Anda di halaman 1dari 19

INFEKSI PADA UTERUS

Dosen Pengampu :
Ns. Ira Kusumawati M. Kep.

Disusun oleh :
Ika Raniati (2114401011)

DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN ANDALUSIA JAKARTA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Inveksi pada uterus”
ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Maternitas Anak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan bagi penulis
dan juga pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Ira Kusumawati M.Kep., selaku dosen
mata kuliah maternitas anak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami pelajari.

Kami menyadari, Makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritikan dan saran yang membangun akan nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Tangerang, 19 April 2023

Penyusun

Ika Raniati

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PEMBAHASAN
1.1 Konsep Penyakit..................................................................................................................1
1.2 Klasifikasi.............................................................................................................................1
1.3 Etiologi..................................................................................................................................3
1.4 Patofisiologi..........................................................................................................................4
1.5 Manifestasi Klinis................................................................................................................7
1.6 Komplikasi...........................................................................................................................7
1.7 Pemeriksaan Diagnostik......................................................................................................7
1.8 Penatalaksanaan Medis.......................................................................................................8
BAB IIASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian..........................................................................................................................11
2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................................................12
2.3 Intervensi............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................16

iii
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 KONSEP PENYAKIT

Infeksi masa nifas masih berperan sebagai penyebab utama kematian ibu
terutama di negara berkembang seperti Indonesia, masalah itu terjadi akibat dari
pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna. Factor penyebab lain terjadinya
infeksi nifas diantaranya daya tahan tubuh yang kurang, perawatan nifas yang kurang
baik, kurang gizi/mal nutrisi, anemia, hygiene yang kurang baik, serta kelelahan
(Biomed M mitayani,S.ST. 2018). Factor penyebab utama terjadinya infeksi pada
masa nifas ialah adanya perlukaan pada perineum.
Endometritis merupakan suatu peradangan pada endometrium yang disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan. Endometritis adalah infeksi pada endometrium
yang terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat
benda asing dalam rahim (Rukiah dkk, 2017).
1.2 KLASIFIKASI

a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks
atauinfeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim (Bobak M Irene dkk.
2015). Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak,
jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah
mengalami persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca
lahir yang paling sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada
endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta,
lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan yang
terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada
plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka
pada leher rahim, vagina atau vulva. Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung
dari asal infeksi, sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah
dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan

1
adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri
dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri
pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat
tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu
setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu
nyeri abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat
perdarahan dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot
rahim), parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba),
ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar),
pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung.
Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana
bekasimplantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar
danpersalinan dengan tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan
alatrahim yang kurang legeartis. Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa
plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri
pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa
kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3
suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu
dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal
kembali. Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang
berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi
beratkadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau. Untuk
mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera
diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan
biakkan untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan
antibiotik yang tepat.
b. Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah
tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan,
perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen. Metritis akut
biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini
tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang

2
lebih luas yaitu merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada
wanita dengan endometrium yang meradang dapat menimbulkan metritis akut.
Pada penyakit ini miometrium menunjukkan reaksi radang berupa
pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan
limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses. Metritis
kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore.
Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan
oleh pemanbahan jaringan ikat akibat kehamilan. Terapi dapat berupa
antibiotik spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin
5 mg kg/BB, metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi
hasil konsepsi.
c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim)
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini
biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi,
Nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah. Penyebab
Parametritis yaitu :
1. Endometritis dengan 3 cara yaitu :
1) Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis
2) Lymphogen
3) Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
2. Dari robekan serviks
3. Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )
1.3 ETIOLOGI

1. Faktor Presipitasi Infeksi post partum


Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan
aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau
mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah
streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni
normal jalan lahir. Kuman- kuman yang sering menyebabkan infeksi
postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic

3
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan
dari penderita lain, alat alat yang tidak steril, tangan penolong, dan
sebagainya.

b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi
terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2. Faktor predisposisi infeksi post partum
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti
perdarahan, dan kurang gizi atau malnutrisi
b. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
e. Anemia, higiene, kelelahan
f. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya
proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke
infeksi dalam masa nifas.
1.4 PATOFISIOLOGI

Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, terdapat benjolan-
benjolan karena banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat
yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang
patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada
persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan
tempat masuknya kuman-kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-

4
luka tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi
sebagai berikut :
a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau
alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
b. Droplet infeksi. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya
yang berada di ruang tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang
bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi
saluran pernapasan dilarang memasuki kamar bersalin.
c. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang
tidak steril, dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu post partum.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban.
e. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intra partum biasanya berlangsung pada
waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali
dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejalanya antara lain, kenaikan suhu
tubuh biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardi, denyut jantung janin
dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada
infeksi intra partum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu
persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada
janin.
PATHWAY

Proses persalinan manipulasi yang diberikan


selama persalinan (pemeriksaan dalam,
pemakaian alat menolong, partus lama, insisi,
laseralisasi)

Kontaminasi bakteri
5
Infeksi nifas

Perineum, vagina, Peritonium Perluasan infeksi


vulva serviks dan mikroorganisme pathogen
endometrium mengikuti aliran darah dan
limpa

Trauma persalinan
Luka Luka daerah Mengaktifkan Penekanan vena
perineum dan bekas insersio neutrophil oleh ligament
serviks placenta Kontaminasi dan makrofag inguinale
bakteri

Hygiene HIS Lokio Pelepasan zat Edema


yang buruk royan metra Peradangan pyrogen tungkai betis
andogen dan paha

Peradang Pengelua Uterus Penumpukan


an ran memb Merangsang Sulit bergerak,
cairan rongga
lokchea esar sel endotel sendi kaku,
peritoneum
yang HT fisik lemah
Eritemia
banyak
disekitar
dan bau
lokasi Perut Kebocoran isi
infeksi kemb rongga abdomen Mengeluarkan Gangguan
ung asam mobilitas fisik
Perubaha arakidonat
Panas dan n warna
Hipertermi Payudara
bengkak lochea
Nyeri
akut Memicu
pengeluaran
Merasa bingung, Istirahat terganggu Penyempitan
Nyeri akut prostaglandin
tampak gelisah, ductus laktiferi
merasa tidak
berdaya, tekanan Gangguan pola
darah meningkat, Merangsang Statis ASI
tidur termoregulasi
muka tampak pucat
di HT

Payudara
bengkak/tegang
Ansietas Suhu tubuh diatas
g
normal, kulit
merah, kejang,
takikardi Luka papilla
6
Abses payudara Respon imun
Hipertermi

Kemerahan,
Ketidakefektifan panas, bengkak Respon inflamasi
pemberian ASI

Mengeluh nyeri, tampak Hipertermi


meringis, gelisah, tekanan darah
meningkat, pola nafas berubah,
berfokus pada daerah nyeri Nyeri akut

1.5 MANIFESTASI KLINIS

Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor


(benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh
peradangan sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan
mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala,
demam dan peningkatan denyut jantung.
Manifestasi klinis yang lain :
a. Peningkatan suhu
b. Takikardie.
c. Nyeri pada pelvis
d. Demam tinggi
e. Nyeri tekan pada uterus
f. Lokhea berbau busuk/ menyengat
g. Penurunan uterus yang lambat
h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy
1.6 KOMPLIKASI

a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)


b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di
dalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan
bahkan kematian.

7
1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10
g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine
adalah untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat
ringannya penyakit)
d. Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan
yang terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak
boleh sampai + 1.
e. Pemeriksaan glukosa urin : Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa
disalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap
kembali hasil filtrasi dari glumerulus (Normal : 1 -25 mg/ dL )
1.8 PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Masa Persalinan
a. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan
sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci
hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan
penderita harus terjaga kesuci-hamaannya.
f. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang
harus segera diganti dengan transfusi darah.
g. Masa Nifas
h. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula
alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung
kencing harus steril.
i. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu sehat.

8
j. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
2. Masa Kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia,
malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita
ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan
dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini
terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
a. Pencegahan infeksi postpartum :
1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus
pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan
trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan
penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus
steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang
tepat.
3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat
pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat
yang berada dalam masa nifas.
b. Penanganan umum
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam
masa nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi
yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan
gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera.

9
6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari
ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi
oral/IV secukupnya.
c. Pengobatan secara umum
1) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika
yang tepat dalam pengobatan.
2) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
3) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan
antibiotika spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil
laboratorium.
4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau
transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi
yang dijumpai.
d. Penanganan infeksi postpartum :
1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila
perlu, Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke
dalam rongga perineum.

10
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN

1. Aktivitas/istirahat
Malaise, letargi, kelelahan dan atau keletihan yang terus menerus (persalinan
lama, stessor pasca partum multiple)
2. Sirkulasi
Takikardi dengan berat yang bervariasi.
3. Eliminasi
Diare mungkin ada. Bising usus mungkin tidak ada bila terjadi paralitik ileus.
4. Integritus ego
Ansietas jelas (peritonitis)
5. Makanan/cairan
Anoreksia, mual/muntah, haus, membrane mukosa kering. Distensi abdomen,
kekakuan, nyeri lepas (peritonitis)
6. Neurosensori
Sakit kepala.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri lokal, dysuria, ketidaknyamanan abdomen. Afterpain berat atau lama, nyeri
abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan dengan guarding (endometriosis),
nyeri/kekakuan abdomen unilateral/bilateral (salpingitis/ooferingitis, parametritis).
8. Pernafasan
Pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik)
9. Keamanan
Suhu lebih dari 38◦C atau terjadi lebih tinggi pada dua hari terus-menerus, diluar
24jam pascapartum, namun suhu lebih tinggi dari 38,9◦C pada 24 jam pertama
menandakan berlanjutnya infeksi.
10. Seksualitas
Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam lebih). Retensi produk
konsepsi, eksplorasi uterus/pengangkatan plasenta secara manual atau hemoragi
pascapartum. Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, lochia
mungkin bau busuk, tidak ada bau (bila infeksi oleh streptokokal beta hemolitik)
banyak atau berlebihan.

11
11. Interaksi sosial
Status sosioekonomi rendah dengan stressor bersamaan.
12. Penyuluhan dan pembelajaran
Kurang perawatan prenatal, perawatan perineal yang kurang atau tidak adekuat.
Kondisi kronis : malnutrisi, anemia, DM
2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai oleh ekspresi
wajah nyeri, keluhan tentang intensitas nyeri, keluhan tentang karakteristik nyeri.
2. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan rauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokominal
3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine
2.3 Intervensi

No Tujuan dan
Diagnosa Intervensi Rasional
. kriteria hasil

1. Nyeri akut Setelah - Tentukan - Untuk mengenal


berhubungan dilakukan asuhan skala nyeri indikasi
dengan agens keperawatan dan intensitas kemajuan atau
cedera selama 3x24 jam nyeri, pantau penyimpangan
biologis diharapkan nyeri tekanan dari hasil yang
akut dapat darah, nadi diharapkan.
teratasi dengan dan
kriteria hasil: pernafasan
- TTV normal setiap 4 jam - Relaksasi dan
(nadi 60- - Anjurkan nafas dalam
80x/menit, klien untuk dapat
respirasi 18- menggunakan mengurangi
24x/menit) teknik ketgangan otot
- Tidak relaksasi dan dan menghambat
meringis nafas dalam rangsang nyeri
- Kegiatan serta teknik serta menambah
tidak distraksi pemasukan
terganggu (untuk nyeri oksigen.

12
dengan rasa ringan dan Distraksi
nyeri sedang) mengganggu
- Skala nyeri stimulus nyeri
menurun tetapi tidak
mengubah
intensitas nyeri,
paling baik untuk
- Anjurkan periode pendek.
posisi tidur - Mempermudah
miring pengeluaran gas
- Berikan obat - Analgetik
analgetic bersifat
sesuai order menghambat
reseptor nyeri,
sehingga persepsi
nyeri
berkurang/hilang.

2. Risiko Setelah - Lakukan - Akan


penyebaran dilakukan asuhan perawatan meminimalkan
infeksi keperawatan luka dengan dan mencegah
berhubungan selama 3x24 jam teknik aseptic kontaminasi dan
dengan rauma diharapkan dan antiseptic atau masuknya
persalinan, infeksi tidak mikroorganisme
jalan lahir, terjadi dengan - Observasi - Akan
dan infeksi kriteria hasil: adanya tanda- memudahkan
nasokominal tanda infeksi intervensi lebih
- TTV dalam
pada daerah dini dan
batas normal
luka : dolor, intervensi
(nadi 60-
kalor, rubor, selanjutnuya
80x/menit,
dan function
suhu tidak
laesa.
lebih dari - Antibiotic
- Berikan
38◦C

13
- Insisi kering antibiotic bersifat
- Lochea tidak sesuai order bakterisida dan
berbau busuk dan adanya
- Uterus tidak kolaborasi leukositosis
lembek untuk merupakan salah
- Dolor : 1-2 pemeriksaan satu tanda infeksi
- Kalor : 36,5- leukosit
37,2 C - Anjurkan - Protein dan
- Rubbor : untuk makan- vitamin C
normal makanan dibutuhkan untuk
- Function tinggi pertumbuhan
laesa : protein, jaringan dan zat
normal vitamin C besi untuk
dan zat besi. pembentukan
hemoglobin

3. Gangguan Setelah - Rawat - Mencegah agar


pola eliminasi dilakukan asuhan perineum dan tidak mendukung
urine keperawatan kateter secara pertumbuhan
berhubungan selama 3x24 jam rutin dan bakteri
dengan retensi diharapkan pola teratur
urine eliminasi urine - Tempatkan - Untuk mencegah
tidak terganggu kantung refluk, sehingga
dengan kriteria kencing bila tidak tumbuh
hasil: dipasang bekteri
- Klien dapat kateter lebih
buang air rendah dari
kecil setelah pasien
- Klien biasanya
diangkat - Ajarkan
bisa buang air
kateter teknik
kecil setelah 6-8
- Terhindar merangsang
jam setelah
dari infeksi kencing
pengangkatan
system urine setelah
kateter. Posisi

14
diangkat duduk dapat
kateter menimbulkan
seperti siram rasa penuh
daerah sehingga klien
kandung terangsang untuk
kemih kencing.
dengan air
dan anjurkan
klien duduk - Untuk

- Angkat menghindari

kateter sesuai pertumbuhan

ketentuan bakteri

biasanya 6-12
jam post
operasi

15
DAFTAR PUSTAKA

Biomed M mitayani,S.ST. 2018.”Asuhan keperawatan maternitas”. Jakarta: Salemba Medika

Bobak M Irene, Deitra Leonasd Lowdermilk dkk. 2015. “Buku Ajaran Keperawatan
Maternitas”. Jakarta. EGC

Brunner and suddart. 2014 .Medical practical nursing, 1st edition, Jakarta : EGC

Rukiah, A. Y. Yulianti, L. Dkk. 2017. Asuhan Kebidanan I Kehamilan. Jakarta : Trans Info
Media

16

Anda mungkin juga menyukai