Anda di halaman 1dari 31

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................... Error! Bookmark not defined.


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
A. Anatomi Serviks ......................................................................................................... 3

B. Definisi........................................................................................................................ 5

C. Etiologi/ Patofisiologi ................................................................................................. 5

D. Morfologi Polip Serviks.............................................................................................. 6

E. Diagnosis Polip Serviks .............................................................................................. 9

F. Diagnosis Banding .................................................................................................... 11

G. Faktor Resiko ............................................................................................................ 12

H. Komplikasi ................................................................................................................ 13

I. Penatalaksanaan ........................................................................................................ 13

J. Prognosis................................................................................................................... 15

BAB III PRESENTASI KASUS .................................................................................... 16


A. IDENTITAS PASIEN ............................................................................................... 16

B. ANAMNESA (Autoanamnesa) ................................................................................ 16

C. PEMERIKSAAN FISIK ........................................................................................... 19

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................ 21

i
E. DIAGNOSIS ............................................................................................................. 22

F. PENATALAKSANAAN .......................................................................................... 23

G. FOLLOW UP ............................................................................................................ 23

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................... 25


BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 28

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Serviks............................................................................................. 4

Gambar 2.2. Polip Serviks .................................................................................................. 5

Gambar 2.3. Gambaran histology polip serviks.................................................................. 7

Gambar 2.4. A. Polip Endoserviks; B. Polip Ektoserviks .................................................. 8

Gambar 2.5. Polip Serviks pada pemeriksaan ultrasonografi ........................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Serviks merupakan bagian uterus yang berada di bagian bawah, berupa

saluran yang menghubungkan uterus dengan vagina. Pada daerah ini

seringdidapatkan pola pertumbuhan jaringan abnormal, baik jinak maupun ganas.

Salah satu kasus yang dapat ditemukan adalah bentuk polip serviks. Polip serviks

merupakan pertumbuhan massa polip atau tumor bertangkai, yang berasal

dari permukaan kanal serviks1. Polip serviks tumbuh dari kanal serviks

dengan pertumbuhan ke arah vagina. Terdapat berbagai ukuran dan biasanya

berbentuk gelembung-gelembung dengan tangkai yang kecil. Secara

histopatologi, polipserviks sebagian besar bersifat jinak (bukan merupakan

keganasan) dan dapat terjadi pada seseorang atau kelompok populasi1.

Polip serviks dapat tumbuh dari lapisan permukaan luar serviks dandisebut

sebagai polip ektoserviks. Polip ektoserviks sering diderita oleh wanitayang telah

memasuki periode paska-menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita

usia produktif. Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga 5% wanita.

Pada wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya

satu anak, pertumbuhan polip sering berasal dari bagian dalam 1serviks, atau

disebut polip endoserviks. Meskipun pembagian polip serviks menjadi polip

ektoserviks dan endoserviks cukup praktis untuk menentukan lokasi

lesi berdasarkan usia, namun hal itu bukan merupakan ukuran absolut

1
untuk menetapkan letak polip secara pasti. Sejumlah prosedur lain tetap harus

dilakukan sebelum tindakan bedah dan pengobatan dilakukan1,2.

Polip serviks memiliki ukuran kecil, yaitu antara 1 hingga 2 cm.

Namun,ukuran polip dapat melebihi ukuran rata-rata dan disebut polip serviks

raksasa bila melebihi diameter 4 cm. Polips serviks berukuran besar jarang

ditemukan di populasi dan gambaran mengenai penyakit ini sedikit sekali dibahas

dalam literatur-literatur ginekologi. Dalam laporan kasus international yang

termuat di MEDLINE, hanya terdapat 8 kasus yang dilaporkan sepanjang periode

1966 – 2002, menggambarkan kecilnya angka kejadian tersebut di dunia1,2.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Serviks

Secara anatomi makro, serviks memiliki ukuran diameter antara 2,5-3 cm

dan panjang 3-5cm.Posisi anatomi serviks normal adalah sedikit angulasi

ke bawah-depan. Di bagian bawah,serviks berhubungan dengan vagina

sebagai portio vaginalis dan bagian kanal serviks yang berhubungan dengan

vaginadisebut orificium uterina externus atau mulut rahim. Kanal serviks

berukuran sekitar 8 mm. Bagian antara endoserviks dan kavum uteri disebut

itsmus dan merupakan bagian dari segmen bawah rahim1,2.

Sirkulasi limfatik serviks yang utama meliputi nodus

parametrial,obturator, iliaka internal, dan iliaka eksternal. Aliran limfe sekunder

meliputinodus presakral, iliaka komunis, dan nodus para-aortika. Innervasi serviks

adalah plexus Frankenhauser, yang merupakan bagian terminal dari plexus

presakral. Serabut saraf memasuki segmen bawah rahim dan bagian atas serviks

membentuk pleksus semisirkuler. Vaskularisasi utama serviks berasal dari cabang

desendens arteri uterina dan cabang servikal arteri vaginalis. Aliran vena

mengikuti pembuluh darah arteri2,3.

Secara anatomi mikroskopis, stroma servikal terdiri atas campuran serabut

fibrous, muskular (15%) dan jaringan elastik. Epitel tersusun atas skuamosa

di bagian ektoserviks dan kolumnar di bagian endoserviks. Di antara kedua area

tersebut, terdapat bentuk peralihan antara epitel di ektoserviks dan endoserviks

3
yang disebut squamocolumnar junction. Pada bagian distal area ini tersusun atas

epitel metaplastik squamosa yang imatur. Trauma, iritasi kronis, dan

infeksi berperan penting terjadinya perkembangan dan maturitas epitel serviks

menjadi bentuk neoplastik1,2,3.

Gambar 2.1. Anatomi Serviks2

4
B. Definisi

Polip serviks adalah tumor jinak berupa adenoma maupun adenofibroma

yang tumbuh menonjol dan bertangkai, tumbuh di permukaan mukosa serviks

ataupun pada saluran endoserviks dan biasanya menonjol keluar dari mulut

serviks1,2.

Gambar 2.2. Polip Serviks2

C. Etiologi/ Patofisiologi

Etiologi dari polip serviks belum diketahui pada beberapa kasus, namun

ada beberapa teori yang menspekulasi etiologi polip serviks. Pertumbuhan polip

merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal di daerah serviks, yang

merupakan reaksi sekunder dari inflamasi serviks lalu berikutnya akibat stimulasi

hormonal seperti estrogen, kongesti pembuluh darah pada canalis cervicalis. Polip

tersusun atas stroma jaringan ikat vaskuler dan dilapisi oleh kolumner,

5
skuamosumkolumner atau epitel skuamosa. Kejadian polip sering dihubungkan

dengan hiperplasia endometrial, yang menunjukkan adanya keterlibatan faktor

estrogen yang berlebihan4,5.

Polip serviks dapat mengakibatkan perdarahan abnormal. Perdarahan

dapat terjadi saat jeda antar menstruasi, setelah berhubungan seksual dan setelah

menstruasi4.

D. Morfologi Polip Serviks

Morfologi polip serviks biasanya lembut, berwarna kemerahan dan

berbentuk seperti jari. Biasanya memiliki tangkai yang pendek, namun beberapa

dapat memiliki dasar yang lebar. Namun sebagian lainnya dapat memiliki tangkai

yang panjang hingga keluar dari canalis cervicalis. Epitel yang melapisinya

biasanya merupakan epitel endoserviks yang pada beberapa kasus dapat pula

mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip dapat

mengalami nekrosis serta mudah berdarah. Maka dari itu sebenarnya polip harus

ditegakkan apakah polip tersebut suatu adenoma, sarcoma botriodes,

adenokarsinoma serviks ataupun mioma melalui pemeriksaan histologic setelah

dilakukan pengangkatan4,5.

Polip endoserviks biasanya berwarna merah, dengan ujung seperti nyala

api, fragil, dan bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm hingga mencapai lebar

3 cm dan panjang beberapa cm (gambar 1). Polip seringkali tumbuh

diendoserviks yang berbatasan dengan ektoserviks, berbasis lebat, dan

mengandung jaringan ikat fibrosa. Karena sering terjadi ekstravasasi darah ke

6
jaringan, maka sering terjadi perdarahan pada kelainan ini. Infiltrasi sel-sel radang

menyebabkan leukorea5.

Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging, lunak, dan

tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel. Polip ini tumbuh di area porsio

dan jarang sekali menimbulkan perdarahan sebagaimana polip endoserviks atau

degenerasi polipoid maligna. Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks

lebih banyak mengandung serat fibrosa di banding polip endoserviks. Polip

ektoserviks memiliki atau bahkan tidak mengandung kelenjar mukosa. Bagian

luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum skuamosa5,6.

Gambar 2.3. Gambaran histology polip serviks4

7
Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi, terutama pada polip ektoserviks

yang disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan nekrosis di bagian

ujung polip. Insidensi degenerasi maligna dari polip ektoserviks diperkirakan

kurang dari 1%. Karsinoma sel skuamosa merupakan yang tersering,

meskipunadenokarsinoma juga pernah dilaporkan6.

Struktur polip memiliki vaskularisasi yang adekuat, sehingga bila terjadi

torsi atau trauma (saat koitus) dapat terjadi perdarahan. Selain itu, dapat pula

terjadi infeksi dan inflamasi yang cukup berpotensi meluas ke organ-organ

sekitar. Karena setiap polip memiliki kemungkinan untuk berdegenerasi maligna,

maka pemeriksaan sitologi perlu dilakukan setelah polip dieksisi atau

diekstirpasi5,6.

A B

Gambar 2.4. A. Polip Endoserviks; B. Polip Ektoserviks8

8
E. Diagnosis Polip Serviks

Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks

menggunakan spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan pemeriksaan

untuk menyingkirkan kelainan, terutama keganasan serviks dan endometrium.

Gejala dari polip serviks biasanya intermenstrual bleeding , postcoital bleeding,

leukorea , hipermenorrhea dan tidak terasa nyeri6,7.

1. Gejala dan Tanda

Polip serviks sering kali tidak bergejala, namun perlu

dipertimbangkan bila ternyata terdapat riwayat6:

 Leukorea

 Perdarahan di luar siklus menstruasi

 Perdarahan setelah koitus

 Perdarahan setelah menopause

 Perdarahan intermenstrual atau paska-koitus dengan hipermenorea

merupakan gejala umum untuk polip serviks.

 Pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah terdapat adanya

peradangan serviks atau polip.

Polip serviks tampak sebagai massa kecil, merah, dan tampak seperti jari

yang keluar melalui kanal serviks dan biasanya berukuran panjang 1-2 cm dan

diameter 0,5-1 cm. Umumnya, polip ini teraba lunak bila dilakukan pemeriksaan

menggunakan jari7.

9
2. Pemeriksaan Radiologi

Polip yang terletak jauh di endoserviks dapat dievaluasi

melalui pemeriksaan histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus salin.

Biasanya, hasil pemeriksaan ini memberikan hasil yang bermakna dalam

mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya6.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan sering kali

ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu

banyak membantu menegakkan diagnosis6,7.

4. Pemeriksaan Khusus

Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai melalui

in speculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus menggunakan

speculum endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip endoserviks ditemukan

secara tidak sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan perdarahan abnormal.

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menyingkirkan adanya massa atau

polip yang tumbuh dari uterus7.

10
Gambar 2.5. Polip Serviks pada pemeriksaan ultrasonografi8

F. Diagnosis Banding

Massa polipoid yang tampak tumbuh dari serviks tidak selalu didiagnosis

sebagai polip serviks. Adenokarsinoma endometrium atau sarkoma endometrial

dapat tumbuh di bagian mulut rahim, dan sering kali kelainan ini

menyebabkan perdarahan dan leukorea lebih sering. Pada dasarnya, polip serviks

tidak sulit dibedakan dengan bentuk kelainan polipoid lainnya secara inspeksi.

Bentuk pertumbuhan ulseratif dan atipik merupakan ciri mioma submukosa

pedenkel kecil atau polip endometrial yang tumbuh di bagian bawah uterus.

Biasanya kelainan ini menyebabkan dilatasi serviks, dan keluar melalui OUE

menyerupai polip. Hasil konsepsi, misalnya desidua, dapat mendorong keluar

serviks sehingga menyerupai jaringan polipoid7.

Mioma geburt merupakan mioma pedunkulata submukosa yang memiliki

tangkai. Bersumber dari rongga rahim dan dapat keluar sampai ke vagina melalui

11
canalis cervicalis. Sedangkan polip serviks merupakan suatu adenoma ataupun

adenofibroma yang berasal dari mukosa endoserviks. Tangkainya dapat panjang

hingga keluar dari OUE. Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endo yang

dapat juga mengalami metaplasia menjadi semakin kompleks. Bagian ujung polip

dapat mengalami nekrosis sehingga membuatnya mudah berdarah. Hal inilah yang

membedakannya dari Mioma Geburt dimana bagian yang mudah berdarah bukan

merupakan ujung mioma tapi merupakan endometrium yang mengalami

hyperplasia akibat pengaruh ovarium, selain itu juga terjadi atropi endometrium di

atas mioma submukosa. Selain mioma geburt, Endometrial sarcoma,

adenocarcinoma, condylomata, submukosa myoma, polypoid carcinoma juga

termasuk diagnosis banding pada beberapa kasus6,7,8.

G. Faktor Resiko

Kemungkinan terjadinya polip serviks akan meningkat ketika wanita

tersebut menderita7,8:

1. Diabetes Mellitus

2. Vaginitits berulang

3. Servisitis

4. Usia reproduksi terutama usia 40 tahun hingga 50 tahun

5. Wanita hamil

12
H. Komplikasi

Polip serviks dapat terinfeksi, biasanya oleh kelompok Staphylococcus,

Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius biasanya terjadi setelah

dilakukan instrumentasi medik untuk menegakkan diagnosis atau setelah

membuang polip. Antibiotik spektrum luas perlu diberikan bila tanda awal infeksi

telah tampak. Inisiasi atau eksaserbasi salfingitis akut dapat terjadi sebagai

konsekuensi polipektomi8.

I. Penatalaksanaan

 Dilakukan ekstirpasi pada tangkainya

 Dilakukan curettage sehingga seluruhnya dapat dikeluarkan

 Hasil pemeriksaan menentukan terapi lebih lanjut

Sebagian besar polip serviks dapat dihilangkan di poliklinik atau

tempat praktik. Hal ini karena sebagian besar polip serviks berukuran kecil.

Teknik pembuangan polip serviks yang berukuran kecil umumnya tidak sulit.

Biasanya dengan cara memfiksasi pedikel menggunakan hemostat atau

instrument pemfiksasi lain kemudian memutar pedikel hingga lepas. Perdarahan

yang terjadi biasanya sedikit. Polip serviks yang berukuran besar biasanya

dilakukan eksisi di ruang operasi. Pada tindakan ini, pasien perlu di anestesi dan

selama eksisidilakukan, perdarahan harus dikontrol6,7,8.

Bila serviks lunak dan berdilatasi, sedangkan polip cukup besar, maka

histeroskopi harus dilakukan, terlebih lagi bila pedikel sukar dilihat. Eksplorasi

serviks dan kavum uteri menggunakan histeroskop dilakukan

13
untuk mengidentifikasi adanya polip lain di daerah itu. Seluruh jaringan yang

diambil perlu diperiksa secara histoPA untuk menilai secara spesifik apakah

massa polipoid berdegenerasi jinak, pre-maligna, atau malignansi. Bila dari hasil

pemeriksaan sekret serviks ditemukan profil sel-sel infektif, atau secara klinis dan

laboratoris mengarah kepada infeksi, maka pemberian antibiotik dianjurkan untuk

kasus ini7.

Sebelumnya pasien dipuasakan 8 jam, lalu dipasangi infus glukosa. Pasien

diposisikan litotomi, lalu dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentkan besar

dan letak uterus serta ada tidaknya kelainan pada uterus dan organ adneksa. Pasien

diberikan drip oksitosin 10 IU untuk kontraksi dinding uterus dan mencegah

kemungkinan perforasi uterus. Setelah itu pasang speculum sims posterior dan

anterior. Pasang tenaculum pada serviks jam 11 dan jam 1, lalu lepas speculum

anterior, sedangkan speculum posterior dipegang oleh asisten. Kemudian anastesi

lidocain diinjeksikan pada fornix dextra dan sinistra sebanyak 2 ml (40 mg) yang

diencerkan dalam 2 ml NaCl. Dilakukan pemuntiran polip dengan menggunakan

klem ovarii. Selanjutnya sondase dilakukan untuk mengetahui seberapa

panjangnya cavum uteri dan arahnya anteflexi ataukah dorsoflexi. Lalu dilakukan

dilatasi canalis cervicalis dengan busi hegar dari nomor yang terkecil namun tidak

boleh lebih dari busi nomor 12 pada multipara. Lalu kuretasi dilakukan boleh

dengan kuret tajam maupun tumpul, searah dengan jarum jam8.

Setelah kuretase pasien diberikan terapi berbagai macam obat untuk

profilaksis dan pencegahan perdarahan dan berupa suplemen zat besi. Yaitu yang

pertama amoxicillin diberikan sebagai profilaksis. Lalu asam mefenamat

14
diberikan sebagai analgesic. Sulfas ferrous diberikan sebagai suplemen zat besi

dan dikombinasikan dengan pemberian vitamin C untuk membantu meningkatkan

penyerapan zat besi. Yang terakhir metergin diberikan agar kontraksi uterus tetap

terjaga dan mencegah perdarahan8.

J. Prognosis

Pengangkatan polip merupakan tindakan yang cukup kuratif, biasanya

keluhan sudah dapat teratasi sepenuhnya, namun tetap harus diwaspadai jika

sebelumnya polip sudah terinfeksi terlebih dahulu karena bisa menjadi

salpingitis7,8.

15
BAB III

PRESENTASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

No RM : 04.16.94

Nama : Ny. R

Umur : 31 tahun

Alamat : Juata Kerikil RT 01 No. II, Tarakan

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Paritas : P1A0

Masuk RS : 29 Maret 2016 Pukul 12.00 WITA

Tanggal Periksa : 29 Maret 2016

Asal Pasien : Poli Obsgyn

B. ANAMNESA (Autoanamnesa)

Keluhan Utama :

Perdarahan setelah berhubungan seksual

Keluhan Tambahan :

Perut bawah terasa tidak nyaman.

16
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien berusia 31 tahun datang melalui poli obsgyn RSUD
Tarakan dengan keluhan perdarahan setelah berhubungan seksual. Keluhan sudah
dirasakan sejak sekitar 3 bulan yang lalu. Biasanya setelah berhubungan seksual,
keluar darah segar berwarana merah terang dari liang kemaluan. Awalnya, pasien
berpikir keluar darah dari kemaluannya akibat trauma ringan seperti lecet. Namun
setelah berhubungan seksual yang berikut-berikutnya, keluhan perdarahan selalu
ada dan semakin parah.
Pasien juga merasakan rasa tidak nyaman sampai nyeri perut bawah yang
menjalar hingga selangkangan. Keluhan ketidaknyamanan tersebut muncul kurang
lebih 3 minggu yang lalu.
Sekitar 1 minggu yang lalu mulai timbul flek berwarna kecoklatan setiap
hari. Pasien juga mengatakan bahwa, sepertinya ada benjolan dari dalam
kemaluan. Pada saat pasien haid darah yang keluar sangat banyak seperti banjir
sehingga setiap hari pasien harus mengganti softex-nya sebanyak 4x.
Pasien sudah pernah berobat di poliklinik dan diberi obat minum (lupa
nama obatnya) tetapi tidak ada perbaikan. Saat ini pasien tidak sedang hamil.
Pasien mengaku ini pertama kalinya seperti ini. Pasien dan suami tidak pernah
menderita penyakit kelamin dan tidak pernah berhubungan intim dengan orang
lain.

Riwayat Haid

Haid pertama umur : 12 tahun

Siklus Haid : teratur

Lama Haid : 4-5 hari

Banyaknya : Sebelum keluhan, 2-3 pembalut

: Sesudah keluhan 4 pembalut

Sakit saat haid : (-)

17
Haid 3 bulan terakhir :

Tanggal Bulan Tahun Lamanya Banyaknya


7-12 1 2016 5 hari 3 pembalut
9-13 2 2016 5 hari 3 pembalut
9-16 3 2016 7 hari 4 pembalut

Riwayat Perkawinan :

Menikah

Jika Menikah : 1x

Lama Perkawinan yang terakhir : 5 tahun

Riwayat Obstetri:

I ♂ 4th, 3200, spontan, aterm

Riwayat Ginekologi

Riwayat keguguran : (-)

Riwayat Akseptor KB : Pil KB 3 bulan

Riwayat pemeriksaan USG : (+)

Riwayat Operasi (SC, curetage, dll) : Laparotomi atas indikasi kista ovari (2013)

Riwayat Penyakit Dahulu :.

Riwayat alergi / Asma : disangkal

Riwayat gangguan mentruasi : disangkal

Riwayat perdarahan selama kehamilan : disangkal

Riwayat keputihan : disangkal

18
Riwayat penyakit menular seksual : disangkal

Riwayat Penyakit paru-paru, Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi), DM :disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat Penyakit paru-paru : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) : disangkal

Riwayat Penyakit gula (DM) : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

 Keadaan umum : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : Komposmentis

 Vital sign :

T = 120/80 S = 36,3 0C

N = 80 x/mnt R = 16 x/mnt

TB = 150 Cm BB = 61kg

 Kepala : Normochepali, rambut hitam, panjang, tidak mudah dicabut.

 Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-).

 Hidung: Cavum nasi lapang, deviasi septum (-), sekret (-)

 Telinga :Liang telinga lapang, serumen (-), sekret (-)

 Gigi : gigi lengkap, karies (-)

19
 Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar .

 Thoraks

Jantung : Inspeksi, Ictus cordis tidak tampak

Palpasi, Ictus cordis kuat angkat

Perkusi, redup (+)

Auskultasi, bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : Inspeksi, pergerakkan dinding dada simetris, retraksi (-)

Palpasi, vokal fremitus ka = ki

Perkusi, sonor seluruh lapang paru

Auskultasi, suara dasar : vesikuler +/+, ronkhi (-), wheezing (-)

 Abdomen : Inspeksi, perut tampak datar

Auskultasi, bising usus 5x/menit

Perkusi, timpani, nyeri ketok (-)

Palpasi, nyeri tekan (+), nyeri lepas (-)

 Ekstremitas: oedem - / -, dan varises - / -, turgor kulit normal, capillary

refill<2”.

2. Status Ginekologi

a. Pemeriksaan Luar

 Muka : Simetris

 Payudara : Retraksi (-), massa (-), discharge (-), warna sama

dengan sekitar

 Abdomen

20
- Inspeksi : Perut simetris, tidak tampak luka bekas operasi,

tak tampak striae.

- Palpasi : Abdomen supel, nyeri tekan (-), massa tumor (-).

fundus uteri tak teraba, nyeri tekan suprapubika (+)

- Perkusi : timpani

- Auskultasi : peristaltik (+), bising usus 5x/menit

 Genitalia Eksterna

- Distribusi rambut pubis : merata

- Fluksus : (+)

- Fluor : (-)

b. Pemeriksaan Dalam (Inspekulo)

Fluksus : (+)

Fluor : (-)

Vulva : massa (-), hiperemis (-), nyeri tekan (-)

Vagina : discharge (-)

Portio : terlihat livide, terlihat massa keluar 0,5x0,5x1cm dari

OUE sebagai pertumbuhan yang tumpul, dan pucat.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Hematologi :

 Gol. Darah :O

 Eritrosit : 4.35 juta/ul

21
 Hb : 12.0 g% (normal)

 Leukosit : 9.4 ribu/mm3 (normal)

 Trombosit : 395 ribu/ul (normal)

 Hematokrit : 35.3% (normal)

 Bt : 1” (normal)

 Ct : 3’30” (normal)

 GDS : 70 mg/dl

USG :

Gambar 3.1. Hasil Pemeriksaan USG Ny. R.

E. DIAGNOSIS

Polip serviks pada P 1A0

22
F. PENATALAKSANAAN

Pro Kuretase

G. FOLLOW UP

29 Maret 2016

S: Perut bawah terasa tidak nyaman

O: KU : baik, composmetis

TD : 140/100 mmHg

N : 82x/menit

S : 36 ºC

RR : 20x/menit

A: Polip Serviks pada P1A0

P: Rencana kuretase

30 Maret 2016

Jam 09.15

Dilakukan kuretase

Laporan kuretase:

 Pasien litotomi, dilakukan toilet vulva vagina dengan iodine, pasang duk

steril.

 Spekulum sims posterior anterior dipasang, servik ditampilkan.

 Tenaculum dipasang pada servik bagian anterior (pukul 11 dan 01),

speculum sims anterior dilepas.

23
 Dilakukan injeksi lidokain 2% 4cc (diencerkan 1:1) pada para servikal.

 Dilakukan sondase uterus antefleksi 7 cm.

 Dilakukan pemuntiran polip dan kuretase iringan / sisa polip dengan

sendok kuretase tajam no.2 sampai kesan bersih.

 Keluar jaringan ± 1 cc dan darah ± 1 cc.

 Tenakulum dilepas, kontrol perdarahan, speculum sims posterior dilepas.

 Pemuntiran dan kuretase polip selesai.

 Tampon vagina (-), dan diberi inj. Methergin 2 amp/IV

30 Maret 2016

S : Keluhan berkurang, keluar sedikit flek dari kemaluan.

O: KU: Baik, composmentis, konjungtiva tidak anemi

TD: 110/70 mmHg RR: 84x/menit

N: 24x/menit S: 36,1ºC

A : post ekstirpasi dan kuretase iringan atas indikasi polip serviks

P: IVFD RL 20 tpm

Amoksisilin 3x500 mg

Asam mefenamat 3x1 tab

Plasminex 3x1 tab

24
BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosis polip pada kasus ini diketahui ketika pasien melakukan

pemeriksaan inspekulo Pada pemeriksaan ditemukan adanya massa yang keluar

dari canalis servicalis. Kemudian dari anamnesis didapatkan riwayat perdarahan

abnormal, perdarahan yang banyak saat menstruasi, perdarahan pasca

berhubungan seksual, serta nyeri pada bagian perut bawah dan alat genital. Pasien

pernah merasa sakit setelah hubungan seksual. Lalu, setelah di USG meunjukkan

gambaran polip serviks.

Pertumbuhan polip merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal

di daerah serviks, yang merupakan reaksi sekunder dari inflamasi serviks lalu

berikutnya akibat stimulasi hormonal seperti estrogen, serta kongesti pembuluh

darah pada canalis cervicalis. Timbulnya polip belum dapat dijelaskan secara

pasti, namun jika menghubungkan dengan teori yang dibahas pada bab

sebelumnya, kemungkinan timbulnya polip ada hubungannya dengan riwayat

pemakaian kontrasepsi, karena fungsi alat kontrasepsi tersebut memang untuk

mengganggu konsepsi, dan tidak menutup kemungkinan terjadi inflamasi

walaupun dalam derajat yang kecil. Kemudian obesitas sebagai salah satu factor

risiko. Namun hal tersebut bukan suatu kepastian karena penyebab polip itu

sendiri masih belum dapat dipastikan dan pasien memiliki faktor resiko lainnya

seperti usia.

25
Prognosis polip sendiri cenderung baik setelah dilakukan pengangkatan

dengan metode pemuntiran yang dilanjutkan dengan kuretase. Seharusnya setelah

dilakukan pengangkatan jaringan yang diangkat diperiksa secara histologi karena

meskipun kecil tetap ada kemungkinan polip merupakan keganasan sekitar 1%.

Setelah kuretase pasien diberikan terapi berbagai macam obat untuk profilaksis

dan pencegahan perdarahan dan berupa suplemen zat besi. Yaitu yang pertama

amoxicillin diberikan sebagai profilaksis. Lalu asam mefenamat diberikan sebagai

analgesic. Plasminex diberikan sebagai hemostatika agar mecegah terjadinya

perdarahan.

26
BAB IV

KESIMPULAN

1. Diagnosis pada pasien ini adalah polip serviks.

2. Polip serviks sering timbul tanpa gejala klinis seperti perdarahan di luar siklus

menstruasi, perdarahan pasca berhubungan sexual, keputihan, serta nyeri pada

bagian perut bawah dan alat genital, sehingga penegakan diagnosis didapatkan

dengan melakukan inspekulo.

3. Pada inspekulo sering didapatkan: terlihat massa keluar dari OUE sebagai

pertumbuhan yang tumpul,pucat, dan rapuh (mudah berdarah).

4. Penanganan pada polip serviks adalah dilakukan ekstirpasi atau pemuntiran

polip dan diikuti kuretase iringan untuk membersihkan sisa-sisa polip dari

serviks.

5. Setelah dilakukan pengangkatan jaringan yang diangkat diperiksa secara

histologi karena meskipun kecil tetap ada kemungkinan polip merupakan

keganasan sekitar 1%.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Achadiat, C M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta

2. Bucella D, Frédéric B, Noël JC. Giant cervical polyp: a case report andreview

of a rare entity. Arch Gynecol Obstet 2008;278(3):295-8

3. Cunningham., et al. 2005. Obstetri Williams.Ed 21. Alih bahasa, Hartono A,

et al. EGC. Jakarta.

4. Merck Manual Professional. Benign Gynecologic Lession: Cervical

Polyp.Gynecology and Obstersics, 2008.

5. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi, Ed 2. EGC.

Jakarta.

6. NHS Foundation Trust. Cervical Polyp. Doncaster and Bassetlaw Hospital

Gynecology 2002.

7. Wiknjosastro, H., et al. 2007. Ilmu Kebidanan, Ed ketiga. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Dirk C, Yves vB, Guido V, Xavier dM, Edgar dM, Rudi C. Hysteroscopicfinding

in patients with a cervical polyp. Am J Obstet Gynecol 1993;169(6):1563-5

61 kg
𝐼𝑀𝑇 = = 27,1
(1, 5 m)2

8.

28

Anda mungkin juga menyukai