Anda di halaman 1dari 30

CASE BASED DISCUSSION

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh:

Dinda Novita Maghfiroh ( 018.06.0062)

Pembimbing:

dr. I Made Pasek Soma Gauthama, M.Biomed., Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD BANGLI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas nikmat dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyusun dan
menyelesaikan laporan CBD ini. Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi
penugasan dalam menempuh kepaniteraan klinik di bagian SMF Obstetri dan
Ginekologi.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini, saya banyak memperoleh
bimbingan, petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu
izinkan penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. I Made Pasek Soma Gauthama, M.Biomed., Sp.OG selaku
pembimbing yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam
pelaksanaan Case Based Discussion
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi dalam
penyusunan laporan kasus ini.
3. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk
menyusun laporan ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bangli, 6 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................2
2.1. Anatomi Serviks........................................................................................2
2.2. Definisi......................................................................................................3
2.3. Klasifikasi..................................................................................................4
2.4. Etiologi dan Faktor Risiko........................................................................4
2.5. Epidemiologi.............................................................................................4
2.6. Manifestasi Klinis......................................................................................5
2.7. Diagnosis...................................................................................................5
2.8. Penatalaksanaan.........................................................................................7
2.9. Komplikasi & Prognosis...........................................................................8
BAB III....................................................................................................................9
LAPORAN KASUS.................................................................................................9
3.1. Identitas Pasien..........................................................................................9
3.2. Anamnesis..................................................................................................9
3.3. Pemeriksaan Fisik....................................................................................11
3.4. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................14
3.5. Assesment................................................................................................15
3.6. Planning Terapi........................................................................................15
3.7. KIE...........................................................................................................15
3.8. Catatan Perkembangan Pasien.................................................................16
BAB IV..................................................................................................................18
PEMBAHASAN....................................................................................................18

i
BAB V....................................................................................................................23
PENUTUP..............................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
(Bucella, 2019).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Anatomi Serviks
S
(Agur, 2018 ; Drake, 2018)
4.2. Definisi

4.3. Klasifikasi
a. .
4.4. Etiologi dan Faktor Risiko
Etiologi dari polip serviks belum diketahui dengan pasti, namun
sering dihubungkan dengan peradang kronik, hiperplasia akibat respon
terhadap hormon estrogen, dan pelebaran pembuluh darah serviks.
Pertumbuhan polip merupakan implikasi dari degenerasi hiperplastik fokal
di daerah serviks yang merupakan reaksi sekunder dari inflamasi serviks.
Epitellium silinder yang menutupi polip dapat mengalami ulserasi polip
serviks pada dasarnya adalah suatu reaksi radang, penyebabnya sebagian
dari reaksi radang yang dapat terjadi adalah : radang sembuh sehingga polip
mengecil atau kemudian hilang dengan sendirinya, polip menetap
ukurannya, dan polip membesar (Merck, 2018)
4.5. Epidemiologi
Polip serviks terjadi pada sekitar empat persen dari wanita usia
reproduksi. Polip hampir tidak pernah terjadi pada wanita muda sebelum
dimulainya menstruasi. Polip juga umum selama kehamilan. hal ini
mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon estrogen. Polip serviks
relatif sering pada kehamilan, terutama pada wanita yang lebih tua dari 20
tahun. Kadang polip bersifat asimtomatik dan pada wanita hamil tidak tahu
keberadaannya. Kadang-kadang dapat didiagnosis saat dilakukan

2
pemeriksaan vagina dalam persalinan. Polip muncul dengan berbagai tanda-
tanda seperti keputihan, pendarahan setelah berhubungan, keputihan yang
dapat berbau busuk jika ada infeksi, atau infeksi vagina berulang. Prevalensi
kelainan dalam polip serviks secara signifikan lebih rendah pada wanita
pasca menopause dibandingkan dengan premenopause. Wanita yang lebih
muda (remaja < 20th )memiliki risiko lebih rendah yang terkait dengan polip
serviks. Wanita paruh baya memiliki risiko lebih tinggi terjadi displasia.
Perempuan pascamenopause memiliki kemungkinan sedikit lebih tinggi
mengalami keganasan (Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019).
4.6. Manifestasi Klinis
Polip serfik umumnya bersifat asimptomatik untuk ukuran kurang
dari 1,5 cm. pada sebagian kasus polip yang lebih besar, manifestasi klinis
yang muncul dapat berupa perdarahan vagina yang abnormal terjadi antara
periode menstruasi, setelah menopause, ataupun setelah hubungan seksual.
Selain itu gejala yang umum dan biasanya melibatkan menstruasi yang berat
dan berkepanjangan. Gejala lain yang dapat timbul yaitu peningkatan
frekuensi buang air kecil, gejala pada saluran gastrointestinal, atau disfungsi
reproduksi (seperti infertilitas) (Merck, 2018 ; Mochtar, 2019)
4.7. Diagnosis
Diagnosis polip serviks dibuat dengan cara menginspeksi serviks
menggunakan spekulum. Jika terdapat perdarahan harus dilakukan
pemeriksaan untuk menyingkirkan kelainan terutama keganasan serviks dan
endometrium (Prawirohardjo, 2019). Gejala dari polip serviks biasanya
intermenstrual bleeding, postcoital bleeding, leukorea, hipermenorrhea, dan
terasa tidak nyeri. Pasien juga dapat memiliki riwayat leukorea, perdarahan
di luar siklus menstruasi, perdarahan setelah koitus, perdarahan setelah
menopause, perdarahan intermenstrual atau paska-koitus dengan
hipermenorea, pada kasus infertilitas wanita juga patut dilacak apakah
terdapat peradangan serviks atau polip, ataupun discomfort dalam vagina
(Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019).

3
a. Pemeriksaan inspekulum
Morfologi polip serviks biasanya lembut, berwarna kemerahan, dan
berbentuk seperti jari, bertangkai pendek (namun beberapa dapat memiliki
dasar yang lebar dan dapat juga memiliki tangkai yang panjang hingga
keluar dari kanalis servikalis), dan dilapisi epitel endoserviks (namun pada
beberapa kasus dapat pula mengalami metaplasia yang membuatnya
menjadi semakin kompleks). Polip tersusun atas stroma jaringan ikat
vaskuler dan dilapisi oleh kolumner, skuamosum kolumner, atau skuamosa.
Bagian ujung polip dapat mengalami nekrosis serta mudah berdarah. Oleh
karena itu, diagnosis polip harus ditegakkan apakah polip tersebut adalah
suatu adenoma, sarkoma botriodes, adenoma serviks, maupun mioma
melalui pemeriksaan histologi setelah dilakukan eksisi atau ekstirpasi
(Prawirohardjo, 2019).
Polip endoserviks biasanya berwarna merah dengan ujung seperti
nyala api, mudah pecah, dan bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm
hingga mencapai lebar 3cm dan panjang beberapa cm. Polip seringkali
tumbuh di endoserviks yang berbatasan dengan ektoserviks, berbasis lebat,
dan mengandung jaringan ikat fibrosa. Polip endoserviks sering terjadi
perdarahan karena sering terjadi ekstravasasi darah ke jaringan. Infiltrasi
dari sel radang dapat menyebabkan leukorea (Gurevich, 2017 ;
Prawirohardjo, 2019).
Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging, lunak, dan

tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel . Polip ini tumbuh di area
porsio dan jarang sekali menimbulkan perdarahan sebagaimana polip

endoserviks atau degenerasi polipoid maligna . Secara mikroskopis, jaringan


polip ektoserviks banyak mengandung serat fibrosa dibandingkan polip

endoserviks. Bagian luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum


skuamosa (Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019).
Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi terutama pada polip
ektoserviks yang disertai inflamasi kronik yang sering menyebabkan nekrosis

4
di bagian ujung polip. Insidensi degenerasi maligna dari polip ektoserviks

diperkirakan kurang dari 1%. Karsinoma sel skuamosa merupakan insidensi


tersering meskipun edenokarsinoma juga pernah dilaporkan (Gurevich, 2017 ;
Prawirohardjo, 2019)
b. Pemeriksaan Radiologi
Polip dapat dievaluasi melalui pemeriksaan histerosalfingografi atau
sonohisterografi dengan infus salin. Biasanya hasil pemeriksaan ini
memberikan hasil yang bermakna dalam mengetahui adanya polip atau
kelainan lainnya (Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo, 2019)
c. Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan
seringkali ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu
banyak membantu menegakkan diagnosis (Gurevich, 2017 ; Prawirohardjo,
2019).
d. Pemeriksaan Khusus
Polip yang terletak jauh dari kanal endoserviks tidak dapat dinilai
melalui inspekulo biasa, namun dapat dilakukan pemeriksaan khusus
menggunakan spekulum endoserviks atau histerokopi. Seringkali polip
endoserviks ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan
pemeriksaan perdarahan abnormal. Pemeriksaan USG dilakukan untuk
menyingkirkan adanya massa atau polip yang tumbuh dari uterus
(Prawirohardjo, 2019)
4.8. Penatalaksanaan
Tindakan pada kasus polip dapat dilakukan polipektomi yaitu
dengan cara eksisi, kemudian tangkainya di kuret. Tindakan dilakukan
dalam pembiusan. Selanjutnya jaringan polip dikirim ke laboratorium
patologi guna memastikan bahwa histologis-nya jinak/sesuai dengan
gambaran jaringan polip serviks. Melalui operasi sederhana, polip serviks
dapat diangkat dengan cara memutar polip selama operasi. Dalam satu
metode, dapat dilakukan dengan melalui elektrokauterisasi atau pengobatan
laser (Mochtar, 2019 ; Prawirohardjo, 2019).

5
Ada beberapa langkah yang dapat membantu mencegah infeksi ini:
memakai celana katun. Hal ini membantumencegah akumulasi kelebihan
panas dan kelembaban. Panas dan kelembaban membuat seorang wanita
rentan terhadap infeksi vagina dan leher rahim. Memakai kondom setiap
berhubungan seksual untuk mengurangi resiko infeksi menular seksual
(Prawirohardjo, 2019).
4.9. Komplikasi & Prognosis
Prognosis polip serviks cukup baik karena sebagian besar kasus
bersifat jinak dan risiko berkembang menjadi keganasan cukup kecil. Polip
serviks jarang menimbulkan komplikasi yang berat. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah servisitis dan penyakit radang panggul akibat
inflamasi kronis. Polip serviks juga dapat bertambah besar. Risiko polip
serviks berkembang menjadi keganasan dilaporkan kurang dari 2%.
Polipektomi dapat menimbulkan komplikasi berupa perdarahan yang
berlangsung singkat dan dalam volume kecil. Obat-obat analgesik ringan
dapat mengurangi nyeri pasca tindakan (Prawirohardjo, 2019).

6
BAB III
LAPORAN KASUS
4.10. Identitas Pasien
Nama : NWK
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Agama : Hindu
Status Pernikahan : Menikah
Suku/Bangsa : Bali/ Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tegal Suci
Nomor Telepon : 081939324893
Nomor Rekam Medis : 233350
Tanggal MRS : 1 Maret 2023 pukul 08.40 WITA
Tanggal Pemeriksaan : 1 Maret 2023
4.11. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan mual-muntah
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien perempuan usia 36 tahun, G3P2002 datang ke VK IGD RSUD
bangli dengan keluhan mual-muntah yang dirasakan sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit. Mual-muntah terus menerus dengan frekuensi sebanyak
>10 kali dan volumenya ±25cc. Awal mulanya pasien merasa mual muntah
kering, yang dirasakan >4x sehari kemudian keluhan bertambah berat, setiap
kali makan dan minum pasien merasa terus menerus mual dan muntah.
Tidak ada yang memperingan keluhan pasien, keluhan bertambah berat jika
pasien makan dan minum, pasien mengatakan setiap kali makan atau minum
pasien langsung merasa mual dan memuntahkan makanan tersebut. Keluhan
yang dirasakan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluhan lain berupa sakit
kepala sejak 5 hari yang lalu, sakit kepala terasa cenut-cenut, dan hilang

7
timbul. Sakit kepala membaik jika beristirahat dan bertambah pusing jika
mual muntah nya semakin hebat.
Pasien tidak merasakan nyeri perut. BAB dan BAK dalam batas
normal,keluar cairan pervaginam (-), His (-), keluhan lain seperti demam,
batuk, pilek, sesak, pandangan kabur, nyeri berkemih, riwayat kejang,
trauma, disangkal.

8
Riwayat Menstruasi
Pasien mengatakan mengalami menstruasi pertama kali pada usia 14
tahun. Pasien mengatakan siklus menstruasi teratur setiap bulannya yaitu 30
hari dan lama menstruasi 4-5 hari, volume +40-60 cc dalam sehari.
Dikatakan oleh pasien biasanya pasien mengganti pembalut sebanyak 2-3
kali dalam satu hari saat menstruasi. Pasien mengatakan memiliki keluhan
nyeri perut bawah seperti kram perut dan nyeri pinggang selama menstruasi.
HPHT : 5/1/2023
TP : 12/10/2023
Riwayat ANC :
Pasien mengatakan baru mengetahui status kehamilannya saat 2
minggu yang lalu, Ia menyadari bahwa siklus menstruasinya sudah
terlambat, sehingga ia memeriksakannya ke bidan dan setelah mengetahui
kehamilannya dan kemudian saat ini mengeluhkan mual muntah terus
menerus sehingga ia periksa ke dokter spesialis kandungan dan dirujuk
untuk di bawa ke Rumah sakit.
Riwayat Obstetri
No Tahun Jk BBL Aterm/ Hidup/ Pspt/SC Faskes/
Preterm/ mati /VaE/FE non faskes
abortus
1. 2016 P 2500 Aterm Hidup Pspt Faskes
2. 2018 P 2800 Aterm Hidup SC Faskes
3. ini
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali sampai saat ini. Pasien pertama kali menikah
di usia 26 tahun dan memperoleh 2 orang anak perempuan yang lahir pada
tahun 2016 dan tahun 2018. Pasien tinggal bersama anak, suami dan mertua.
Setelah menikah pasien aktif melakukan hubungan seksual dengan suami.
Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Pasien mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi berupa KB
suntik tiap 1 bulan yang dimulai setelah kelahiran anak kedua pada tahun
2018.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien sebelum nya pernah mengalami keluhan yang serupa pada
kehamilan yang pertama dan pada kehamilan yang kedua pasien tidak
mengalami keluhahan serupa, pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit
paru, Asma dan kanker.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan atau minuman
apapun.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Riwayat penyakit sistemik kronis seperti hipertensi, diabetes melitus,
asma, penyakit jantung, penyakit ginjal, serta penyakit ginekologi pada
keluarga disangkal oleh pasien.
Riwayat Sosial, Psikologis, dan Lingkungan
Pasien merupakan seorang ibu yang bekerja sebagai pedagang
perabotan rumah tangga di pasar. Riwayat merokok dan minuman alkohol
disangkal oleh pasien. Dikatakan oleh pasien bahwa tidak memiliki riwayat
kekerasan fisik atau trauma dalam kehidupan. Sebelumnya Pola Makan baik
3x sehari dan pola minum baik, 7-8 gelas / hari tetapi saat ini karena merasa
mual-muntah pasien merasa tidak nafsu makan dan minumnya sedikit-
sedikit. Pasien mengatakan saat ini tinggal di rumah bersama suami, mertua,
dan anak dari pernikahannya. Suami pasien dikatakan merokok dan
mengonsumsi alkohol.
4.12. Pemeriksaan Fisik
 Status Present
1. Keadaan Umum: Baik
2. Kesadaran: Composmentis (GCS: E4V5M6)
3. Tanda-Tanda Vital:

10
a. Tekanan darah: 122/76 mmHg
b. Nadi: 85×/menit
c. Respirasi Rate: 20×/menit
d. Suhu: 36,5℃
e. Saturasi O2: 99% udara ruang
f. Berat badan: 49 kg
g. Tinggi badan: 155 cm
h. IMT: 20,39 kg/m2

11
 Status Generalis
1. Kepala: normocephali
2. Mata: konjungtiva palpebra anemis (-); sklera ikterik (-/-); reflek pupil
(+/+) isokor; ukuran 3mm/3mm; edema palpebral superior (-/-)
3. Hidung: discharge (-/-); nafas cuping hidung (-); deformitas (-);
deviasi septum nasi (-); mukosa hiperemis (-);
4. Mulut dan gigi: mukosa pucat (-); sianosis (-); lidah kotor (-); tonsil
dan faring hiperemis (-); mukosa bibir kering (-); sianosis perioral (-);
carries gigi (-)
5. Telinga: discharge (-/-); kelainan kongenital (-/-); tofus (-/-)
6. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-) ; pembesaran kelenjar
tiroid (-)
7. Thorax: Pulmo
 Inspeksi: normochest; simetris kanan dan kiri; gerakan nafas
tertinggal (-); massa (-); tanda peradangan (-)
 Palpasi : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri; nyeri
tekan (-)
 Perkusi: sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi:
Vesikuler Rhonki Wheezing
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - - - -

8. Thorax: Cor
 Inspeksi: ictus cordis terlihat di ICS 5 linea midclavicula sinistra
 Palpasi: ictus cordis teraba 2 cm kuat angkat di ICS 5 linea
midclavicula sinistra
 Perkusi:
Batas kanan jantung: ICS 5 linea midclavicula dextra
Batas kiri jantung: ICS 5 linea midclavicula sinistra
Batas pinggang jantung: ICS 3 linea parasternalis sinistra
Batas atas jantung: ICS 2 linea parasternalis sinistra
 Auskultasi: S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
9. Mammae: simetris, putting susu menonjol, hiperpigemntasi (-/-)
10. Ekstremitas:
 Akral hangat
+ +
+ +
 Edema
- -
- -
 CRT < 2 detik
 Status Obstetri (Lokalis)
1. Abdomen
a. Inspeksi : perut terlihat datar, distensi (-), striae gravidarum (-),
luka bekas jahitan (+)
b. Auskultasi : bising usus normal (9x/menit)
c. Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Leopold I: Tidak di evaluasi
 Leopold II: Tidak dievaluasi
 Leopold III: Tidak di evaluasi
 Leopold IV: Tidak dievaluasi
d. TFU : Tidak teraba
e. His :-
f. DJJ :-
g. Gerak janin -
2. Pemeriksaan Vagina Luar : Tidak Dilakukan
3. Pemeriksaan dalam Vagina : Tidak Dilakukan

13
4.13. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap (1 Maret 2023)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
WBC 13.2×109/L 3.5 – 10.0 Meningkat
Neu% 75.7 % 40-75 Meningkat
Neu # 9.98 ×103/uL 1.8-6.3 Meningkat
LYM% 15.6% 20– 50 Menurun
LYM# 2.3×109/L 0.5 – 5.0 Normal
MON % 8% 3-10 Normal
MON # 1.06 ×103/uL 0.1-0.6 Meningkat
EOS % 0.5% 0.4-8 Normal
EOS # 0.07×103/uL 0.02-0.52 Normal
BAS% 0.2% 0-1 Normal
RBC 5.92×106/L 3.8 – 5.1 Meningkat
HGB 13.2 g/Dl 11.5 – 15 Normal
HCT 36.0 % 35.0 – 55.0 Normal
MCV 64.9 fl 82.0 – 100.0 Menurun
MCHC 34.0 g/Dl 31.0 – 38.0 Normal
RDW-CV 18.2 % 11.0 – 16.0 Meningkat
RDW-SD 48 fl 35-56 Normal
PLT 466 ×109/L 150 – 400 Meningkat
MPV 8.6 fl 8.0 – 11.0 Normal
PDW 10.2 fl 9 – 17 Normal
PCT 0.397% 0.01 – 0/28 Meningkat
BT 1’30’’ 1-4 Normal
CT 7’30’’ 3-15 Normal

14
b. Imunoserologi (1 Maret 2023 )
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Antigen SARS CoV 2
Negatif Negatif Normal
(COVID-19)
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif Normal
c. Pemeriksaan Urin (1 Maret 2023)
Urinalisis dan
Hasil Nilai Sat Metode
Sedimen Urine Rujukan uan
Kejernihan Keruh Jernih Makroskopis

Warna Kuning Kuning Makroskopis

Berat Jenis 1.010 1.010-1.020 pKa change

Methyl red,
pH 6.0 5.0-6.5
bromthymol
blue

Keton Positif 3 Negatif Nitroprusside

Tetrabromophenol
Protein Negatif Negatif
blue

Enzymatik
Glukosa Negatif Negatif
glukosa
oxidase
Azo coupling
Bilirubin Negatif Negatif
reaction

Nitrit Negatif Negatif Konversi ke nitrit

Urobilinogen Negatif Negatif Ehrlich reaction

Granulocyte
Leukosit Negatif Negatif
esterase
Peroxidase like
Blood Negatif Negatif
activity

4.14. Assesment
Polip Endoserviks
4.15. Planning Terapi
a. Farmakologi
1. Planning Terapi
a. Farmakologi
 IVFD RL 20 tpm
b. Non Farmakologi
 Tirah Baring
 Makan dan minum yang cukup
 Menghindari Aktivitas yang terlalu berat
2. Planning tindakan
 Siapkan Ektirpasi Polip endoserviks dan kuretase
3. KIE
 KIE keadaan pasien dan rencana melakukan Ektirpasi Polip
endoserviks dan kuretase oleh Sp.OG
4. Monitoring
 Keluhan dan TTV
4.16. KIE
1. Menjelaskan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang serta diagnosis kepada pasien dan keluarga.
2. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien dan
rencana tindakan selanjutnya.
3. Menyarankan pasien untuk memperhatikan kebersihan lingkungan,
menjaga sanitasi dan higienitas, serta menerapkan protokol Kesehatan.
4.17. Catatan Perkembangan Pasien
Senin, 6 Februari 2023

16
S Keluhan: Pasien mengeluh keluar darah dari vagina sedikit-sedikit

Keadaan umum: Baik


Kesadaran: Composmentis (GCS: E4V5M6)
Tanda-tanda vital:
a. TD: 122/70 mmHg
b. N: 80×/menit
c. RR: 18×/menit
d. SpO2: 98% udara ruang
O
e. Suhu: 36,6℃
f. BAK (+), BAB (+)
g. Abdomen: TFU tidak teraba, nyeri tekan (-)
h. Vagina :Perdarahan aktif (+)
Pemeriksaan inspekulo tampak massa tunggal keluar dari
OUE berwarna merah terang dengan diameter  3 cm,
bentuk bulat dan ireguler.
A Polip Endoserviks

Planning Terapi:
a. IVFD RL 20 tpm

P b. Rawat Inap
Planning Tindakan Ekstirpasi + Kuretase Polip endoserviks
Monitoring:
a. Keluhan dan tanda tanda vital

17
Selasa, 7 Februari 2023

S Keluhan: Keluhan tidak ada, telah dilakukan ekstirpasi dan kuretase

O Keadaan umum: Baik


Kesadaran: Composmentis (GCS: E4V5M6)
Tanda-tanda vital:
a) TD: 110/70 mmHg
b) N: 82×/menit
c) RR: 18×/menit
d) SpO2: 98% udara ruang
e) Suhu: 36,5℃
f) BAK (+), BAB (+)
g) Abdomen: TFU tidak teraba, nyeri tekan (-), luka
pasca operasi (-)
h) Vagina: Perdarahan aktif (+), kelainan bentuk (-)

A Post Ekstirpasi dan kuretase polip endoserviks hr-0

P Planning Terapi:
a. IVFD Ringer Laktat 20 tpm
b. Paracetamol 3x 500 mg PO
c. Amoxicillin 3x500 mg PO
d. Metilergometrin 3x1 gram
Monitoring:
a. Keluhan dan tanda tanda vital
KIE:
KIE keadaan pasien dan apabila kondisi pasien sudah

bagus, tanda-tanda vital tidak ada masalah, pasien bisa


dipulangkan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori
Polip adalah tumor jinak yang tumbuh menonjol dan
bertangkai dari selaput lendir dibagian tubuh manusia,
seperti hidung, telinga, usus dan selaput lendir lainnya.
Polip Serviks yaitu tumor jinak yang tumbuh menonjol
dan bertangkai dari selaput lendir di leher rahim atau
Definisi
mulut rahim.
Kasus
Pasien P2A0 usia 42 tahun pada pemeriksaan
inspekulum terdapat pertumbuhan massa yang menonjol
dan bertangkai pada dalam vagina atau pada leher
rahimnya dengan ukuran kurang lebih  3 cm.
Klasifikasi Teori
Polip endoserviks pertumbuhannya berasal dari bagian
dalam serviks. Biasanya Pada wanita premenopause (di
atas usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya satu
anak. Pembagian ini bukan ukuran absolut untuk
menetapkan letak polip secara pasti
Kasus
Berdasarkan klasifikasi diatas, pasien mengalami polip
serviks yang khususnya terltak di endoserviks. Karena
pertumbuhan massa nya terletak pada serviks bagian
dalam dan sesuai umur juga bahwa usia pasien yang
sudah >20 tahun serta sudah memiliki 2 anak. Dan
Pemeriksaan dalam vulva tidak ada kelainan, vagina
kesan normal, Porsio tebal lunak teraba massa bentuk
bulat irreguler, konsistensi kenyal, mobile, dan tidak ada
nyeri. Pemeriksaan inspekulo: tampak massa tunggal
keluar dari OUE berwarna merah terang dengan
diameter  3 cm, bentuk bulat dan ireguler.
Teori
Wanita yang lebih muda (remaja < 20th ) memiliki risiko
lebih rendah yang terkait dengan kejadian polip serviks.
Wanita paruh baya memiliki risiko lebih tinggi terjadi
displasia. Perempuan pasca-menopause memiliki
Epidemiologi kemungkinan sedikit lebih tinggi mengalami keganasan.
Kasus
Pasien perempuan berusia 42 tahun yang mana sesuai
teori diatas bahwa usia paruh baya dan diatas 20 tahun
memiliki risiko lebih tinggi terjadi displasia yang
mengakibatkan polip serviks.
Manifestasi Klinis Teori
Polip serviks umumnya bersifat asimptomatik untuk
ukuran kurang dari 1,5 cm. Pada sebagian kasus polip
yang lebih besar, manifestasi klinis yang muncul dapat
berupa perdarahan vagina yang abnormal terjadi antara
periode menstruasi, setelah menopause, ataupun setelah
hubungan seksual. Gejala yang umum melibatkan
menstruasi yang berat dan berkepanjangan. Gejala lain
yang dapat timbul yaitu peningkatan frekuensi buang air
kecil, gejala pada saluran gastrointestinal, atau disfungsi
reproduksi.
Kasus
Pasien mengeluhkan keluar darah pada vagina dengan
volume yang sedikit tetapi dengan periode yang
Panjang(lama), bahkan sampai 1 bulan dan sudah terjadi
selama 2 tahun belakangan. Keluhan ini juga terjadi
pada saat pasien telah melakukan hubungan seksual
perdarahannya semakin banyak. Pasien juga mengaku

20
memiliki riwayat menstruasi yang tidak teratur dengan
lama menstruasi 4-7 hari. Keluhan perdarahan per
vagina ini tidak disertai nyeri. Frekuensi buang air kecil
normal, dan pasien masih aktif melakukan hubungan
intim.
Diagnosis Penegakkan diagnosis dilakukan dengan melalui
Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
Teori
Anamnesis dapat berupa keluhan-keluhan seperti
Perdarahan vagina yang berkepanjangan dan terjadi
antara periode menstruasi atau setelah menstruasi
ataupun setelah berhubungan seksual. Selain itu dapat
pula disertai keluhan munculnya keputihan, dan tidak
nyeri.
Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat Nampak
perdarahan per vaginam. Dan Pemeriksaan Inspekulum,
pada Polip endoserviks biasanya berwarna merah
dengan ujung seperti nyala api, mudah pecah, dan
bervariasi dalam ukuran, dari beberapa mm hingga
mencapai lebar 3cm dan panjang beberapa cm.
Sedangkan pada Polip ektoserviks berwarna agak pucat
atau merah daging, lunak, dan tumbuh melingkar atau
memanjang dari pedikel. Polip ini tumbuh di area porsio
dan jarang sekali menimbulkan perdarahan sebagaimana
polip endoserviks atau degenerasi polipoid maligna.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi, melalui pemeriksaan
histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus
salin. Biasanya hasil pemeriksaan ini memberikan hasil
yang bermakna dalam mengetahui adanya polip atau
kelainan lainnya.

21
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu banyak
membantu menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan Khusus, Polip yang terletak jauh dari
kanal endoserviks tidak dapat dinilai melalui inspekulo
biasa, namun dapat dilakukan pemeriksaan khusus
menggunakan spekulum endoserviks atau histerokopi.
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan terdapat massa pada uterus.
Kasus
Anamnesis pasien mengeluhkan keluar darah
pervaginam sedikit sedikit dan dalam periode yang
lama. Sudah sejak 2 tahun yang lalu dan memberat
beberapa bulan belakangan. Darah yang keluar
berwarna merah terang, disertai lender. Dan tidak ada
nyeri. Keluhan lain berupa keluar darah pervaginam
yang bertambah banyak saat berhubungan seksual.
Pasien juga mengaku terdapat riwayat menstruasi yang
tidak teratur dengan lama menstruasi 4-7 hari. BAK dan
BAB dalam batas normal . Demam (-), pasien mengaku
masih aktif berhubungan seksual tetapi tidak nyaman
karena setelah itu muncul perdarahan.
Pada pemeriksaan fisik, pada status present dan status
general dalam batas normal. Kemudian pada
Pemeriksaan dalam vulva tidak ada kelainan, vagina
kesan normal, Porsio tebal lunak teraba massa bentuk
bulat irreguler, konsistensi kenyal, mobile, dan tidak ada
nyeri. Pemeriksaan inspekulo: tampak massa tunggal
keluar dari OUE berwarna merah terang dengan
diameter  3 cm, bentuk bulat dan ireguler.

22
Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pasien berupa
pemeriksaan laboratorium dan semua hasilnyan dalam
batas normal. Pasien tidak melakukan pemeriksaan
Radiologi, maupun USG.
Tatalaksana Teori
Tindakan pada kasus polip dapat dilakukan polipektomi
yaitu dengan cara eksisi, kemudian tangkainya di kuret.
Tindakan dilakukan dalam pembiusan. Obat-obat
analgesik ringan dapat mengurangi nyeri pasca
tindakan.
Kasus
Tindakan Ektirpasi dan Kuretase polip endoserviks
Komplikasi Teori
Polip serviks jarang menimbulkan komplikasi yang
berat. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah servisitis
dan penyakit radang panggul akibat inflamasi kronis.
Polipektomi dapat menimbulkan komplikasi berupa
perdarahan yang berlangsung singkat dan dalam volume
kecil atau sedikit.
Kasus
Pasien tidak mengalami komplikasi
Prognosis Teori
Prognosis polip serviks cukup baik karena sebagian
besar kasus bersifat jinak dan risiko berkembang
menjadi keganasan cukup kecil.
Kasus
Baik (Bonam)

23
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan Kasus yang sudah dilaporkan pada BAB sebelumnya yakni
mengenai Pasien perempuan usia 42 tahun, P2A0 datang ke RSUD bangli dengan
keluhan keluar darah pada vagina, keluhan ini dirasakan sejak 2 tahun yang lalu.
Volume darah yang keluar dari vagina sedikit ±20 cc/ hari tetapi dirasakan terus
menerus beberapa bulan terakhir. Sering kali selama 1 bulan penuh keluar darah,
terkadang 2 bulan tidak keluar darah pada vagina. Awal mulanya pasien tidak
mengetahu penyebabnya, pasien merasa tiba-tiba bahwa darah yang keluar
berwarna merah terang tidak seperti menstruasi pada saat beliau remaja dulu.
Tidak ada yang memperingan keluhan tersebut dan keluarnya darah pada vagina
bertambah banyak setelah berhubungan seksual. Keluhan lain yang dirasakan
berupa nyeri saat berhubungan seksual, hal ini sudah dirasakan sejak 2 tahun yang
lalu tetapi beberapa bulan terakhir bertambah berat. Dan pasien merasa tidak
nyaman. Pasien mengatakan juga bahwa sebelumnya memang siklus
menstruasinya tidak teratur dengan rentang 30-38 hari, dengan lama menstruasi 4-
7 hari dan mengganti pembalut 2-3 kali saja. Pasien mengaku buang air kecil
lancar dan tidak nyeri, buang air besar lancar. Keluhan seperti demam (-) nyeri
perut (-).
Berdasarkan pemeriksaan fisik (Keadaan umum dan status general dalam
batas normal) dan pada pemeriksaan dalam vulva tidak ada kelainan, vagina kesan
normal, Porsio tebal lunak teraba massa bentuk bulat irreguler, konsistensi kenyal,
mobile, dan tidak ada nyeri. Pemeriksaan inspekulo : tampak massa tunggal
keluar dari OUE berwarna merah terang dengan diameter  3 cm, bentuk bulat
dan ireguler. Pemeriksaan penunjang laboratorium semua dalam batas normal.
Berdasarkan Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, maka
kasus tersebut di diagnosis dengan Polip endoserviks. Dan diberikan terapi
perawatan di rumah sakit dan dilakukan tindakan ekstirpasi dan kuretase. Setelah
dilakukannya tindakan ektirpasi dan kuretase kemudian diobservasi terkait
keluhan dan tanda tanda vital, pasien diberikan obat obatan anlgetik untuk
mengantisipasi apabila ada nyeri pasca Tindakan. Harapannya setelah dilakukan
terapi dengan tepat dan cepat tidak menimbulkan komplikasi dan keluhan
membaik.

25
DAFTAR PUSTAKA
Agur AMR. 2018. Essential clinical anatomy: text and atlas. Edisi ke- 5.
Philadelphia: Wolters Kluwer Health
Bucella, D., Frederic, B., Noel, J.C. 2019. Giant cervical polyp: case report
andreview of a rare entity. Arch Gynecol Obstet.. 278(3): 295-8.
Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM, 2018. Dasar-Dasar Anatomi. Edisi ke1.
London: Elsevie
Graharti, R., Utami, N., Ayu, P. R., & Puspitasari, R. D. 2018. Hubungan Antara
Polip Serviks dengan Ancaman Abortus pada Kehamilan Muda. JK Unila,
2(2)
Leveno, Kenneth J. 2019. Obstetric Williams Panduan Ringkas. Jakarta. EGC
Merck Manual Professional. 2018. Benign Gynecologic Lession: Cervical Polyp.
Gynecology and Obstetrics. Merck
Mochtar, R. 2019. Patologi Obstetri. Edisi 3. EGC. Jakarta
Gurevich. 2017. Cervical Polyp. Doncaster and Bassetlaw Hospital Gynocology.
NHS Foundation Trust
Prawirohardjo, S. 2019. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai