Anda di halaman 1dari 132

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM

REPRODUKSI

Disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen : Juliana,SST

Disusun Oleh :

1. Tanti Fajarini (2220111972 / 07)

2. Arum Tirta Ratnasari (2220111980 / 14)

3. Eni Ariyani (2220111987 / 21)

4. Megamurti Desiliawati (2220111995 / 28)

5. Nur Afni Apriliani (2220112002 / 35)

6. Rossa Sulistyowati (2220112009 / 42)

7. Yuniati (2220112016 / 49)

KELOMPOK 7

KELAS : 2C
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKKUSUMO

YOGYAKARTA, MARET 2013

ANATOMI FISIOLOGI

SISTEM

REPRODUKSI

A. Alat reproduksi laki-laki

Alat reproduksi laki-laki terdiri dari alat kelamin bagian luar dan alat
kelamin bagian dalam. Perhatikan gambar di bawah. Alat kelamin bagian luar terdiri
dari penis dan skrotum. Sedangkan alat kelamin bagian dalam terdiri dari
testis, epididimis, vas deferens, prostat, vesika seminalis, dan kelenjar bulbouretral.
Alat Reproduksi Pria

1. Testis

Testis disebut juga dengan buah zakar. Testis merupakan organ


kecil dengan diameter sekitar 5 cm pada orang dewasa. Testis
membutuhkan suhu lebih rendah dari suhu badan (36,7 oC) agar dapat
 berfungsi secara optimal. Oleh karena itu, testis terletak di luar tubuh di
dalam suatu kantong yang disebut skrotum. Ukuran dan posisi testis sebelah
kanan dan kiri berbeda. Testis berfungsi sebagai tempat pembentukan
sperma (spermatogenesis). Spermatogenesis pada manusia berlangsung
selama 2 – 3 minggu. Bentuk sperma sangat kecil dan hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop. Sperma berbentuk seperti kecebong,
dapat bergerak sendiri dengan ekornya.

Testis juga memiliki tanggung jawab lain, yaitu membuat hormon


testosteron. Hormon ini merupakan hormon yang sangat bertanggung jawab
atas perubahan anak laki-laki menjadi dewasa. Membuat suara laki-laki
menjadi besar dan berat, dan berbagai perubahan lain yang memperlihatkan
 bahwa seorang anak telah beranjak dewasa.

2. Skrotum

Skrotum adalah kantong kulit yang melindungi testis dan berfungsi


sebagai tempat bergantungnya testis. Skrotum berwarna gelap dan berlipat-
lipat. Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak testis ke
dinding perut. Dalam menjalankan fungsinya, skrotum dapat mengubah
ukurannya. Jika suhu udara dingin, maka skrotum akan mengerut dan
menyebabkan testis lebih dekat dengan tubuh dan dengan demikian lebih
hangat. Sebaliknya pada cuaca panas, maka skrotum akan membesar dan
kendur. Akibatnya luas permukaan skrotum meningkat dan panas dapat
dikeluarkan.

3. Vas deferens

Vas deferens adalah sebuah tabung yang dibentuk dari otot. Vas
deferens membentang dari epididimis ke uretra. Vas deferens berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis.
Saluran ini bermuara dari epididimis. Saluran vas deferens menghubungkan
testis dengan kantong sperma. Kantong sperma ini berfungsi
untuk menampung sperma yang dihasilkan oleh testis.

4. Epididimis

Epididimis adalah saluran-saluran yang lebih kecil dari vas deferens.


Alat ini mempunyai bentuk berkelok-kelok dan membentuk bangunan
seperti topi. Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan sperma.

5. Kelenjar Asesoris
Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan
 berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar asesoris. Getah-getah
ini berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan
sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari
vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper.

a Vesikula seminalis

Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani)


merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang
kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma.

 b Kelenjar prostat

Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di


 bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah
yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan
untuk kelangsungan hidup sperma.

c Kelenjar Cowper 

Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang


salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan
getah yang bersifat alkali (basa).

6. Uretra

Uretra merupakan saluran sperma dan urine. Uretra berfungsi


membawa sperma dan urine ke luar tubuh.

7. Penis

Penis dibagi menjadi dua bagian, yaitu batang dan kepala penis. Pada
bagian kepala terdapat kulit yang menutupinya, disebut preputium. Kulit ini
diambil secara operatif saat melakukan sunat. Penis tidak 
mengandung tulang dan tidak terbentuk dari otot. Ukuran dan bentuk penis
 bervariasi, tetapi jika penis ereksi ukurannya hampir sama. Kemampuan
ereksi sangat berperan dalam fungsi reproduksi. Pada bagian dalam penis
terdapat saluran yang berfungsi mengeluarkan urine. Saluran ini
untuk mengalirkan sperma keluar. Jadi, fungsi penis sebagai alat
sanggama, saluran pengeluaran sperma, dan urine.

Sperma

Pada usia remaja (sekitar usia 12 – 13 tahun), umumnya organ


kelamin laki-laki telah mampu menghasilkan sel sperma. Biasanya ditandai
dengan mimpi dan keluarnya sel sperma (mimpi basah). Sel sperma
manusia memiliki panjang ±60 μm. Dalam satu tetes semen (air mani)
terdapat kurang lebih 200 – 500 juta sperma. Sel sperma dapat bergerak aktif
karena mempunyai flagela (ekor).

Proses Spermatogenesis

Proses pembentukan dan pemasakan sperma disebut spermatogenis.


Pada pembahasan sebelumnya dikatakan bahwa sperma dihasilkan oleh
testis. Spermatogenis terjadi di tubulus seminiferus testis. Dalam tubulus
tersebut terdapat sel sperma, yang disebut spermatogonium.
Spermatogonium kemudian membelah secara mitosis menghasilkan
spermatogonium yang haploid (Lihat gambar di bawah).
Spermatogenesis

Spermatogonium ini kemudian membesar membentuk spermatosit


 primer. Spermatosit primer seterusnya akan membelah secara meiosis I
untuk menghasilkan dua spermatosit sekunder yang haploid. Kemudian
setiap spermatosit sekunder akan membelah secara meiosis II
untuk menghasilkan dua spermatid yang hapolid. Sel-sel spermatid akan
 berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau sperma.

B. Alat reproduksi wanita

Saat dilahirkan seorang anak wanita telah mempunyai alat reproduksi yang
lengkap, tetapi belum berfungsi sepenuhnya. Alat reproduksi ini akan berfungsi
sepenuhnya saat seorang wanita telah memasuki masa pubertas. Alat reproduksi
wanita juga terdiri dari alat kelamin dalam dan alat kelamin luar. Alat kelamin
 bagian luar terdiri dari lubang vagina, labia mayora, labia minora, mons pubis dan
klitoris. Sedangkan pada alat kelamin bagian dalam terdapat ovarium, tuba falopii
(oviduk), dan uterus (rahim).
Female Reproductive System

1. Vulva

Vulva merupakan daerah yang menyelubungi vagina. Vulva terdiri


atas mons pubis, labia, klitoris, daerah ujung luar vagina, dan saluran
kemih. Mons pubis adalah gundukan jaringan lemak yang terdapat di

 bagian bawah perut. Daerah ini dapat dikenali dengan mudah karena
tertutup oleh rambut pubis. Rambut ini akan tumbuh saat seorang gadis
 beranjak dewasa. Labia adalah lipatan berbentuk seperti bibir yang terletak di
dasar mons pubis. Labia terdiri dari dua bibir, yaitu bibir luar dan bibir dalam.
Bibir luar disebut labium mayora, merupakan bibir yang tebal dan
 besar. Sedangkan bibir dalam disebut labium minora, merupakan bibir tipis
yang menjaga jalan masuk ke vagina. Klitoris terletak pada pertemuan
antara ke dua labia minora dan dasar mons pubis. Ukurannya sangat kecil
sebesar kacang polong, penuh dengan sel saraf sensorik dan pembuluh

darah. Alat ini sangat sensitif dan berperan besar dalam fungsi seksual.
2. Vagina

Vagina adalah saluran yang elastis, panjangnya sekitar 8-10 cm, dan
 berakhir pada rahim. Vagina dilalui darah pada saat menstruasi dan
merupakan jalan lahir. Karena terbentuk dari otot, vagina bisa melebar dan
menyempit. Kemampuan ini sangat hebat, terbukti pada saat melahirkan
vagina bisa melebar seukuran bayi yang melewatinya. Pada bagian ujung
yang terbuka, vagina ditutupi oleh sebuah selaput tipis yang dikenal dengan
istilah selaput dara. Bentuknya bisa berbeda-beda setiap wanita. Selaput ini
akan robek pada saat bersanggama, kecelakaan, masturbasi/onani yang
terlalu dalam, olah raga dan sebagainya.

3. Serviks

Serviks disebut juga dengan mulut rahim. Serviks ada pada bagian
terdepan dari rahim dan menonjol ke dalam vagina, sehingga berhubungan
dengan bagian vagina. Serviks memproduksi cairan berlendir. Pada sekitar waktu
ovulasi, mukus ini menjadi banyak, elastis, dan licin. Hal ini
membantu spermatozoa untuk mencapai uterus. Saluran yang berdinding
tebal ini akan menipis dan membuka saat proses persalinan dimulai.

4. Rahim

Rahim disebut juga uterus. Alat ini memiliki peranan yang besar 

dalam reproduksi wanita. Rahim berperan besar saat menstruasi hingga


melahirkan. Bentuk rahim seperti buah pear, berongga, dan berotot.
Sebelum hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6
cm kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu
membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Rahim berfungsi sebagai
tempat untuk perkembangan embrio menjadi janin. Dinding rahim memiliki
 banyak pembuluh darah sehingga dindingnya menebal ketika terjadi
 pertumbuhan janin. Rahim terdiri atas 3 lapisan, yaitu:

a Lapisan parametrium, merupakan lapisan paling luar dan yang


 berhubungan dengan rongga perut.
 b Lapisan miometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong
 bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi).

c Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat


menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri atas

lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.

5. Ovarium

Ovarium menghasilkan ovum. Ovarium disebut juga dengan indung


telur. Letak ovarium di sebelah kiri dan kanan rongga perut bagian bawah.
Ovarium berhasil memproduksi sel telur jika wanita telah dewasa dan
mengalami siklus menstruasi. Setelah sel telur masak, akan terjadi ovulasi
yaitu pelepasan sel telur dari ovarium. Ovulasi terjadi setiap 28 hari. Sel
telur 
disebut juga dengan ovum.

6. Tuba fallopi 

Tuba fallopi disebut juga dengan saluran telur. Saluran telur adalah
sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri rahim sepanjang +10 cm.
Saluran ini menghubungkan rahim dengan ovarium melalui fimbria. Ujung
yang satu dari tuba fallopii akan bermuara di rahim sedangkan ujung yang
lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke dalam rongga abdomen.

Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai dan bergerak bebas. Ujung ini
disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur saat dilepaskan oleh
ovarium. Dari fimbria, telur digerakkan oleh rambut-rambut halus yang
terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam rahim.

Proses Oogenesis

Proses pembentukan ovum disebut oogenesis dan terjadi di ovarium.


Pembentukan ovum diawali dengan pembelahan mitosis lapisan luar ovarium
untuk membentuk oogonium yang diploid. Setiap oogonium

dilapisi oleh sel folikel. Keseluruhan struktur ini disebut folikel primer.
Ketika folikel tumbuh, oosit primer membelah secara meiosis I
menghasilkan satu oosit sekunder dan badan kutub. Oosit sekunder kemudian
berkembang menjadi ovum haploid yang siap untuk dibuahi oleh
sperma.

Oogenesis

C. Fertilisasi dan Perkembangan Embrio

Fertilisasi adalah proses pembuahan. Ovum matang dilepas ovarium dan


ditangkap rumbai-rumbai pada corong tuba fallopi. Jika ada sperma masuk, maka
ovum dibuahi sperma. Ovum yang sudah dibuahi membentuk zigot, kemudian
zigot bergerak menuju rahim. Jika ovum tidak dibuahi sperma, jaringan dalam
dinding rahim yang telah menebal dan banyak pembuluh darah akan rusak dan
luruh sehingga terjadi menstruasi.
Bersamaan dengan terjadinya pematangan ovum, sel-sel dinding rahim
tumbuh menebal dan banyak pembuluh darah sehingga pada saat zigot datang dan
menempel tidak terjadi gangguan. Pematangan ovum dan penebalan dinding rahim
dipengaruhi hormon esterogen dan progesterone. Di rahim embrio berkembang
selama 9 bulan untuk menjadi bayi.

Perkembangan embrio:

1. Usia 4 minggu, sudah tampak pertumbuhan mata dan telinga.

embrio usia 4 minggu

2. Usia 8 minggu, sudah terbentuk janin yang mirip dengan bayi, mulai
tampak tangan, jari tangan, hidung, dan kaki.

embrio usia 8 minggu


3. Usia 10 minggu, panjang janin lebih kurang 6 cm dan sudah terlihat seperti
 bayi. Ukuran kepalanya lebih besar dari pada ukuran badan.
4. Usia 16 minggu, panjang janin telah mencapai 40 cm dan memilliki organ
yang sudah lengkap.

embrio usia 16 minggu

5. Usia 40 minggu, janin sudah siap untuk dilahirkan. Selama dalam rahim,
embrio mendapatkan nutrisi dari induknya melalui plasenta. Plasenta
mempunyai fungsi sebagai berikut.

a Menyalurkan zat makanan dari induk ke embrio.

 b Mengalirkan zat-zat sampah dari embrio ke dalam darah induknya.

c Melindungi janin dari berbagai zat racun atau kuman penyakit.

D. Siklus Menstruasi

Menstruasi disebut juga haid merupakan pendarahan yang terjadi akibat


luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium) yang banyak mengandung
 pembuluh darah. Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima pelekatan
embrio. Jika tidak terjadi pelekatan embrio, maka lapisan ini akan luruh, kemudian
darah keluar melalui serviks dan vagina. Pendarahan ini terjadi secara periodik,
 jarak waktu antara menstruasi yang satu dengan menstruasi berikutnya dikenal
dengan satu siklus menstruasi. Siklus menstruasi wanita berbeda-beda, namun rata-
rata berkisar 28 hari. Hari pertama menstruasi dinyatakan sebagai hari pertama siklus
menstruasi. Siklus ini terdiri atas 4 fase, yaitu:
1. Fase menstruasi 

Fase menstruasi ini terjadi jika ovum tidak dibuahi sperma, sehingga
korpus luteum menghentikan produksi hormon esterogen dan progesteron.
Turunnya kadar esterogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum
dari endometrium yang disertai robek dan luruhnya endometrium, sehingga
terjadi pendarahan. Fase menstruasi ini berlangsung kurang lebih 5 hari.
Darah yang keluar selama menstruasi berkisar antara 50-150 mili liter.

2. Fase pra-ovulasi 

Fase pra-ovulasi disebut juga dengan fase poliferasi. Pada fase ini
hormon pembebas gonadotropin yang dikeluarkan hipotalamus akan
memacu hipofise untuk mengeluarkan FSH. FSH singkatan dari folikel
stimulating hormon. FSH memacu pematangan folikel dan merangsang
folikel untuk mengeluarkan hormon esterogen. Adanya esterogen
menyebabkan pembentukan kembali (poliferasi) dinding endometrium.
Peningkatan kadar esterogen juga menyebabkan serviks
untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa. Lendir ini berfungsi
untuk menetralkan suasana asam pada vagina sehingga mendukung
kehidupan

sperma.

3. Fase ovulasi 

Jika siklus menstruasi seorang perempuan 28 hari, maka ovulasi


terjadi pada hari ke 14. Peningkatan kadar esterogen menghambat
 pengeluaran FSH, kemudian hipofise mengeluarkan LH. LH singkatan dari
luternizing hormon. Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit
sekunder dari folikel, peristiwa ini disebut ovulasi.

4. Fase pasca ovulasi 


Fase ini berlangsung selama 14 hari sebelum menstruasi
 berikutnya. Walaupun panjang siklus menstruasi berbeda-beda, fase pasca-
ovulasi ini selalu sama yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Folikel
de Graaf (folikel matang) yang telah melepaskan oosit sekunder akan
 berkerut dan menjadi korpus luteum. Korpus luteum mengeluarkan hormon
 progesteron dan masih mengeluarkan hormon esterogen namun
tidak sebanyak ketika berbentuk folikel. Progesteron mendukung kerja
esterogen untuk mempertebal dan menumbuhkan pembuluhpembuluh darah
pada endometrium serta mempersiapkan endometrium untuk menerima
pelekatan embrio jika terjadi pembuahan atau kehamilan. Jika tidak terjadi
 pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi korpus albikan yang
hanya sedikit mengeluarkan hormon, sehingga kadar progesteron dan
esterogen menjadi rendah. Keadaan ini menyebabkan terjadinya menstruasi
demikian seterusnya.
Perubahan Hormon Saat Menstruasi
HORMON- HORMON YANG BERPERAN DALAM SISTEM REPRODUKSI

A. FSH

Tubuh kita terdiri dari banyak cairan dan organ organ dalam tubuh seperti
organ hati,ginjal,jantung,paru-paru,dan yang lainnya tapi ada sesuatu yang
membuat kita bisa tahan akan virus dan lainnya itu di karenakan ada hormon yang
melindungi tubuh kita ada beberapa hormon yang melindungi tubuh yang membuat
metabolisme tubuh kita menjadi kebal virus dan bakteri atau lainya tapi lupakan itu
sejenak karena disini saya akan menjelaskan tentang hormon FSH atau Follical
Stimulating Hormon pada wanita mari kita mulai penjelasannya

FSH, atau hormon perangsang folikel, adalah hormon yang disekresi oleh
kelenjar hipofisis pada pria dan wanita. Ini adalah salah satu hormon yang paling
 penting karena bertanggung jawab atas masa pubertas dan juga diperlukan
untuk reproduksi pada manusia. Hormon ini melakukan tindakan yang berbeda
pada pria dan wanita. Mari kita lihat secara rinci.

Pada laki-laki FSH dihasilkan juga oleh kelenjar hipofisis anterior, hormon


ini berpengaruh terhadap sel-sel sertoli yang terletak di dalam tubulus siminiferus
yang berfungsi untuk memberi nutrien bagi sperma yang sedang berkembang yang
sangat mendukung spermatogenesis dari penyediaan bahan makanan bagi sperma.
dan pelepasan sel sperma yang telah matur. Perhatikan gambar di bawah ini baik-

 baik untuk mempelajari fungsi FSH


Pada perempuan fisiologis sistem reproduksi dipengaruhi oleh kelenjar 

utama hipofisis yang mensekresikan FSH. Kunci dari pembelajaran ini diawali
dari memahami kepanjangan FSH. FSH kependekan dari Folikel Stimulating
Hormon diartikan dalam bahasa Indonesia saya artikan menjadi hormon yang
merangsang perkembangan folikel. Artinya hormon ini bertanggung jawab
terhadap perkembangan folikel.

Selanjutnya kuasai konsep Folikel.

1. Folikel adalah "kantung membran" yang dihasilkan oleh ovarium sebagai


tempat pembentukan ovum. Jadi yang harus Anda pahami selanjutnya
adalah bahwa ovum berkembang di dalam sebuah folikel.
2. Folikel memiliki kemampuan untuk menghasilkan hormon dan bisa
tiumbuh dan berkembang. Hormon yang dihasilkan oleh folikel adalah
estrogen.

3. Folikel, setelah ovum masak dan keluar akan berubah menjadi korpus
luteum yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.

4. Korpus luteum setelah tidak fungsional akan disebut sebagai korpus albikan
dan menghsilkan estrogen dan progesteron dalam jumlah yang sangat
sedikit.
Setelah itu pelajari hubungan antar hormon

1. Hubungan antara FSH dan Estrogen adalah, Estrogen akan memberikan


 pengaruh umpan balik negatif terhadap FSH. Artinya yang semula FSH
akan merangsang peningkatan sekresi Estrogen, ketika estrogen terbentuk akan
menyebabkan penurunan sekresi FSH.
2. LH akan aktif ketika kondisi FSH pada batas terendah (FSH dibawah
 pengaruh umpan balik negatif Estrogen).

3. Progesteron akan menekan sekresi FSH dan LH sekaligus demikian


sebaliknya, jika progesteron meningkat maka FSH akan disekresikan. (LH
aktif saat FSH pada kondisi terendah, Estrogen menekan pengaruh FSH)

Untuk memahami hubungan di atas, kita langsung simulasi dengan proses


siklus menstruasi normal yang terjadi pada seorang wanita.Pertamax perhatikan
gambar dibawah ini
Gambar tersebut memberikan informasi mengenai keadaan pertumbuhan dan
 perkembangan folikel, kondisi hormon-hormon yang terlibat, dan perkembangan
dinding uterus(endometrium). Mari kita bahas.

1. Pada hari pertama menstruasi(pendarahan), pada saat yang bersamaan


folikel baru mulai terbentuk dan suhu wanita berada di sekitar 36 derajat
celcius. Pembentukan folikel ini dibawah pengaruh FSH(estradiol), jadi
kita dapat melihat bahwa hormon yang paling tinggi konsentrasinya
adalah estradiol(FSH). Dengan Adanya FSH maka folikel yang mulai

terbentuk akan mampu tumbuh dan berkembang.


2. Konsekuensi dari perkembangan folikel adalah folikel akan menghasilkan
estrogen yang jika meningkat konsentrasinya dapat menghambat/menekan
 pengaruh dari FSH. dapat diamati pada grafik perbandingan hormon-
hormon bahwa pada hari ke-7 dominansi estrogen mulai nampak dengan
 penurunan konsentrasi hormon FSH.

3. Hormon FSH akan semakin berkurang pengaruhnya karena peningkatan


hormon estrogen oleh folikel. hal ini terjadi hingga hari ke 12 dan 13.
hingga menyebabkan kondisi FSH mencapai batas yang terendah. Kondisi
ini memberikan kesempatan bagi LH untuk menunjukkan dominansi
selama FSH dalam keadaan terendah.

4. Maka ovulasipun terjadi karena LH, akan tetapi ovulasi ini memberikan
dampak negatif bagi progesteron dan FSH. Karena LH menyebabkan
ovulasi maka folikel berubah jadi corpus luteum yang memiliki
kemampuan mensekresi progesteron dan estrogen. Kehadiran progesteron
ini menekan FSH dan LH sekaligus. dampaknya bagi endometrium akan
semakin menebal dan kaya akan pembuluh darah.

5. Progersteron dan estrogen hanya mampu disintesis hanya dalam kurun


waktu tertentu oleh corpus luteum jika tidak segera dibuahi. Hingga pada
suatu saat yaitu hari ke-25, konsentrasinya menurun dan memberi
kesempatan untuk FSH kembali menunjukkan pengaruhnya. dan akhirnya
siklus berulang kembali.

Pada wanita, FSH merangsang folikel untuk produksi telur. Stimulasi dari
hasil folikel dalam ovulasi dan melepaskan telur dalam rahim. Oleh karena itu,
ditemukan bahwa tingkat FSH tertinggi selama waktu ovulasi pada wanita. FSH
 juga sangat penting karena kontrol siklus menstruasi pada wanita. Pada pria, FSH
yang penting untuk produksi sperma. Peningkatan atau penurunan tingkat FSH
menyebabkan komplikasi atau masalah pada laki-laki maupun perempuan. Di sini
kita akan melihat lebih lanjut tentang konsekuensi tingkat FSH rendah

1. Tingkat FSH Rendah


Defisiensi Gonadotropin adalah penurunan kadar FSH dan LH yang
 bersirkulasi. Defisiensi gonadotropin biasanya desebabkan oleh tekanan
tumor hipofisis dari jenis sel penghasil hormon lain terhadap sel penghasil
gonatropin. Sekresi berlebihan hormon kelenjar target, estrogen,
 progesteron, atau testoteron juga dapat bekerja dengan cara umpan balik negatif
sehingga menyebabkan defisiensi gonadotropin. Prolaktin
diketahui menghambat sekresi gonadotropin oleh hipofisis dan tumor 
 penyekresi prolaktin dapat menyebabkan dengan fisiensi gonadotropin.
Akhirnya, hipotalamus dapat menurunkan sekresi  gonadotropin-releasing hormone
selama periode stress fisik, obesitas, atau trauma emosisonal.

FSH penting untuk berfungsinya proses reproduksi pada manusia.


Oleh karena itu, ketika tingkat FSH turun jauh, hasil dalam fungsi normal
dari organ-organ reproduksi. Dalam beberapa kasus, juga dapat
menyebabkan kemandulan . Namun, orang tidak dapat menghubungkan
tingkat FSH rendah untuk infertilitas secara langsung. Tapi itu bisa
menjadi penyebab penting dari itu. Tingkat FSH lebih rendah pada wanita
dapat menyebabkan masalah dalam siklus menstruasi yang teratur. Dalam
kasus pria, itu mengarah ke jumlah sperma rendah, yang dapat menjadi
 penyebab infertilitas menonjol. Apa yang menyebabkan tingkat FSH
rendah?

a Penyebab

Kerusakan kelenjar pituitari adalah penyebab paling umum


dari tingkat FSH rendah pada pria dan wanita. Kelenjar pituitari
hadir di otak, maka, setiap trauma atau kerusakan pada kelenjar ini,
 penyakit seperti kanker otak, stroke, dll, dapat mengakibatkan
kerusakan kelenjar ini, dan akibatnya dalam penurunan produksi
FSH tersebut. Retardasi mental, sindrom Turner, kista ovarium,
meningitis, dll juga penyebab penting dari menurunkan kadar FSH
dalam tubuh. Di sisi lain, yang kurus, merokok, dan stres berlebih
 juga menciptakan ketidakseimbangan hormon FSH pada manusia.
b Gejala

Gejala tingkat FSH rendah mudah untuk mengidentifikasi.


Pada wanita, siklus menstruasi yang tidak teratur adalah gejala
yang paling signifikan dari ketidakseimbangan FSH. Selain itu,
 berat badan berlebih, keuntungan rambut dan pendalaman suara
adalah gejala lain dari tingkat FSH yang rendah pada wanita. Hal
ini penting untuk mengetahui hubungan antara rendahnya tingkat
FSH dan menopause pada wanita. Selama fase menopause, tingkat
FSH pada wanita tertinggi, sedangkan jika itu adalah rendah,
wanita belum ke dalam fase menopause . Di sisi lain, peningkatan
tinggi, ginekomastia dan penurunan jumlah rambut tubuh adalah
gejala FSH rendah pada pria.

c Gambaran Klinis

1) Amenore (tidak adanya periode mestruasi), atrofi vagina,


uterus, dan payudara pada wanita.

2) Atrofi testis dan penurunan pertumbuhan jenggot pada pria.

3) Pasien yang mngalami hipogonadisme hipogonadotropik menunjukkan


penurunan kadar testosteron dan gangguan
spermatogenesis.

d Perangkat Diagnostik 

Pemerikasaan darah lengkap yang mengukur kadar estrogen,


testosteron, dan gonadotropin akan memungkinkan diaknosis
kondisi dan lokasi masalah di tingkat SSP, ovarium atau testis

e Pengobatan

Meningkatkan tingkat FSH adalah pilihan pengobatan hanya


tersedia untuk mengobati kadar FSH rendah. Ada tes FSH yang
tersedia yang membantu dalam mendiagnosis apakah tingkat FSH
telah meningkat atau menurun. Suntikan FSH yang digunakan
yang merangsang fungsi hormon ini artifisial. Pada beberapa
orang, bahkan mungkin membantu dalam mengobati
ketidaksuburan. Namun, satu harus ingat bahwa suntikan FSH
tidak bertanggung jawab untuk mengobati infertilitas. Kedua,
terapi penggantian hormon (HRT) adalah salah satu metode yang
dikenal terbaik saat ini untuk mengobati ketidakseimbangan
hormon apapun. Terapi Testosteron juga merupakan teknik yang
efektif untuk mengobati ketidakseimbangan hormon pada pria.

Jika seseorang mengamati gejala-gejala yang disebutkan di


atas, ia / dia harus berkonsultasi dengan dokter segera untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut. Di sisi lain, orang harus ingat
 bahwa tingkat FSH yang rendah dapat dicegah dengan memiliki
diet seimbang dan mempertahankan gaya hidup sehat. Terakhir,
menghentikan merokok dan mengobati stres secara
efektif membantu untuk memiliki sehat dan panjang umur.

f Penatalaksaan

1) Pembadehan apabila terdapat tumor 

2) Penggantian gonadotropin, estrogen atau testosteron dapat


dipertimbangkan

3) Reduksi stres, kenaikan berat badan atau penurunan berat


 badan.

2. Tingkat FSH Tinggi

Tingginya kadar FSH pada wanita dapat menyebabkan hilangnya


fungsi ovarium / fungsi ovarium begitu rendah. bisa juga
menandakan sindrom ovarium polikistik atau dapat menunjukkan bahwa
segera menopause. Semua kondisi ini akan memiliki dampak negatif pada

kesuburan. Rendahnya tingkat hormon dapat menunjukkan bahwa telur tidak


diproduksi secara matang, bahwa kelenjar pituitari tidak berfungsi
dengan benar,bahwa ada tingkat signifikan terhadap stres atau bahwa
orang tersebut dengan berat badan yang menyebabkan masalah terjadi.

Kadar FSH terlalu tinggi atau terlalu rendah,itu bisa


menandakan masalah kesuburan untuk wanita yang dapat
mencegah konsepsi (kehamilan) untuk terjadi. Untuk wanita yang sudah
menstruasi (baligh), tingkat FSH normal selama fase folikular atau fase
luteal harus berkisar antara 5dan 20 IU / L (internasional unit
per liter.) Tepat sebelum ovulasis elama puncak pertengahan siklus,
tingkat FSH harus antara 30dan 50 IU / L. Jika seorang wanita pasca
menopause, kadar FSHnya akan secara alami lebih tinggi, pada 50 IU / L
atau lebih.

B. LH

Luteinizing Hormone (LH) adalah hormon gonadotropin pada hipofisis


anterior yang berperan pada stimulasi pematangan ovum (sel telur) dan ovulasi
(pengeluaran sel telur dari ovarium). Pada laki-laki, LH diperlukan
untuk spermatogenesis (fungsi sel Sertoli) dan produksi testosteron (fungsi sel
Leydig). Kadar LH normal untuk pria biasanya antara 7 dan 24 U / L. Pada
wanita, LH

diperlukan untuk produksi  estrogen, ketika estrogen mencapai puncak kritisnya,


 pituitari melepaskan LH (lonjakan LH), yang bersama  follicle stimulating hormone
(FSH) mempromosikan ovulasi (pelepasan sel telur dari folikel). Kadar LH normal
 bagi perempuan biasanya antara 6 dan 30 U / L. Berbeda dengan  Follicle
Stimulating Hormone  (FSH), kerja hormon ini tidak dipengaruhi oleh aktivitas
aktivin, inhibin dan hormon seks.

Luteinizing Hormone (LH) yang semakin banyak akan memicu ovulasi


(pengeluaran ovum) dari folikel sekaligus mengarahkan pembentukan korpus

luteum.
Dan dapat Meningkatkan jumlah Luteinizing Hormone (LH) ini sebagai
respon umpan balik positif dari estrogen saat Luteinizing Hormone (LH) yang
 berikatan dengan reseptornya.

Munculnya reseptor Luteinizing Hormone (LH) ini dipicu oleh pengeluaran


estrogen saat pertumbuhan folikel, khususnya sel granulosa, distimulasi oleh
 Follicle Stimulating Hormone

1. Fungsi Luteinizing Hormone ( LH )

a Untuk produksi sperma, sel telur, dan hormon seks

 b Mengendalikan fungsi reproduksi (pembentukan sperma &


sementum, pematangan sel telur, siklus menstruasi

c Mengendalikan ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut,


 pembentukan otot, tekstur & ketebalan kulit, suara dan bahkan
mungkin sifat kepribadian)

d Menginduksi ovulasi pada wanita, sehingga kadar LH rendah dapat


mencegah ovulasi. Hal ini akan mencegah kehamilan. Tingginya
kadar LH selama waktu yang salah dari siklus Anda juga dapat
 berkontribusi pada infertilitas, gangguan menstruasi dan ovulasi.

2. Kekurangan Luteinizing Hormone (LH)

Kekurangan LH akan menyebabkan Luruhnya dinding rahim dan


mengakibatkan menstruasi

3. Kelebihan Luteinizing Hormone (LH)

Kelebihan LH akan menyebabkan kuatnya dinding rahim dan


mengakibatkan telatnya menstruasi.

C. ESTROGEN
Hormon estrogen merupakan salah satu hormon steroid kelamin, karena
mempunyai struktur kimia berintikan steroid yang secara fisiologik sebagian
besar diproduksi oleh kelenjar endokrin sistem produksi wanita. Pria juga
memproduksi estrogen tetapi dalam jumlah jauh lebih sedikit, fungsi utamanya
berhubungan erat
 

dengan fungsi alat kelamin primer dan sekunder wanita.

Hal yang spesifik bagi hormon ini pada wanita usia subur ialah sekresinya
dari ovarium berlangsung secara siklik dan peranannya yang sangat penting dalam
mempersiapkan kehamilan.

Hormon ini juga berperan dalam proses perubahan habitus seorang anak 
 perempuan menjadi wanita dewasa, kemudian menjelang akhir masa reproduksi
 produksinya mulai menurun dan sekresinya tidak lagi bersifat siklik.

Hormon steroid termasuk ikatan hormon hidrogen, yang mempunyai


 bermacam-macam pengaruh yang khas, tergantung dari perbedaan dalam susunan
gugus metal, ikatan rangkap, hidroksi atau kelompok keton. Hormon ini termasuk zat
lipofil yang sedikit larut dalam air.

Pada tahun 1926  Loewe dan Frank   pertama kali melaporkan adanya
aktifitas estrogen dalam darah manusia, sedangkan  Frank dan Goldberger  pada
tahun yang sama berhasil menemukan kondisi “double peak”  selama
siklus menstruasi normal dengan menggunakan teknik bioassay. Pada tahun 1935
Mac. Corquodale  pertama kali mendapatkan kristal estradiol dari cairan
folikuler ovarium dan juga estron ditemukan dalam cairan folikel tetapi dalam
jumlah yang kecil.

Estogen alamiah yang terpenting adalah estradiol (E2), estron (E1), dan
estriol (E3). Secara biologis, estradiol adalah yang paling aktif. Perbandingan
khasiat biologis dari ketiga hormon tersebut E2 : E1 : E3 = 10 : 5 : 1.

1. SINTESIS ESTROGEN

Sintesis hormon estrogen terjadi didalam sel-sel theka dan sel-sel


granulose ovarium, dimana kolesterol merupakan zat pembakal dari
hormon ini, yang pembentukannya melalui beberapa serangkaian reaksi
enzimatik.

Pada tahun 1959  Ryan dan Smith mengemukakan hipotesa 2 sel


yakni mekanisme produksi hormon steroid dalam ovarium, hipotesa ini
untuk menerangkan kerja sama antara sel theka dan sel granulose dalam
 pembentukan hormon.

LH diketahui berperan dalam sel theka untuk meningkatkan


aktivitas enzim pembelah rantai sisi kolesterol melalui pengaktifan ATP
menjadi cAMP, dan dengan melalui beberapa proses reaksi enzimatik terbentuklah
androstenedion, kemudian androstenedion yang dibentuk dalam
sel theka berfungsi kedalam sel granulose, selanjutnya melakukan
aromatisasi membentuk estron dan estradiol 17 β.

Kolesterol sebagai pembakal (prekursor) steroid disimpan dalam


 jumlah yang banyak di sel-sel theka. Pematangan folikel yang
mengakibatkan meningkatnya biosintesa steroid dalam folikel diatur oleh
hormon gonadotropin.

Selama pembentukkan hormon steroid, jumlah atom karbon didalam


kolesterol atau didalam molekul steroid lainnya dapat diproduksikan tapi
tidak pernah ditingkatkan proses pembentukan hormon steroid dapat
terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut :

a Reaksi desmolase : pemecahan / pembelahan rantai samping.


 b Konversi kelompok hidroksi menjadi keton atau kelompok keton
menjadi kelompok hidroksil : reaksi dehidrogenase.

c Reaksi hidroksilasi : perubahan kelompok OH.

d Pemindahan hidrogen : terbentuknya ikatan ganda

e Saturasi : penambahan hidrogen untuk mengurangi ikatan ganda.


Kolesterol mengandung 27 atom karbon, setelah hidroksilasi dari
kolesterol pada atom C20 dan atom C22 terjadi pemecahan rantai samping
menjadi bentuk pregnenolon dan asam isocaproat, pemecahan ini di
samping adanya enzim 20β hidroksilasi dan 22 β hidroksilasi juga adanya

 peran LH dalam meningkatkan aktivitas enzim.


Dari pregnenolan proses pembentukkan estrogen ada 2 cara yaitu :
a Melalui Δ5 – 3 β hidroksi steroid Pathway / Pregnenolon pathway
 b Melalui Δ4 – 3 β ketone pathway / Progesteron pathway
Cara yang pertama melalui pembentukan dehidroepiandrosteron,
sedangkan cara yang kedua melalui pembentukan progesterone, (gambar 5).
Progesteron dibentuk dari pregnenolon melalui penghilangan atom
hydrogen dari C3 dan pergeseran ikatan ganda dari cincin B pada posisi 5-6
ke cincin A pada posisi 4-5, perubahan ini oleh adanya bantuan enzyme 3
4-5

β hidroksi dehidrogenase dan Δ isomerase, selanjutnya dengan bantuan


enzyme 17α hidroksilase, progesteron akan diubah menjadi 17 hidroksi
 progesterone yang kemudian mengalami demolase menjadi
bentuk testoteron,
yang selanjutnya testosterone mengalami aromatisasi
(pembentukan gugus hidroksi fenolik pada atom C3 ) menjadi estradiol
(E2), sedangkan androstenedion juga dapat mengalami aromatisasi
membentuk eston (E1) Proses aromatisasi androstenedion dipengaruhi juga
oleh FSH. Sedangkan pembentukan estrogen melalui pembentukkan
dehidroepiandrossteron yaitu dengan cara perubahan pregnenolon menjadi
17 hidroksi pregnenolon dengan bantuan enzim 17α hidroksilase, yang
kemudian 17 hidroksi pregnenolon mengalami desmolase
membentuk dehidroepiandrosteron. Dengan bantuan enzim 3β OH dehidrogenase serta
Δ4-5 isomerase, dehidroepiandrosteron diubah menjadi androstenedion
dengan cara penghilangan hydrogen dan atom C3 serta pergeseran ikatan
ganda dari cincin B (posisi 5-6) kecincin A (posisi 4-5), proses selanjutnya
sintesis hormon estrogen sama halnya seperti yang diperlihatkan melalui
 pembentukan progesteron.
Pada wanita masa reproduksi, estradiol diproduksi sebanyak 0,09-
0,25 mg/hari, estron 0,11-0,26 mg/hari. Kadar estradiol dalam darah
 berkisar antara 20-500 pg/ml dan estron 50-400 pg/ml, sedangkan pada
wanita masa menopause kadar estrdiol dibawah 10 pg/ml, dan kadar estron
dibawah 30 pg/ml, sebagai perbandingan diketahui kadar estradiol pada
laki-laki berkisar antara 15-25 pg/ml dan kadar estron 40-75 pg/ml.
Kadar estradiol mencapai puncaknya pada saat 2 hari sebelum

ovulasi dengan kadar mencapai 150-400 pg/ml. Setelah ovulasi kadar estradiol


menurun, untuk kemudian meningkat lagi sampai kira-kira hari
ke 21, selanjutnya hormon ini menurun lagi sampai akhir siklus.
Seperti diketahui zat awal untuk sintesis hormon steroid terdapat di
semua kelenjar hormon steroid, hormon mana yang pasti dan dimana akan
dihasilkan tergantung dari :
a Reseptor yang tersedia untuk pengaturan hormon (ACTH, FSH,
LH)
 b Enzim yang dominan untuk perubahan-perubahan susunan molekul

steroid dalam setiap kelenjar hormon.


2. SUMBER-SUMBER ESTROGEN

Sumber utama estradiol pada wanita adalah sel-sel teka dan


granulosa ovarium dan turunan luteinisasi dari sel-sel ini. Berdasarkan
teori sintesis estrogen kedua sel ini, sel-sel teka mensekresikan androgen
yang menyebar ke sel-sel granulosa teraromarisasi menjadi estrogen.
Kedua bentuk sel ini mungkin mampu untuk membentuk androgen dan
estrogen. Estron dan estriol utamanya dibentuk di hati dari estradiol.

Aktivitas aromatase juga telah terdeteksi pada otot, lemak, jaringan


saraf, dan sel-sel Leydig dari testes. Selama kehamilan, estriol disintesis di
sinsisiotrofoblas oleh aromatisasi dari 16αhidroksiandrostenedion. Ikatan
selanjutnya berasal dari 16α-hidroksiepiandrosteron sulfat diubah menjadi
dehidroepiandrosterone sulfat yang dihasilkan di kelenjar adrenal janin.
Kombinasi kelenjar adrenal janin dan hati dan plasenta telah dirujuk sebagai
“unit fetoplasenta dari biosintesis steroid”.
Dua cara pembentukan estrogen

3. AKSI MOLEKULER ESTROGEN

Kerja utama estrogen yang spesifik ditentukan oleh struktur hormon,


subtipe atau isoform reseptor estrogen yang terlibat, karakteristik 
 promotor gen target dan keseimbangan koaktivator dan koreseptor yang
memodulasi respon transkripsional akhir dengan kompleks estrogen dan
reseptor estrogen.
Sintesis ovarium, transport dan metabolisme estrogen

4. AKSI FISIOLOGIS ESTROGEN

Estrogen menstimulasi pertumbuhan, aliran darah, dan retensi air 


 pada organ seksual dan juga terlibat dalam penyebab kanker payudara dan
kanker endometrium. Pada hati, estrogen meningkatkan
reseptor lipoprotein, menghasilkan penurunan konsentrasi serum dari
kolesterol low-density lipoprotein. Pada tulisan lainnya, estrogen
meningkatkan
 potensial koagulasi. Pada saluran cerna, estrogen bisa sebagai pelindung
melawan kanker kolon. Pada penuaan kulit, estrogen meningkatkan turgor dan
produksi kolagen serta mengurangi kerutan yang dalam gambar di
 bawah.

a PADA PAYUDARA

Unit lobuler saluran terminal dari jaringan payudara wanita-


wanita muda sangat responsif dengan estrogen. Pada jaringan
 payudara, estrogen menstimulasi pertumbuhan dan diferensiasi
saluran epitelium, menginduksi aktivitas mitotik saluran sel-sel
silindris, dan menstimulasi pertumbuhan jaringan penyambung.
Estrogen juga menghasilkan efek seperti histamin pada
mikrosirkulasi payudara. Densitas reseptor estrogen pada jaringan

 payudara sangat tinggi pada fase folikuler dari siklus menstruasi


dan menurun setelah ovulasi. Estrogen menstimulasi pertumbuhan
sel-sel kanker payudara. Pada wanita-wanita postmenopause
dengan kanker payudara, konsentrasi estradiol tumor tinggi, karena
aromatisasi in situ, meskipun adanya keonsentrasi estradiol serum
yang rendah.

 b PADA SISTEM SARAF PUSAT

Hipotesis aromatisasi otak mengajukan bahwa diferensiasi


seksual pada otak- yaitu kemampuan estrogen untuk menyebabkan
 pelepasan sekresi gonadotropin pada wanita-wanita- tergantung
 pada konversi lokal androgen menjadi estrogen. Rata-rata
aromatisasi androgen menjadi estrogen pada otak rendah jika
dibandingkan dengan jaringan-jaringan lainnya, tetapi setidaknya,
 produksi estrogen lokal dipercaya memiliki aksi penting. Salah
satu contoh dari aksi sinergistis estrogen ini dengan neurotrofins
yang direfleksikan pada regulasi reseptor resiprokal atau jalur-jalur sinyal
berpasangan.2,9,10,13

Pada kehidupan selanjutnya, estrogen diduga memiliki aksi


neuroprotektif. Pada jaringan otak dari tikus dewasa, estrogen
menginduksi pembentukan ulang dendrit dan sinaptik dan
menyebabkan aktivasi glial. Pada saraf-saraf hippokampus, suatu
area yang melibatkan memori, estrogen meningkatkan densitas dari
reseptor  N-  metil-D-aspartat dan meningkatkan sensitivitas
saraf 

untuk masukan yang dimediasi oleh reseptor-reseptor ini.


Pada kultur sel-sel neuroblastoma manusia, estrogen
memiliki efek neuroprotektif dan mereduksi generasi peptida beta-
amiloid. Beberapa data epidemiologis mendukung bahwa pada
wanita-wanita postmenopause, defisiensi estrogen berhubungan
dengan penurunan fungsi kognitif dan meningkatkan risiko
 penyakit Alzheimer. Bagaimanapun, pada uji terandomisasi,
 pemberian estrogen tidak memiliki efek menguntungkan pada
wanita-wanita yang menderita penyakit Alzheimer.

c PADA PEMBULUH DARAH

Estrogen diduga menjadi agen-agen vasoprotektif alami.


Reseptor estrogen telah terdeteksi pada sel-sel otot polos arteri
koroner dan sel-sel endometrium pada berbagai tempat. Estrogen
menyebabkan vasodilatasi jangka pendek dengan meningkatkan
 pembentukan dan pelepasan nitrat oksida dan prostasiklin pada sel-
sel endotelial. Juga menurunkan tonus otot-otot polos vaskuler dengan
pembukaan saluran kalsium spesifik melalui mekanisme
yang tergantung pada siklik guanosin monofosfat. Peranan
 protektif estrogen melawan aterosklerosis didukung dengan
 penemuan bahwa pengobatan estrogen menurunkan progresi
aterosklerosis arteri koroner pada monyet-monyet yang telah
diooforektomi. Bagaimanapun juga, tidak ada efek pada
keberadaan awal plak-plak. Pada tingkat seluler, estrogen
menghambat apoptosis sel-sel endotelial dan mempromosikan
aktivitas angiogenisnya in vitro.

Walaupun penemuan ini ada, salah satu dari pertanyaan


 penting pada kesehatan wanita- apakah pengobatan estrogen pada
 periode postmenopause mencegah aterosklerosis- masih
kontroversial. Penemuan yang dapat membantu dari studi-studi
epidemiologis harus diseimbangkan dengan lemahnya keuntungan
estrogen untuk proteksi sekunder melawan penyakit kardiovaskuler 

 pada jantung dan Studi Sulih Progestin/Estrogen.


d PADA TULANG

Kedua osteoklas dan osteoblas mengekspresikan


reseptor estrogen dan merupakan target langsung untuk estrogen, tetapi
keseluruhan, estrogen diklasifikasikan sebagai agen-agen
antiresoptif. Estrogen secara langsung menghambat fungsi
osteoklas. Pada tikus yang diooforektomi, defisiensi estrogen
meningkatkan produksi interleukin-6, interleukin-1, dan tumor 

nekrosis faktor pada osteoblas dan sel-sel stromal turunan tulang


lainnya. Faktor-faktor ini secara tidak 2,9,10,13

Langsung menstimulasi diferensiasi osteoklas. Pada


ekstrak tulang dari wanita-wanita postmenopause dengan osteoporosis,
konsentrasi interleukin-6 dan interleukin-1 mRNA juga tinggi.
Defisiensi estrogen dikenal untuk mengakselerasikan
 pengeroposan tulang dan meningkatkan suseptibilitas untuk fraktur.
Terapi estrogen mengurangi pengeroposan tulang dan
mereduksi risiko fraktur pada wanita-wanita dengan osteoporosis
dan selanjutnya tanpa kondisi ini untuk lamanya terapi.
Efek-efek estrogen pada system organ yang berbeda

Estrogen dalam tubuh memang sangat mempunyai banyak 


 peranan penting dalam sistem reproduksi, namun apabila
kadar estrogen ini mengalami penurunan ataupun berlebih dalam
tubuh kita akan mengalami suatu gangguan yaitu:

1) Apabila kadar estrogen tubuh mengalami penurunan maka


 pada wanita akan mengalami gangguan pada siklus
menstruasi dan pada laki-laki akan mengalami pada
 pertumbuhan alat kelamin sekundernya.

2) Apabila kadar estrogen dalam tubuh mengalami kelebihan


maka akan terbentuknya FAM (Fibro Adenoma Mammae).

D. PROGESTERON

1. Definisi Hormon Progesteron

Hormon (dari bahasa Yunani: horman - “yang menggerakkan”)


adalah pembawa pesan kimiawi antarsel atau antar kelompok sel.
Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin
yang mempunyai efek tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh.
Hormon seks merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar seks dan
kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Mereka secara

sebagian bertanggungjawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan


 bagi perkembangan organ seks yang normal. Mereka juga memulai
 pubertas dan kemudian memainkan peran dalam pengaturan perilaku
seksual.

Karena sekresinya yang akan masuk aliran darah dan mengikuti


 peredaran darah ke seluruh tubuh maka apabila hormone telah sampai
 pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya
 perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf.
Perubahan yang dikontrol oleh hormon biasanya merupakan perubahan
yang memerlukan waktu panjang. Contohnya pertumbuhan dan
 pemasakan seksual.

2. Fungsi Hormon Progesteron

a Siklus haid

1) Mengatur siklus menstruasi bersama dengan hormon


estrogen dengan melalui feedback mekanisme terhadap
FSH dan LH. Sekresi secara bergantian hormon-hormon ini
menentukan siklus menstruasi.

2) Mempertebal dinding endometrium untuk persiapan proses


implantasi jika terjadi fertilisasi antara ovum dan sperma.

 b Masa kehamilan

1) Ketersediaan progesteron dalam jumlah yang cukup pada


masa awal kehamilan sangat penting peranannya, terutama
dalam menghambat kontaraksi uterus. Hal ini dibutuhkan
sehubungan dengan usaha untuk mempertahankan janin

muda yang baru berimplantasi di uterus gar tidak terjadi


kelahiran premature atau keguguran.
2) Menurunkan gairah seksual selama kehamilan trimester I.
Fungsi ini dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi
 janin karena keadaan janin yang masih rentan terhadap
 benturan.

3) Membantu mempersiapkan payudara untuk proses laktasi.

4) Meningkatkan suhu tubuh dan respitasi rate, sebagai bentuk 


 penyesuaian terhadap masa awal kehamilan.

5) Mengentalkan secret vagina, sebagai proteksi tambahan


terhadap kemungkinan infeksi.

3. Terapi

a Penyakit

1) Trauma kepala berat

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh dr.


David Wright dari Associate professor of emergency
medicine university of Emory Atlanta, progesteron
memiliki kemampuan untuk meningkatkan perkembangan
normal neuron otak serta memiliki efek protektif terhadap
 jaringan otak yang rusak. Sehingga progesteron dapat

menurunkan resiko kematian pada pasien trauma kepala.

Hal ini memungkinkan progeteron menjadi terapi lini


 pertama pada kasus trauma kepala.

2) Membantu proses penyembuhan

Progesteron mampu membantu proses penyembuhan


terutama pada penderita Multiple Sclerosis. Progesteron
 bekerja dengan mengatur fungsi kolagen saraf dan serabut
myelin.

3) Mampu menurunkan resiko terjadinya kanker rahin dan


 payudara.
Saat masa laktasi, kadar hormon progesteron dalam
tubuh meningkat, oleh karena itu wanita yang menyusui
selama paling sedikit 6 bulan berturut–turut serta wanita
yang telah hamil beberapa kali, akan mengurangi resiko

terkena kanker payudara. Sedangkan pada rahim,


 progesteron bekerja mencegah terjadinya kanker rahim
dengan mengatur efek paparan esterogen dalam rahim

 b Reproduksi

Selain memiliki fungsi seperti ayng telah dipaparkan diatas


 progesterone juga dapat digunakan sebagai slah satu pilihan dalam
 penggunaan kontrasepsi, terutama kontarasepsi hormonal.

Berikut berbagai pilihan kontarsepsi hormonal dengan progesteron


:

1) Kontrasepsi oral : POP (progesterone only pill)

2) Suntikan : 3 bulan (progesterone only)

3) Mengontrol perdarahan anovulasi

4. Sumber Progesteron
Selain progesteron sintetik seperti yang umumnya kita temukan
dalam obat-obatan, progesteron juga bisa didapatkan secara alami yaitu

dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung progesteron. Makanan


tersebut antara lain :
a Vit E : dosis 150 IU per hari
 b Umbi-umbian
c Kuning telur d
Susu sapi
e Daging ayam
5. Kekurangan Progesterone dan Hal-Hal Yang Mempengaruhinya
a Deteksi kekurangan hormon progesterone

1) Anamnesa
Merujuk pada fungsi-fungsi hormon progesteron yang
telah dipaparkan sebelumnya, maka ada beberapa
 pertanyaan dalam proses anamnesa yang dapat ditanyakan
kepada pasien, yang dalam hal ini dapat membimbing kita

untuk memahami gambaran konsentrasi progestseron


dalam tubuh pasien.
Pertanyaan tersebut antara lain :
a) Apakah pasien merasakan kecemasan berlebih ?
 b) Apakah pasien mengalami kepanikan dan gelisah ?
c) Adakah keluhan insomnia ?
d) Adakah keadaan payudara yang membengkak serta
nyeri payudara berebih saat menstruasi ?
e) Adakah sikap agresif dan migraine serta nyeri perut

 bawah sebelum menstruasi?


f) Apakah terjadi penurunan gairah seksual ?
g) Apakah pasien pernah mengalami keguguran
sebelumnya ?
Bila pasien memiliki tanda-tanda seperti disebutkan
diatas, maka pemeriksa dapat mencurigai kemungkinan
 pasien mengalami kekurangan hormon progesterone
2) Pemeriksaan Fisik 
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan lanjutan yang

harus dilakukan oleh pemeriksa setelah menemukan


kemungkinan kekurangan progesteron pada pasien melalui
 proses anamnesa sebelumnya.
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan antara lain :
a) Menilai tanda-tanda kekurangan cairan .
Tanda ini biasanya tidak spesifik dan mudah
untuk dikenali, tetapi dapat menjadi gejala awal
yang menjadi pertimbangan pemeriksa.
 b) Menilai tampilan otot wajah pasien
Pasien yang mengalami kekurangan progesteron
cenderung memiliki otaot wajah yang tampak tegang.
b Efek kekurangan hormon progesterone

Melihat dari betapa besar fungsi hormon progesteron dalam tubuh,


maka kekurangan progesteron dapat sangat berpengaruh bagi
 penderita. Pengaruh-pengaruh yang mungkin terjadi antara lain :
1) Pengaruh umum
a) Terganggunya siklus menstruasi
 b) Nyeri berlebihan selama siklus menstruasi
c) Tidak terjadinya ovulasi
d) Meningkatnya resiko keguguran
e) Meningkatnya stres dan rasa tidak nyaman selama

kehamilan, terutama pada trimester I.


f) Gangguan tidur (insomnia) yang dapat berakibat
 buruk pada perkembangan janin.
g) Menurunnya daya ingat
h) Keringnya mukosa vagina
i) Nyeri sendi dan infeksi saluran kencing
2) Pasca persalinan
a) Depresi
Selama hamil, kadar progesteron selalu

terjaga karena tubuh terus menerus menghasilkan


hormon ini melalui plasenta. Setelah melahirkan,
 plasenta berhenti memproduksi sehingga kadar 
 progesteron mendadak turun. Menurut penelitian
yang dilakukan  NaProTechnology, penurunan
kadar progesteron berkaitan dengan terjadinya
depresi setelah melahirkan ( postpartum
depression). Kadang-kadang depresi yang ditandai
dengan gejala selalu sedih dan gelisah serta mudah

menangis ini bisa berlangsung hingga 6 bulan.


 b) Retensi cairan
Retensi atau penumpukan cairan sering terjadi
setelah melahirkan, sebagai akibat dari
 berkurangnya kadar progesteron. Biasanya kondisi
ini ditandai dengan pembengkakan (edema)

terutama dibagian kaki dan tangan. Hal ini terjadi


karena pada siklus normal, progesteron juga
 berfungsi sebagai diuretic. Oleh progesteron,
kelebihan carain yang terdapat dibeberapa jaringan
tubuh akan dikeluarkan melalui urin.
c) Siklus menstruasi yang tidak teratur 
Dalam siklus yang normal, menstruasi terjadi
ketika kadar progesteron mendadak turun sebagai
sinyal bagi dinding rahim untuk luruh. Kekurangan

 progesteron menyebabkan dinding rahim tidak luruh


tepat pada waktunya, karena perubahan
komposisi hormonal tidak terjadi secara drastis.
Gangguan pada siklus menstruasi merupakan
keluhan yang sering dialami para ibu setelah
melahirkan. Selain kadar hormon progesteron
 belum normal, produksi Air Susu Ibu (ASI) juga
sering dituding sebagai pemicunya
c Penyebab kekurangan hormon progesterone

1) Stres
Aktifitas yang padat dan beban kerja yang berat
dapat menimbulkan stres. Hal inilah yang memicu
terhentinya produksi hormon sehingga menyebabkan
terjadinya kekurangan progesteron.

2) Diet
Pola makan sehari-hari juga memberikan kontribusi

dalam ketidakseimbangan hormon. Hal ini terjadi karena


kebiasaan mengkonsumsi makanan yang secara tidak 
langsung mengandung estrogen, seperti daging ayam, sapi,
serta babi yang diternakkan yang diberikan makanan
tambahan berupa hormon estrogen demi memepercepat
 pertumbuhannya.

3) Kontrasepsi
Kebanyakan pil kontasepsi menggunakan progestin
sebagai terapi pengganti hormon. Progestin memiliki sifat
yang ridak sama dengan progesteron alami, sehingga
hanya akan memicu meningkatnya kadar hormon estrogen
didalam tubuh.
4) Lingkungan
Tanpa kita sadari tubuh kita sehari-hari telah
banyak menerima
paparan estrogen sintesis seperti yang

terkandung dalam deterjen, pestisida serta berbagai macam


 produk perawatan kecantikan. Stimulus paparan yang
terjasi secara terus-menerus ini memberikan dampak negatif
terhadap reseptor estrogen dalam tubuh, sehingga
menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang mengacu
 pada keadaan estrogen dominan.
6. Kelebihan Progesteron
a Pengaruh kelebihan hormon progesterone
1) Pasien tampak kelelahan

2) Kehiangan gairah seksual


3) Ketidakstabilan emosi
4) Kembung dan nafsu makan berkurang
5) Siklus menstruasi tidak teratur 
b Penyebab kelebihan hormon progesteron
Progesteron hanya akan berada dalam keadaan over supply
apabila pasien mengkonsumsi suplemen serta obat-obatan yang
mengandung progesteron dalam dosis yang tinggi, yang dalam hal
ini tidak sesuai dengan kebutuhan.

7. Penanganan
a Kelebihan
Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek
buruk kelebihan progesteron adalah dengan meninjau kembali jenis,
dosis serta lama pemberian terapi progesterone dan
menyesuaikannya dengan kebutuhan pasien.

 b Kekurangan
Pada keadaan kekurangan hormon progesteron, selain
dengan mengkonsumsi progesterone tambahan, hal terpenting
adalah dengan melakukan koreksi dominasi estrogen, sehingga
dapat mengembalikan keseimbangan hormon.

E. TESTOSTERON

Hormon laki-laki, testosteron, dan hormon-hormon perempuan, estrogen


dan progesteron, terbentuk dari bahan dasar yang sama, kolesterol. Testosteron
adalah zat androgen utama yang disintesis dalam testis, ovarium, dan anak ginjal.
Testosteron (C19H28O2) adalah molekul yang dibentuk dari atom-atom karbon,
hidrogen dan oksigen. Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen.
Penghasil utamanya adalah testis pada jantan dan indung telur pada wanita. Sel-sel
Leydig dari testis distimulasi oleh LH untuk menghasilkan testosteron sbanyak 2,5-
11 mg sehari. Produksi testosteron mencapai puncaknya sekitar usia 25 tahun, lalu
menurun drastic pada usia 40 tahun . DHEA (dehidro-epi-androsteron) dan
androstendion merupakan prekursor testosteron yang dibentuk oleh anak ginjal.

Gambar : struktur bangun Testosteron


Gambar : sel Leydig

Testosteron dihasilkan oleh hormon LH yang dilepaskan kelenjar pituitari.


Tetapi, hormon LH dikendalikan oleh testosteron sebagaimana testosteron
dikendalikan oleh LH. Saat jumlahnya di dalam darah meningkat, molekul
testosteron melakukan tekanan pada kelenjar pituitari yang menyebabkan kelenjar itu
menghentikan produksi LH. Hanya ketika jumlah testosteron menurun
 produksi LH dimulai lagi. LH yang dihasilkan mengaktifkan zakar dan
memerintahkan produksi tambahan agar menaikkan jumlah testosteron.
Gambar : Produksi Testosteron

1. Fungsi Testosteron

Baik bagi jantan atau betina, testosteron memiliki peranan penting


 pada kesehatan. Fungsinya adalah meningkatkan libido, fungsi imun,
energi, dan perlindungan dari osteoporosis.

 Namun pengaruh testosteron bagi pria lebih besar sebab pria


memproduksi hormon testosteron lebih banyak, yakni sekira 20 kali lipat
dari testosteron pada wanita. Bagi pria, testosteron merupakan hormon
seks yang punya peran penting dalam fungsi seksual, produksi sperma,
 pembentukan otot, dan intonasi suara.

Gambar : anatomi organ reproduksi pria


Gambar : salah satu fungsi testosterone yaitu dalam spermatogenesis

Riset membuktikan bahwa hormon testosteron dalam jumlah yang


normal sangat penting untuk mengurangi resiko diabetes dan penyakit
kardiovaskular/peredaran darah. Selain itu,pria yang kadar hormon
testosteronnya normal lebih panjang umur daripada pria yang kadar hormon
testosteronnya rendah.

Kadar testosteron yang normal adalah berada di kisaran 12 nmol/1


sampai 40 nmol/1. Jika kurang dari itu,maka mengidap sindrom kekurangan
testeron ( Testosterone Deficiency Syndrome/TDS ). Pada pria, testosteron

menyebabkan otot tubuh pria bisa terbentuk dan tumbuhnya rambut di


sekitar tubuh, juga meningkatkan libido dan agresivitas. Sementara estrogen
diproduksi secara signifikan dalam jumlah yang lebih tinggi pada wanita,
meskipun para peneliti percaya bahwa pria atau orang yang kurang
 produksi estrogennya, memiliki libido rendah.

Testosteron memiliki sejumlah khasiat fisiologi yang penting


sebagai berikut :

a Efek virilisasi. Testosteron bertanggung jawab atas ciri kelamin


 pria primer dan sekunder serta memegang peranan penting dalam
spermatogenesis. Hormon ini juga berperan dalam mempenagruhi
hasrat seks (libido) dan daya ereksi (potensi).

 b Efek anabol. Testosteron membnatu meningkatkan pembentukan


 protein dan pertumbuhan sel-sel otot.

c Efek tulang. Pada anak laki-laki, selama pubertas produksi


terstosteron meningkat dengan kuat yang mengakibatkan mereka
tumbuh lebih panjang dalam beberapa waktu.

2. Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Kadar Testosteron

Male menopause atau late-onset hypogonadism dialami 2% pria


setengah baya. Pria yang mengalami menopause biasanya mempunyai
kadar testosteron rendah yang dikaitkan dengan ereksi pagi yang buruk,
gairah seks rendah dan disfungsi ereksi.

Hormon testosteron pria menurun sekitar 1-15 % per tahun, dimulai


 pada usia 45 tahun. Meski menopause pada pria bisa terjadi, menopause
 pada pria bisa dibilang langka. Kadar testosteron rendah ini juga terkait
dengan simptom lain seperti depresi, lelah, dan tak bisa berhubungan
intim. Selain itu juga terdapat simptom yang tidak terkait dengan
testosteron rendah. Simptom antara lain terdiri dari gangguan pola tidur,
konsentrasi buruk, merasa tidak berharga dan merasa sangat cemas.

 Namun jangan salah meng-istilahkan male menopause, karena


artinya bisa menyesatkan, menganggap bahwa semua pria akan
mengalaminya. Penurunan testosteron pada pria tua benar-benar alamiah
dan proses normal yang akan dialami pria ketika menua.

Penyebab menopause pada pria / andropause adalah :

a Faktor lingkungan. Bisa berupa pencemaran/ polusi lingkungan,


 pengaruh bahan kimia (termasuk bahan pengawet makanan,
limbah), kurang tersedianya air bersih, suasana lingkungan,
kebisingan, ketidaknyamanan tempat tinggal, diet, dan pola makan.

 b Faktor organik. Perubahan hormon, seperti testosteron, DHEA


(dehydroepiandrosteron), DHEA-S (Dehydroepiandrosteron
Sulfat), melatonin, GH (Growth Hormone), IGF-1 (Insulin-like
Growth Factor-1), prolaktin.

c Faktor psikogenik. Misalnya: stres psikis dan fisik, pensiun, tujuan


hidup yang tak realistis, penolakan terhadap kemunduran tubuh,

kemampuan berpikir, disertai perasaan takut (takut: tua,


ditinggalkan istri, pendapatan berkurang, sakit, mati).

d Terlalu banyak lemak meningkatkan kadar estrogen yang


menurunkan kadar testosteron, sebagai hasilnya hubungan seksual
Anda akan menderita kinerja rendah dan dorongan seks dan libido
 berkurang.

Gejala pria yang akan mengalami menopause adalah:

a Produksi testosteron melemah

Produksi testosteron semakin melemah seiring dengan


 berbagai penyakit yang menemani masa andropause pada pria.
Penyakit seperti depresi, obesitas, atau kondisi lain mempengaruhi
 produksi testosteron. Bedanya, saat menopause wanita kehilangan
hormon estrogen secara total, dan kesempatan mendapati anak mulai
berkurang. Andropause pada pria tidak lantas berarti
 produksi testosteron berhenti total. Meski menunjukkan gejala
endropause, saat usia semakin menua pria masih bisa memiliki
anak.

 b Tubuh panas-dingin

Sama seperti gejala pada wanita, pria juga mengalami panas-


dingin. Tubuh panas dan berkeringat secara esktrem, lalu mulai
dingin. Gejala ini diikuti dengan pusing dan mual. Gejala seperti
ini hanya bertahan beberapa menit, dan terjadi dalam 2 hingga 4
 jam.

c Perubahan mood

Perubahan mood merupakan hasil dari fluktuasi pada


hormon saat menopause. Hormon mempengaruhi level serotonin
dalam otak, yang kemudian mempengaruhi mood. Mood akan
 positif dengan jumlah serotonin yang tinggi, dan menjadi negatif 
 jika levelnya sedikit. Perubahan mood pada pria memang tidak terlalu
intens seperti pada wanita. Meski begitu, mood pada pria

 bisa terlihat berubah saat merespons kondisi tertentu. Bahkan


gejala seperti ini jika bertahan lama akan menjadi depresi.

d Mudah lupa

Kemampuan konsentrasi dan mengingat akan berkurang saat


 pria memasuki masa andropause, meskipun tidak ada hubungan
yang jelas antara tingkat hormon dengan penurunan memori.
Kombinasi gejala panas-dingin, perubahan mood, penurunan libido
dan berat badan, merupakan gejala andropause yang mengarah
kepada stres dan penurunan kemampuan mentalitas. Cepat lupa,
misalnya, namun ini juga terkait dengan usia. Namun hanya karena
lupa menyimpan kunci, misalnya, bukan berarti lantas dikatakan
andropause.

e Gairah seks menurun

Gejala paling umum dari andropause adalah penurunan


libido. Hampir 80 persen pria mengalami gejala ini. Perawatan
medis bisa mengatasi disfungsi ereksi yang disebabkan andropause
ini.

3. Akibat Kelebihan dan Kekurangan Testosteron

Rendahnya kadar hormon ini menyebabkan seseorang mengalami


kelelahan kronis,gangguan ereksi,depresi,dan postur tubuh yang kurang
tegap maupun berkurangnya kemampuan atletik.

Kekurangan testosteron dalam jumlah yang besar dapat


menyebabkan turunnya gairah seks, dan kelebihan testosteron dapat
meningkatkan gairah seks, baik pada pria maupun wanita. Namun,
kadar testosteron tidak begitu mempengaruhi daya tarik dan gairah seks saat

mereka berada pada batas rata-rata. Gairah seks cenderung dipengaruhi


oleh perangsang dari luar (gambar, suara, sentuhan) daripada oleh variasi
hormon seks, kecuali dalam beberapa kasus langka. Pada pria, terlalu
sedikit testosteron dapat menyebabkan sulit mendapat atau menjaga
ereksi, namun tidak jelas apakah kekurangan testosteron mempengaruhi
fungsi seksual wanita selain menurunkan gairah.

Setelah sekitar usia 40, kadar testosteron mulai menurun sekitar satu
 persen per tahun. Penurunan ini pada awalnya hampir tidak terlihat. Tapi
seiring tahun-tahun berlalu, Anda akan mulai mendapat ekstra beberapa
kilo yang tidak diinginkan, mengalami kehilangan otot, dan pada usia 60
 bahkan ada risiko impotensi dan penyakit tulang rapuh (osteoporosis).
Pada pria yang lebih muda kadar testosteron rendah dapat disebabkan oleh
masalah kesehatan mendasar seperti kerusakan testis, gangguan kelenjar hipofisis
atau bahkan dari efek samping obat resep.

4. Penanggulangan Kekurangan Testosteron

a Pengobatan Pengganti Hormon

Rendahnya tingkat testosteron pada pria dapat diisi ulang


dengan suntikan testosteron, pil, patch, dan gel. Namun, ada risiko
efek samping dengan perawatan ini yang mencakup; kolesterol
tinggi, penyusutan testis dan kemungkinan mendapatkan kerusakan
hati.

Beberapa wanita mengalami menopause parah, atau dikenal


sebagai krisis paruh baya. Hal ini terjadi ketika tingkat estrogen
mereka menjadi terlalu rendah, dan perlu diganti. Namun, ada juga
 peningkatan risiko kanker dengan menjalani perawatan ini dan
resiko osteoporosis (penyakit tulang rapuh) jika tingkat estrogen
tidak dinaikkan. Hal ini membuat wanita-wanita malang dengan
dilema dan keputusan yang sulit untuk dibuat.

Pengobatan penggantian hormon dapat dilakukan dengan


mencari alternative pengobatan tradisional dengan bahan alami.
Penelitian terbaru menyebutkan Teripang atau lebih dikenal
gingseng laut memiliki nilai penting sebagai sumber biofarmaka
 potensial maupun makanan kesehatan. Kandungan kimia teripang
 basah terdiri dari 44-45 persen protein, 3-5 persen karbohidrat dan
1,5 persen lemak. Teripang mengandung asam amino esensial,
kolagen dan vitamin E. Kandungan asam lemak penting teripang
seperti asam eikosapentaenoat(EPA) dan asam dekosaheksaenoat

(DHA) berperan dalam perkembangan syaraf otak, agen


 penyembuh luka dan antitrombotik.

Hasil penelitian menunjukkan kandungan testosteron


teripang segar lebih tinggi dibanding teripang kering. Steroid
teripang jenis pasir lebih tinggi dibanding ganat dan hitam," kata
Kurnia. Ekstrak teripang berpotensi besar sebagai sumber testosteron
alami. Sayangnya, belum diperoleh metode ekstraksi
untuk keperluan produksi masal. Testosteron yang banyak beredar,
testosteron sintentik yang mempunyai efek samping dalam

 penggunaannya.

Selain Teripang, pengobatan alternatif dapat pula dilakukan


dengan herbal alami seperti tanaman dari Afrika Selatan bernama
Hoodia Gordini yang membakar lemak dan menekan nafsu makan.
Tanaman ini telah menyatu dengan kombinasi bahan-bahan alami
untuk menghasilkan produk yang luar biasa yang mengurangi berat
 badan, tanpa Anda bahkan melihat diet Anda.

 b Cara Mempertahankan Tingkat Hormonal yang Aman Secara

Alami
Untuk pria dengan tingkat di ambang batas, olahraga
merupakan metode yang baik untuk meningkatkan produksi
testosteron ke tingkat yang memuaskan. Menjaga berat badan ideal
akan membantu menjaga kadar estrogen ke tingkat yang ideal,
mencegah pengurangan testosteron.

F. GONADOTROPIN

Kelenjar kelamin disebut pula dengan gonad. Meskipun fungsi utamanya

adalah memproduksi sel-sel kelamin, namun kelenjar kelamin juga memproduksi


hormon. Kelenjar kelamin laki-laki terdapat pada testis, sementara kelenjar kelamin
 perempuan berada pada ovarium.

Gonad (hormon kelamin) merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi


oleh gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari .Hipofisis
mengsilkan 2 jenis gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu
hormon pemacu folikel (FSH=folicle stimulating hormone dan LH= lutenizing
hormone). Pada setiap spesies tertentu hipofisis penting selama kehamilan,
sedangkan umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa hipofisis.

Gonadotropin hipofisis adalah hormon glikoprotein (peptida) dan hanya


efektif bila diberikan dalam bentuk suntikan. Kadar gonadotropin dalam urin dapat
diukur radioimmunoasay, berdasarkan antibodi spesifik terhadap gugus yang
membeda-bedakan dengan masing-masing hormon hipofisis.

Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormone


testosteron atau androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruh  terhadap
 proses spermatogenesis (proses pembentukan sperma) dan  pertumbuhan sekunder 
 pada laki-laki. Pertumbuhan sekunder pada  anak laki-laki ditandai dengan suara
menjadi besar, bahu dan dada  bertambah bidang, dan tumbuh rambut pada bagian
tubuh tertentu misalnya kumis, janggut, cambang, ketiak, dan sekitar kemaluan. 

Sementara itu, hormon estrogen dan progesteron disekresikan oleh


ovarium. Estrogen dihasilkan oleh folikel de Graff dan dirangsang oleh hormon

FSH. Hormon estrogen berfungsi saat pembentukan kelamin sekunder wanita,


seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya payudara, pinggul menjadi lebar, dan rambut
mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di samping itu, hormon enstrogen juga
membantu dalam pembentukan lapisan endometrium.

Bagi wanita, hormon progesteron berfungsi menjaga penebalan


endometrium, menghambat produksi hormon FSH, dan memperlan-car produksi
laktogen (susu). Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh
LH.

FSH pada wanita menyebabkan perkembangan folikel primer menjadi


folikel graaf. Di bawah pengaruh LH, folikel yang telah berkembang mensekresi
estrogen dan progesteron. LH menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga
mempengaruhi korpus luteum untuk mensekresi estrogen dan progesteron. Proses
terakhir dikenal sebagai aktivitas laktogenik, yang pada beberapa spesies berada
dibawah pengaruh proklatin. Sedangkan FSH pada pria berfungsi menjamin

terjadinya spermatogenesis, antara lain dengan mempertahankan fungsi tubulus


seminiferus, LH merangsang sel leydig mensekresi testoteron.

1. MEKANISME KERJA HORMON GONADOTROPIN

Mekanisme kerja hormon tropik adenohipofisis misalnya hormon


Gonadotropin  (hormon kelamin) merupakan mekanisme kerja hormon
 pada taraf selular tergantung jenis hormonnya, mengikuti salah satu
mekanisme berikut:

Hormon berinteraksi dengan reseptornya mengakibatkan


 perangsangan atau penghambatan mengubah kecepatan sintesis
siklik AMP dari ATP ,selanjutnya siklik AMP berfungsi sebagai
mediator intrasel untuk hormon tersebut dan seluruh sistem ini
berfungsi sebagai suatu mekanisme spesifik sehingga efek spesifik suatu
hormon dapat terjadi.

Siklik AMP mempengaruhi berbagai proses dalam sel,dan efek akhirnya


bergantung dari kapasitas serta fungsi dari sel tersebut.siklik AMP
menyebabkan aktivasi enzim-enzim protein kinase yang terlibat

dalam proses fosforilasi pada sintesis protein dalam sel.siklik AMP


mempengaruhi kecepatan proses ini.metabolisme siklik AMP menjadi
5,AMP dikatalisis oleh enzim fosfodiesterase yang spesifik.dengan
demikian zat-zat yang menghambat enzim fosfodiesterase dapat
menyebabkan timbulnya efek mirip hormon.

2. HORMON – HORMON GONAD 


a OVARIUM (Estrogen, Progestin, Hormon-hormon Ovarium
lainnya, Kontrasepsi Oral)

Ovarium mempunyai fungsi gametogenik penting yang di


integrasikan dengan aktivitas hormionalnya. Pada wanita, gonad
relatif tenang selama masa pertumbuhan dan maturasi yang cepat.
Pada masa puberitas, ovarium memulai suatu periode 30-40 tahun
fungsi siklus yang disebut siklus haid karena masa pendarahan
teratur yang merupakan manifestasinya yang paling jelas. Ovarium
ini kemudian memberikan respon terhadap gonadotropin yang
disektresikan oleh kelenjar hipofise, dan berhentinya perdarahan
siklik yang terjadi ini di sebut menopause.

Mekanisme yang bertanggung jawab bagi mula kerja fungsi

ovarium pada masa puberitas dianggap berasal dari saraf, karena


gonad yang tidak matang dapat dirangsang oleh gonadotropi yang
sudah ada di dalam hipotalamus dan karena hipofise berespon
terhadap hormon penglepas gonadotropin hipotalamus.

b ESTROGEN

Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari


estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah
estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri

 perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara,


lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada
siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium,
menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga
sesuai untuk penetrasi sperma.

Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka


interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih
sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi
hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi
stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada
 berbagai organ reproduksi wanita. Fungsi lainnya sebagai berikut :

1) Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.

2) Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan


 pengentalan lendir serviks.

3) Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.

4) Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.

5) Juga mengatur distribusi lemak tubuh.

6) Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga

memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita


 pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos /
osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen
(sintetik) pengganti.

3. PROGESTERON
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone
mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima
implantasi zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal
kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG.
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di
ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan
 juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan
sekretorik (fase
sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan
endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi
implantasi.
a GONADOTROPIN RELEASING HORMONE
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh
hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH
(folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen
tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke
hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah,
 begitupun sebaliknya.
b FSH (FOLIKEL STIMULATING HORMONE) DAN LH

(LUTEINIZING HORMONE)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang
diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan
menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang
akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus
luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
c HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh
 jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai

dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml),


kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml),
kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000
mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus
luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-
masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.
Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai
tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack,

dsb).
d TESTIS (ANDROGEN DAN
TESTOTERON) ANDROGEN DAN
TESTOTERON
Pada manusia, androgen terpenting yang disekresikan oleh
testis adalah testoteron. Jalur sintesis testoteron didalam testis
mirip dengan yang telah digambarkan didalam ovarium dan
adrenal. 
Pada laki-laki, setiap hari dihasilkan sekitar 8 mg testoteron.
Kira-kira 95 persen diproduksi oleh sel leydig dan hanya 5 persen

olh adrenal. Testis juga mensekresikan dalam jumlah sedikit


androgen kuat lainnya, dihidrotestoteron. Juga androstenedion dan
dehidropiandrosteron, yang merupakan androgen lemah.
Pregnenolon dan progesteron serta turunanya 17-hidrisilasi juga
dilepaskan dalam jumlah kecil. Kadar testoteron dalam plasma
 pada laki-laki kira-kira 0,6 /dl setelah puberitas dan tidak tampak 

 bervariasi secara bermakna sesuai umur. 


G. PROLAKTIN

Prolaktin merupakan hormon polipeptida yang terdiri dari 199 asam amino
dengan berat molekul 23 kD. Rantai polipeptida prolaktin dihubungkan oleh dua
 jembatan disulfida. Pembentukan prolaktin dikode oleh gen yang terletak pada
kromosom 6 p22.2, p21.3. Pit-1 merupakan faktor transkripsi yang berikatan
dengan gen prolaktin sehingga memicuproduksi prolaktin di hipofisis anterior.
Strukturprolaktin menyerupai hormon pertumbuhan dan hormon plasenta laktogen.
(Davis J.R.E..2004)

Gambar 1. Struktur Prolaktin

Prolaktin merupakan hasil produksi utama kelenjar hipofisis yang disintesa


dan disekresi oleh sel-sel laktotrof dari kelenjar hipofisis anterior. Prolaktin juga
dihasilkan di luar hipofisis, yaitu oleh kelenjar mammae, plasenta, uterus dan
limfosit T. Pada kehamilan, prolaktin juga disekresi oleh sel stroma endometrium
desidualis. Fungsi utama prolaktin adalah untuk memicu perkembangan payudara
saat hamil serta merangsang dan mempertahankan proses laktasi. (Shenenberger D.
2001)

Secara tidak langsung prolaktin turut mengatur sekresi hormon hipofisis


yang berperan pada fungsi gonad,termasuk luteinizing hormone (LH) dan follicle-
stimulating hormone (FSH). Hal ini adalah karena prolaktin dapat berikatan dengan
reseptor spesifik di gonad selain dari sel limfoid, dan hepar. Sekresi prolaktin
 bersifat pulsatil, dalam 24 jam terjadi 40 kali pengeluaran. (Goffin
V..2005)Prolaktin akan meningkat pada saat tidur, stress, kehamilan, dan saat
dilakukan stimulasi pada dinding dada. Nilai prolaktin puasa normal umumnya
adalah kurang dari 5-28 ng/mL.

Hormon Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari


atau kelenjar hipofisis bagian anterior (depan). Hormon ini ada pada laki2 dan
 perempuan. Prolaktin benyak terdapat pada ibu yang sedang menyusui, karena ini
adalah hormon penting yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu,
sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi. Hormone ini juga diproduksi oleh
 plasenta.

Fungsi hormon prolaktin yaitu :

1. Berperan dalam pembesaran alveoli dalm kehamilan

2. Mempengaruhi inisiasi kelenjar susu dan mempertahankan laktasi.

3. Menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI

4. Hormon ini juga mengatur metabolisme pada ibu, sehingga kebutuhan zat
oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin.

Kadar normal hormon prolaktin di dalam darah sekitar 5-28 ng/mL. Sekresi
hormon prolaktin meningkat pada masa hamil, stres fisik dan mental, keadaan
hipoglikemia. Keluarnya hormon prolaktin, menstimulasi sel di dalam alveoli
untuk memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Ketika
 bayi menyusu, rangsangan sensorik itu dikirim ke otak. Otak kemudian bereaksi
mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju
kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk 
 bekerja, memproduksi susu.

Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi


menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang
lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai,

 barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-
sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk produksi
susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini, sudah tersedia dalam
 payudara, di Sinus Laktiferus.

H. Hormon Prostaglandin

Prostaglandin adalah setiap anggota kelompok lipid senyawa yang berasal


enzimatis dari asam lemak dan memiliki fungsi penting dalam hewan tubuh.

Mereka adalah mediator dan memiliki berbagai kuat fisiologis efek, seperti
mengatur kontraksi dan relaksasi otot polos jaringan. Prostaglandin tidak hormon,
tetapi autokrin atau parakrin, yang bertindak secara lokal molekul messenger.
Mereka berbeda dari hormon dalam bahwa mereka tidak diproduksi di lokasi
diskrit tapi di banyak tempat di seluruh tubuh manusia. Juga, sel target mereka yang
hadir di sekitar langsung dari situs ekskresi mereka (ada banyak). Prostaglandin,
bersama dengan tromboksan dan prostacyclins,
membentuk prostanoid kelas turunan asam lemak, sebuah subclass dari
eicosanoids.

 Nama prostaglandin berasal dari kelenjar prostat. Ketika prostaglandin


 pertama kali diisolasi dari cairan mani pada tahun 1935 oleh Swedia fisiolog Ulf von
Euler, dan oleh MW Goldblatt, prostaglandin diyakini menjadi bagian dari
sekresi prostat. (Bahkan, prostaglandin yang diproduksi oleh vesikula seminalis). Ia
kemudian menunjukkan bahwa mengeluarkan banyak jaringan lain prostaglandin
untuk berbagai fungsi. Yang pertama total sintesis dari prostaglandin

F 2α dan prostaglandin E2 dilaporkan oleh EJ Corey pada tahun 1969. Pada tahun
1971, ditetapkan bahwa aspirin seperti obat-dapat menghambat sintesis
 prostaglandin. Para ahli biokimia Sune K. Bergström, Bengt I. Samuelsson,
dan John R. Vane (1982) bersama-sama menerima Penghargaan Nobel dalam
Fisiologi atau Kedokteran untuk penelitian mereka di prostaglandin. Oleh karena
diduga berasal dari kelenjar prostat, sang penemu memberinya nama prostaglandin.

Prostaglandin, seperti hormon, berfungsi layaknya senyawa sinyal tetapi


hanya bekerja di dalam sel tempat mereka tersintesis. Prostaglandin diproduksi
dalam tubuh oleh sel-sel dan mempengaruhi setiap sistem organ. Mereka
memainkan peran dalam berbagai proses fisiologis dan hormonal dan kadang-
kadang bekerja melawan satu sama lain untuk melindungi tubuh. Prostaglandin
membuat kimia menyebar dan tindakan mekanik dalam tubuh, tergantung pada
rangsangan luar dan struktur sel biologis mereka sendiri. Mereka bertindak sebagai
 pesan kimia. Tapi tidak berpindah ke situs yang lain, tetapi bekerja dengan baik dalam
sel-sel dimana mereka disintesis. Prostaglandin adalah asam karboksilat tak 

 jenuh. Merupakan lipida yang dibangun oleh 20 atom karbon pembentuk rantai
utamanya. Prostaglandin merupakan lipida yang mengandung gugus hidroksil (OH)
di posisi atom C nomor 11 dan C nomor 15, dan memiliki ikatan rangkap pada atom
C no 13.

Prostaglandin dihasilkan oleh jaringan yang sedang terluka atau sakit yang
disintesis dari asam lemak tak jenuh rantai panjang yaitu asam arakidonat.
Kehadiran obat penghilang rasa sakit seperti aspirin dapat menghambat proses
 pembentukan molekul ini. Proses pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat.
Bentuk unik dari dari asam arakidonat disebabkan oleh serangkaian ikatan rangkap
cis membantu untuk memasukkannya ke dalam posisi untuk membuat cincin 5
anggota.

Prostaglandin F2α memberi efek peningkatan MMP-1 dan MMP-3. Berikut


ini adalah perbandingan dari berbagai jenis prostaglandin, prostaglandin
I2 (PGI 2 ), prostaglandin E2 (PGE 2 ), dan F prostaglandin 2α (PGF 2α ).

JenisReseptor Fungsi
1. Vasodilasi
PGI 2 IP 2. menghambat agregasi platelet
3. bronchodilatation
PGE 2 1. bronkokonstriksi
EP 1
2. GI saluran otot polos kontraksi
1. Bronchodilatation
EP 2 2. GI saluran otot polos relaksasi

3. vasodilatasi
EP3 1. ↓ lambung sekresi asam
↑ lambung lendir sekresi
rahim kontraksi (bila hamil)
GI saluran otot polos kontraksi
 lipolisis inhibisi

6. ↑ otonom neurotransmitter
7. Platelet ↑ tanggapan terhadapagonismereka ↑
atherothrombosis dan in vivo
Yang
1.hiperalgesia
tidak 
2.pyrogenic
ditentukan
PGF 2 1.rahim kontraksi
FP
α 2.bronkokonstriksi

Perbedaan jenis prostaglandin secara langsung terkait dengan efek yang


mereka hasilkan dalam tubuh. Prostaglandin E dan Prostaglandin F (pE dan pF)
 bekerja di rahim wanita untuk merangsang kontraksi selama kelahiran. Jenis serupa
yang disebut prostaglandin pF2 berfungsi sebagai luteolytic (pada pria),
merangsang pembentukan sperma dan sekresi testosteron. Dalam perempuan, hal
itu menyebabkan pembentukan korpus luteum, tahap awal dari ova
 berkembang. Tromboksan (diikuti PGI2) adalah prostaglandin dimodifikasi yang
menyempitkan pembuluh darah dan mulai proses pembekuan. Karena penghapusan
cepat prostaglandin dari tubuh, pembekuan darah dilengkapi dengan pF1, jenis lain

dari asam lemak. Sebaliknya, prostasiklin adalah prostaglandin yang bekerja


sebagai vasodilator.

Prekursor penting dalam jalur biosintesis eicosanoid adalah asam


arakidonat yang dibentuk dari asam linolenat melalui reaksi dikatalisis oleh
serangkaian enzim yang didehidrasi dari asam lemak. Sel asam arakidonat toko
sebagai komponen dari fosfolipid membran seperti sebagai
 phosphoinositol. Menanggapi stimulus yang tepat, asam arakidonat dibebaskan dari
lipid penyimpanan dengan reaksi enzimatik dikatalisis oleh A2 fosfolipase. Ada
sejumlah obat, seperti glukokortikoid, yang memodulasi PLA2 dan dengan
demikian pengaruh (Menghambat) eicosanoid produksi. Konversi asam arakidonat
 bebas untuk prostaglandin dan eicosanoids lainnya dimulai enzim oksidatif dari
siklooksigenase (PGHsynthase) dan families.Cyclooxygenase lipoxygenase
stereospecifically menambahkan dua molekul oksigen menjadi asam arakidonat
untuk membentuk PGG2 endoperoxide bisiklik unik. Kelompok hidroperoksida

dari PGG2 kemudian dikurangi siklooksigenase (PGH-sintase) untuk menghasilkan


15 tunggal S)-alkohol PGH

Dua isozim berbeda siklooksigenase ada, bentuk konstitutif (COX-1) dan


sangat diinduksi bentuk (COX-2). Para isozim COX adalah variabel dihambat oleh
ω3-lemak asam (asam eicosapentaenoic dan asam dcosahexaenoic) serta tradisional
OAINS obat-obatan dan COX-2 inhibitor. Struktur dan penghambatan COX isozim
adalah discussde lebih rinci dalam Bab NSAID. PGH2 berfungsi sebagai "titik cabang"
untuk enzim spesifik mengarah pada pembentukan prostasiklin (diikuti
PGI2), berbagai prostaglandin serta tromboksan. Turunan yang terbentuk dari
PGH2 adalah ditentukan oleh jaringan tertentu dan kemampuan metabolisme dan
fungsi fisiologis seperti dijelaskan dalam bagian berikutnya. Lipoxygenase
jalur metabolisme asam arakidonat menghasilkan berbagai asiklik lipid peroksida (asam
hydroperoxyeicosatetraenoic atau HPETEs) yang dapat dikurangi untuk yang
sesuai Alkohol (asam hydroxyeicosatetraenoic atau HETEs). The HPETEs dapat
menghasilkan oksiran (epoksida) LTA4 yang dapat dihidrolisis untuk LTB4 atau
terkonjugasi dengan glutathione untuk menghasilkan LTC4.

Modifikasi glutathione konjugat asam amino oleh hidrolisis menghasilkan


leukotrien lain LTD4, LTE4 dan LTF4. Peran berbagai leukotrien diringkas dalam
 bagian yang follows III. Tindakan fisiologis dari eicosanoids. Para prostaglandin
merupakan mediator penting dari peristiwa fisiologis normal dan telah terlibat
dalam berbagai patologi. Mereka telah terlibat dalam peradangan, nyeri, pireksia,
 penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker, glaukoma, rhinitis alergi, asma
prematur tenaga kerja, disfungsi seksual pria dan osteoporosis.

Efek Prostaglandin biasanya diwujudkan secara lokal di sekitar lokasi


 prostaglandin sintesis (parakrin) dan tindakan mereka berganda dan variabel
(stimulasi atau hambat) tergantung pada jenis jaringan dan sifat reseptor yang

mereka berinteraksi. Sampai saat ini delapan reseptor prostanoid telah diklon dan
dikarakterisasi.
Prostaglandin merupakan vasodilator kuat, yaitu, mereka mengendurkan
otot-otot dinding pembuluh darah sehingga diameter menjadi lebih besar dan ada
sedikit perlawanan untuk aliran. Akibatnya, tekanan darah turun. Sekali lagi,
efeknya dapat lokal. Sebuah contoh penting dari efek vasodilatasi prostaglandin di

ginjal, dimanavasodilasi luas menyebabkan peningkatan aliran darah ke ginjal dan


meningkatkan ekskresi garam dalam urin. Tromboksan, di sisi lain, sangat kuat
vasokonstriktor dalam pengaturan yang sama.

Beberapa diuretik, seperti furosemide, dapat bertindak sebagian dengan


melepaskan prostaglandin dalam ginjal. Menghambat prostaglandin aksi
vasopressin pada tubulus ginjal, mengakibatkan meningkatkan ekskresi
air. Kecenderungan yang dihasilkan untuk dehidrasi dari ini meningkatkan ekskresi
air menyebabkan sekresi lokal prostaglandin ginjal yang lain merangsang sekresi
renin. Renin merangsang produksi aldosteron, yang memiliki pengaruh natrium
konservasi dan air, sehingga memerangi dehidrasi dan meninggikan tekanan darah
tertekan. Meskipun prostaglandin pertama kali terdeteksi pada air mani, tidak ada
 peran biologis bagi mereka telah ditetapkan dalam sistem reproduksi laki-laki. Ini
tidak benar, namun untuk perempuan. Telah menunjukkan bahwa prostaglandin
menengahi kontrol GnRH atas sekresi LH, memodulasi ovulasi, dan merangsang
otot rahim kontraksi. Penemuan properti ini terakhir telah menyebabkan perlakuan
kram menstruasi (dismenore) melalui penggunaan NSAID sebagai inhibitor dari
sintesis prostaglandin. Prostaglandin juga berperan dalam mendorong tenaga kerja
di hamil istilah atau perempuan di dalam menginduksi aborsi terapeutik. Proses
 pembentukan bekuan dimulai dengan agregasi trombosit darah. Proses ini sangat
dirangsang oleh tromboksan dan dihambat oleh prostasiklin.

Prostasiklin merupakan disintesis dalam dinding pembuluh darah dan


melayani fungsi fisiologis mencegah pembekuan perlu. Tromboksan, di sisi lain,
disintesis dalam platelet diri mereka sendiri dan dilepaskan. The platelet mengikuti
satu sama lain dan darah dinding kapal. Melalui mekanisme prostaglandin dan
tromboksan, pembekuan dicegah bila tidak perlu dan berlangsung bila
diperlukan. Trombosit melekat dalam arteri yang dipengaruhi oleh proses
aterosklerosis, mereka membentuk plak sepanjang interior permukaan dinding
 permukaan. Jenis agregasi trombosit dan menyebabkan pembekuan untuk 
memblokir (Oklusi) dari dinding pembuluh darah, penyebab paling umum serangan
 jantung (arteri koroner oklusi). Ini wawasan biologis telah menyebabkan
rekomendasi luas bahwa orang-orang di risiko oklusi koroner untuk mengambil
aspirin, penghambat dari enzim siklooksigenase, sehari-hari sebagai tindakan

 pencegahan.
Eicosanoids, khususnya leukotrien, juga memainkan peran penting dalam
 peradangan, sebuah proses ditandai dengan kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri
(dolor), dan perubahan ini disebabkan oleh dilatasi lokal pembuluh darah yang
memungkinkan peningkatan aliran darah ke daerah yang terkena. Pembuluh darah
menjadi lebih permeabel, mengarah ke perlawanan infeksi sel darah putih cairan
dari darah ke jaringan sekitarnya.

Prostaglandin memainkan peran penting dalam asal-usul gangguan


kekebalan tubuh, kesadaran bahwa telah mendorong penyelidikan inhibitor sintesis
 prostaglandin untuk digunakan dalam pengobatan hipersensitivitas (anafilaktik)
reaksi, alergi, dan penyakit autoimun.

Prostaglandin dan aplikasi terapi mereka termasuk hidrokortison dan


sintetisnya derivatif, seperti prednison, yang menstabilkan membran sel dan, dalam
dosis besar, blok pembebasan asam arakidonat. steroid anti-inflamasi blok produksi
eicosanoids dengan mencegah pelepasan asam arakidonat dari fosfolipid. Steroid
anti-inflamasi obat, memblokir enzim yang mengubah asam arakidonat
 prostaglandin. Aspirin blok berbeda enzim pada alternatif jalur sehingga obat dapat

meredakan peradangan disebabkan oleh penyebab yang berbeda leukotrien juga


agen inflamasi.

Prostaglandin sintetik digunakan:

1. Untuk menginduksi persalinan (nifas) atau aborsi (PGE 2 atau PGF 2


, dengan atau tanpa mifepristone , antagonis progesteron)

2. Untuk mencegah penutupan ductus arteriosus paten pada bayi baru lahir dengan
khususnya cacat jantung sianosis (PGE 1 )

3. Untuk mencegah dan mengobati tukak lambung (PGE)

4. Sebagai vasodilator di parah 's fenomena Raynaud atau iskemia dari


anggota badan
5. Pada hipertensi paru

6. Dalam pengobatan glaukoma (seperti dalam bimatoprost larutan tetes mata,


analog prostamide sintetik dengan aktivitas hipotensi okular)

7. Untuk mengobati disfungsi ereksi atau dalam rehabilitasi setelah operasi


 penis (PGE1 sebagai alprostadil )

8. Sebagai bahan dalam bulu mata dan alis produk kecantikan pertumbuhan
karena efek samping yang berhubungan dengan peningkatan pertumbuhan
rambut

Fungsi Prostaglandin:
1. Prostaglandin adalah zat alami yang berasal dari asam lemak dan disintesis
oleh sel dalam tubuh mamalia. Diproduksi di setiap sel tubuh kecuali sel
darah merah, prostaglandin menanggapi rangsangan yang berbeda dalam

tubuh untuk tanggapan efek pada hormon dan sel-sel secara langsung dalam
 jaringan di mana mereka berada. Mereka muncul dalam jumlah yang
relatif menit dan dimetabolisme dengan cepat dalam darah
2. Aktivasi respon inflamasi, produksi nyeri, dan demam. Bila jaringan rusak,
 banjir darah sel darah putih ke situs untuk mencoba meminimalkan
kerusakan jaringan. Prostaglandin diproduksi sebagai hasilnya
3. Gumpalan darah terbentuk ketika sebuah pembuluh darah rusak. Jenis yang
disebut prostaglandin tromboksan merangsang penyempitan dan
 penggumpalan platelet. Sebaliknya, diikuti PGI2, dihasilkan memiliki efek 

sebaliknya pada dinding pembuluh darah di mana pembekuan tidak boleh


membentuk 
4. Prostaglandin tertentu terlibat dengan induksi persalinan dan proses
reproduksi lainnya. PGE2 menyebabkan kontraksi rahim dan telah
digunakan untuk menginduksi persalinan
5. Prostaglandin terlibat dalam beberapa organ-organ lain seperti saluran
 pencernaan (menghambat sintesis asam dan meningkatkan sekresi lendir 
 pelindung), meningkatkan aliran darah di ginjal, dan leukotriens
mempromosikan penyempitan saluran pernapasan yang terkait dengan asma

6. Menyebabkan penyempitan atau pelebaran dalam pembuluh darah otot


halus sel
7. Menyebabkan agregasi atau disagregasi dari platelet
8. Peka tulang belakang neuron terhadap nyeri
9. Menurunkan tekanan intraokula
10. Mengatur kalsium gerakan

11. Kontrol hormon peraturan


12. Kontrol pertumbuhan sel
13. Bertindak pada pusat thermoregulatory dari hipotalamus
untuk menghasilkan demam
14. Bekerja pada mesangial sel dalam glomerulus dari ginjal
untuk meningkatkan laju filtrasi glomerular.
Prostaglandin disekresi oleh kelenjar prostat. Prostat adalah kelenjar eksokrin
pada sistem reproduksi binatang menyusui jantan. Fungsi utamanya
adalah untuk mengeluarkan dan menyimpan sejenis cairan yang menjadi dua

 pertiga bagian dari air mani. Prostat berbeda-beda dari satu spesies ke spesies
lainnya dalam hal anatomi, kimia dan fisiologi.
Prostaglandin ditemukan di sebagian besar jaringan dan organ. Mereka
diproduksi oleh semua sel bernukleus kecuali limfosit.
Mereka autokrin dan parakrin mediator lipid yang bertindak 
 berdasarkan trombosit , endotel , uterus dan sel mast . Mereka disintesis dalam sel
dari asam lemak esensial (EFA).Perantara diciptakan dari fosfolipase-A 2 ,
kemudian dibawa keluar dari salah satu baik jalur siklooksigenase atau
jalur lipoxygenase untuk membentuk baik prostaglandin dan tromboksan

atau leukotriene masing-masing. Jalur siklooksigenase


menghasilkan tromboksan, prostasiklin dan prostaglandin D, E dan F. Jalur enzim
lipoxygenase tidak aktif dalam leukosit dan makrofag dan leukotrien mensintesis.
Prostaglandin awalnya diyakini meninggalkan sel-sel melalui difusi pasif karena
lipophilicity tinggi. Penemuan transporter prostaglandin (PGT, SLCO2A1),
yang memediasi pengambilan selular prostaglandin, menunjukkan bahwa difusi
saja tidak dapat menjelaskan penetrasi prostaglandin melalui membran
selular. Pelepasan prostaglandin sekarang juga telah ditunjukkan untuk menjadi
dimediasi oleh transporter tertentu, yaitu protein resistensi multidrug 4 (MRP4,

ABCC4), anggota -mengikat kaset transporter ATP superfamili. Apakah MRP4


adalah transporter hanya melepaskan prostaglandin dari sel masih belum jelas.
1. Cyclooxygenases
Prostaglandin yang dihasilkan setelah oksidasi berurutan AA,
DGLA atau EPA oleh cyclooxygenases (COX-1 dan COX-2) prostaglandin
dan terminal sintesis. Dogma klasik adalah sebagai berikut:

a. COX-1 bertanggung jawab untuk tingkat dasar prostaglandin.


 b. COX-2 menghasilkan prostaglandin melalui stimulasi.
 Namun, sementara COX-1 dan COX-2 yang keduanya terletak di
pembuluh darah, perut dan ginjal, kadar prostaglandin yang meningkat
sebesar COX-2 dalam skenario peradangan. Bentuk ketiga COX, disebut
COX-3 diperkirakan ada di otak dan mungkin terkait dengan relief Sakit
kepala ketika di terapi NSAID.
2. Prostaglandin sintase E
Prostaglandin E 2 (PGE 2 ) dihasilkan dari tindakan synthases E

 prostaglandin pada prostaglandin H 2 (PGH 2 ). E prostaglandin synthases


Beberapa telah diidentifikasi. Sampai saat ini, sintase prostaglandin
mikrosoma E-1 muncul sebagai enzim kunci dalam pembentukan PGE 2 .
3. Sintesis prostaglandin terminal Lainnya
Sintesis prostaglandin Terminal telah diidentifikasi yang bertanggung
 jawab untuk pembentukan prostaglandin lainnya. Sebagai contoh,
hematopoietik dan lipocalin prostaglandin D synthases (hPGDS dan
lPGDS) bertanggung jawab untuk pembentukan PGD 2 dari
PGH 2. Demikian pula, prostasiklin (PGI 2 ) sintase (PGIS) mengkonversi

PGH 2 ke PGI 2. Sebuah sintase tromboksan (TxAS) juga telah


diidentifikasi. Prostaglandin F sintase (PGFS) mengkatalisis pembentukan
9α, 11β-PGF 2α, β dari PGD 2 dan PGF 2α dari PGH 2 di hadapan
 NADPH. Enzim ini baru-baru ini crystallyzed di kompleks dengan
PGD 2 dan bimatoprost (suatu analog sintetik dari PGF 2α ).
Penghambatan prostaglandin disebabkan oleh prostaglandin antagonis.
Prostaglandin adalah hormon antagonis yang bertindak atas prostaglandin itu
sendiri, Contohnya NSAID. NSAID (Nonsteroidal anti-inflammatory drugs)
menghambat siklooksigenase dan mengurangi sintesis

 prostaglandin. Kortikosteroid menghambat fosfolipase A 2 produksi dengan


meningkatkan produksi lipocortin, protein inhibitor. obat relatif baru, yang dikenal
sebagai inhibitor COX-2 selektif atau coxib, digunakan sebagai inhibitor spesifik COX-
2.
Efek dari kelebihan dan kekurangan hormon prostaglandin :
1. Kelebihan hormon :

a. Polip;
 b. Rasa nyeri pada saat menstruasi.
2. Kekurangan hormon :
a. Jika jumlah prostaglandin dalam air mani ini kurang dapat juga
menjadi masalah infertilitas
 b. Kelainan-kelainan yang terdapat dalam rahim dapat mengganggu
dalam hal implantasi, pertumbuhan intrauterine (dalam kandung
rahim), nutrisi, serta oksigenisasi janin.
I. Pengertian Oksitosin

Oksitosin adalah suatu hormon yang diproduksi di hipotalamus dan


diangkut lewat aliran aksoplasmik ke hipofisis posterior yang jika mendapatkan
stimulasi yang tepat hormon ini akan dilepas kedalam darah. Hormon ini di beri
nama oksitosin berdasarkan efek fisiologisnya yakni percepatan proses persalinan
dengan merangsang kontraksi otot polos uterus. Peranan fisiologik lain yang
dimiliki oleh hormon ini adalah meningkatkan ejeksi ASI dari kelenjar mammae.
1. Produksi Oksitosin
Dalam tubuh orang normal, hormon diproduksi dalam jumlah
sesuaikebutuhan. Jadi dapat dipastikan kadarnya tentu akan

meningkatsecara normal pada ibu yang akan melahirkan dan


menyusui.Pada tubuh manusia oksitosin dibuat oleh sel-sel saraf khusus di
regiotertentu di otak. Di luar sel saraf, oksitosin diproduksi juga di
kelenjar telur dan sel-sel di testis spesies tertentu (bukan manusia).Saat ini,
 berkat kemajuan teknologi, hormon ini sudah dapat dibuatsintetiknya.
Hormon ini ternyata mudah dihancurkan oleh salurancerna kita, sehingga
hormon sintetik ini dibuat dalam bentuk sediaaninjeksi/suntik dan "nasal
spray".Cara pembuataannya tentu melalui "genetic engineering" yang
rumit,sehingga dapat dihasilkan sediaan yang stabil dan dapat

 berfungsiseperti hormon aslinya.


Hormon oksitosin dibentuk dari prohormon, berupa
nonapeptida.Berat molekulnya adalah 1007. Disekresikan turun sepanjang
akson-akson dari neuron-neuron yang badan selnya terletak di
nucleussupraoptikus dan paraventrikularis. Dalam perjalanannya
oksitosinterikat pada protein pembawa yang dikenal sebagai neurofisin I
dan II(estrogen dan nikotin masing-masing merangsang neurofisin)
yangmemiliki berat molekul sekitar 10.000, disekresikan lebih langsung
kedalam sirkulasi portal daripada sirkulasi perifer. Sejumlah keciloksitosin
 juga dilepaskan ke dalam sirkulasi portal. Waktu pro-oksitosin sekitar 10
menit.(Ilmu Kandungan, hal.63 )
2. Bagaimana Oksitosin dikeluarkan ? 

Impuls neural yang terbentuk dari perangsangan papilla mammae


merupakan stimulus primer bagi pelepasan oksitosin sedangkan distensi
vagina dan uterus merupakan stimulus sekunder. Estrogen akan merangsang
 produksi oksitosin sedangkan progesterone sebaliknya akan menghambat
 produksi oksitosin. Selain di hipotalamus, oksitosin juga disintesis di
kelenjar gonad, plasenta dan uterus mulai sejak kehamilan 32 minggu dan
seterusnya. Konsentrasi oksitosin dan juga aktivitas uterus akan meningkat

 pada malam hari.


3. Pelepasan oksitosin endogenus ditingkatkan oleh:

a. Persalinan

 b. Stimulasi serviks, vagina dan payudara

c. Estrogen yang beredar dalam darah

d. Peningkatan osmolalitas/konsentrasi plasma

e. Volume cairan yang rendah dalam sirkulasi darah

f. Stress, stress yang disebabkan oleh tangisan bayi akan menstimulasi


 pengeluaran ASI

4. Pelepasan oksitosin disupresi oleh: 

a. Alkohol

 b. Relaksin

c. Penurunan osmolalitas/konsentrasi plasma

d. Volume cairan yang tinggi dalam sirkulasi darah

5. Bagaimana Mekanisme Kerja Oksitosin ?

Pada otot polos uterus. Mekanisme kerja dari oksitosin belum


diketahui pasti, hormon ini akan menyebabkan kontraksi otot polos
uterus sehingga digunakan dalam dosis farmakologik untuk
menginduksi
 persalinan. Sebelum bayi lahir pada proses persalinan yang timbul spontan
ternyata rahim sangat peka terhadap oksitosin Dengan dosis beberapa
miliunit permenit intra vena, rahim yang hamil sudah berkontraksi
demikian kuat sehingga seakan-akan dapat membunuh janin yang ada
didalamnya atau merobek rahim itu sendiri atau kedua-duanya.

Kehamilan akan berlangsung dengan jumlah hari yang sudah

ditentukan untuk masing-masing spesies tetapi faktor yang menyebabkan


 berakhirnya suatu kehamilan masih belum diketahui. Pengaruh hormonal
memang dicurigai tetapi masih belum terbukti. Estrogen dan progesterone
merupakan factor yang dicurigai mengingat kedua hormon ini
mempengaruhi kontraktilitas uterus. Juga terdapat bukti bahwa katekolamin
turut terlibat dalam proses induksi persalinan.

Karena oksitosin merangsang kontraktilitas uterus maka hormon ini


digunakan untuk memperlancar persalinan, tetapi tidak akan memulai
 persalinan kecuali kehamilan sudah aterm. Didalam uterus terdapat
reseptor oksitosin 100 kali lebih banyak pada kehamilan aterm dibandingkan
dengan kehamilan awal. Jumlah estrogen yang meningkat pada kehamilan
aterm dapat memperbesar jumlah reseptor oksitosin. Begitu proses
persalinan dimulai serviks akan berdilatasi sehinga memulai refleks neural
yang menstimulasi pelepasan oksitosin dan kontraksi uterus selanjutnya.
Faktor mekanik seperti jumlah regangan atau gaya yang terjadi pada otot,
mungkin merupakan hal penting.

Pada kelenjar mammae . Fungsi fisiologik lain yang kemungkinan


 besar dimiliki oleh oksitosin adalah merangsang kontraksi sel mioepitel
yang mengelilingi mammae, fungsi fisiologik ini meningkatkan gerakan
ASI kedalam duktus alveolaris dan memungkinkan terjadinya ejeksi ASI.
Reseptor membran untuk oksitosin ditemukan baik dalam jaringan
uterus maupun mammae. Jumlah reseptor ini bertambah oleh pengaruh
estrogen dan berkurang oleh pengaruh progesterone. Kenaikan
kadar estrogen yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar progester6n
dan terlihat sesaat sebelum persalinan mungkin bisa menjelaskan awal
laktasi sebelum persalinan. Derivat progesterone lazim
digunakan untuk menghambat laktasi postpartum pada manusia.

Pada ginjal. ADH dan oksitosin disekresikan secara terpisah


kedalam darah bersama neurofisinnya. Kedua hormon ini beredar dalam
 bentuk tak terikat dengan protein dan mempunyai waktu paruh plasma yang
sangat pendek yaitu berkisar 2-4 menit. Oksitosin mempunyai
struktur kimia
yang sangat mirip dengan Vasopresin/ADH, sebagaimana
diperlihatkan dibawah ini:

a. Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys- Pro-Arg-Gly-NH2 : Arginin Vasopresin

 b. Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn- Cys- Pro-Lys -Gly-NH2 : Lisin Vasopresin


c. Cys-Tyr-Lie-Gln-Asn- Cys- Pro-Arg-Gly-NH2 : Oksitosin
Masing-masing hormon ini merupakan senyawa nono apeptida yang
mengandung molekul sistein pada posisi 1 dan 6 yang dihubungkan oleh
 jembatan S—S. Sebagian besar binatang menpunyai Arginin Vasopresin,
meskipun demikian hormon pada babi dan spesies lain yang terkait,

mempunyai lisin yang tersubtitusi pada posisi 8. Karena kemiripan


structural yang erat tersebut tidaklah mengherankan kalau oksitosin dan
ADH masing-masing memperlihatkan sebagian efek yang sama/tumpang
tindih.

Salah satu efek penting yang tidak diingini pada oksitosin adalah anti
diuresis yang terutama disebabkan oleh reabsorbsi air. Abdul Karim dan
Assali (1961) menunjukan dengan jelas bahwa pada wanita hamil maupun
tidak hamil oksitosin mempunyai aktivitas anti diuresis. Pada wanita yang
mengalami diuresis sebagai akibat pemberian air, apabila diberikan infus
dengan 20 miliunit oksitosin permenit, biasnya akan mengakibatkan
 produksi air seni menurun. Kalau dosis ditingkatkan menjadi 40 miliunit
 permenit, produksi air seni sangat menurun. Dengan dosis yang sama
apabila diberikan dalam cairan dekstorse tanpa elektrolit dalam volume
yang besar akan dapat menimbulkan intoksikasi air. Pada umunnya kalau
 pemberian oksitosin dalam dosis yang relatif tinggi dalam jangka waktu
yang agak lama maka lebih baik meningkatkan konsentrasi hormon ini dari
 pada menambah jumlah cairan dengan konsentrasi hormon yang rendah .
Efek anti diuresis pemberian oksitosin intravena hilang dalam waktu
 beberapa menit setelah infus dihentikan. Pemberian oksitosin im dengan
dosis 5-10 unit tiap 15-30 menit juga menimbulkan anti diuresis tetapi
kemungkinan keracunan air tidak terlalu besar karena tidak desertakan
 pemberian cairan tanpa elektrolit dalam jumlah besar. Oksitosin dan
hormon ADH memiliki rumus bangun yang sangat mirip , hal ini akan
menjelaskan mengapa fungsi kedua hormon ini saling tumpang tindih.
Peptida ini terutama dimetabolisme dihati, sekalipun eksresi adrenal ADH
menyebabkan hilangnya sebagian hormon ini dengan jumlah yang
 bermakna dari dalam darah.
Gugus kimia yang penting bagi kerja oksitosin mencakup gugus amino
 primer pada sistein dengan ujung terminal –amino: gugus fenolik pada
tirosin ; gugus tiga carboksiamida pada aspa-ragin, glutamin serta
glisinamida; dan ikatan disulfida (s s). Delesi atau subtitusi gugus ini

 pernah menghasilkan sejumlah analog oksitosin. Sebagai contoh


 penghapusan gugus amino primer bebas pada belahan terminal residu
sistein menghasilkan desamino oksitosin yang memiliki aktivitas anti
diuretika empat hingga lima kali lebih kuat dari pada aktivitas anti diuretika
hormon oksitosin.

Pada pembuluh darah . Oksitosin bekerja pada reseptor hormon


antidiuretik (ADH) untuk menyebabkan penurunan tekanan darah
khususnya diastolik karena vasodilatasi. Secher dan kawan-kawan (1978)
selalu mendapatkan adanya penurunan tekanan darah arterial sesaat namun
cukup nyata apabila pada wanita sehat diberikan 10 unit bolus oksitosin
secara intravena kemudian segera diikuti kenaikan kardiak autput yang
cepat. Mereka juga menyimpulkan bahwa perubahan henodinamik ini dapat
membahayakan jiwa seorang ibu bila sebelumnya sudah terjadi hipovolemi
atau mereka yang mempunyai penyakit jantung yang membatasi kardiak autput
atau yang mengalami komplikasi adanya hubungan pintas dari kanan
kekiri. Dengan demikian maka oksitosin sebaiknya tidak diberikan secara
intravena dalam bentuk bolus, melainkan dalam larutan yang lebih encer,
dalam bentuk infus atau diberikan suntikan intramuskular.

6. Oksitosin sintetik 

Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan


 balik negatif, ini berarti bahwa oksitosin sintetis tidak akan mensupresi
 pelepasan oksitosin endogenus. Oksitosin dapat diberikan intramuskular,
intravena, sublingual maupun intranasal. Pemakaian pompa infus
dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat intravena. Oksitosin bekerja
satu menit setelah pemberian intravena, peningkatan kontraksi uterus

dimulai segera setelah pemberian Waktu paruh oksitosin diperkirakan


 berkisar 1-20 menit bahkan apabila oksitosin diberikan itravena maka
waktu paruhnya sangat pendek yaitu diperkirakan 3 menit. Data
terakhir menyebutkan sekitar 15 menit. Oksitosin akan dieliminasi
dalam waktu 30- 40 menit setelah pemberian

7. Efek samping oksitosin

Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan


meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek samping
tersebut dapat dikelompokkan menjadi:

a. Stimulasi berlebih pada uterus


 b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat

c. Kerja anti diuretika

d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )

e. Mual

f. Reaksi hipersensitif 

8. Stimulasi uterus dengan oksitosin pada persalinan hipotonik 

Perlu diperhatikan dulu apakah jalan lahir cukup luas untuk ukuran
kepala janin dan apakah kepala janin juga dalam posisi fleksi yang baik,
sehingga diameter yang terkecil kepala janin yang akan menyesuaikan
dengan jalan lahir ( diameter biparietal dan suboccipitobregmatika ). Suatu
kesempitan panggul adalah tidak mungkin bila semua criteria dibawah ini
kita jumpai:

a. Konjugata diagonalis normal


 b. Bila dinding lateral panggul sejajar 

c. Spina ischiadika tidak menonjol

d. Sakrum tidak mendatar 

e. Arkus pubis tidak sempit


f. Bagian terendah janin adalah oksiput

g. Bila dilakukan dorongan pada fundus maka kepala janin akan turun
melewati pintu atas panggul

Jika kriteria diatas tidak dipenuhi, ,maka pilihannya adalah


seksio sesaria. Bila dipergunakan oksitosin, maka harus dilakukan
 pengawasan ketat terhadap denyut jantung janin dan pola kontraksi
uterus, frekuensi, intensitas, lamanya, dan waktu relaksasi serta
hubungannya dengan denyut jantung janin diamati secara ketat. Bila
denyut jantung tidak diawasi terus menerus, maka penting sekali
untuk melakukan pemeriksaan denyut jantung janin segera setelah
kontraksi uterus, dan tidak harus menunggu satu menit atau lebih.

9. Teknik Pemberian Oksitosin Intravena

Sepuluh unit oksitosin dilarutkan dalam satu liter cairan, biasanya


diberikan glukosa 5% dalam air, atau lebih baik dipakai suatu larutan garam
 berimbang. Larutan yang lebih encer dapat disiapkan dengan melipatkan
 jumlah cairan atau mempergunakan setengah jumlah oksitosin. Meskipun
oleh beberapa penulis dinyatakan bahwa larutan yang lebih encer juga
efektif, tetapi larutan ( 10 U dalam 1 liter ) adalah mudah dipersiapkan,
aman, efektif, dan mungkin paling sedikit memberikan keraguan dalam
mempersiapkan dan pemberiannya. Dengan larutan oksitosin 10 mU/ ml,
maka aliran rata-rata mudah dikalkulasi. Dianjurkan menggunakan sistim
 pompa infus yang konstan, yang akan meningkatkan ketelitian dosis yang
diberikan, terutama dalam dosis rendah.

Jarum yang mempunyai penutup-aliran dimasukkan ke dalam vena di


lengan, atau lebih baik melaui infus intravena yang sudah terpasang dan
 berfungsi baik, dan tetesan mulai di berikan tidak lebih dari 1 mU tiap
menit. ( Seitchik dan Castillo, 1982 ). Untuk meningkatkan persalinan
akibat murni suatu disfungsi uterus hipotonik, jumlah oksitosin tersebut
tidak akan menyebabkan tetania uteri, walaupun pada suatu saat harus siap
sewaktu-waktu menghentikan tetesan pada keadaan dimana uterus sangat
sensitive terhadap oksitosin. Aliran dinaikkan secara sangat bertahap,
dengan waktu tidak lebih dari 30 menit untuk mendapatkan tidak lebih dari
10 mU tiap menit, seperti yang dianjurkan oleh Seitchik dan
Castillo(1981,1983a,1983b). Untuk pengobatan disfungsi uterus, rata-rata

dosis yang dibutuhkan jarang melampaui dosis tersebut. Untuk induksi


 persalinan, jika diberikan dengan tetesan rata-rata 30-40 mU tiap menit
tidak dapat menimbulkan kontraksi uterus yang memuaskan, maka tetesan
yang lebih besarpun tidak mungkin akan berhasil.

Selama infus oksitosin dilaksanakan ibu tidak boleh dibiarkan


sendirian. Kontraksi uterus diawasi terus-menerus dan tetesan segera
dihentikan bila dijumpai kontraksi uterus yang lamanya melebihi 1 menit
atau bila diselerasi denyut jantung janin yang bermakna. Bila salah satu hal
tersebut terjadi, tetesan harus segera dihentikan dan biasanya terjadi
 perbaikan gangguan tersebut, serta mencegah bahaya pada ibu dan janin.
Kosentrasi oksitosin dalam plasma cepat menurun, karena waktu-paruh
oksitosin rata-rata kurang dari 3 menit.

Harus selalu diingat bahwa oksitosin mempunyai pengaruh


antidiuretik yang kuat. Pada pemberian oksitosin 20 mU atau lebih tiap
menit, klirens air –bebas oleh ginjal (free water clearance) menurun secara
nyata. Jika cairan mengandung air (aqueous fluids), terutama dextrose
dalam air, diberikan dalam jumlah cukup besar dan lama, bersamaan
dengan oksitosin, terdapat kemungkinan untuk terjadi intoksikasi air yang
merupakan penyebab terjadinya kejang, coma, dan malahan kematian.

Diparkland Memorial Hospital, bila menggunakan oksitosin pada


uterus yang hipotonus, maka dilaksanakan persyaratan umum berikut :

a. Wanita harus sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa proses


 persalinan benar-benar telah terjadi, bukan suatu persalinan palsu
atau persalinan prodromal. Satu-satunya tanda persalinan, adalah

terjadinya pendataran serviks yang progresif dan pembukaan


serviks. Walaupun proses itu dapat terhenti, tetapi pembukaan servik 
 paling tidak sudah mencapai 3 cm. Salah satu kesalahan yang sering
dilakukan oleh seseorang pakar obstetrik adalah mencoba
melakukan perangsangan persalinan, sebelum wanita tersebut
mengalami persalinan aktif.

 b. Harus tidak ada factor-faktor obstruksi mekanik sehingga jalannya


 persalinan aman.

c. Penggunaan oksitosin umumnya dihindarkan pada kasus-kasus


dengan presentasi janin abnormal dan regangan uterus yang
 berlebihan seperti pada hidramnion, janin tunggal yang besar, atau
kehamilan multiple.

d. Wanita dengan paritas tinggi (lebih dari 5), pada umumnya


tidak diberi oksitosin karena mudah mengalami ruptura uteri

dibandingkan dengan wanita paritas rendah. Demikian pula dengan


wanita dengan cacat uterus, penggunaan oksitosin ditangguhkan.

e. Keadaan janin harus baik, yang dibuktikan dengan pemeriksaan


denyut jantung janin dan tidak adanya mekonium yang kental dalam
cairan amnion. Tentu saja pada janin yang mati tidak ada kontra
indikasi untuk memberikan oksitosin, kecuali bila jelas terdapat
disproporsi fetopelvik atau letak lintang.

f. Ahli obstetrik harus memperhatikan kontraksi pertama setelah

 pemberian obat tersebut dan siap menghentikan pemberiannya bila


terjadi tetania uteri. Merupakan keharusan untuk menghindarkan
suatu hiperstimulasi. Frekuensi, intensitas, dan lamanya kontraksi,
serta tonus uterus antara kontraksi tidak boleh melebihi seperti apa
yang terjadi pada persalinan spontan yang normal.

g. Pola denyut jantung janin dan kontraksi uterus dievaluasi berulang-


ulang. Untuk itu dianjurkan melakukan pemantauan secara terus
menerus terhadap denyut jantung janin dan kontraksi uterus.

Oksitosin merupakan obat yang kuat, obat tersebut dapat membunuh


dan membuat cacat ibu dengan terjadinya ruptura uteri, dan malahan
menyebabkan lebih banyak kematian dan cacat janin akibat hipoksia
yang disebabkan oleh kontraksi uterus yang sangat hipertonik. Tetapi
 pemberian oksitosin intravena pada berbagai publikasi terbukti jelas
memberikan keuntungan, karena keefektifan maupun keamanannya.

Kegagalan mengobati disfungsi uterus menyebabkan ibu manghadapi


 peningkatan bahaya terjadinya kelelahan, infeksi intrapartum, dan
kelahiran operatif yang traumatik. Disamping itu, kegagalan mengobati
disfungsi uterus dapat menghadapkan janin terhadap resiko kematian
yang lebih besar, sedangkan resiko penggunaan oksitosin intravena, bila
digunakan dengan cara yang benar, dapat diabaikan. Tetapi kecelakaan
yang berat dapat terjadi pada penggunaannya bila persyaratannya
tidak diawasi dengan ketat. Ruptura uteri pada segmen bawah uterus
akibat stimulasi dengan larutan oksitosin intravena hendaknya merupakan

 peringatan kepada dokter tentang pentingnya persyaratan tersebut.


Dalam kasus tersebut, oksitosin diberikan pada seorang multipara umur 
38 tahun. Karena tidak ditemukan kelainan lian, seharusnya dianggap
adanya otot uterus yang menua yang telah mengalami regangan berkali-
kali pada persalinan-persalinan sebelumnya, sehingga tidak dapat
menahan beban yang ditimbulkan oleh oksitosin.

Satu sifat oksitosin intravena adalah kenyataan bahwa bila berhasil,


obat tersebut bekerja dengan segera, menyebabkan kemajuan yang jelas
dengan sedikit hambatan. Pada setiap kecepatan tetesan infus kadar 
 plasma mencapai plateau setelah 30 menit karena kecepatan tetesan dan
kecepatan penghancurannya oleh oksitosinase mencapai keseimbangan.
Oleh karena itu obat tersebut tidak perlu diberikan pada jangka waktu
yang tak terbatas untuk merangsang persalinan. Obat tersebut harus
diberikan selama tidak lebih dari beberapa jam (O’Driscoll dkk, 1984;
Seitchik dan Castillo 1983a,1983b); bila kemudian serviks
tidak mengalami perubahan yang nyata, dan bila diramalkan tidak akan terjadi
 persalinan pervaginam secara mudah, maka harus dilakukan kelahiran
seksio sesarea. Sebaliknya, oksitosin tidak boleh digunakan
untuk memaksa pembukaan serviks dengan kecepatan yang melebihi
keadaaan
normal (Cohen dan Friedman,1983). Kesiapan untuk melakukan seksio
sesarea dalam hal kegagalan oksitosin atau bila terdapat kontraindikasi
 pemakaiannya, sangat menurunkan mortalitas dan morbiditas perinata.

10. Efek Samping Oksitosin


Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini
akanmeningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya,
efeksamping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:a. Stimulasi berlebih
 pada uterusb. Konstriksi pembuluh darah tali pusatc. Kerja anti diuretikad.
Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )e. Mualf. Reaksi hipersensitif 
LAMPIRAN 1:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM REPRODUKSI

ASKEP GANGGUAN MENSTRUASI

A. Konsep haid
Haid adalah proses bulanan tumpahan lapisan bagian dalam dan darah
uterus melalui liang kelamin wanita atau vagina. Keluarnya cairan yang
mengandung darah ini terjadi pada wanita yang sudah memasuki usia subur dan
yang sedang tidak hamil. Peristiwa ini dimulai dengan adanya pengeluaran selaput

lendir rahim di bagian dalam rahim atau endometrium.


Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting
dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia
 pubertas dan menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim
yang sifatnya fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid),
dan timbulnya perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu
estrogen dan progesteron (Hawari, 1997).
Haid adalah darah yang keluar dari uterus perempuan sehat :

1. Lamanya 3-6 hari


2. Ganti pembalut 2-5 pembalut perhari
3. Satu siklus normal 21-35 hari
4. Terjadi akibat penurunan kadar progesteron, siklus haid yang berovulasi
B. Fisiologi menstruasi
Usia normal bagi seorang perempuan mendapatkan menstruasi untuk kali
 pertama adalah 12 atau 13 tahun. Namun kalau sampai usia 16 tahun belum juga
datang bulan perlu di waspadai, mungkin ada kelainan.
Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat perempuan memasuki

masa menopause, yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum memasuki masa
menopause, haid tetap datang hanya jangka waktunya lebih lama dan prosesnya
cepat, paling hanya 2-3 hari. Siklus haid/ menstruasi pada perempuan (reproduksi)
normalnya terjadi setiap 23-35 hari sekali dengan lama haid berkisar 5-7 hari.
 Namun ada sebagian perempuan yang mengalami haid tidak normal. Diantaranya
mulai dari usia haid yang datang terlambat, darah haid sangat banyak sampai harus

 berulang kali mengganti pembalut wanita, nyeri atau sakit saat haid, gejala PMS
(pree menstruasi syndrom), siklus haid yang tidak teratur dan masih banyak lagi.
Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak serius, haid yang
tidak teratur misalnya dapat menjadi pertanda seorang perempuan kurang subur (infertil).
Gangguan yang terjadi saat haid dinilai masih normal jika terjadi selama
dua tahun pertama setelah haid kali pertama. Artinya, bila seorang perempuan telah
mendapatakan haid pertamanya saat berusia 11 tahun, maka hingga usia 13 tahun
haidnya masih tidak teratur. Tapi bila setelah usia 13 tahun haidnya masih tidak teratur
juga, dipastikan ia mengalami gangguan haid.

Haid Dipengaruhi berbagai hormon:


GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang dikeluarkan oleh
hipothalamus dan memicu hipofisis anterior mengeluarkan hormon FSH. FSH
(Folikel Stimulating Hormon) memicu pematangan folikel diovarium, sehingga
terjadi sintesis estrogen dalam jumlah besar. Estrogen akan mengakibatkan
 proliferasi sel endometrium (penebalan dari endometrium). Estrogen yang tinggi
memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH (Luteinizing
hormon). LH akan mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus luteum
untuk mensintesis progesterone. Progesteron sendiri menyebabkan perubahan
sekretorik 

 pada endometrium sehingga terjadi Fase sekresi / fase luteal. Fase sekresi selalu
tetap 14 hari, meskipun siklus haid bervariasi, yang berbeda adalah fase
 proliferasinya, sehingga harus berhati2 untuk menentukan masa subur.

C. Siklus Menstruasi
Panjang siklus haid ialah jarak tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid berikutnya. Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai
awal setiap siklus menstruasi (hari ke-1), siklus berakhir tepat sebelum siklus
menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari, hanya 10-

15%wanita yang memiliki siklus 28 hari. Tetapi variasinya cukup luas, bukan saja
antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama, bahkan kakak beradik 
dan saudara kembar jarak antara siklus yang paling panjang biasanya terjadi sesaat
setelah menarke dan sesaat sebelum menopause.
Lama haid biasanya antara 3 – 5 hari, ada yang 1 – 2 hari diikuti darah
sedikit-sedikit kemudian ada yang 7 – 8 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata +

16 cc, pada wanita yang lebih tua darah yang keluar lebih banyak begitu juga
dengan wanita yang anemi.
Pada awalnya, siklus mungkin tidak teratur, jarak antar 2 siklus bisa
 berlangsung selama 2 bulan atau dalam 1 bulan mungkin terjadi 2 siklus. Hal ini
adalah normal, setelah beberapa lama siklus akan menjadi lebih teratur. Siklus dan
lamanya menstruasi bisa diketahui dengan membuat catatan pada kalender dengan
menggunakan kalender tersebut, tandailah siklus anda setiap bulannya. Setelah
 beberapa bulan, anda bisa mengetahui pola siklus anda dan hal ini akan membantu
anda dalam memperkirakan siklus yang akan datang. Tandai setiap hari ke-1

dengan tanda silang, lalu hitung sampai tanda silang berikutnya dengan demikian
anda dapat mengetahui siklus anda.
Setiap bulan, setelah hari ke-5 dari siklus menstruasi, endometrium mulai
tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya
kehamilan. Sekitar hari ke-14, terjadi pelepasan telur dari ovarium (ovulasi). Sel
telur ini masuk ke dalam salah satu tuba falopii dan di dalam tuba bisa terjadi
 pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan masuk kedalam
rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi pembuahan maka endometrium

akan dilepaskan dan terjadi perdarahan (siklus menstruasi). Siklus ini berlangsung
selama 3 – 5 hari kadang sampai 7 hari. Proses pertumbuhan dan penebalan
endometrium kemudian dimulai lagi pada siklus berikutnya.
Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase:
1. Fase Folikuler 
Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan
terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada
saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam ovarium. Pada pertengahan
fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang

 pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel


telur, tetapi hanya 1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada
suatu siklus, sebagian endometrium dilepaskan sebagai respon terhadap
 penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Endometrium terdiri
dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan,
sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel

 baru untuk kembali membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan.


Perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari, rata-rata selama 5
hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah menstruasi biasanya
tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2. Fase ovulasi 
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini
dilepaskan sel telur. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam
setelah terjadi peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan menonjol
dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada

saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul pada perut bagian
 bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang berlangsung
selama beberapa menit sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal 
Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14
hari. Setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan
membentuk korpus luteum yang menghasilkan sebagian besar progesteron.
Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase lutuel
dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan suhu ini bisa

digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus


luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi
 pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG
(hormone chorionic gonadotropin). Hormon ini memelihara korpus luteum
yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa menghasilkan
hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan
kadar HCG.
Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu :
a Fase Menstruasi atau dekuamasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus


disertai perdarahan hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah
haid mengandung darah vena dan arteri dangan sel-sel darah merah
dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yang
mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik,
dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung 3 – 4 hari.

b Fase pasca haid atau fase regenerasi


Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian
 besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput
lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium. Fase ini telah mulai
sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
c Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5
mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari
siklus haid. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:

1) Fase proliferasi dini (early proliferation phase)


Berlangsung antara hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase
ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan
adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar.
2) Fase proliferasi madya (mid proliferation phase)
Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase
ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel
 permukaan yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya
banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang

(nake nukleus).
3) Fase proliferasi akhir (late proliferation)
Fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari ke-
14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang
tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel
kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif
dan
 padat.
d Fase pra haid atau fase sekresi
Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari

ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium tebalnya tetap,


 bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan
mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Di dalam
endimetrium tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan
sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
D. Jenis-jenis gangguan haid

1. Hipermenore (Menorraghia)
a Definisi 
Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari
normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah
sewaktu menstruasi.
b Etiologi 
1) Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea,
hipomenorea, menoragia. Terapi : uterotonika
2) Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi :

uterotonika, roborantia.
3) Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim
kurang, cavum uteri luas, bendungan pembuluh darah balik.
4) Hipertensi
5) Dekompensio cordis
6) Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
7) Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah
 balik.
8) Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili

c Patofisiologi 
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi
Gonadotropin releasing hormon (GnRH), yang menstimulasi
 pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating hormone (FSH). Hal
ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan
matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH)
dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel
menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium
agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH

rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang


menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi
 progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium
untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi
terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan
endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan

 progesteron akibat involusi korpus luteum.


Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama
setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang
 belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa kondisi
 patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan
adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka
ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus luteum yang
terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi. Endometrium

 berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi


esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan
siklus anovulasi berlangsung dengan pendarahan yang normal,
namun ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung
tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
d Manifestasi Klinis
Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat- obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mu

2. Hypomenorhoe (kriptomenorrhea)
a Definisi 
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih
kurang dari biasanya.  Lama perdarahan : Secara normal haid
sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka
daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal pada endometritis,
mioma.
b Etiologi 
1) Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin

2) kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi,


 penyakit menahun maupun gangguan hormonal.
c Manifestasi klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit
(<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting.

3. Polimenorea (Epimenoragia)
a Definisi 
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang
21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih
 banyak dari biasa.
 b Etiologi 
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus
luteum memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau
bisa disebabkan akibat stadium proliferasi pendek atau

stadium sekresi pendek atau karena keduanya.


c Manifestasi klinis
Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25
hari).
4. Oligomenorrhoe
a Definisi 
Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih
dari 35 hari
b Etiologi 

1) Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai


dari hari ke-5 menstruasi )
2) Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah
ovulasi )
3) Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan
 perpanjangan siklus haid.
c Manifestasi klinis
1) Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali
2) Perdarahan haid biasanya berkurang
5. Amenorea
a Definisi 
Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut.

b Klasifikasi 
1) Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai
umur 18 tahun.
2) Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche
atau pernah mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut
selama 3 bulan.
c Etiologi 
1) Gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus
(endometrium), dan vagina

2) Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat


 bawaan, uji estrogen dan progesteron negatif.
3) penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker,
infertilitas, stress berat.
4) kelainan kongenital
5) ketidastabilan emosi dan kurang zat makanan yang
mempunyai nilai gizi lebih.
d Patofisiologi 
Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus

dan kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.


Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana
terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya,
ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron.
Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan
 pubertas karena disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior,

seperti adenoma pitiutari.


Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu
 penyebab amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah
kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang cukup
untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu menghasilkan

estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau


gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari
hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause
adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang
individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan
seorang wanita tidak pernah mengalami menstrausi dan
tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan
gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya
berbentuk kumpulan

 jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis
hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional.
Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya
obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa
 juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan
androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.
6. Metroragia

a Definisi 
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya
dengan haid.
b Klasifikasi 
1) Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus,
kehamilan ektopik.
2) Metroragia diluar kehamilan.
c Etiologi 
1) Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka

yang tidak sembuh; carcinoma corpus uteri, carcinoma


cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis
haemorrhagia, endometritis haemorrhagia); hormonal.
2) Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar;

disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau

ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik,


 penyakit akut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar;
akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan
endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut
ataupun kronis.
d Manifestasi klinis
Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya
dengan haid namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai
haid walaupun berupa bercak. Terapi : kuretase dan hormonal.

7. Pra Menstruasi Syndrom

a Definisi 

Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid


 bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena
ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom menjelang
menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40 tahun.

PMS merupakan sejumlah perubahan mental maupun


fisik yang terjadi antara hari ke-2 sampai hari ke-4 sebelum
menstruasi dan segera mereda setelah menstruasi
dimulai. Disebabkan oleh :

1) Sekresi estrogen yang abnormal

2) Kelebihan atau defisiensi progesteron

3) Kelebihan atau defisiensi kortisol, androgen, atau prolaktin

4) Kelebihan hormon anti diuresis

5) Kelebihan atau defisiensi prostaglandin

b Etiologi 
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin
faktor penting ialah ketidakseimbangan esterogen dan progesteron
dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan,
dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan

hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan


 pengurangan produksi progesteron.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial,


dll.juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita
tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan
hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.

c Patofisiologi 

Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar 


 progesteron di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala depresi.
Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh
ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti
depresi.

Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala


 premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh
kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan
 progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin
yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme
tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita
yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin
dapat tinggi atau normal.

Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya


gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah
untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen,
 progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

d Manifestasi klinis

Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah


merasa lelah. Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan
yang rasanya asam. Emosi menjadi labil. Biasany
mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan neg

8.Dismenore

a Definisi 
Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan pengobatan. Etio

bKlasifikasi 

1) Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial


ataupun fungsional); adalah nyerihaid yang terjadi seajkm
  enarche dan tidak

Karakteristik dismenorea primer menur


(2003):

a) Sering ditemukan pada usia muda.


 b) Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid
teratur.

c) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spastik dan


sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan
nyeri kepala.

d) Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada


hari pertama atau kedua haid.

e) Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan


ginekologis.

f) Cepat memberikan respon terhadap pengobatan


medikamentosa.

c Etiologi : psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC);


(obstetric : cervic sempit, hyperanteflexio, retroflexio); endokrin
(peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks, kadar vasopresin
tinggi).

d Manifestasi klinis

Beberapa gejala yang kerap menyertai saat menstruasi antara lain :


 perasaan malas bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan
terus, emosi jadi lebih labil, sensitif, mudah marah. Bukan itu saja,
 pengaruh pelepasan dinding rahim selama menstruasi juga kerap
memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta membuat
kepala terasa nyeri, kram perut bagian bawah yang menjalar ke
 punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan
gejala neurologis seperti kelemahan umum.

e Terapi : psikoterapi, analgetika, hormonal.

2) Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya


tidak mengalami dismenore. Hal ini terjadi pada kasus
infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri,
endometriosis, retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis
kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium.

a) Manifestasi klinis

Berikut ini merupakan manifestasi klinis


dismenorea sekunder (Smith, 1993; Smith, 1997):

1) Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau


kedua setelah menarche (haid pertama), yang
merupakan indikasi adanya obstruksi outflow
kongenital.
2) Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun.
3) Terdapat ketidaknormalan (abnormality)
 pelvis dengan pemeriksaan fisik:
 pertimbangkan kemungkinan endometriosis,
 pelvic inflammatory disease, pelvic adhesion
(perlengketan pelvis), dan adenomyosis.
 b) Terapi : causal (mencari dan menghilangkan
 penyebabnya), pemberian obat analgetik (biasanya

diberikan aspirin, fenasetin dan kafein) , terapi


hormonal (Tujuannya untuk menekan ovulasi)

9.Mastodinia atau Mastalgia

aDefinisi 
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang haid.

 bEtiologi 
Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang disertai hipere

PATHWAY AMENORE
Teais

Tida£ nq»di
 
PATHWAY DISMENORE
PATHWAY PMS (PRE MENSTRUAL SYNDROME)
PEMBAHASAN
Contoh Kasus:
 Nona L, 17 tahun datang ke rumah sakit dengan mengeluh lemas letih dan lesu serta nyeri
hebat ketika haid, sampai tidak mampu melakukan aktivitas karena nyeri abdomen akan
 bertambah. Pasien juga mengeluh mual, muntah dan diare.

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan dismenore dapat dilakukan dengan mengadakan
wawancara mengenai aspek-aspek umum seperti:
1. Riwayat Penyakit
a Riwayat penyakit dahulu
 pasien-pasien dengan dismenore mungkin menceritakan
riwayat nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid. Dismenore
 primer biasanya mulai sesaat setelah menarche. Kadang-kadang
 pasien mengemukakan riwayat kelelahan yang berlebihan dan
ketegangan saraf.
 b Riwayat Penyakit Sekarang
Tidak Ada
c Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
d Nutrisi
e Pola Latihan
f Pengetahuan Klien mengenai penyakitnya
g Konsep diri (body image)
h Skala nyeri 4-6
Pengkajian juga dapat dilakukan pemeriksaan fisik mulai B1-B6
1. B1 (Breath)
Pernapasan tidak teratur 
2. B2 (Blood)
a Tekanan darah Rendah (90/60 mmHg)
 b Akral Basah dan dingin
3. B3 (Brain)
a Penurunan Konsentrasi
 b Pusing
c Konjungtiva Anemia
4. B4 (Bladder)
Warna kuning dan Volume 1,5 L/Hari

5. B5 (Bowel)
a Nyeri pada adomen
 b Nafsu makan Menurun
6. B6 (Bone)
a Badan mudah capek 
 b Nyeri pada punggung
Pemeriksaan Fisik 
1. Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan
 peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus

normal
2. Pemeriksaan Pelvis : Pada kasus dismenore Primer, pemeriksaan pelvis
adalah normal.

B. Analisis Data

 No. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS: Menstruasi  Nyeri akut

1. Penyebab timbulnya ↓

nyeri: disminore. Regresi korpus luteum


2. Nyeri dirasakan ↓
meningkat saat  progesteron↓
aktivitas ↓
3. Lokasi nyeri Miometrium terangsang
abdomen ↓
4. Skala nyeri 4-6 Kontraksi&disritmia
 Nyeri sering dan uterus↑
terus – menerus ↓

DO: Aliran darah ke uterus↓


 Wajah tampak  ↓
menahan n yeri Iskemia

 Nyeri haid

2 DS: Menstruasi Intoleran aktivitas


 Pasien menyatakan ↓
mudah lelah Pendarahan
DO: ↓
 Nadi lemah (TD Anemia
90/60 mmHg) ↓
 Px. terlihat pucat Kelemahan
 Sclera/ konjungtiva ↓
anemi Intoleran aktivitas

3 DS: Menstruasi Ansietas


 Px. menyatakan ↓
merasa gelisah  Nyeri haid
DO: ↓
 Pucat Kurang pengetahuan
Memperlihatkan kurang ↓
inisiatif  Ansietas

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

D. Intervensi keperawatan
1.Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi

• Tujuan:

 Nyeri dapat diadaptasi oleh pasien


• Kriteria hasil:

1. Skala nyeri 0-1

2. Pasien tampak rileks

INTERVENSI RASIONAL
1.Beri linkungan tenang dan kurangi 1.Meningkatkan istirahat dan

rangsangan penuh stress meningkatkan kemampuan koping

2.Kolaborasi dengan dokter dalam 2.Analgesik dapat menurunkan nyeri


 pemberian analgesic

3.Ajarkan strategi relaksasi (misalnya


nafas berirama lambat, nafas dalam, 3.Memudahkan relaksasi, terapi non

 bimbingan imajinasi farmakologi tambahan

4. Penggunaan persepsi
Evaluasi dan dukung mekanisme 4. sendiri atau
 prilaku untuk menghilangkan nyeri dapat membantu mengatasinya lebih efekti
koping px

5.Kompres hangat 5.Mengurangi rasa nyeri dan


memperlancar aliran darah

2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat nyeri abdomen

• Tujuan:

Pasien dapat beraktivitas seperti semula

• Kriteria hasil:

1.Pasien dapat mengidentifikasi faktor – faktor yang memperberat dan


memperingan intoleran aktivitas

2. Pasien mampu beraktivitas

INTERVENSI RASIONAL
1.Beri lingkungan tenang dan perode 1.Menghemat energi untuk aktivitas
istirahat tanpa gangguan, dorong dan regenerasi seluler/ penyembuhan
istirahat sebelum makan  jaringan

2.Tingkatkan aktivitas secara bertahap 2.Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan

3.Menurunkan penggunaan energi dan


3.Berikan bantuan sesuai kebutuhan
membantu keseimbangan supply dan
kebutuhan oksigen

4. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

• Tujuan:

Pasien bisa kembali

• Kriteria hasil:

1. Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas

2. Pasien menunjukkan relaksasi

3.Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres

INTERVENSI RASIONAL
1.Libatkan pasien/ orang terdekat 1.Keterlibatan akan membantu pasien

dalam rencana perawatan merasa stres


 berkurang,memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan

2.Berikan lingkungan tenang dan


istirahat
2.Memindahkan pasien dari stress luar 

meningkatkan relaksasi; membantu


menurunkan ansietas
3. Bantu pasien untuk mengidentifikasi/
3. Perilaku yang berhasil dapat
memerlukan
dikuatkan pada penerimaan masalah
 perilaku koping yang digunakan stress saat ini, meningkatkan rasa
 pada masa lalu
control diri pasien

4. Bantu pasien belajar mekanisme


4. Belajar cara baru untuk mengatasi
koping baru, misalnya
masalah dapat membantu dalam
teknik mengatasi stres
menurunkan stress dan ansietas
LAMPIRAN 2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERPROLAKTINEMIA

A. DEFINISI

1. Hormon Prolaktin

Hormon Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari


atau kelenjar hipofisis bagian anterior (depan). Hormon ini ada pada laki2 dan
 perempuan. Prolaktin benyak terdapat pada ibu yang sedang menyusui, karena ini
adalah hormon penting yang merangsang kelenjar susu untuk memproduksi susu,
sehingga pada saat diperlukan siap berfungsi. Hormone ini juga diproduksi oleh
 plasenta.

Fungsi hormon prolaktin yaitu :

1. Berperan dalam pembesaran alveoli dalm kehamilan

2. Mempengaruhi inisiasi kelenjar susu dan mempertahankan laktasi.

3. Menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI

4. Hormon ini juga mengatur metabolisme pada ibu, sehingga kebutuhan


zat oleh tubuh ibu dapat dikurangi dan dialirkan ke janin.

Kadar normal hormon prolaktin di dalam darah sekitar 5-28 ng/mL. Sekresi

hormon prolaktin meningkat pada masa hamil, stres fisik dan mental, keadaan
hipoglikemia. Keluarnya hormon prolaktin, menstimulasi sel di dalam alveoli
untuk memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Ketika
 bayi menyusu, rangsangan sensorik itu dikirim ke otak. Otak kemudian bereaksi
mengeluarkan hormon Prolaktin yang masuk ke dalam aliran darah menuju
kembali ke payudara. Hormon Prolaktin merangsang sel-sel pembuat susu untuk 
 bekerja, memproduksi susu.

Sel-sel pembuat susu sesungguhnya tidak langsung bekerja ketika bayi


menyusu. Sebagian besar hormon Prolaktin berada dalam darah selama kurang
lebih 30 menit, setelah proses menyusui. Jadi setelah proses menyusu selesai,
 barulah sebagian besar hormon Prolaktin sampai di payudara dan merangsang sel-
sel pembuat susu untuk bekerja. Jadi, hormon Prolaktin bekerja untuk produksi
susu berikutnya. Susu yang disedot/dihisap bayi saat ini, sudah tersedia dalam
 payudara, di Sinus Laktiferus.

2. Hiperprolaktinemia
Hiperprolaktinemia adalah meningkatnya kadar PRL darah, kadang kala
disebabkan stres; jika patologis, keadaan ini menyebabkan galaktorea, haid
tidak teratur, dan subfertilitas. Pada pria, dapat terjadi disfungsi ereksi,
ginekomastia ( pembesaran payudara ), dan penurunan massa otot. Penyakit ini
dapat terjadi akibat pemberian antagonis dopamin (misal metoklopramid), tumor
hipofisis besar yang sering nonfungsional, dan prolaktinoma. Prolaktinoma yakni
tumor hipofisis
 penghasil prolaktin yang dapat dibagi menurut ukurannya menjadi makroadenoma
(>1 cm) atau mikroadenoma (<1 cm). (Chris Brooker.,2008).

Hiperprolaktinemia adalah suatu fenomena yang dinamakan stalk effect,


akibatnya, kenaikan ringan PRL serum, bahkan pada pasien adenoma hipofisis,
tidak selalu menunjukan adanya tumor pensekresi PRL. (Mitchell, Kumar, Abbas
& Fausto.2008)

Hiperprolaktinemia adalah adalah peningkatan kadar PRL yang terjadi pada


wanita yang tidak hamil dan dapat menyebabkan amenorrhoea atau galactorroea atau
keduanya. (Dr. M Fidel Ganis Siregar, SpOG,2010).

B. ETIOLOGI

Banyak penyebab hiperprolaktinemia yang perlu dipertimbangkan sebelum


mendiagnosa hiperprolaktinemia sebagai suatu gangguan hipofisis. Penyebab
tersering hiperprolaktinemia adalah kehamilan, hipotiroidisme, pemakaian obatanta
gonis dopamin (termasuk fenotiazin dan metoklopramid). Hiperprolaktinemia juga
merupakan manifestasi utama dari sindrom ovarium polikistik. Penyebab tersering
hiperprolaktinemia yang berasal dari hipofisis adalah mikroadenoma dan
hiperprolaktinemia idiopatik.

Penyebab terjadinya hiperprolaktinemia adalah :


1. Prolaktinoma
Adalah sejenis sel yang tumbuh didalam kelenjar pituitari dan menghasilkan
hormon secara berlebihan dalam tubuh wanita yang mengalami masalah
 prolaktinaemia. Biasanya ini tidak membahayakan selain hanya menyebabkan
wanita mengalami masalah kesuburan, tetapi kadang - kadang bisa juga
mempengaruhi fungsi penglihatan.

2. Obat-obatan
Misalnya Dopamine-receptor antagonist
(phenothiazines,butyrophenones,thioxanthenes, risperidone,
metoclopramidesulpiride,pimozide), Dopamine-depleting agents (methyldopa,
reserpine), Anti histamin2 (AH2) seperti cimetidine, anti hypertensi
(verapamil), dan anti depresan golongantrisiklik, estrogen dan opiate. Estrogen
dapat menyebabkan hiperprolaktinemia oleh karena estrogen memiliki sifat
 positif terhadap laktotrof. Dan obat-obatopiate menyebabkan
hiperprolaktinemia karena dapat menstimulasi reseptoropiod pada
hipotalamus..

3. Hypothyroidisme
Pengeluran hormon prolaktin yang berlebihan juga bisa terjadi pada mereka
yang mengidap hypotiroid, keadaan dimana terdapat kekurangan pengeluaran
hormon tiroid.

4. Penyebab-lain
Kehamilan, menyusui dan rangsangan pada puting susu juga bisa meningkatkan
 prolaktin dalam tubuh, akan tetapi ini normal dan tidak ada kaitannya dengan
suatu penyakit.

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang terkait dengan hiperprolaktinemia dapat disebabkan oleh beberapa


faktor: efek langsung dari prolaktin yang berlebihan, seperti induksi galaktorea atau

hipogonadisme; efek dari lesi struktural (seperti tumor hipofisis), yang


menyebabkan gejala nyeri kepala, gangguan lapang pandang, atau yang terkait
disfungsi sekresi hormon hipofisis anterior. Pasien biasanya datang dengan keluhan
gangguan menstruasi – amenorea atau oligomenorea – atau siklus regular tetapi
dengan infertilitas. Kadang, pasien dapat mengeluh menoragia atau galaktorea.
Galaktorea jarang terjadi pada wanita postmenopause akibat kurangnya estrogen.
Pada fase lanjut dapat timbul gejala akibat perluasan tumor (mis. nyeri kepala,
gangguan visus,dan oftalmoplegi eksterna) atau gejala-gejala akibat kegagalan
kelenjar adrenal atau gangguan tiroid sekunder.

Manifestasi klinis hiperprolaktinemia umumnya berasal dari efek prolaktinpada


 payudara dan fungsi gonad. Kurang lebih 90% penderita wanita dengan
hiperprolaktinemia mengalami galaktorea. Galaktorea dapat terjadi unilateral
ataubilateral, klinis atau sub-klinis, spontan atau dirangsang, dan dapat bersifat
encer atau kental. Namun galaktorea bukan ciri khas dari hiperprolaktinemia

karena ia dapat terjadi tanpa adanya hiperprolaktinemia.


Gejala tersering pada wanita premenopause adalah amenorea dan infertilitas.
Wanita amenore karena hiperprolaktinemia tidak mengalami atrofi payudara
seperti pada wanita postmenopause lainnya. Pada pemeriksaan, didapatkan
 payudara dan areola terbentuk sempurna dengan tuberkel Montgomery yang
hiperplastik. Bila dilakukan pemijatan dari arah perifer menuju areola
untuk mengosongkan duktus laktaris, diikuti dengan penekanan areola
untuk mengosongkan sinus laktaris, dapat ditemukan galaktorea. Efek prolaktin
terhadap gonad kemungkinan disebabkan oleh gangguan pulsatilitas
normal dari gonadotrophin-releasing hormone (GnRH) dan
perubahan sekresi luteinizinghormone (LH) dan follicle-stimulating
hormone (FSH). Hal ini akan
 berakibat pada anovulasi, dengan gejala amenorea atau oligomenorea dan
infertilitas. Biasanya penderita mengalami oligomenorea, namun dapat juga
mengalami menstruasi teratur.

Hiperprolaktinemia juga akan mengakibatkan osteoporosis sekunder yaitu


 penurunan densitas mineral tulang pada tulang punggung. Setelah nilai prolaktin
kembali ke nilai normal, densitas tulang dapat meningkat kembali tetapi
tidak mencapai nilai normal.
Manifestasi klinis akibat peningkatan kadar prolaktin dapat dibagi dalam 2
kelompok, yakni yang diakibatkan secara langsung oleh kadar prolaktin yang
 berlebihan dan manifestasi klinis akibat hipogonadisme.

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di


dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Hipofisis mengendalikan
fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya, sehingga disebut kelenjar 
 pemimpin, atau master of gland. kelenjar hipofisis terdiri dari dua lobus, yaitu
lobus anterior dan lobus posterior.

1. Fungsi hipofisis anterior ( adenohipofise )

Menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali


 produksi dari semua organ endokrin yang lain.

a) Hormon pertumbuhan (somatotropin ) : mengendalikan pertumbuhan tubuh


(tulang, otot, dan organ-organ lain).

 b) Hormon TSH : mengendalikan pertumbuhan dan aktivitas sekretorik kelejar tiroid.

c) Hormon ACTH : mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan

kortisol yang berasal dari kortex suprarenal.

d) Hormon FSH : pada ovarium berguna untuk merangsang perkembangan


folikel dan sekresi esterogen. Pada testis, homon ini berguna untuk merangasang
pertumbuhan tubulus seminiferus, dan spermatogenesis.

e) Hormon LH : pada ovarium, untuk ovulasi, pembentukan korpus luteum,


menebalkan dinding rahim dan sekresi progesteron. Dan pada testis,
untuk sekresi testoteron

f) Hormon Prolaktin : untuk sekresi mamae dan mempertahankan korpus


luteum selama hamil.
2. Fungsi hipofisis posterior 

a) Anti-diuretik hormon (ADH): mengatur jumlah air yang melalui ginjal,


reabsorbsi air, dan mengendalikan tekanan darah pada arteriole.

 b) Hormon oksitosin : mengatur kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan
 pengeluaran air sususewaktu menyusui.

E. PATOFISIOLOGI

Fungsi primer prolaktin adalah untuk menstimulasi sel epitel payudara untuk 
 berproliferasi dan merangsang produksi air susu. Estrogen menstimulasi
 proliferasisel laktotrof hipofisis, dan meningkatkan kuantititas sel ini pada wanita
usia premenopause, terutama saat kehamilan. Namun, laktasi dihambat oleh
kadar estrogen dan progesteron yang tinggi saat kehamilan. Penurunan kadar
estrogen dan progesteron yang cepat pada periode pasca persalinan akan
menyebabkan terjadinya laktasi. Saat laktasi dan menyusui, ovulasi dapat ditekan
akibat supresi gonadotropin oleh prolaktin.

Seperti kebanyakan hormon hipofisis anterior lainnya, prolaktin diregulasioleh

hormon hipotalamus lewat sirkulasi portal hipotalamus-hipofisis. Pada umumnya,


sinyal dominan adalah bersifat inhibitorik tonik, yang menghalangi pelepasan
 prolaktin. Hal ini dimediasi oleh neuro transmitter dopamin, yang bekerja pada
reseptor tipe-D2 yang terdapat pada sel laktotrof. Sedangkan sinyal stimulatorik dimediasi
oleh hormon hipotalamus, yaitu TRH ( thyrotropin-releasing hormone )
danVIP ( vasoactive intestinal peptide ). Keseimbangan antara kedua sinyal
tersebut menentukan jumlah prolaktin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis
anterior. Jumlahyang dikeluarkan melalui ginjal turut menentukan konsentrasi
 prolaktin di dalam darah. Maka pada hipotiroidisme (keadaan di mana kadar 

TRHnya tinggi) dapat terjadi hiperprolaktinemia. VIP meningkatkan kadar 


 prolaktin sebagai respons dari menyusui dengan meningkatkan kadar adenosine
3’,5’-cyclic phosphate (cAMP).Menurunnya kadar dopamin dapat menyebabkan
sekresi prolaktin yang berlebihan. Proses yang dapat mengganggu sintesis
dopamin, transpor dopamin kekelenjar hipofisis, atau efeknya terhadap sel
laktotrof, dapat mengakibatkan hiperprolaktinemia.

Secara praktis, dapat diingat 3P – Physiological, Pharmacological dan


Pathological. Secara fisiologis, peningkatan prolaktin dapat merupakan akibat dari
kehamilan dan stress. Agen farmakologik yang dapat menyebabkan
hiperprolaktinemia antara lain adalah neuroleptik, dopa blockers, antidepressan,
danestrogen. Penyebab patologik antara lain adalah penyakit hipotalamo-hipofisis,
cedera tungkai hipofisis, hipotiroidisme,gagal ginjal kronis dan sirosis hati.
Manifestasiklinis pada hiperprolaktinemia adalah akibat pengaruh hormon terhadap
 jaringan target prolaktin, yaitu sistem reproduksi dan jaringan payudara dari kedua

 jenis kelamin.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Anamnesis terarah mengenai riwayat pemakaian obat-obatan juga sebaiknya


dilakukan karena banyak obat dapat mengakibatkan hiperprolaktinemia, dengan
kadarprolaktin kurang dari 100 ng/mL.

Obat-obat tersebut antara lain adalah:

a. Antagonis reseptor dopamin (fenotiazin, butirofenon,


risperidon,metoklopramid, sulpiride)

 b. Dopamine-depleting agents (metildopa, reserpin)

c. Lain-lain (isoniazid, antidepresan trisiklik, verapamil, estrogen, opiat)

Setelah menyingkirkan kemungkinan tersebut di atas dan menyingkirkan suatu


lesi hipotalamus, tiga kemungkinan diagnosis harus dipertimbangkan:

a) mikro-adenoma (lebih sering pada wanita premenopause),

 b) makro-adenoma (lebih seringwanita postmenopause), atautidak ada tumor sama

sekali.
Jika tidak dapat ditegakkan adanya suatu lesi tumor, maka didiagnosis sebagai
hiperprolaktinemia idiopatik.Dikatakan suatu mikoradenoma adalah bila
diameter terbesar tumor kurang dari 10mm (diameter maksimal suatu kelenjar
hipofisis yang normal adalah 10 mm) dan dikatakan makroadenoma jika
ukurannya lebih atau sama dengan 10 mm. Prolaktinoma biasanya disertai dengan
kadar prolaktin lebih dari 250 ng/mL, kecil kemungkinan terjadi prolaktinoma
bila kadar prolaktin kurang dari 100 ng/mL. Nilai prolaktinserum pada pasien
mikro adenoma biasanya kurang dari 200 ng/mL dan pada pasien makroadenoma
biasanya nilainya lebih dari 200 ng/mL. Jika kadar prolaktin adalah lebih dari
100 ng/mL atau kurang dari 250 ng/mL, harus dilakukan pemeriksaan radiologi,
khususnya MRI. Jika dengan MRI, diagnosis adenoma masih tidak dapat
ditegakkan, maka didiagnosis sebagai hiperprolaktinemia idiopatik.

Secara umum, hiperprolaktinemia ditemukan pada pasien dengan keluhanutama


seperti amenorea, galaktorea, dan infertilitas. Kadang dibutuhkan pengukurankadar 
 prolaktin puasa. Untuk mendeteksi hipotiroid, dilakukan pengukuran hormon TSH.
Perlu dilakukan pengukuran kadar ureum kreatinin untuk mendeteksi gagalginjal.
Tes kehamilan perlu dilakukan, kecuali pada pasien yang telah menopause atau
 pada pasien yang telah dilakukan histerektomi. Pasien dengan makroadenoma perlu
dievaluasi untuk mencari suatu hipohipofisisme.

MRI merupakan pemeriksaan penunjang gold standard bagi penderita


hiperprolaktinemia yang telah dipastikan penyebabnya bukan proses
fisiologis,kehamilan, obat obatan atau hipotiroidisme. MRI dapat mendeteksi
adenoma sampai ukuran sekecil 3-5 mm.

Anatomi kelenjar hipofisis paling baik dilihat dengan pemeriksaan


MRI.Dengan MRI dapat dilihat kiasma optik, sinus kavernosus, dan hipofisis itu
sendiri(baik kelenjar normal atau suatu tumor), dan tangkainya. Maka dapat
diketahuihubungan antara struktur-struktur tersebut. Jika tidak ada fasilitas MRI,
dapatdipakai CT scan namun resolusinya kurang bagus dibanding MRI sendiri, CT
scantidak dapat mendeteksi mikroadenoma.

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi adalah untuk meredakan gejala hiperprolaktinemia.
Penatalaksanaan sebaiknya memperhatikan penyebab terjadinya
hiperprolaktinemia, seperti dengan menghentikan obat obatan yang mengakibatkan
hiperprolaktinemia dan pada penderita dengan hipotiroidisme dengan
memberikanterapi hormone replacement.

Medikamentosa

1. Dopamine agonist , bromocriptine mesylate merupakan obat pilihan utama


Bromocriptine dapat menurunkan kadar prolaktin sebanyak 70-100%, dan
memulihkan proses ovulasi pada wanita usia premenopause. Pada pasien
dengan intoleransi bromocriptine atau resisten terhadap obat tersebut, dapat
diberikan cabergoline. Terapi diberikan selama 12-24 bulan dan dihentikan jika
kadar prolaktintelah kembali ke nilai normal. Bromocriptine juga dapat
digunakan untuk mengecilkan ukuran makroadenoma. Jika pengobatan
medikamentosa gagal, maka indikasi untuk dilakukan operasi.

Pembedahan

1. Indikasi untuk suatu operasi hipofisis antara lain adalah pasien dengan
intoleransi obat, tumor yang resisten terhadap terapi medikamentosa, atau pada
 pasien dengan gangguan lapangan pandang yang persisten meskipun telah
diberikan terapi medikamentosa (manifestasi akibat penekanan tumor).

2. Pasien dengan hiperprolaktinemia dan tumor hipofisis kecil dapat diobati


dengan operasi Samada, atau dengan pendekatan transfenoidal.

H. KOMPLIKASI

Komplikasi hiperprolaktinemia antara lain adalah kebutaan, pendarahan,


osteoporosis,dan infertilitas.

I. PROGNOSIS
1. Sebanyak 90–95 % pasien dengan mikroadenoma mengalami penurunan
sekresi prolaktin secara gradual, jika konsisten dengan pengobatan minimal
selama 7 tahun

2. Sepertiga pasien dengan hiperprolaktinemia dapat mengalami resolusi tanpa


 pengobatan.

3. Angka rekurensi hiperprolaktinemia adalah 80%, dan bila terjadi maka pasien
memerlukan terapi medis jangka panjang.

BAB III

TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat penyakit ; manisfestasi klinis tumor hipofise berpariasi tergantung


 pada hormon manayang disekresi berlebihan. Tanyakan manisfestasi klinis
dari peningkatan prolaktin, GH dan ACTH mulai dirasakan.

2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.

3. Keluhan utama, mencakup :

a) Perubahan tingkat energi, kelelahan dan latargi.

 b) Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.


c) Dispaneuria dan pada peria disertai dengan imptensia.

d) Nyeri kepala, kaji P,Q,R,S,T.

e) Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan,


 penglihatan ganda.

f) Kesulitan dalam hubungan seksual.

g) Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita) mencakup keteraturan,


kesulitan hamil.

h) Libido seksual menurun.

i) Impotensia.

4. Pemeriksaan fisik mencakup :

a) Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan


dijumpai penurunan fisik 

 b) Periksa adakah pembesaran yang abnormal pada payudara

c) Inspeksi adakah tanda-tanda infeksi terutama di daerah ginetalia

d) Perkusi dada dengar adakah suara abnormal dari pembesaran jantung.

5. Pemeriksaan diagnostik 

a) Kadar prolaktin serum; ACTH, GH

 b) Foto tengkorak 

c) CT Skan Otak 

d) Tes supresi dengan Dexamethason


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan citra tubuh yang b/d perubahan penampilan fisik.

2. Disfungsi seksual yang b/d penurunan libido; infertilasi.

3. Nyeri ( kepala ) b/d penekanan jaringan oleh tumor.

4. Ansietas b/d ancaman terhadap perubahan setatus kesehatan

5. Koping individu tidak efektiv b/d hilangnya kontrol terhadap tubuh.

6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, latargi.

7. Perubahan sensoris-perseptual (penglihatan) b/d gangguan transmisi impuls


akibattumor.

8. Resiko gangguan integritas kulit ( kekeringan) b/d menurunnya kadar hormonal

9. Resiko Infeksi b/d pasca pembedahan.

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. DX 1 : Perubahan citra tubuh yang b/d perubahan penampilan fisik.

Tujuan : Agar Klien memiliki kembali citra tubuh yang positiv.

Intervensi keperawatan

 Non pembedahan

a. Menyakinkan klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang


dengan pengobatan ( ginekomastia, galaktorea).

 b. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya.

2. DX 2 : Disfungsi seksual yang b/d penurunan libido; infertilasi.


Tujuan : agar klien dapat melakukan hubungan lagi dan mencapai tingkat
kepuasanpribadi dari fungsi seksual.

Intervensi keperawatan

a. Mengidentifikasi masalah spesifik mengenai pengalaman klien


terhadap fungsi seksualnya.

 b. Mendorong agar klien ingin mendiskusikan masalah tersebut


dengan pasangannya.

c. Mengolaborasi pemberian obat-obatan bromokriptin.

d. Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, mengkolaborasi


 pemberian gonadotropin.

3. DX 3 : Nyeri ( kepala ) b/d penekanan jaringan oleh tumor.

Tujuan : Agar nyeri di kepala pasien berkurang dan skala nyerinya dapat di ukur.

Intervensi Keperawatan :

a. Mengkaji skala nyeri

 b. Mencatat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, dan


 penyebarannya

4. DX 4 : Ansietas b/d ancaman terhadap perubahan setatus kesehatan.

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam kecemasan klien berkurang.

Intervensi keperawatan :

a. Membantu klien mengekspresikan perasaan marah, kehilangan,

dan takut.
 b. Mengkaji tanda verbal dan nonverbal kecemasan, damping
klien, dan lakukan tindakan bila menunjukkan perilaku merusak.

c. Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan.

Memberi lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.

5. DX 5 : Koping individu tidak efektiv b/d hilangnya kontrol terhadap tubuh.

Tujuan : Agar klien dapat menyerap informasi yang diberikan tentang


 penyakitnya.

Intervensi keperawatan :

a. Membantu klien agar klien bisa tenang dalam menyerap

informasi yang di berikan.

6. DX 6 : Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, latargi.

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam aktivitas klien mengalami peningkatan.

Intervensi keperawatan :

a. Meningkatkan istirahat klien, batasi aktivitas, dan berikan


aktivitas senggang yang tidak berat.

 b. Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas.


Contoh : bangun dari kursi, bila tak ada nyeri, ambulasi, dan
istirahat selama 1 jam setelah makan

7. DX 7 : Perubahan sensoris-perseptual (penglihatan) b/d gangguan transmisi


impuls akibat tumor.

Tujuan : Agar dalam 24 jam ketajaman penglihatan klien dapat di


minimalisir.
Intervensi Keperawatan :

a. Mengkaji visus klien.

 b. Menginspeksi adakah kelainan di mata pasien.

c. Mengkolaborasikan obat-obatan dengan petugas kesehatan lain.

8. DX 8 : Resiko gangguan integritas kulit ( kekeringan) b/d menurunnya


kadar hormonal.

Tujuan : meberikan rasa nyaman pada tubuh pasien

Intervensi keperawatan :

a. Kaji skala keelastisan kulit, kelembapan kulit

9. DX 9 : Resiko Infeksi b/d pasca pembedahan

Tujuan : tidak terjadinya infeksi pada klien

Intervensi keperawatan :

a. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien cara pembersihan


dan perawatan pasca beda

 b. Membersihkan tempat tidur klien

c. Membersihkan tempak insisi

d. Tanyakan pada klien ada keluhan atau tidak 


LAMPIRAN 3

ASUHAN KEPERAWATAN FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)

PENGKAJIAN

A. Sistem Integumen.

1. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus.

2. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema

3. Perhatikan pigmentasi kulit

4. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah.

B. Sistem Gastrointestinalis

1. Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah
 pemberian kemotherapi.

2. Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit

3. Kaji diare & konstipasi

4. Kaji anoreksia

5. Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

C. Sistem Hematopoetik.

1. Kaji Netropenia

a. Kaji tanda infeksi

 b. Auskultasi paru

c. Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe

d. Kaji suhu
2. Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 – menengah, < 20.000/m3 – berat
3. Kaji Anemia
a. Warna kulit, capilarry refi
 b. Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
c. Sistem Respiratorik & Kardiovaskula
4. Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif 
 – terutama bleomisi
5. Kaji tanda CHF
6. Lakukan pemeriksaan EKG
D. Sistem Neuromuskular 
1. Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik 
2. Perhatikan adanya parestesi
3. Evaluasi refleks
4. Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5. Kaji gangguan pendengaran
6. Diskusikan ADL
E. Sistem genitourinar 
1. Kaji frekwensi BAB
2. Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3. Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4. Monitor BUN, kreatinin

DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi


atau efek samping therapy/tindakan,
B. Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan

C. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek treatment.

RENCANA KEPERAWATAN

A. Dx 1
 Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay
vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan,

Tujuan

 Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria :

1. Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)


2. Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin.

3. Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional


sesuai situasi individu.

Intervensi

Independent :

1. Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 – 
10) dan upaya untuk mengurangi nyeri.
2. Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.

3. Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi,


komunikasi therapeutik melalui sentuhan.

4. Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi

sesuai kebutuhannya

Kolaborasi :

1. Kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan


dokter 

Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.

Rasional
1. Informasi merupakan data dasar untuk evaluasi atau efektifitas intervensi
yang dilakukan. Pengalaman nyeri setiap individu bervariasi karena
mengganggu fisik dan psikologi.
2. Menolong dan meningkatkan relaksasi dan refokus

3. Melibatkan dan memberikan partisipasi aktif untuk meningkatkan kontrol

4. Tujuan umum/maksimal mengomtrol tingkat nyeri dan minimum ada


keterlibatan dalam ADLs.

5. Rencana terorganisasi dan meningkatkan kesempatan dalam mengontrol


rasa sakit. Klien harus berpartisipasi aktif dalam perawatan di rumah.

6. Nyeri merupakan dampak/komplikasi suatu tindakan atau keadaan penyakit


serta perbedaan respon individu.

B. Dx 2

Gangguan gambaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan


Tujuan

Gambaran diri berkembang secara positif dengan kriteria :

1. Mengerti tentang perubahan pada tubuh.


2. Menerima situasi yang terjadi pada dirinya.

3. Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah.

4. Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan.

5. Dapat menerima realita.

6. Hubungan interpersonal adekuat.

Intervensi

1. Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien
agar dapat aktif kembali sesuai ADLs.
2. Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan
termasuk efek yang mengganggu aktivitas seksual.

3. Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari

efek yang terjadi.

4. Beri informasi/ konseling sesering mungkin.

5. Beri dorongan/ support psikologis.

6. Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi (pertahankan


kontak mata).

Kolaborasi :

1. Refer klien pada kelompok program tertentu.


2. Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi.

Rasional

1. Menerima dam mengerti tentang hal-hal yang dilakukan merupakan awal


 proses penyelesaian masalah.
2. Antisipasi dini dapat menolong klien untuk mengawali proses adaptasi
dalam mempersiapkan hal-hal yang dapat terjadi.

3. Dimungkinkan dapat menolong menurunkan masalah dengan keterlibatan


sehingga dapat menerima tindakan yang dilakukan.

4. Validasi tentang kenyataan perasaan klien dan berikan tehnik koping sesuai
kebutuhan.

5. Klien dengan gangguan neoplasma kanker membutuhkan support tambahan


selama periode tersebut.

6. Penghargaan dan perhatian merupakan hal penting yang diharapkan klien


guna menurunkan perasaan klien akan keraguan / ketidaknyamanan.

7. Grup support biasanya sangat bermanfaat bagi klien dengan meningkatkan


kontak dengan klien lain dengan masalah sama.
8. Mungkin berguna untuk mempertahankan struktur psikososial.

Anda mungkin juga menyukai