Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

KORTIKOSTEROID
Disusun oleh :
Inggrid Limarda (406222085)
Grace Keren (406222103)
Pembimbing :
dr. Gina Triana Sutedja Sp.KK
dr. Novia Yudhitiara, Sp.KK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 27 NOVEMBER – 30 DESEMBER 2023
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
Kortikostreoid topikal

• Kortikosteroid topikal menjadi pilihan pengobatan untuk mengatasi proses


peradangan yang terjadi pada kulit
• Kortikosteroid efektif dalam mengurangi gejala peradangan, tetapi tidak
mengatasi yang mendasarinya penyebab penyakit.
• Kortikosteroid memiliki efek anti inflamasi, anti proliferasi dan agen
imunosupresif.
Kortikostreoid topikal

• Anti proliferasi
Efek kortikosteroid topikal ini dimediasi oleh penghambatan sintesis DNA dan
mitosis, kortikosteroid juga diketahui mengurangi ukuran dan proliferasi keratinosit.
Aktivitas fibroblast dan pembentukan kolagen juga dihambat oleh topikal
Kortikosteroid
• Vasokonstriksi
Kortikosteroid topikal menyebabkan kapiler di superficial dermis menjadi
menyempit, sehingga mengurangi eritema (kemarahan). Menghambat vasodilator
alami seperti histamin, bradykinin, dan prostaglandin
Penggolongan Kortikostreoid topikal

• Kortikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan besar, Golongan I yang paling


kuat daya anti-inflamasi dan antimotitiknya (superpoten). Sebaliknya golongan VII
yang terlemah (potensi lemah)
Indikasi Kortikostreoid topikal

• Kortikosteroid topikal digunakan untuk aktivitas


antiinflamasi pada inflammatory skin diseases,
antimitotic efek,
• Respon penyakit terhadap kortikosteroid
topikan bervariasi, dibagi menjadi 3 kategori :
(a) sangat responsif
(b) cukup responsif,
(c) paling tidak responsif
Penggunaan pada populasi

• Pada anak-anak terutama bayi


• Populasi geriatric
• Pada kehamilan 
• Kebanyakan steroid topikal dinilai oleh US Food dan Drug Administration
sebagai obat kategori C
• Mild and moderade topikal kortikosteroid  tidak ada efek signifikan pada
wanita hamil
• High potency topikal kortikosteroid  risiko rendah BBLR, boleh digunakan
dalam jangka pendek
Pemilihan jenis kortikosteroid topikal

• Dipilih yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah
• Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu jenis penyakit kulit, jenis
vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas/tidaknya lesi,
dalam/dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi.
• Vehikulum/base terdiri atas ointment, cream, lotions gel, dan foams.
Cara aplikasi

• Pada umumnya dianjurkan pemakaian salap 2-3 x/hari sampai penyakit tersebut
sembuh.
• Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis  ialah menurunnya respons
kulit terhadap glukkortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang, berupa
toleransi akut yang berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang, setelah
diistirahatkan beberapa hari efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan
menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan
Lama pemakaian

• Durasi pengobatan kortikosteroid topikal tergantung potensi kortikosteroid yang digunakan dan
kondisi klinis pasien.
• Secara umum pemberian kortikosteroid superpoten tidak dapat digunakan lebih dari 2 minggu, dan
tidak lebih dari 45-60 gram per minggu.
• kortikosteroid potensi tinggi digunakan selama 2 minggu disarankan untuk melakukan tapering off
supaya menghindari terjadinya efek samping yang tidak diinginkan
• Lama pemakian steroid topikal sebagiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid potensi lemah
Efek samping kortikosteroid topikal

• Efek samping terjadi bila :


1. penggunaan K.T. yang lama dan berlebihan
2. pengunaan K.T. dengan potensi kuat atau sangat kuat atau pengunaan secara
oklusif.
Harus diingat bahwa makin tinggi potensi K.T makin cepat terjadinya efek samping.
Gejala efek samping  Atrofi, Strie atrofise, Telangiektasis, Purpura, Dermatosis
akneformis, Hipertrikosis setempat, Hipopigmentasi, Dermatitis perioral,
Menghambat penyembuhan ulkus, lnfeksi mudah terjadi dan meluas, Gambaran
klinis penyakit infeksi menjadi kabur
Efek samping kortikosteroid topikal

• Komplikasi lokal yang paling sering terjadi akibat


kortikosteroid topikal adalah atrofi kulit yang
disebabkan oleh efek antimitotik kortikosteroid
• atrofi kulit dapat dilihat dengan gambaran
eritema, talangesia, dan purpura.
• Area yang paling sering beresiko adalah area
intertriginosa dan pada daerah wajah.
• selain atrofi dapat juga terjadi takifilaksis kondisi
dimana kulit menjadi kurang sensitif/
membentuk toleransi terhadap kortikosteroid
topikal
Pencegahan Efek samping

• Efek samping sistemik jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan
ialah jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi.
• Pada bayi kulit masih tipis, hendaknya dipakai K.T. yang lemah.
• Pada kelainan akut dipakai K.T. yang lemah.
• Pada kelainan subakut digunakanan K.T. sedang
• Pada kelainan kronis dan tebal dipakai K.T. kuat.
• Bila telah membalik pengolesan dikurangi, yang semula dua kali sehari menjadi
sekali sehari atau diganti dengan K.T. sedang/lemah untuk mencegah efek
samping.
Kortikostreoid Sistemik

• Kortikosteroid sistemik merupakan agen antiinflamatory dan immunosupresif


yang poten yang biasa digunakanpada kelainan deramatologiy berat.
• Pemakaian dosis tinggi, durasi lama dan frekuensi yang sering dapat
meningkatkan kejadian komplikasi
• Intralesi, IM, IV, topical dan oral merupakan rute kortikosteroid yang dapat
digunakan
• Dalam pemakaian steroid perlu ada pemantauan akan efek samping sistemik
• Glucocorticoid-induced osteoporosis dapat terjadi pada awal terapi, dan harus di
tatalaksana secara agresif pada semua pasien yang memakai steroid jangka
Panjang.
Mekanisme Kerja

3 Mekanisme Kerja Kortikosteroid


• Efek langsung terhadap ekspresi gen : limitasi produksi dari prostaglandin dan
leukotriene
• Efek tidak langsung terhadap ekspresi gen : menurunkan sintesis dari molekul
pro-inflamasi (sitokin, interleukin, protease)
• Glucocorticoid receptor mediate effect pada jaras PI3K-AKT-eNOS.
Indikasi
Mekanisme Kerja

3 Mekanisme Kerja Kortikosteroid


• Efek langsung terhadap ekspresi gen : limitasi produksi dari prostaglandin dan
leukotriene
• Efek tidak langsung terhadap ekspresi gen : menurunkan sintesis dari molekul
pro-inflamasi (sitokin, interleukin, protease)
• Glucocorticoid receptor mediate effect pada jaras PI3K-AKT-eNOS.
Efek Samping

Diet
• Rendah kalori, lemak, natrium
• Tinggi protein, kalium dan kalsium :
namun disesuaikan dengan
komorbiditas pasien
• Konsumsi alcohol, kafein, nikotin
dihindarkan
• Aktivitas Fisik di rekomendasikan
Efek Samping

Infeksi
• Terapi kortikosteroid dapat meningkatkan risiko pasien terhadap infeksi
• Pasien yang memakai kortikosteroid 15 mg atau lebih selama 1 bulan atau lebih
wajib di periksa untuk TBC.
Immunisasi
• Imunisasi dengan vaksin hidup dapat dilakukan jika pemakaian kortikosteroid
<2minggu / dosis kortikosteroid <20mg/hari / 2mg/kg pada pasien <10kg
• Immunisasi denga vaksin hidup tidak boleh dilakukan <1 bulan setelah menerima
kortikosteroid dosis tinggi >20 mg/hari selama lebih dari 2 minggu
Efek Samping

Supresi Adrenal
• Pasien yang mendapatkan
terapi kortikosteroid
selama lebih dari 2
minggu : supresi adrenal
harus di tapering off
untuk pemulihan dari
HPA axis

Anda mungkin juga menyukai