Oleh :
Kelompok 13
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
izin dan ridhonya saya dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat dan salam semoga
dilimpahkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kedamaian dan rahmat untuk semesta alam. Akhirnya dengan izin dan hidayahnya
pulalah saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan komprehensif berjudul
“Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal dengan ruptur perineum’untuk
memenuhi target. Adapun berkat bantuan dan dukungan dari para pembimbing
ruangan dan institusi, teman – teman mahasiswa dan pihak – pihak lainnya sehingga
laporan komprehensif ini dapat terselesaikan.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang – orang yang telah
membantu dalam pembuatan laporan komprehensif ini. Penulis menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, banyak mengaharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun kearah yang lebih baik.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Teori Persalinan Kala I Sampai Kala IV................................4
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................24
B. Saran.............................................................................................................24
Daftar Pustaka............................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan sering kali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka
biasanya ringan, tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya.
Setelah persalinan harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perinium.
Pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah
pembedahan pervaginam.
Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara, bisa timbul
luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi
kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak, khususnya pada luka dekat
klitoris.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana penatalaksanaan dalam menangani perlukaan jalan lahir”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari kami mempelajari makalah ini adalah untuk mengetahui
lebih mendalam tentang perlukaan jalan lahir.
2. Tujuan khusus
1. Mengetahui pengertian dari perlukaan jalan lahir
2. Mengetahui etiologi perlukaan jalan lahir
3. Mengetahui patofisiologi perlukaan jalan lahir
4. Mengetahui tanda dan gejala perlukaan jalan lahir
5. Mengetahui penatalaksanaan medis perlukaan jalan lahir
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Rupture Uteri
Ruptur uteri merupakan peristiwa yang paling gawat dalam bidang
kebidanan karena angka kematiannya yang tinggi. Janin pada ruptur uteri yang
terjadi di luar rumah sakit sudah dapat dipastikan meninggal dalam kavum
abdomen.
Ruptura uteri masih sering dijumpai di Indonesia karena persalinan masih
banyak ditolong oleh dukun. Dukun seagian besar belum mengetahui
mekanisme persalinan yang benar, sehingga kemacetan proses persalinan
dilakukan dengan dorongan pada fundus uteri dan dapat mempercepat
terjadinya rupturauteri.
Menurut Sarwono Prawirohardjo pengertian ruptura uteri adalah robekan
atau diskontinuitas dinding rahim akiat dilampauinya daya regang mio metrium.
Penyebab ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau
traumatik. Ruptura uteri termasuk salahs at diagnosis banding apabila wanita
dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan
syok dan perdarahan pervaginam. Robekan tersebut dapat mencapai kandung
kemih dan organ vital di sekitarnya.
Resiko infeksi sangat tinggi dan angka kematian bayi sangat tinggi pada
kasus ini. Ruptura uteri inkomplit yang menyebabkan hematoma pada para
metrium, kadang-kadang sangat sulit untuk segera dikenali sehingga
menimbulkan komplikasi serius atau bahkan kematian. Syok yang terjadi
seringkali tidak sesuai dengan jumlah darah keluar karena perdarhan heat dapat
terjadi ke dalam kavum abdomen. Keadaan-keadaan seperti ini, sangat perlu
untuk diwaspadai pada partus lama atau kasep.
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal )
Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau
dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral. (Obstetri dan
Ginekologi).
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
a. Menurut waktu terjadinya
• R. U. Gravidarum : Waktu sedang hamil. Sering lokasinya
pada korpus
• R. U. Durante Partum : Waktu melahirkan anak. Ini
yang terbanyak
b. Menurut lokasinya:
• Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah
mengalami operasi seperti seksio sesarea klasik ( korporal ),
miemoktomi
• Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus
yang sulit dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah
regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri yang
sebenarnya
• Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan
ekstraksi forsipal atau versi dan ekstraksi sedang
pembukaan belum lengkap
• Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks dan vagina
c. Menurut robeknya peritoneum
• R. U. Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut
peritoneumnya (perimetrium) ; dalam hal ini terjadi
hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus
dengan bahaya peritonitis
• R. U. Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek
peritoneumnya. Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa
meluas ke lig.latum
d. Menurut etiologinya
• Ruptur uteri spontanea
Karena dinding rahim yang lemah dan cacat bekas seksio
sesarea, bekas miomectomia, bekas perforasi waktu keratase.
Pembagian rupture uteri menurut robeknya dibagi menjadi : a)
Ruptur uteri kompleta
• Jaringan peritoneum ikut robek
• Janin terlempar ke ruangan abdomen
• Terjadi perdarahan ke dalam ruangan abdomen
• Mudah terjadi infeksi
b) Ruptura uteri inkompleta
• Jaringan peritoneum tidak ikut robek
• Janin tidak terlempar ke dalam ruangan abdomen
• Perdarahan ke dalam ruangan abdomen tidak terjadi
• Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma
B. Etiologi (penyebab)
1. Robekan perinium
Umumnya terjadi pada persalinan
a) Kepala janin terlalu cepat lahir
b) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
c) Jaringan parut pada perinium
d) Distosia bahu
2. Robekan serviks
a) Partus presipitatus
b) Trauma krn pemakaian alat-alat operasi
c) Melahirkan kepala pd letak sungsang scr paksa, pembukaan blm
lengkap d) Partus lama
3. Ruptur Uteri
a) Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
b) induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama c)
presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus
). ( Helen, 2001 )
d) panggul sempit
e) letak lintang
f) hydrosephalus
g) tumor yg menghalangi jalan lahir
h) presentasi dahi atau muka
C. Patofisiologi
1. Robekan Perinium
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala
janin dengan cepat, sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan
terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan
dalam tengkorok
janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena
diregangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bias menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada
biasa sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada biasa,
kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar
daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan
pembedahan vaginial.
3. Robekan Serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks
seorang multiparaberbeda daripada yang belum pernah melahirkan per
vaginam. Robekan serviks yang luas mengakibatkan perdarahan dan dapat
menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak
berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik,
perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
4. Rupture Uteri
a) Ruptura uteri spontan
• Terjadi spontan dan seagian besar pada persalinan
• Terjadi gangguan mekanisme persalinan sehingga menimbulkan
ketegangan segmen bawah rahim yang berlebihan
b) Ruptur uteri trumatik
• Terjadi pada persalinan
• Timbulnya ruptura uteri karena tindakan seperti ekstraksi farsep,
ekstraksi vakum, dll
c) Rupture uteri pada bekas luka uterus
Terjadinya spontan atau bekas seksio sesarea dan bekas operasi pada uterus.
Kala I Persalinan
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama :
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
b. Keluhan Utama
Pinggang terasa sakit menjalar ke depan, nyeri semakin
hebat bila untuk aktivitas jalan, mengeluarkan lendir darah,
pengeluaran cairan yang sebagian besar ketuban pecah
( Manuaba, 2015 )
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
4. Riwayat Menstruasi
o HPHT : Merupakan dasar untuk menentukan usia
kehamilan dan perkiraan taksiran
partus
(Varney,2014)
5. Riwayat Obstetri
N Kehamilan Persalinan Anak Nifas
o
Sua An UK Peny Jenis Pnl Tmp Peny JK BB H M Abno Lakta Peny
/
mi k g t rmalit si
PB
as
2
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
Menurut Varney (2014) riwayat kehamilan saat ini
dikaji untuk mendeteksi komplikasi, beberapa
ketidaknyamanan dan setiap keluhan seputar kehamilan yang
dialami klien sejak haid
terakhirnya (HPHT).
a. Keluhan tiap trimester
b. Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
c. Pemeriksaan kehamilan
d. Pendidikan Kesehatan yang sudah didapatkan
e. Imunisasi
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kehamilan : Riwayat
merokok, minum alkohol, minum jamu atau obat-obatan
tradisional, ketergantungan obat-obatan tertentu dan kebiasaan
memelihara hewan.
7. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi
yang pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara
pemakaian terakhir dengan kehamilan.
Eliminasi Pada kala I, sering buang air kecil akibat rasa tertekan di
area pelvis dan pada kala II, adanya desakan mengejan
seperti dorongan ingin buang air besar (Varney,2014)
Istirahat Ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam posisi apa
pun dalam waktu yang lama. (Penny,2012)
Personal hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan baju yang bersih
selama persalinan (Mochtar,2011)
Kebiasaan Ibu tidak merokok, ibu tidak minum jamu-jamuan serta tidak
minum-minuman beralkohol
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran :
Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80 mmHg, <140/90
mmHg
(Salmah,2011) Peningkatan sistolik 10-
20 mmHg dan diastolik rata-rata 10
mmHg masih dianggap normal
(Varney,2014)
Nadi : 60-100 x/menit
Antropometri :
Tinggi Badan : >145 cm
Tinggi Badan ibu kurang dari 145 cm
dapat dicurigai terjadinya kesempitan
panggul (Varney,2014)
Palpasi
Leher : tidak teraba pembesaran vna jugularis, kelenjar
getah bening, dan kelenjar
tiroid
Payudara :
Abdomen :
TFU :
Mengukur jarak symphisis-fundus
dengan menggunakan cara Mc-Donald
(UNPAD,2012)
Leopold I :
Tinggi fundus uteri dengan
menggunakan jari, biasanya pada UK
aterm TFU pertengahan pusat Processus
Xypoideus. Pada fundus teraba lunak,
kurang bulat, kurang melenting
(bokong janin)
Leopold II :
Teraba keras memanjang seperti papan
diabdomen sebelah kanan/kiri ibu
(punggung janin) dan bagian terkecil
janin diabdomen sebaliknya.
Leopold III :
Untuk menentukan bagian janin yang
berada pada bagian SBR dan sudah
masuk PAP atau belum
Leopold IV :
Bagian terendah janin sebagian
kecil/besar sudah melewati PAP
(Konvergen/ Divergen)
TBJ :
TFU (cm) diukur dengan pita pengukur
kemudian dimasukkan ke dalam Rumus
Johnson (hanya jika presentasi kepala)
TBJ (gr) = (TFU-11)x155, jika kepala
sudah masuk ke dalam panggul
TBJ (gr) = (TFU-12)x155, jika kepala
masih diatas spina ischiadika
Auskultasi
Abdomen :
4. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laboratorium
Kadar Hb normal : > 11 gr%
Hb meningkat rata-rata 1,2 gr%
selama
persalinan (Varney,2014)
Sel Darah Putih : Meningkat secara progresif pada kala I
persalinan, ± 5000-15.000
pada saat pembukaan lengkap
Waktu koagulasi darah
berkurang dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma
(Varney,2007)
Albumin dan reduksi urine
negative (Sulaiman,2011)
V. INTERVENSI
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
Rasional : Penjelasan mengenai hasil pemeriksaan merupakan hak
klien dan keluarga (Varney,2014)
4. Anjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak berbaring terlentang lebih
dari 10 menit
Rasional : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan
isinya akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan
mengakibatkan turunnya aliran darah dari sirkulasi
ibu keplasenta. Kondisi seperti ini dapat
menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen pada
janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan
dengan gangguan terhadap proses persalinan (Enkin,
6. Ajarkan ibu melakukan teknik nafas dalam pada waktu His Rasional
: Latihan nafas dalam merupakan upaya relaksasi yang dpat mengurangi
ketegangan dan rasa nyeri terutama saat terjadi kontraksi (Varney,2014)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman
sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini
bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi
didokumentasikan dalambentuk SOAP
Kala II Persalinan
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
o Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
o Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum/
vaginanya
B. Data Objektif
o Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70-120-80 mmHg, < 140/90 mmHg
(Salmah,2013) tekanan darah dapat meningkat lagi
15-25 mmHg selama kala II
Auskultasi :
o Pemeriksaan Khusus
Observasi His : His dianggap adekuat jika terjadi ≥ 3x dalam 10
menit dan berlangsung selama ≥ 40 detik
o Pemeriksaan Dalam
Tanggal : Jam : Oleh :
3. Lakukan Observasi
Rasional : Deteksi dini bradikardi dan penurunan perfusi plasenta
(Doengoes, 2011)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman
sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini
bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi
didokumentasikan dalambentuk SOAP
Kala III Persalinan
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Ibu masih merasakan adnya kontraksi uterus
B. Data Obyektif
o Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 11-/70-120/80 mmHg, < 140/90
mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu tubuh : 36,5-37,5o C
Pernafasan : 16-24 x/menit
o Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Palpasi :
o Data Bayi
Bayi telah lahir, tanggal : Jam :
Jenis kelamin :
Hasil penilaian sepintas :
2) Apakah bayi cukup bulan ?
3) Apakah air ketuban jernih, tidak bercamppur mekonium ?
4) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesuliatan ?
5) Apakah bayi bergerak aktif (JNPK-KR,2018)
c. Lakukan IMD
Rasional : IMD merupakan langkah awal bentuk bounding
attachment. Selain itu, sekitar 22% angka
kematian bayi setelah lahir pada 1 bulan pertama
dapat ditekan dengan IMD.
b. Lakukan PTT
Rasional : Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
merupakan cara mengevaluasi apakah plasenta
sudah terlepas sempurna dari perlekatannya
c. Lakukan massase fundus uteri segera setelah plasenta lahir
Rasional : Massase fundus uteri segera setelah plasenta lahir
dilakukan untuk merangsang kontraksi
uuterus sehingga dapat mencegah terjadinya
perdarahan
4. Lahirkan plasenta
Rasional : Pada kala III pelepasan dan pengeluaran uri cukup
penting, karena kelalaian dapat
menyebabkan resiko perdarahan yang membawa
kematian (Mochtar,2011)
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi
didokumentasikan dalambentuk SOAP
Kala IV Persalinan
I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Ibu mengatakan merasa perutnya kencang dan ada nyeri disekitar
vagina
B. Data Obyektif
o Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi : 60-100 x/menit
Suhu Tubuh :36,5-37,5oC, suhu ibu berlanjut
sedikit meningkat, tetapi biasanya
<38oC
(Varney,2014)
Pernapasan : 16-24 x/menit
o Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
Abdomen : mendatar
Genitalia : terdapat laserasi dibagian perineum (Saifuddin,
2017)
Palpasi :
7. Lengkapi Partograf
Rasional : Pengisian partograf meupakan salah satu bentuk
pendokumentasian terhadap proses persalinan yang
telah dilakukan (JNPK-KR,2018)
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien
atau anggota tim kesehatan lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
Ruang : VK
PENGKAJIAN
a . IDENTITAS PASIEN
2. Tanda-tanda persalinan
Kontraksi sejak tanggal 30 Januari 2016 pukul 03.00 WIB Frekuensi 3x,
bawah.
3. Riwayat menstruasi
a.) Menarche : Ibu mengatakan pertamakali haid umur 15 tahun
4. Riwayat Perkawinan
b.) Kawin/ menikah : umur 27 tahun, dengan suami umur 28tahun c.)
Lamanya :3 tahun
a) HPHT : 29 - 8 - 2015
b) HPL : 6 - 6 – 2016
8. Imunisasi TT
a.) Jantung. : ibu mengatakan tidak pernah nyeri dada sebelah kiri.
b.) Ginjal :ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri tekan pada pinggang
c.) Asma/TBC : ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas atau batuk
d.) Hepatitis : ibu mengatakan pada mata, kuku, kulit tidak pernah
berwarna kuning.
malam hari.
f.) Hipertensi. : ibu mengatakan tensinya tidak pernah lebih dari 40/90
mmhg.
Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga suaminya tidak ada
lauk tempe.
kuning kecoklatan.
jernih.
hamil.
minggu.
4. Dukungan keluarga
Ibu mengatakan semua anggota keluarganya mendukung.
6. Pantangan makan
ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat dari bidan / dokter saja. Ibu
1. Status generalis
a a.) keadaan : baik
um Kesb.) : composmentis
sadaran
N : 80x/menit S : 36,7°C
d) TB : 159 cm
e) BB sebelum hamil : 48 kg
f) BB sekarang : 68 kg
g) LILA : 24 cm
2) Pemeriksaan sistematis
a) Kepala
3. Mata :
b.) Leher
( 1.) Mammae
(2.) Axilla
d.) Ekstremitas
2. Bawah :
a.) Abdomen
(1.) Inspeksi
(a) Pembesaran perut : membesar sesuai umu
r
kehamilan
( 2. ) Palpasi
melentin (bokong).
(ekstremitas).
(kepala).
x/menit
Teratur/tidak : teratur
b.) Anogenital
2.) Perineum
3.) Anus
4.) Inspeculo
lakukan
3 .) HbsAg : Negatif
2. INTERPRETASI DATA
a. ). DIAGNOSA KEBIDANAN
DATA DASAR
Data Subjektif :
1. Ibu mengatakan bernama Ny. P hamil kedua dan belum pernah keguguran
3. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir dan merasa kenceng-kenceng
N : 80x/menit S: 36,7 °C
4) TB : 159 cm
5) BB sebelum hamil : 48 kg
6) BB sekarang : 68 kg
7) LILA : 24 cm
8) Palpasi
e.) Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat, keras, melenting
(kepala).
masuk
gram
(d Presentasi : kepala
a. Pemeriksaan laboratorium:
Hb : 11,8 gr%
Golongan Darah : A
B. KEBUTUHAN
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Perdarahan
4. TINDAKAN SEGERA
5 .PERENCANAAN
b.) Observasi kemajuan persalinan (VT) tiap 4 jam atau jika ada
lengkap.
6. PELAKSANAAN
terutama suaminya.
3.) Mengajari ibu cara bernafas saat persalinan dengan cara tarik nafas panjang,
1. Partus Set : Bak instrument berisi klem tali pusat, gunting tali pusat,
berisi metergin dan lidocain, lampu, infus set, baskom berisi air DTT, baskom
berisi air klorin, celemek, tempat sampah basah dan kering, waslap.
2. Pakaian ibu dan bayi : kemeja, jarik, BH, celana dalam, pembalut, popok
7. EVALUASI
DATA PERKEMBANGAN I
KALA II
Tanggal : 30 Januari 2016 pukul : 00.00 WIB S:
1. Ibu mengatakan sudah ingin meneran dan terasa ingin BAB 2. Ibu
2. Kesadaran : composmentis
N: 80x/menit, S: 36,7ºC,
R: 22x/menit
148x/menit
A:
Ny. P G2P1A0 umur 30 tahun, usia kehamilan 39 minggu, janin tunggal, hidup,
fase aktif .
P:
b.) Lepas semua aksesoris ditangan, cuci tangan dan keringkan c.)
Menganjurkan ibu untuk meneran efektif saat ada his dengan cara tangan ibu
berpegangan pada lipatan paha kemudian ditarik mendekat dada, sedangkan ibu
1. Saat kepala bayi di depan vulva 5-6cm, tangan kanan menahan perineum
agar tidak terjadi robekan perineum dan tangan kiri diatas verteks untuk
2. Setelah kepala bayi lahir periksa ada atau tidak lilitan tali pusat.
1. Setelah bahu belakang lahir, geser tangan kanan menyangga kepala bayi,
punggung, perut, bokong, hingga kaki dan jepit ke dua kaki dengan jari
3. Mengangkat bayi dengan posisi kepala lebih rendah dari pada kaki 15° dan
EVALUASI
4. Pembukaan sudah lengkap, janin dalamkeadaan baik dan DJJ 148 x/mnt.
7. Bayi lahir pukul 00.10 WIB Tanggal 30 Januari 2016, lahir spontan dengan
DATA PERKEMBANGAN II
KALA III
O:
2. Kesadaran : composmentis
A:
tunggal atau ganda 2. Menyuntikkan oksitosin di 1/3 paha ibu bagian lateral
Meminta ibu sedikit meneran sambil menarik tali pusat dengan arah
e.) Memindahkan klem tali pusat 5-10 cm dari vulva setelah tali
ketuban lahir.
menyebabkan perdarahan
EVALUASI
Manajemen aktif kala III sudah dilakukan. Pukul 00.20 WIB Plasenta lahir
PPV : ± 50 cc
Perineum : luka episiotomi belum
Kesadaran : composmentis
N : 80 x/m, R : 20 x/m,
S : 36,9 oC
DATA PERKEMBANGAN III
KALA IV
O:
2. Kesadaran: composmentis
R. : 22 x/m N : 80 x/m
S : 36,9ºc
perineum.
A:
P:
Tanggal : 30 Januari 2016 pukul : 00.30 WIB 1. Menilai ulang uterus
bahwa kondisinya
N : 80x/m S : 36,9 c
3. Melakukan penjahitan
a.) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa DTT secara
b.) Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit agar lidokain
bekerja.
vii. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa
vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang dari yang lebih pendek.
viii. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah
cincin hymen.
ix. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke
belakang cincin hymen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik
x. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk
xii. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina di belakang
cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan dipotong benangnya.
e.) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking kedalam
anus.
f.) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada kassa
5. Bersihkan ibu menggunakan air DTT dan memakaikan baju bersih dan
EVALUASI