Anda di halaman 1dari 13

CASE BASED DISCUSSION

POLIP SERVIKS

Oleh:

---

(NIM)

Pembimbing:

dr., SpOG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD BANGLI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas nikmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan CBD ini. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi
penugasan dalam menempuh kepaniteraan klinik di bagian SMF Obstetri dan
Ginekologi.

Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, saya banyak memperoleh


bimbingan, petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu
izinkan penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. selaku pembimbing yang senantiasa memberikan saran serta


bimbingan dalam pelaksanaan Case Based Discussion
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam
penyusunan laporan kasus ini.
3. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk
menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bangli, 11 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1. Anatomi Serviks........................................................................................2
2.2. Definisi......................................................................................................3
2.3. Klaifikasi...................................................................................................4
2.4. Etiologi dan Faktor Risiko........................................................................4
2.5. Epidemiologi.............................................................................................4
2.6. Manifestasi Klinis......................................................................................5
2.7. Diagnosis...................................................................................................5
2.8. Penatalaksanaan.........................................................................................8
2.9. Komplikasi & Prognosis...........................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polip adalah tumor jinak yang tumbuh menonjol dan bertangkai dari
selaput lendir dibagian tubuh manusia, seperti hidung, telinga, usus dan
selaput lendir lainnya. Serviks adalah leher rahim. Polip serviks atau polip
rahim adalah massa atau jaringan lunak yang tumbuh pada lapisan dinding
bagian dalam rahim dan menonjol ke dalam rongga rahim. Pertumbuhan sel-
sel yang berlebih pada lapisan rahim (endometrium) mengarah pada
pembentukan polip (Bucella, 2019).
Polip merupakan suatu adenoma maupun adeno fibroma yag berasal
dari selaput lendir endoserviks. Polip serviks tumbuh dari kanal serviks
dengan pertumbuhan ke arah vagina. Tangkainya dapat panjang hingga
keluar dari vulva. Terdapat berbagai ukuran dan biasanya berbentuk
gelembung-gelembung dengan tangkai yang kecil. Secara histopatologi,
polip serviks sebagian besar bersifat jinak (bukan merupakan keganasan)
dan dapat terjadi pada seseorang atau kelompok populasi (Bucella, 2019).
Polip uterus melekat pada dinding rahim yang dihubungkan melalui
sebuah tangkai tipis. Polip serviks juga dapat bersifat ganas (kanker) dalam
beberapa kasus yang langka. Prevalensi polip serviks dapat terjadi pada
wanita yang berusia di atas 20 tahun, walaupun polip serviks lebih umum
ditemukan pada wanita yang berusia di atas 40 tahun (Leveno, 2019).
Polip serviks umumnya tidak menyebabkan masalah yang bermakna.
Namun, ketika polip serviks menyebabkan gangguan kesehatan, maka polip
serviks menyebabkan gejala seperti pendarahan yang tidak normal dan
menstruasi yang banyak (Bucella, 2019).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Anatomi Serviks


Serviks uteri adalah sepertiga inferior uterus yang relatif sempit,
silindris dengan panjang sekitar 2,5 cm pada perempuan dewasa yang tidak
hamil. Serviks uteri dibagi menjadi pars supravaginalis diantara isthmus dan
vagina, dan pars vaginalis yang menonjol ke dalam vagina (Agur, 2018 ;
Drake, 2018).

Gambar 1. Anatomi Uterus & Serviks

Serviks diinervasi oleh saraf sensorik dan susunan saraf otonom baik
susunan saraf simpatis maupun susunan saraf parasimpatis. Susunan saraf
simpatis berasal dari daerah T5-L2 yang mengirimkan serat-serat yang
bersinaps pada satu atau banyak pleksus yang terdapat pada dinding perut
belakang atau di dalam panggul sehingga yang sampai di serviks ialah saraf
pascaganglion. Serat parasimpatis berasal dari daerah S2-S4 dan bersinaps
dalam pleksus dekat atau dinding rahim. Serat-serat saraf masuk ke uterus
melalui serviks dalam dan kebanyakan melaui ganglion Frankenhauser
(ganglion serviks, pleksus uterovaginal) yang merupakan pleksus utama pada

2
panggul dan terletak dekat pada ujung ligamen sakrouterina (Agur, 2018 ;
Drake, 2018)

Gambar 2. Vaskularisasi Uterus & Serviks

Vaskularisasi utama serviks berasal dari cabang desendens arteri


uterina dan cabang servikal arteri vaginalis. Aliran vena mengikuti pembuluh
darah arteri. Sirkulasi limfatik serviks yang utama meliputi nodus parametrial,
obturator, iliaka interna, dan iliaka eksterna. Aliran limfe sekunder meliputi
nodus presakral, iliaka komunis, dan nodus para aortika (Agur, 2018 ; Drake,
2018)

4.2. Definisi
Polip = tumor jinak yang tumbuh menonjol dan bertangkai dari
selaputlendir dibagian tubuh manusia, seperti hidung, telinga, usus dan
selaput lendir lainnya. Serviks = leher rahim. Dengan demikian, Polip
Serviks yaitu tumor jinak yang tumbuh menonjol dan bertangkai dari
selaput lender di leher rahim ataumulut rahim (Mochtar, 2019 ; Gurevich,
2017 ; Prawirohardjo, 2019)

3
4.3. Klaifikasi
Berdasarkan letaknya polip serviks secaragaris besar dapat dibagi menjadi
2 yaitu (Graharti, 2018 ; Mochtar, 2019):

a. Polip ektoserviks yaitu polip serviks dapat tumbuh dari lapisan


permukaan luar serviks. Sering diderita oleh wanita yang telah memasuki
periode paska-menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia
produktif. Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga 5%
wanita.
b. Polip endoserviks pertumbuhannya berasal dari bagian dalam serviks.
Biasanya Pada wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah
memiliki setidaknya satu anak. Pembagian ini bukan ukuran absolut untuk
menetapkan letak polip secara pasti
4.4. Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi dari polip serviks belum diketahui dengan pasti, namun
sering dihubungkan dengan peradang kronik, hiperplasia akibat respon
terhadap hormon estrogen, dan pelebaran pembuluh darah serviks.
Pertumbuhan polip merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal
di daerah serviks yang merupakan reaksi sekunder dari inflamasi serviks.
Epitellium silinder yang menutupi polip dapat mengalami ulserasi polip
serviks pada dasarnya adalah suatu reaksi radang, penyebabnya sebagian
dari reaksi radang yang dapat terjadi adalah : radang sembuh sehingga polip
mengecil atau kemudian hilang dengan sendirinya, polip menetap
ukurannya, dan polip membesar (Merck, 2018)

4.5. Epidemiologi
Polip serviks terjadi pada sekitar empat persen dari wanita usia
reproduksi. Polip hampir tidak pernah terjadi pada wanita muda sebelum
dimulainya menstruasi. Polip juga umum selama kehamilan. hal ini
mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon estrogen. Polip serviks
relatif sering pada kehamilan, terutama pada wanita yang lebih tua dari 20

4
tahun. Kadang polip bersifat asimtomatik dan padawanita hamil tidak tahu
keberadaannya. Kadang-kadang dapat didiagnosis saat dilakukan
pemeriksaan vagina dalam persalinan. Polip muncul dengan berbagai tanda-
tanda seperti keputihan, pendarahan setelah berhubungan, keputihan yang
dapat berbau busuk jika ada infeksi, atauinfeksi vagina berulang. Prevalensi
kelainan dalam polip serviks secara signifikan lebih rendah pada wanita
pasca menopause dibandingkan dengan premenopause. Wanita yang lebih
muda (remaja < 20th )memiliki risiko lebih rendah yang terkait dengan polip
serviks. Wanita paruh baya memiliki risiko lebih tinggi terjadi displasia.
Perempuan pascamenopause memiliki kemungkinan sedikit lebih tinggi
mengalami keganasan (Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019).
4.6. Manifestasi Klinis
Polip serfik umumnya bersifat asimptomatik untuk ukuran kurang
dari 1,5 cm. pada sebagian kasus polip yang lebih besar, manifestasi klinis
yang muncul dapat berupa perdarahan vagina yang abnormal terjadi antara
periode menstruasi, setelah menopause, ataupun setelah hubungan seksual.
Seain itu gejala yang umum dan biasanya melibatkan menstruasi yang berat
dan berkepanjangan. Gejala lain yang dapat timbul yaitu peningkatan
frekuensi buang air kecil, gejala pada saluran gastrointestinal, atau disfungsi
reproduksi (seperti infertilitas) (Merck, 2018 ; Mochtar, 2019)
4.7. Diagnosis
Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks
menggunakan spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan
pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan terutama keganasan serviks dan
endometrium (Prawirohardjo, 2019). Gejala dari polip serviks biasanya
intermenstrual bleeding, postcoital bleeding, leukorea, hipermenorrhea, dan
terasa tidak nyeri. Pasien juga dapat memiliki riwayat leukorea, perdarahan
di luar siklus menstruasi, perdarahan setelah koitus, perdarahan setelah
menopause, perdarahan intermenstrual atau paska-koitus dengan
hipermenorea, pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah

5
terdapat peradangan serviks atau polip, ataupun discomfort dalam vagina
(Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019).
a. Pemeriksaan inspekulum
Morfologi polip serviks biasanya lembut, berwarna
kemerahan, dan berbentuk seperti jari, bertangkai pendek (namun
beberapa dapat memiliki dasar yang lebar dan dapat juga
memiliki tangkai yang panjang hingga keluar dari kanalis
servikalis), dan dilapisi epitel endoserviks (namun pada beberapa
kasus dapat pula mengalami metaplasia yang membuatnya
menjadi semakin kompleks). Polip tersusun atas stroma jaringan
ikat vaskuler dan dilapisi oleh kolumner, skuamosum kolumner,
atau skuamosa. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis
serta mudah berdarah. Oleh karena itu, diagnosis polip harus
ditegakkan apakah polip tersebut adalah suatu adenoma, sarkoma
botriodes, adenoma serviks, maupun mioma melalui pemeriksaan
histologi setelah dilakukan eksisi atau ekstirpasi (Prawirohardjo,
2019).
Polip endoserviks biasanya berwarna merah dengan ujung
seperti nyala api, mudah pecah, dan bervariasi dalam ukuran, dari
beberapa mm hingga mencapai lebar 3cm dan panjang beberapa
cm. Polip seringkali tumbuh di endoserviks yang berbatasan
dengan ektoserviks, berbasis lebat, dan mengandung jaringan ikat
fibrosa. Polip endoserviks sering terjadi perdarahan karena sering
terjadi ekstravasasi darah ke jaringan. Infiltrasi dari sel radang
dapat menyebabkan leukorea (Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo,
2019).
Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging,

lunak, dan tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel . Polip


ini tumbuh di area porsio dan jarang sekali menimbulkan
perdarahan sebagaimana polip endoserviks atau degenerasi polipoid

maligna. Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks banyak

6
mengandung serat fibrosa dibandingkan polip endoserviks . Bagian
luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum skuamosa
(Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019).
Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi terutama pada polip
ektoserviks yang disertai inflamasi kronik yang sering

menyebabkan nekrosis di bagian ujung polip . Insidensi degenerasi

maligna dari polip ektoserviks diperkirakan kurang dari 1% .


Karsinoma sel skuamosa merupakan insidensi tersering meskipun
edenokarsinoma juga pernah dilaporkan (Gurevich, 2017 ;
Prawirohardjo, 2019)
b. Pemeriksaan Radiologi
Polip dapat dievaluasi melalui pemeriksaan
histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus salin.
Biasanya hasil pemeriksaan ini memberikan hasil yang bermakna
dalam mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya (Gurevich,
2017 ; Prawirohardjo, 2019)
c. Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi
dan seringkali ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan
urin tidak terlalu banyak membantu menegakkan diagnosis
(Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019).
d. Pemeriksaan Khusus
Polip yang terletak jauh dari kanal endoserviks tidak dapat
dinilai melalui inspekulo biasa, namun dapat dilakukan
pemeriksaan khusus menggunakan spekulum endoserviks atau
histerokopi. Seringkali polip endoserviks ditemukan secara tidak
sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan perdarahan abnormal.
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menyingkirkan adanya massa
atau polip yang tumbuh dari uterus (Prawirohardjo, 2019)

7
4.8. Penatalaksanaan
Tindakan pada kasus polip dapat dilakukan polipektomi yaitu
dengan cara eksisi, kemudian tangkainya di kuret. Tindakan dilakukan
dalam pembiusan. Selanjutnya jaringan polip dikirim ke laboratorium
patologi guna memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan
gambaran jaringan polip serviks. Melalui operasi sederhana, polip serviks
dapat diangkat dengan cara memutar polip selama operasi. Dalam satu
metode, dapat dilakukan dengan melalui elektrokauterisasi atau pengobatan
laser (Mochtar, 2019 ; Prawirohardjo, 2019).
Ada beberapa langkah yang dapat membantu mencegah infeksi ini:
memakai celana katun. Hal ini membantumencegah akumulasi kelebihan
panas dan kelembaban. Panas dan kelembaban membuat seorang wanita
rentan terhadap infeksi vagina dan leher rahim. Memakai kondom setiap
berhubungan seksual untuk mengurangi resiko infeksi menular seksual
(Prawirohardjo, 2019).
4.9. Komplikasi & Prognosis
Prognosis polip serviks cukup baik karena sebagian besar kasus
bersifat jinak dan risiko berkembang menjadi keganasan cukup kecil. Polip
serviks jarang menimbulkan komplikasi yang berat. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah servisitis dan penyakit radang panggul akibat
inflamasi kronis. Polip serviks juga dapat bertambah besar. Risiko polip
serviks berkembang menjadi keganasan dilaporkan kurang dari 2%.
Polipektomi dapat menimbulkan komplikasi berupa perdarahan yang
berlangsung singkat dan dalam volume kecil. Obat-obat analgesik ringan
dapat mengurangi nyeri pasca tindakan (Prawirohardjo, 2019)

8
DAFTAR PUSTAKA

Agur AMR. 2018. Essential clinical anatomy: text and atlas. Edisi ke- 5.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health
Bucella, D., Frederic, B., Noel, J.C. 2019. Giant cervical polyp: case report
andreview of a rare entity. Arch Gynecol Obstet.. 278(3): 295-8.
Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM, 2018. Dasar-Dasar Anatomi. Edisi ke1.
London: Elsevie
Graharti, R., Utami, N., Ayu, P. R., & Puspitasari, R. D. 2018. Hubungan Antara
Polip Serviks dengan Ancaman Abortus pada Kehamilan Muda. JK Unila,
2(2)
Leveno, Kenneth J. 2019. Obstetric Williams Panduan Ringkas. Jakarta. EGC
Merck Manual Professional. 2018. Benign Gynecologic Lession: Cervical Polyp.
Gynecology and Obstetrics. Merck
Mochtar, R. 2019. Patologi Obstetri. Edisi 3. EGC. Jakarta
Gurevich. 2017. Cervical Polyp. Doncaster and Bassetlaw Hospital Gynocology.
NHS Foundation Trust
Prawirohardjo, S. 2019. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai