Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

CERVISITIS

Disusun Oleh ;

Warastuti (220607219)

Dosen Pengampu : Nur Sitiyaroh,S.SiT,M.Kes

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA JAKARTA

TAHUN AJARAN 2022/2023


DAFTAR ISI

hal

Daftar Isi ……………………………………………………………………. i


Kata Pengantar ……………………………………………………………………. ii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 1

Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian ……………………………………………………………………. 2
2.2 Etiologi ……………………………………………………………………. 3
2.3 Patofisiologi ……………………………………………………………………. 3
2.4 Klasifikasi. ……………………………………………………………………. 4
2.5 Gejala Klinis ……………………………………………………………………. 5
2.6 Faktor Resiko ……………………………………………………………………. 6
2.7 Tanda dan Gejala……………………………………………………………………. 6
2.8 Manifestasi Klinis……………………………………………………………………. 6
2.9 Prognosis ……………………………………………………………………. 6
2.10 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………………… 7
2.11  Pencegahan ……………………………………………………………………. 7
2.12 Pengobatan ……………………………………………………………………. 7

Bab III Penutup


3.1 Simpulan ……………………………………………………………………. 9
3.2 Saran ……………………………………………………………………. 9

Daftar Pustaka

I
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Tugas ini dibuat dengan tujuan memenuhi persyaratan untuk memperoleh nilai tugas mata
kuliah Askeb Pada Remaja,Pranikah dan Pra Konsepsi
Dalam menyelesaikan tugas ini, kelompok banyak mendapat bantuan, dorongan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
dengan senang hati kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya
tulisan ini.

Palembang, Maret 2023

Penulis

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang.
Dewasa ini kasus penyakit IMS ( Infeksi Menular Seksual ) tertinggi yaitu, infeksi bakteri
vaginosis yang mencapai 80%. Sementara, lainnya sebanyak 20% adalah servicitis, condyloma
dan HIV/AIDS.Servicitis merupakan penyakit menular seksual yang biasanya disebabkan
Chlamidia trachomatis atau Ureaplasma urelyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang
disebabkan oleh Trikomonas vaginalis atau virus Herpes simplek.
Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat menjadi lebih parah sehingga sulit dibedakan
dengan karsinoma servicitis uteri dalam tingkat permulaan.Oleh sebab sebelum dilakukan
pengobatan, perlu pemeriksaan aousan menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsy,
untuk kepastian tidak ada karsinoma.Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini dengan
harapan dapat menjelaskan berbagai hal mengenai servicitis sehingga pada akhirnya pembaca
dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit ini.

2.1 Rumusan Masalah.


1. Apa  definisi dari Servisitis?
2.Apa patofisiologi dari Servisitis?
3.Apa gejala klinis dari Servisitis?
4.Apa tanda dan gejala dari Servisiti?
5.Bagaimana penatalaksanaan dari Servisitis?

3.1 Tujuan Masalah.


1.Mahasiswa dapat mengerti dan menjelaskan tentang definisi servicitis          
2.Mahasiswa dapat mengerti tentang patofisiologis servicitis    
3.Mahasiswa dapat mengetahui gejala klinis servicitis   
4.Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala servicitis  
5.Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan servicitis        

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis.Karena epitel selaput lendir
cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan
dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008). Pada seorang multipara dalam keadaan normal
canalis cervikalis bebas kuman, pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah
lebih terbuka, batas atas dari daerah bebas kuman ostium uteri internum.
Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental
yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis
dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion.(Sarwono,
2008)
Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis.karena epitel selaput
lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah
terinfeksi disbanding selaput lendir vagina. ( gynekologi . FK UNPAD, 1998 )
Juga merupakan :
a. Infeksi non spesifik dari serviks
b. Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik )
c. Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior
Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan.Terdapat perlukaan
ringan pada mulut rahim.Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak,
dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks).Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan
pemeriksaan setelah 42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai.Pada mulut rahim
luka lokal disembuhkan dengan cairan albutil tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar
dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya (cryosurgery).Penyembuhan servisitis
menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk
infeksi ke alat kelamin bagian atas.

2
2.2 Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan
mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus,
enterococus, e.coli, dan stapilococus . Kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel
gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat
atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seperti dilatasi, dan lain-lain.
Servicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang paling umum
adalah :
a. Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus. Gonorroe,
sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
b. Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang umum dari
cervicitis.
c. Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan servisitis masih
dalam penyelidikan.   
d. Sekunder terhadap kolpitis.
e. Tindakan intra dilatasi dll.
f. Alat-alat atau obat kontrasepsi.
g. Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin

2.3  Patofisiologi
            Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah melahirkan dengan
luka-luka kecil atau besra pada cerviks karena partus atau abortus memudahkan masuknya
kuman-kuman kedalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi
menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :       
a. Cerviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi
endokopik dalam stroma endocerviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali
pengeluaran sekret yang agak putih kekuningan.   

3
b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan
yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya, sekret dikeluarkan terdiri
atas mukus bercampur nanah.   
c. Sobekan pada cerviks uteri disini lebih luas dan mucosa endocerviks lebih kelihatan dari
luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian itu mudah kena infeksi dari vagina,
karena radang menahun, cerviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras : sekret
bertambah banyak.

2.4 Klasifikasi.
1. Cervicitis Akut.
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan
ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan
oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain.Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak
dengan mengeluarkan cairan mukopurulent.Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya
tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut.Penyakitnya dapat sembuh
tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan
eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal.Endocerviks lebih sering
terserang dibandingkan ektocerviks. Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan
secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans,
Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti
E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya
tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.             Secara klinis,
terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri.Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat
peradangan.

2.  Cervicitis Kronis.
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan.Luka-luka kecil atau besar pada
serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan
kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat
ditemukan :      

4
a.   Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi
leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran
secret yang agak putih-kuning.         
b.   Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-
merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan
terdiri atas mucus bercampur nanah.          
c.   Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan
dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang
menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah
pendek.
Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda
metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran
kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit,
sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita.Oleh
karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang
dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel
radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis cervisitis
kronis.
Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks.Hal
tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi
(nabothian).Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis
folikular terkadang digunakan.Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan
kebetulan.Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus
fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan
inferilitas.

2.5 Gejala Klinis
Keputihan hebat, biasanya kental dan biasanya berbau, sering menimbulkan erosi pada
portio yang tampak seperti daerah merah menyala. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang
dapat dilihat keputihan yang kental keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada

5
ectropion (mukosa kanalis servikalis tampak dari luar), maka harus diingat kemungkinan
gonorroe
Gejala-gejala non spesifik seperti nyeri punggung, dan gangguan kemih, perdarahan saat
melakukan hubungan seks.

2.6  Faktor Resiko
Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden kanker serviks yaitu:
1. Usia.
2. Jumlah perkawinan
3. Hygiene dan sirkumsisi
4. Status sosial ekonomi
5. Pola seksual
6. Terpajan virus terutama virus HIV
7. Merokok

2.7  Tanda dan Gejala


1. Perdarahan
2. Keputihan yang berbau dan tidak gatal
3. Cepat lelah
4. Kehilangan berat badan
5. Anemia

2.8  Manifestasi Klinis
Dari anamnesis didapatkan keluhan metroragi, keputihan warna putih atau puralen yang
berbau dan tidak gatal, perdarahan pascakoitus, perdarahan spontan, dan bau busuk yang
khas.Dapat juga ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan, dan anemia.Pada
pemeriksaan fisik serviks dapat teraba membesar, ireguler, terraba lunak.Bila tumor tumbuh
eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau sudah sampai vagina.Diagnosis harus dipastikan
dengan pemeriksaan histologi dan jaringan yang diperoleh dari biopsi.

2.9 Prognosis

6
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap
pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena
lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi.Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%
rekurensi dalam 2 tahun.
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Sitologi, dengan cara tes pap    
- Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker
serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ)
dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50%
sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil
positif palsu sebesar 3-15%.
- Kolposkopi
- Servikografi
- Pemeriksaan visual langsung
- Gineskopi
- Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

2.11  Pencegahan
Pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan dengan program skrinning dan
pemberian vaksinasi. Di negara maju, kasus kanker jenis ini sudah mulai menurun berkat adanya
program deteksi dini melalui pap smear. Vaksin HPV akan diberikan pada perempuan usia 10
hingga 55 tahun melalui suntikan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan ke nol, satu, dan enam.
Dari penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa respon imun bekerja dua kali lebih tinggi pada
remaja putri berusia 10 hingga 14 tahun dibanding yang berusia 15 hingga 25 tahun.

2.12 Pengobatan
Luka yang terinfeksi seperti halnya luka bedah yang terinfeksi lainnya, harus diatasi
dengan pemasangan brainase.Salah satu terapi kombinasi antibiotik berspektrum luas.Harus
diberikan kepada keadaan ini.Rasa nyeri diringankan dengan penggunaan preparat analgesik yng
efektif dan bila terjadi retensi urin, pemasangan indwelling catheter harus dilakukan.

7
Penatalaksanaan juga dapat dilakukan :
1. Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret
2. Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan
irigasi.
3. Cervicis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan konisasi, kalau
sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau amputasi.
4. Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau Albothyl yang
menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan
epitel gepeng berlapis banyak.
5. Servisitis kronika pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial
dengan termokauter atau dengan krioterapi. 

8
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Servicitis adalah radang dari selaput lendir canalis cervicalis.Karena epitel selaput lendir
cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan
dengan selaput lendir vagina. Sebab-sebab servicitis: Gonorroe : sediaan hapus dari fluor cerviks
terutama purulen, sekunder terhadap kolpitis, tindakan intra : dilatasi dll, alat-alat atau obat
kontrasepsi, robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion.             
Servicitis dibagi menjadi 2 yaitu: servicitis akut dan kronis.

3.2  Saran       


1. Sebagai pencegahan terkena penyakit servicitis dapat dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan alat genitalia, dengan cara membasuh genetalia dengan sabun dan air dari satu
arah yaitu dari depan kebelakang agar bakteri yang ada di anus tidak masuk pada daerah
genetalia.
2. Tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seks.
     

9
DAFTAR PUSTAKA

Padjajaran,Universitas. 2003. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC

Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD, 1981.Ginekologi : Bandung

Prawiroharjo Sarwono, 1999. Ilmu Kandungan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka – Sarwono
Prawiroharjo.

Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Jakarta

Manuaba Ida Bagus Gde, Prof, Dr, SpOG, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk pendidikan Bidan, Jakarta : EGC

“Pencatatan dan Pelaporan”.http://catatanbidanq.blogspot.com/2012/11/. Diakses pada tanggal


09 november 2012.

Arum,C., “Makalah Askeb IV cervicitis: asuhan kebidanan


patofisiologi”.http://sichesse.blogspot.com/2012/08/makalah-askeb-iv-cerviksitis.html. Diakses
pada tanggal 04 Agustus 2012.

10

Anda mungkin juga menyukai