POLIP SERVIKS
Oleh:
---
(NIM)
Pembimbing:
dr., SpOG
2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas nikmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan CBD ini. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi
penugasan dalam menempuh kepaniteraan klinik di bagian SMF Obstetri dan
Ginekologi.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................2
2.1. Anatomi Serviks........................................................................................2
2.2. Definisi......................................................................................................3
2.3. Klaifikasi...................................................................................................4
2.4. Etiologi dan Faktor Risiko........................................................................4
2.5. Epidemiologi.............................................................................................4
2.6. Manifestasi Klinis......................................................................................5
2.7. Diagnosis...................................................................................................5
2.8. Penatalaksanaan.........................................................................................8
2.9. Komplikasi & Prognosis...........................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Serviks diinervasi oleh saraf sensorik dan susunan saraf otonom baik
susunan saraf simpatis maupun susunan saraf parasimpatis. Susunan saraf
simpatis berasal dari daerah T5-L2 yang mengirimkan serat-serat yang
bersinaps pada satu atau banyak pleksus yang terdapat pada dinding perut
belakang atau di dalam panggul sehingga yang sampai di serviks ialah saraf
pascaganglion. Serat parasimpatis berasal dari daerah S2-S4 dan bersinaps
dalam pleksus dekat atau dinding rahim. Serat-serat saraf masuk ke uterus
melalui serviks dalam dan kebanyakan melaui ganglion Frankenhauser
(ganglion serviks, pleksus uterovaginal) yang merupakan pleksus utama pada
2
panggul dan terletak dekat pada ujung ligamen sakrouterina (Agur, 2018 ;
Drake, 2018)
4.2. Definisi
Polip = tumor jinak yang tumbuh menonjol dan bertangkai dari
selaputlendir dibagian tubuh manusia, seperti hidung, telinga, usus dan
selaput lendir lainnya. Serviks = leher rahim. Dengan demikian, Polip
Serviks yaitu tumor jinak yang tumbuh menonjol dan bertangkai dari
selaput lender di leher rahim ataumulut rahim (Mochtar, 2019 ; Gurevich,
2017 ; Prawirohardjo, 2019)
3
4.3. Klaifikasi
Berdasarkan letaknya polip serviks secaragaris besar dapat dibagi menjadi
2 yaitu (Graharti, 2018 ; Mochtar, 2019):
4.5. Epidemiologi
Polip serviks terjadi pada sekitar empat persen dari wanita usia
reproduksi. Polip hampir tidak pernah terjadi pada wanita muda sebelum
dimulainya menstruasi. Polip juga umum selama kehamilan. hal ini
mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon estrogen. Polip serviks
relatif sering pada kehamilan, terutama pada wanita yang lebih tua dari 20
4
tahun. Kadang polip bersifat asimtomatik dan padawanita hamil tidak tahu
keberadaannya. Kadang-kadang dapat didiagnosis saat dilakukan
pemeriksaan vagina dalam persalinan. Polip muncul dengan berbagai tanda-
tanda seperti keputihan, pendarahan setelah berhubungan, keputihan yang
dapat berbau busuk jika ada infeksi, atauinfeksi vagina berulang. Prevalensi
kelainan dalam polip serviks secara signifikan lebih rendah pada wanita
pasca menopause dibandingkan dengan premenopause. Wanita yang lebih
muda (remaja < 20th )memiliki risiko lebih rendah yang terkait dengan polip
serviks. Wanita paruh baya memiliki risiko lebih tinggi terjadi displasia.
Perempuan pascamenopause memiliki kemungkinan sedikit lebih tinggi
mengalami keganasan (Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019).
4.6. Manifestasi Klinis
Polip serfik umumnya bersifat asimptomatik untuk ukuran kurang
dari 1,5 cm. pada sebagian kasus polip yang lebih besar, manifestasi klinis
yang muncul dapat berupa perdarahan vagina yang abnormal terjadi antara
periode menstruasi, setelah menopause, ataupun setelah hubungan seksual.
Seain itu gejala yang umum dan biasanya melibatkan menstruasi yang berat
dan berkepanjangan. Gejala lain yang dapat timbul yaitu peningkatan
frekuensi buang air kecil, gejala pada saluran gastrointestinal, atau disfungsi
reproduksi (seperti infertilitas) (Merck, 2018 ; Mochtar, 2019)
4.7. Diagnosis
Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks
menggunakan spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan
pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan terutama keganasan serviks dan
endometrium (Prawirohardjo, 2019). Gejala dari polip serviks biasanya
intermenstrual bleeding, postcoital bleeding, leukorea, hipermenorrhea, dan
terasa tidak nyeri. Pasien juga dapat memiliki riwayat leukorea, perdarahan
di luar siklus menstruasi, perdarahan setelah koitus, perdarahan setelah
menopause, perdarahan intermenstrual atau paska-koitus dengan
hipermenorea, pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah
5
terdapat peradangan serviks atau polip, ataupun discomfort dalam vagina
(Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019).
a. Pemeriksaan inspekulum
Morfologi polip serviks biasanya lembut, berwarna
kemerahan, dan berbentuk seperti jari, bertangkai pendek (namun
beberapa dapat memiliki dasar yang lebar dan dapat juga
memiliki tangkai yang panjang hingga keluar dari kanalis
servikalis), dan dilapisi epitel endoserviks (namun pada beberapa
kasus dapat pula mengalami metaplasia yang membuatnya
menjadi semakin kompleks). Polip tersusun atas stroma jaringan
ikat vaskuler dan dilapisi oleh kolumner, skuamosum kolumner,
atau skuamosa. Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis
serta mudah berdarah. Oleh karena itu, diagnosis polip harus
ditegakkan apakah polip tersebut adalah suatu adenoma, sarkoma
botriodes, adenoma serviks, maupun mioma melalui pemeriksaan
histologi setelah dilakukan eksisi atau ekstirpasi (Prawirohardjo,
2019).
Polip endoserviks biasanya berwarna merah dengan ujung
seperti nyala api, mudah pecah, dan bervariasi dalam ukuran, dari
beberapa mm hingga mencapai lebar 3cm dan panjang beberapa
cm. Polip seringkali tumbuh di endoserviks yang berbatasan
dengan ektoserviks, berbasis lebat, dan mengandung jaringan ikat
fibrosa. Polip endoserviks sering terjadi perdarahan karena sering
terjadi ekstravasasi darah ke jaringan. Infiltrasi dari sel radang
dapat menyebabkan leukorea (Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo,
2019).
Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging,
6
mengandung serat fibrosa dibandingkan polip endoserviks . Bagian
luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum skuamosa
(Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019).
Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi terutama pada polip
ektoserviks yang disertai inflamasi kronik yang sering
7
4.8. Penatalaksanaan
Tindakan pada kasus polip dapat dilakukan polipektomi yaitu
dengan cara eksisi, kemudian tangkainya di kuret. Tindakan dilakukan
dalam pembiusan. Selanjutnya jaringan polip dikirim ke laboratorium
patologi guna memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan
gambaran jaringan polip serviks. Melalui operasi sederhana, polip serviks
dapat diangkat dengan cara memutar polip selama operasi. Dalam satu
metode, dapat dilakukan dengan melalui elektrokauterisasi atau pengobatan
laser (Mochtar, 2019 ; Prawirohardjo, 2019).
Ada beberapa langkah yang dapat membantu mencegah infeksi ini:
memakai celana katun. Hal ini membantumencegah akumulasi kelebihan
panas dan kelembaban. Panas dan kelembaban membuat seorang wanita
rentan terhadap infeksi vagina dan leher rahim. Memakai kondom setiap
berhubungan seksual untuk mengurangi resiko infeksi menular seksual
(Prawirohardjo, 2019).
4.9. Komplikasi & Prognosis
Prognosis polip serviks cukup baik karena sebagian besar kasus
bersifat jinak dan risiko berkembang menjadi keganasan cukup kecil. Polip
serviks jarang menimbulkan komplikasi yang berat. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah servisitis dan penyakit radang panggul akibat
inflamasi kronis. Polip serviks juga dapat bertambah besar. Risiko polip
serviks berkembang menjadi keganasan dilaporkan kurang dari 2%.
Polipektomi dapat menimbulkan komplikasi berupa perdarahan yang
berlangsung singkat dan dalam volume kecil. Obat-obat analgesik ringan
dapat mengurangi nyeri pasca tindakan (Prawirohardjo, 2019)
8
DAFTAR PUSTAKA
Agur AMR. 2018. Essential clinical anatomy: text and atlas. Edisi ke- 5.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health
Bucella, D., Frederic, B., Noel, J.C. 2019. Giant cervical polyp: case report
andreview of a rare entity. Arch Gynecol Obstet.. 278(3): 295-8.
Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM, 2018. Dasar-Dasar Anatomi. Edisi ke1.
London: Elsevie
Graharti, R., Utami, N., Ayu, P. R., & Puspitasari, R. D. 2018. Hubungan Antara
Polip Serviks dengan Ancaman Abortus pada Kehamilan Muda. JK Unila,
2(2)
Leveno, Kenneth J. 2019. Obstetric Williams Panduan Ringkas. Jakarta. EGC
Merck Manual Professional. 2018. Benign Gynecologic Lession: Cervical Polyp.
Gynecology and Obstetrics. Merck
Mochtar, R. 2019. Patologi Obstetri. Edisi 3. EGC. Jakarta
Gurevich. 2017. Cervical Polyp. Doncaster and Bassetlaw Hospital Gynocology.
NHS Foundation Trust
Prawirohardjo, S. 2019. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Sarwono
Prawirohardjo