Anda di halaman 1dari 5

STATION 11

TUJUAN : Mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam Konseling tentang penyakit


Tuberculosis

KASUS :

Bapak Bandus (30 tahun) membawa resep setelah memeriksakan penyakitnya ke


dokter yang berada di dekat apotek. Setelah menebus obatnya, Bapak Bandus ingin
menemui apotekernya untuk berkonsultasi tentang obat yang ia peroleh. Ia ingin
tahu khasisat dari masing – masing obat, cara minum obat yang benar, dan efek
samping tiap obat.

RESEP :

dr. Setia Budi


SIP : 212/666/DU/NN.11/2014

Praktek :
Jl. Farmasis no.7 Surakarta Pagi : 07.00 – 11.00
Telp. (0271) 696969 Sore : 18.00 – 21.00

Solo, 18 Mei 2019

R/ Rifampisin 300 mg no XXX


S b d d cap I p c

R/ I N H tab no XXX
S 1 d d cap I p c

R/ Ethambutol 500 mg no XXX


S S d d cap I p c

Pro : Bpk. Bandus


Umur : 30 tahun
Alamat : Jl. Jalan no 14 Solo
TUGAS :

1. Salam, Menyapa Pasien, Memperkenalkan diri


2. Mendengar keluhan pasien
3. Menjelaskan Cara minum Setiap obat
4. Menjelaskan Khasiat tiap obat
5. Menjelaskan efek samping tiap obat
6. Konfirmasi kejelasan pasien
7. Terima kasih dan salam
RIFAMPICIN

Tablet
KOMPOSISI
Rifampicin 300 mg
Setiap tablet mengandung Rifampicin 300 mg.
Rifampicin 450 mg
Setiap tablet mengandung Rifampicin 450 mg.
Rifampicin 600 mg Setiap tablet mengandung Rifampicin 600 mg.

FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)


Rifampicin (rifampisin) merupakan antibiotik semisintetik yang mempunyai efek bakterisid terhadap
mikobakteri dan organisme gram positif. Pada dosis tinggi, rifampisin juga efektif terhadap organisme gram
negatif. Mekanisme kerja Rifampisin dengan menghambat sintesa RNA dari mikobakterium.

INDIKASI

 Untuk pengobatan tuberkulosis atau TBC dalam kombinasi obat tuberkulosis lainnya.

 Untuk pengobatan lepra, digunakan dalam kombinasi dengan senyawa leprotik lain.

KONTRAINDIKASI
Rifampisin tidak boleh diberikan kepada :

 Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini,

 Penderita jaundice,

 Penderita porfiria.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI


Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai Rifampisin.
Sebaiknya obat Rifampisin diminum 30 menit – 1 jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

EFEK SAMPING

 Gangguan saluran pencernaan seperti mual dan muntah.

 Gangguan fungsi hati.

 Pernah dilaporkan timbulnya ikterus, purpura, reaksi hipersensitivitas atau alergi.

 Trombositopenia, leukopenia.

 Dapat terjadi abdominal distress (ketidaknyamanan pada perut) dan pernah dilaporkan terjadinya kolitis
pseudo membran

 Juga pernah dijumpai keluhan-keluhan seperti influenza (flu syndrome), demam, nyeri otot dan sendi.
ISONIAZID (INH)

Isoniazid Tablet : Tiap tablet mengandung Isoniazid 300 mg.

FARMAKOLOGI

 Isoniazid adalah antibiotik dengan aktivitas bakterisid dan bakteriostatik terhadap mikobakterium.
Isoniazid atau INH bekerja dengan menghambat sintesa asam mikolinat yang merupakan unsur penting
pembentukan dindis sel mikobakterium tuberkulosis.

 Isoniazid aktif terhadap bakteri M. tuberculosis, M. bovis, dan beberapa strain M. kansasii.

INDIKASI

 Pengobatan dan pencegahan tuberkulosis, dalam bentuk pengobatan tunggal maupun kombinasi dengan
obat tuberkulosis lainnya.

 Pengobatan infeksi mikobakterium non-tuberkulosis.

KONTRAINDIKASI

 Penderita penyakit hati akut.

 Penderita dengan riwayat kerusakan sel hati disebabkan terapi isoniazid.

 Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap isoniazid.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

 Dewasa : 5 mg/kg berat badan/hari atau 10 mg/kg berat badan 3 kali seminggu.

 Anak : 10 – 15 mg/kg berat badan/hari dalam 2 dosis terbagi (pagi dan malam), atau 20 – 40 mg/kg
berat badan 2 – 3 kali seminggu.

Isoniazide sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong. Waktu yang paling baik pemberian isoniazid
adalah 1 – 2 jam sebelum makan. Apabila terdapat gangguan saluran pencernaan/lambung apabila diminum
sebelum makan, makan isoniazid dapat diminum bersamaan dengan makanan untuk mengurangi efek gangguan
pencernaan.

EFEK SAMPING

Efek samping yang dapat terjadi diantaranya neuritis perifer, neuritis optik, reaksi psikosis, kejang, mual,
muntah, kelelahan, gangguan pada lambung, gangguan penglihatan, demam, kemerahan kulit, dan defisiensi
vitamin B (pyridoxine). Efek samping yang berpotensi fatal adalah hepatotoksisitas (gangguan dan kerusakan
sel hati).
ETHAMBUTOL

Ethambutol adalah obat yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis (TBC), terutama bila diduga telah terjadi
resistensi. Obat ini biasanya digunakan secara kombinasi dengan obat TBC lainnya, seperti isoniazid,
rifampicin, dan pyrazinamide. Obat ini adalah anti tuberculosis yang bekerja dengan cara menghambat satu atau
lebih metabolit bakteri rentan yang mengakibatkan gangguan metabolisme sel, menghambat multiplikasi, hingga
kematian sel. Obat ini aktif terhadap bakteri yang rentan hanya saat bakteri itu sedang mengalami pembelahan
sel.

KEMASAN

Obat ini tersedia di pasaran dengan kadar :

 Ethambutol 250 mg dan 500 mg

INDIKASI

Kegunaan ethambutol adalah untuk hal-hal berikut :

 Mengobati penyakit tuberculosis (TBC), terutama TB paru yang resisten. Penggunaan obat ini
sebaiknya tidak secara tunggal namun dikombinasikan dengan obat-obat anti tuberculosis yang lain.

 Obat ini juga digunakan untuk mengobati infeksi oleh Mycobacterium avium
complex, dan Mycobacterium kansaii.

KONTRA INDIKASI

 Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap ethambutol.

 Tidak boleh diberikan kepada pasien yang menderita neuritis optik, kecuali ada penilaian klinis yang
menyatakan obat ini bisa diberikan.

 Jangan menggunakan obat ini kepada pasien yang tidak bisa mendeteksi dan melaporkan terjadinya
gangguan penglihatan, misalnya anak-anak < 13 tahun.

EFEK SAMPING

Berikut adalah beberapa efek samping ethambutol yang mungkin terjadi :

 Efek samping yang sering dilaporkan akibat pemakaian obat ini adalah terjadinya gangguan
penglihatan (neuritis retrobulbar) yang disertai penurunan visus, skotoma sentral, buta warna hijau-
merah, serta penyempitan pandangan. Efek samping ini lebih rentan dialami jika obat digunakan
dengan dosis berlebihan atau penderita gangguan ginjal.

 efek samping yang juga sering adalah reaksi alergi, dan gangguan pada saluran pencernaan.

 Efek samping yang jarang adalah terjadinya masalah pada organ hati (penyakit kuning), neuritis
perifer, efek samping pada sistem saraf pusat, serta hiperurisemia.

Anda mungkin juga menyukai