Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ SERVISITIS”

Mata kuliah : Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan


Dosen : Hj. Bd.Janita, STr.Keb.,M.Kes

Disusun Oleh:
Dwi Kiswanti ( PBd19.001 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU

SARJANA KEBIDANAN

KENDARI 2022

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
Mata Kuliah ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan
kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk
itu, kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Kendari, 18 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4

1.1  Latar Belakang.....................................................................................4

2.1 Rumusan Masalah.................................................................................4

3.1 Tujuan Masalah.....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN................................................................................5

2.1 Pengertian.............................................................................................5

2.2 Etiologi..................................................................................................6

2.3  Patofisiologi.........................................................................................6

2.4 Klasifikasi.............................................................................................7

2.5 Gejala Klinis.........................................................................................9

2.6  Faktor Resiko.......................................................................................9

2.7  Tanda dan Gejala.................................................................................9

2.8  Manifestasi Klinis..............................................................................10

2.9 Prognosis.............................................................................................10

2.11  Pencegahan......................................................................................11

2.12 Pengobatan........................................................................................11

BAB III PENUTUP......................................................................................12

3.1 Kesimpulan.........................................................................................12

3.2 Saran....................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.
Dewasa ini kasus penyakit IMS ( Infeksi Menular Seksual ) tertinggi
yaitu, infeksi bakteri vaginosis yang mencapai 80%. Sementara, lainnya
sebanyak 20% adalah servicitis, condyloma dan HIV/AIDS. Servicitis
merupakan penyakit menular seksual yang biasanya disebabkan Chlamidia
trachomatis atau Ureaplasma urelyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-
kadang disebabkan oleh Trikomonas vaginalis atau virus Herpes simplek.
Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat menjadi lebih parah
sehingga sulit dibedakan dengan karsinoma servicitis uteri dalam tingkat
permulaan. Oleh sebab sebelum dilakukan pengobatan, perlu pemeriksaan
aousan menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsy, untuk
kepastian tidak ada karsinoma. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah
ini dengan harapan dapat menjelaskan berbagai hal mengenai servicitis
sehingga pada akhirnya pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang
penyakit ini.

2.1 Rumusan Masalah.


1. Apa  definisi dari Servisitis?
2. Apa patofisiologi dari Servisitis?
3. Apa gejala klinis dari Servisitis?
4. Apa tanda dan gejala dari Servisiti?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari Servisitis?

3.1 Tujuan Masalah.


1.Mahasiswa dapat mengerti dan menjelaskan tentang definisi servicitis
2. Mahasiswa dapat mengerti tentang patofisiologis servicitis    
3. Mahasiswa dapat mengetahui gejala klinis servicitis   
4. Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala servicitis  
5. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan servicitis        

4
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena
epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris
maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir
vagina (Sarwono, 2008). Pada seorang multipara dalam keadaan normal
canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri
eksternum sudah lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium
uteri internum.
Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya
lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada
didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan
serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.(Sarwono, 2008)
Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis.
karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan
sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding selaput lendir
vagina. ( gynekologi . FK UNPAD, 1998 )
Juga merupakan :
a. Infeksi non spesifik dari serviks
b. Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi
folikuler ( kistik )
c. Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior
Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan.
Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah
leukorea yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat
hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan
pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks
dimulai. Pada mulut rahim luka lokal disembuhkan dengan cairan albutil
tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik,
termokauter, mendinginkannya (cryosurgery). Penyembuhan servisitis

5
menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan
merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.

2.2 Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas
vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob
endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus .
Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan
perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami
trauma.Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang
menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine
seperti dilatasi, dan lain-lain.
Servicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang
paling umum adalah :
a. Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40%
kasus. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
b. Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang
kurang umum dari cervicitis.
c. Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam
menyebabkan servisitis masih dalam penyelidikan.   
d. Sekunder terhadap kolpitis.
e. Tindakan intra dilatasi dll.
f. Alat-alat atau obat kontrasepsi.
g. Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin

2.3  Patofisiologi
            Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah
melahirkan dengan luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus
atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endocerviks
dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa
gambaran patologis dapat ditemukan :       

6
a. Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis
ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran sekret yang agak
putih kekuningan.   
b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak
daerah kemerah-merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel
portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur
nanah.   
c. Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks
lebih kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan
demikian itu mudah kena infeksi dari vagina, karena radang
menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret
bertambah banyak.

2.4 Klasifikasi.
1. Cervicitis Akut.
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang
diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi
post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus,
Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak
dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada
serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari
infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut.
Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis
kronis.Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema,
pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks
lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks. Cervicitis akut biasanya
merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh
Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas
vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual,
seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang

7
meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi
setelah melahirkan dan pembedahan. Secara klinis, terdapat secret vagina
purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat
peradangan.
2.  Cervicitis Kronis.
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka
kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya
kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu
menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat
ditemukan :      
a.   Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak
menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.     
b.   Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak
daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel
portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur
nanah.          
c.   Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa
endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian
mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa
menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek.
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri
dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam
stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga
terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel
plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua
wanita. Oleh karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis
keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan
penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam
specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis cervisitis
kronis.

8
Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan
canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa
saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat
folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular
terkadang digunakan. Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan
temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret
vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks
dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas.

2.5 Gejala Klinis
 Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering
menimbulkan erosi pada portio yang tampak seperti daerah merah
menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat
keputihan yang kental keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio
normal tidak ada ectropion (mukosa kanalis servikalis tampak dari
luar), maka harus diingat kemungkinan gonorroe
 Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan
kemih, perdarahan saat melakukan hubungan seks.

2.6  Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
4. Status sosial ekonomi
5. Pola seksual
6. Terpajan virus terutama virus HIV
7. Merokok

2.7  Tanda dan Gejala


1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal

9
3. Cepat lelah
4. Kehilangan berat badan
5. Anemia

2.8  Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih
atau puralen yang berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus,
perdarahan spontan, dan bau busuk yang khas. Dapat juga ditemukan
keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia. Pada pemeriksaan
fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak. Bila tumor
tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina.
Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang
diperoleh dari biopsi.

2.9 Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan
respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun
setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki
rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi
dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal,
terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

2.10 Pemeriksaan Penunjang
Sitologi, dengan cara tes pap    
- Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi
HPV dan prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90%
pada displasia keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia
ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian
besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat.
Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
- Kolposkopi
- Servikografi

10
- Pemeriksaan visual langsung
- Gineskopi
- Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih
sensitive)

2.11  Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program
skrinning dan pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini
sudah mulai menurun berkat adanya program deteksi dini melalui pap
smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10 hingga 55
tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan
enam. Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja
dua kali lebih tinggi pada remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding
yang berusia 15 hingga 25 tahun.

2.12 Pengobatan
Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya,
harus diatasi dengan pemasangan brainase. Salah satu terapi kombinasi
antibiotik berspektrum luas. Harus diberikan kepada keadaan ini. Rasa nyeri
diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng efektif dan bila
terjadi retensi urin, pemasangan indwelling catheter harus dilakukan.
Penatalaksanaan juga dapat dilakukan :
1. Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam
secret
2. Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam
AgNO3 10 % dan irigasi.
3. Cervicis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan
konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau
amputasi.
4. Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 %
atau Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan
harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis
banyak.
5. Servisitis kronika pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan
kauterisasi-radial dengan termokauter atau dengan krioterapi. 

11
BAB III
PENUTUP
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Servicitis adalah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena
epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris
maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina.
Sebab-sebab servicitis: Gonorroe : sediaan hapus dari fluor cerviks terutama
purulen, sekunder terhadap kolpitis, tindakan intra : dilatasi dll, alat-alat
atau obat kontrasepsi, robekan serviks terutama yang menyebabkan
ectropion.             
Servicitis dibagi menjadi 2 yaitu: servicitis akut dan kronis.

3.2 Saran       
1. Sebagai pencegahan terkena penyakit servicitis dapat dilakukan
dengan cara menjaga kebersihan alat genitalia, dengan cara
membasuh genetalia dengan sabun dan air dari satu arah yaitu dari
depan kebelakang agar bakteri yang ada di anus tidak masuk pada
daerah genetalia.
2. Tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks.
     

12
DAFTAR PUSTAKA

Padjajaran,Universitas. 2003. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC

Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohadjo.

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD, 1981. Ginekologi : Bandung

Prawiroharjo Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka – Sarwono Prawiroharjo.

Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2000. Kapita Selekta


Kedokteran Jilid I, Jakarta

Manuaba Ida Bagus Gde, Prof, Dr, SpOG, 1998. Ilmu Kebidanan
Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk pendidikan Bidan,
Jakarta : EGC

“Pencatatan dan Pelaporan”. http : // catatan bidanq. Blogspot


.com/2012/11/. Diakses pada tanggal 09 november 2012.

Arum,C., “Makalah Askeb IV cervicitis: asuhan kebidanan


patofisiologi”.http : // sichesse .blogspot .com / 2012 / 08 /makalah -askeb-
iv cerviksitis.html. Diakses pada tanggal 04 Agustus 2012.

13

Anda mungkin juga menyukai