tinggi

Eliminasi Hanya 2% tidak berubah dengan urine


5). Diuretik Tiazid
a. Hidroklorotiazid
Penggunaan terapi
 Terapi jangka pendek dan panjang pada keadaan sakit dengan peningkatan
perediaan Na+ dan air pada organisme : udem kardial yang disebabkan
oleh ginjak dan hepatik(termasuk Asitesis); insufisiensi jantung kronis;
hipertensi arterial; Diabetes insipidus; profilaksis dan terapi batu ginjal
yang mengandung Ca2+
Tempat kerja pada nefron : di tubulus distal bagian proksimal (distal
hulu); membran luminal pada sel-sel tubulu ginjal.
Dosis Sesuai indikasi 12,5-100 mg/hari, dalam satu dosis pada pagi hari atau
2x sehari pagi dan sore
Mula kerja Cepat, setelah 1-2 jam

Efek diuretik tidak berubah apabila ada asidosis atau alkalosis (tidak
bergantung pada pH). Berlawanan dengan diuretik kuat, diuretik tiazid
mengurangi filtrasi glomerular -> penyebabnya adalah kenaikan tekanan
hidrostatik, intratubular yang mengakibatkan pengurangan tekanan filtrasi
yang efektif.
Kontraindikasi
 Gangguan fungsi ginjal yang berat (anuria)
 Gangguan fungsi hati yang berat (prakoma dan
koma hepatikum, peningkatan bahaya hipokalemia)
 Hipersensitivitas(alergi) terhadap Sulfonamid dan
antidiabeatik oral tipe Sulfonilurea : bahaya alergi
silang.
Efek Samping Diuretik Tiazid
Dan Diuretik Analog Tiazid

 Diuretik tiazid ( misalnya Hidroklorotiazid)


 Diuretik analog tiazid (misalnya Klortalidon, Xipamid)
 Hipokalemia (ES yang sangat sering terjadi pada terapi jangka
panjang dwngan diuretik, yaitu 25-40% kasus), maka perlu
pemantauan kadar K+ plasma. Gejala klinis hipokalemia: fasa
lemah, letargi, mual, obstipasi. Jika hal ini terjadi, perlu diberikan
substitusi K+; juga sebaiknya dapat diberikan suatu kombinasi
diuretik tiazid dengan diuretik penghemat Kalium seperti Amilorid,
Triamteren, atau Spironolakton.
 Hipomagnesemia, tetapi hiperkalsemia (penghambat ekskresi Ca2+
tubular)
 Alkalosis metabolik, hipokloremis
 Toleransi glukosa yang berkurang -> bahaya manifestasi diabetes
melitus pada kondisi metabolik pradiabetes.
 Gangguan metabolisme lemak, kenaikan kadar trigliserid serum
dan kadar kolesterol serum; kenaikan LDL, HDL tidak berubah atau
turun; setelah ± 6 minggu akan menjadi manifestasi.
b. Xipamid (Aquaphor®)
c. Klortalidon (Hygroton®)

Dalam hal penggunaan terapi, farmakodinamik, efek


samping dan juga kontraindikasi, Xipamid dan
Klortalidon sejajar dengan Hidroklorotiazid.
6). Diuretik hemat Kalium, antagonis
Aldosteron
1. Spironolakton (Aldacton®, Osyrol®)
Untuk pemberian i.v., tersedia obat dengan analogi struktur
yang larut dalam air, yaitu Kaliumkanrenoat (Osyrol®, larutan
injeksi). Spironolakton penting dalam kombinasi dengan
diuretik kuat atau diuretik tiazid, misalnya sebagai Osyrol®
50-Lasix® (Spironolakton + Furosemid) atau Aldactone® 50-
Saltucin (Sprironolakton+Butizid).
Manfaat Spironolakton dalam kombinasi ini untuk mencegah
kehilangan K+, sambil menambah efek natriuretik.

Perhatian : Spironolakton hanya dapat digunakan secara oral,


karena obat ini sukar larut dalam air karena sifat lipofilnya
yang tinggi.
Penggunaan Terapi Udem , yang menyertai hiperaldosteronimus
sekunder , misalnya udem pada insufisiensi jantung, udem dan
asites sebagai sirosis hati , udem yang disebabkan oleh suatu
sindrim nefritik.
Farmakodinamik Mekanisme Kerja : Spironolakton atau
Kanrenon, berbeda dengan Triamteron dan Amilorid, dari sisi
membran antiluminal ( dari dalam darah ) masuk ke dalam sel – sel
tubuli hilir. Disini akan berlangsung pengikatan pada reseptor
aldosteron di sitoplasma.antagonisme kompetitif dengan
Aldosteron untuk menempati tempat ikatan!→ dengan mendesak
Aldosteron dari tempat ikatannya, aka efek Aldosteron akan
ditiadakan. Untuk itu Spironolakton harus tersedia dalam
konsentrasi 1000 kali lebih tinggi daripada Aldosteron.
Tempat kerja pada nefron : pada tubuli ginjal distal hilir dan
duktus koligentes bagian korteks.
Dosis Mulai Kerja
mula-mula 200-400 mg/hari, Dengan masa laten
pada terapi jangka panjan 100- panjang , baru setelah 24-
200 mg/hari 48 jam

Eliminasi Diuretik hemat Kalium ,


Terutama di ginjal tidak bergantung pada
Aldosteron
2. Amilorid
Manfaat Amilorid dalam kombinasi untuk mencegah kehilangan K+,
sambil menambah efek natiuretik.
Penggunaan Terapi Dalam kombinasi dengan diuretik kuat atau
diuretik tiazid untuk pengobatan udem dengan penyebab kardial ,
asites dan udem yang disebabkan oleh sirosis hati , udem
dikarenakan ginjal, hipertensi arterial.
Dosis Dalam kombinasi dengan diuretik kuat atau diuretik tiazid 2,5
– 10 mg/hari, dalam satu dosi pada pagi atau sehari 2x pemberian,
pagi dan sore

Perhatian: Di perdagangan tidak tersedia sebagai substansi mono,


melainkan dalam kombinasi dengan diuretik kuat atau diuretik
tiazid, misalnya sebagai Diaphal®(Amilorid + Furosemid ) atau
Moduretik ( Amillrid + Hidroklorotiazid)
3. Triamteren
Penggunaan Terapi Dalam kombinasi kuat dengan diuretik kuat
atau diuretik tiazid untuk pengobatan udem yang disebabkan oleh
udem dengan penyebab kardial , asites dan udem yang disebabkan
oleh sirosis hati , udem dikarenakan ginjal, hipertensi arterial.
Perhatian : Triamteren tidak bermanfaat sebagai sediaan mono ,
tetapi seperti Amilorid penting dalam kombinasi dengan diuretik
kuat atau diuretik tiazid , misalnya sebagai Hydrotrix® (Triamteren
+ Furosemid ) atau Diuterisat® (Triamteren+ Hidroklorotiazid ).
Manfaat Triamteren dalam kombinasi ini untuk mencegah
kehilangan K+ , sambil menambah efek natriuretik.
Dosis Dalam kombinasi dengan diuretik kuat atau diuretik tiazid 50
– 100 mg/hari, dalam satu dosi pada pagi atau sehari 2x pemberian,
pagi dan sore
Kontraindikasi Diuretik Hemat Kalium
 Hiperkalemia
 Hiponatremia
 Gangguan fungsi ginjal yang berat
 Gangguan fungsi hati yang berat
 Hipersensitivitas (alergi) terhadap Amilorid atau
Triamteren
Efek samping diuretic hemat kalium

 Spiron oakton, Amiloroid ,Triamteren


 Hiperkalemia ,terutama pada pasien lanjut usia fungsi ginjal dan pada insufisiensi ginjal !
(karena mekanisme kerjanya)
 Pengembangan suatu metaboik asidosis ,terutama pada pasien lanjut usia (fungsi ginjal kurang
) dan ada insufisiensi ginjal !(karena mekanisme kerjanya )
 Mual,muntah ,diare, spasma otot, rasa lemah (karena pergeseran elektroit)
 Jarang eksantema alergik,nyeri kepala dan keelahan parenkim hati dengan kenaikan
konsentrasi transaminase serum di plasma
 Efek samping khusus spironoaktom:ginekomastia dan impotentia coeundi ;pada wanita
gangguan menstruasi (amenore)dan hirsutismus;pada pria dan wanita perubahan suara ,yang
sebagian irreversible!
 Efek samping khusus Amilorid:gangguan penglihatan sementara!
 Efek samping khusus Triamteren:anemia megaoblastik(Triamteren bekerja antagonis terhadap
asam foat)
 Pada pemberian oral jangka panjang kaliumkanrenoat dengan dosis tinggi ,pada percobaan
hewan (tikus)di temukan tingkat kejadian lebih tinggi dari leukemia dan tumor-tumor
lain.ternyata,hal tersebut disebabkan olehpembentukan kanrenonepoksid,yang terbentuk pada
biotransformasi, jadi sediaan kombinasi dengan kaliumkanrenoat tidak diperdagangkan lagi,
hanya ada sebagai zat tunggal untuk penggunaan i.v.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai