LASERASI SERVIKS
Oleh :
K1B1 21 049
PEMBIMBING
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Mengetahui
Pembimbing
B. Anatomi
Uterus merupakan suatu organ reproduksi berbentuk seperti buah
avokad atau buah pir yang sedikit gepeng kearah depan dan belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas
otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm,
tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis
adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan
vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan
serviks uteri. Uterus terdiri atas (1) fundus uteri, (2) korpus uteri, (3) serviks
uteri. Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba fallopi
masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus utei yang terbesar. Pada
kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang.2
Rongga yang terdapat di dalam uterus disebut kavum uteri (rongga
rahim). Serviks uteri terdiri atas (1) pars vaginalis servis uteri yang dinamakan
portio (2) pars supravaginalis servis uteri yaitu bagian serviks yang berada di
atas vagina. Saluran yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis,
berbentuk seperti saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Pintu saluran
serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum dan di vagina disebut
ostium uteri ekternum.2
Serviks atau leher rahim adalah bagian terendah dari uterus yang
menonjol ke puncak vagina. Panjang rata-rata 3 cm dan lebar 2,5 cm.
Permukaannya konveks dan elips. Pada serviks terdapat kanalis endoservikalis
merupakan saluran yang menghubungkan ostium uteri eksternum dan kavum
uteri. Bentuknya pipih dan lebarnya dapat mencapai 7-8 mm. Konfigurasinya
kompleks berupa lipatan-lipatan mukosa atau plika. Kemudian pada ostium
uteri internum, kanalis endoservikalis berujung pada ostium uteri internum
dan merupakan bukaan dari serviks ke kavum uteri. Bagian ini juga adalah
sambungan anatomik dan histologik antara uterus yang lebih muskuler dan
serviks yang lebih padat dan fibrous.5
Gambar 1. Uterus,Vagina,Ovarium dan Tuba uterina.14
C. Laserasi Serviks
1. Definisi
Laserasi serviks adalah robekan serviks yang dapat menimbulkan
perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah rahim. Robekan
yang terjadi pada persalinan yang kadang-kadang sampai ke forniks,
adalah robekan yang terjadi pada serviks yang bisa menimbulkan
perdarahan banyak, khususnya bila robekan jauh ke lateral sebab ditempat
tersebut terdapat ramus desendens dari arteri uterina. Perlukaan ini dapat
terjadi pada persalinan normal, tetapi yang lebih sering adalah akibat
tindakan-tindakan pada persalinan buatan dengan pembukaan yang belum
lengkap. Selain itu, penyebab lain robekan serviks ialah partus
presipitatus. Pada partus ini kontraksi rahim kuat dan sering, sehingga
janin didorong keluar, kadang-kadang sebelum pembukaan lengkap
sehingga menimbulkan perlukaan.1
Laserasi serviks intrapartum secara tradisional dianggap terjadi
karena persalinan janin melalui serviks pada saat kelahiran pervaginam.
Namun, laserasi serviks juga dapat terjadi pada saat kelahiran sesar (SC),
khususnya ketika operasi sesar dilakukan selama kala kedua persalinan
(baik karena kala kedua memanjang atau karena indikasi janin) (Wong, et
al. 2016 ).6,7
2. Epidemiologi
Secara klinis telah dilaporkan laserasi serviks secara signifikan 0.2
hingga 4.8 persen sebagai komplikasi dari semua persalinan pervaginam.
Laserasi serviks yang signifikan secara klinis telah didefinisikan sebagai
laserasi yang berhubungan dengan perdarahan vagina abnormal, yang
membutuhkan penjahitan serviks atau laserasi yang meluas yang
melibatkan segmen bawah rahim atau dinding vagina. 6 Meskipun telah
banyak publikasi penelitian mengenai laserasi vagina dan perineum, data
tentang insidensi, karakteristik klinis, dan faktor risiko laserasi serviks
intrapartum masih jarang. Berdasarkan literatur yang terbatas, telah
dilaporkan bahwa laserasi serviks intrapartum sering terjadi, dengan
keseluruhan insidensi berkisar antara 25 hingga 90 persen dalam laporan
yang berbeda. Namun, sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala dan
hanya dicatat pada pemeriksaan rutin serviks.6
3. Etiologi
Robekan serviks dapat terjadi pada 3
1. Partus presipitatus
Pada partus ini kontraksi Rahim kuat dan sering, sehingga
janin didorong ke luar dengan kuat dan cepat, sebelum pembukaan
lengkap
2. Pemakaian alat-alat operasi (cunam/forceps, perforator, vakum
ekstraktor)
Persalinan buatan dengan vakum ekstraktor akibat
terjepitnya serviks antara mangkok vakum dengan kepala anak
yang tidak terdeteksi sehingga serviks robek pada saat dilakukan
tarikan pada mangkok vakum ekstraktor.
3. Melahirkan kepala janin pada letak sungsang secara paksa padahal
pembukaan serviks uteri belum lengkap
4. Partus lama, di mana telah terjadi serviks edem, sehingga jaringan
serviks sudah menjadi rapuh dan mudah robek.
5. Kegagalan serviks untuk berdilatasi karena kelainan kongenital
atau jaringan parut akibat luka terdahulu
Robekan serviks dapat terjadi pada satu tempat atau lebih. Setiap
selesai melakukan persalinan operatif pervaginam, letak sungsang, partus
plesipitatus, plasenta manual, harus dilakukan pemeriksaan keadaan jalan
lahir dengan spekulum vagina.3
4. Faktor risiko
Terdapat konsensus pada tiga studi bahwa cervical cerclage adalah
faktor risiko laserasi serviks (Landy et al. 2011; Melamed, et al. 2009;
Parikh et al, 2007). Faktor risiko lain yang diidentifikasi tetapi kurang
konsensus di tiga studi adalah persalinan yang cepat, episiotomi
(Melamed, et al. 2009) ekstraksi vakum (Landy et al 2011; Melamed, et al.
2009) dan induksi persalinan (Landy et al. 2011; Parikh et al, 2007).6
Persalinan spontan melalui lesi serviks intrapartum telah
didokumentasikan pada wanita dengan riwayat medis intervensi serviks.
Termasuk prosedur eksisi bedah loop elektro karena neoplasia intraepitel
serviks dan servikal cerclage pada kehamilan sebelumnya. Kasus robekan
serviks tanpa dilatasi ostium uteri eksterna terjadi pada persalinan yang di
induksi prostaglandin pada seorang wanita dengan riwayat pengguguran
kehamilan secara sukarela dengan teknik dilatasi serviks dan kuretase
uterus. Robekan mengakibatkan terjadinya persalinan spontan janin
melalui lesi dan perdarahan postpartum berhasil diobati dengan jahitan
pada lesi.4,9
Berdasarkan penelitian (Schuitemarker &Mackenzie, 1989), tiga
kasus perdarahan postpartum parah karena laserasi pada saluran
endoserviks digambarkan terjadi pada level ostium uteri interna. Penyebab
laserasi berbeda dalam semua kasus. Setiap kali perdarahan postpartum
terjadi, kemungkinan laserasi pada ostium uteri interna harus
dipertimbangkan. Laserasi pada kanalis endoserviks pada level ostium
uteri interna dapat terjadi dengan berbagai cara. Pada kasus pertama,
laserasi mungkin disebabkan oleh pembukaan yang cepat. Dalam kasus
kedua penyebab laserasi tidak diketahui, sedangkan pada kasus ketiga
adalah iatrogenik. Namun, riwayat kasus ini menggambarkan bahwa
ketika perdarahan postpartum terjadi, kemungkinan laserasi pada ostium
uteri interna juga harus dipertimbangkan.9
Tabel 3. Pola Cedera Saluran Genital Bawah yang Terkait dengan Paritas.8
5. Gejala klinis
Pada robekan serviks biasanya ditandai dengan adanya perdarahan.
Robekan biasanya terdapat dipinggir samping serviks bahkan kadang-
kadang sampai ke segmen bawah rahim dan membuka parametrium.
Robekan yang sedemikian dapat membuka pembuluh-pembuluh darah
yang besar dan menimbulkan perdarahan hebat. Robekan serviks bisa
menimbulkan banyak perdarahan, khususnya bila robekan meluas ke arah
kranial sebab di tempat itu terdapat ramus decendens dari arteria uterina.
Robekan serviks yang meluas ke arah kranial dan mencapai dinding
vagina di daerah forniks lateralis perlu diwaspadai sebagai ruptura uteri
karena robekan dapat terus meluas ke atas dan menyebabkan putusnya
arteria uterina. Jika robekan besar dan dalam biasanya keadaan umum
akan memburuk. Pada keadaan ini jika rehidrasi intravena tidak
memperbaiki keadaan umum ibu, maka perlu dilakukan pemasangan
tampon kasa dan rujukan. Perlukaan ini dapat terladi pada persalinan
normal, tetapi yang paling sering ialah akibat upaya melahirkan anak
ataupun persalinan buatan pervaginam pada pembukaan yang belum
lengkap.1
.
6
Gambar
6. Diagnosis
7. Penatalaksanaan
Parikh et al, (2007) melaporkan bahwa laserasi serviks diketahui
sebagai penyebab perdarahan postpartum. Meskipun laserasi serviks
terjadi pada lebih dari separuh persalinan pervaginam, panjangnya kurang
dari 0,5 cm dan jarang memerlukan perbaikan.3,6 Robekan serviks harus
dilakukan penjahitan jika perdarahan atau luka lebih dari 1cm. Kadang
bibir rahim depan serviks tertekan antara kepala anak dan simfisis,
terjadi nekrosis dan terlepas. Biasanya pada robekan serviks terjadi
pada bagian kiri tengah atau kanan tengah (posisi jam 3 atau 9), dan akan
terlihat saat dilakukan inspeksi vagina dan serviks, robekan serviks juga
dapat terjadi pada persalinan spontan, itulah sebabnya pemeriksaan serviks
dan vagina harus dilakukan secara teliti. Pada robekan ringan akan cepat
sembuh,jika robekan meluas harus dijahit. Luka yang terutama meliputi
bagian dalam vagina, umumnya menyebabkan perdarahan arterial
sehingga harus segera dijahit. Penjahitan dilakukan secara simpul terputus
(interupted suture) dilakukan dengan benang katgut kromik No. 0 atau
00, dimulai 1cm proksimal dari ujung luka terus ke bawah sampai luka
terjahit rapi.1
Teknik menjahit laserasi serviks 3
8. Pencegahan
Teknik persalinan yang tepat dan pemantauan yang waspada
sangat membantu dalam mengurangi trauma obstetri. Dalam manajemen
persalinan, pilihan metode persalinan yang tepat dan memimpin persalinan
dengan tepat agar mencegah terjadinya trauma obstetri. Menghindari
faktor resiko dengan selalu berkonsultasi dengan tenaga medis yang
berkompeten tampaknya merupakan modal yang utama. Kontrol dan
pengawasan rutin akan membuat segalanya lebih siap untuk kemungkinan
selanjutnya. Berbagai aspek harus dipikirkan seperti masa kehamilan,
proses persalinan, tata laksana, hal yang dapat menghambat pertolongan,
dan tempat persalinan oleh seorang tenaga medis untuk meyakinkan
keselamatan ibu akan bahaya pendarahan post-partum.8,13
Trauma saluran genital adalah komplikasi umum dari persalinan
per vagina yang menyebabkan perdarahan, syok, dan infeksi. Morbiditas
dan mortalitas terkait dari cedera saluran genital bawah yang terjadi di luar
Rumah Sakit biasanya tinggi wanita dari pada mereka yang melahirkan di
Rumah sakit. Peningkatan dalam kualitas perawatan kebidanan yang
tersedia dan pemanfaatan wanita hamil melalui peningkatan pendidikan
dan pemberdayaan ekonomi wanita akan sangat membantu dalam
mengurangi komplikasi di masyarakat. Petugas persalinan yang terlatih
dalam persalinan, pemantauan kewaspadaan persalinan, dan teknik
persalinan yang tepat dan penyediaan layanan perawatan kebidanan
darurat yang dapat diakses dan terjangkau akan banyak membantu dalam
mengurangi tingkat cedera saluran genital dan komplikasinya.8
9. Komplikasi
Komplikasi laserasi serviks yang dapat segera terjadi adalah
perdarahan. Kadang- kadang perdarahan ini sangat banyak sehingga dapat
menimbulkan syok bahkan kematian. Perdarahan post partum adalah
perdarahan yang terjadi segera setelah persalinan melebihi 500 cc dengan
penyebab-penyebab yaitu; Atonia uteri, Retensio Plasenta, Robekan jalan
lahir, Ruptura uteri inkomplet atau komple, Hematoma parametrium,
Perlukaan servikal, Perlukaan vagina atau vulva, Perlukaan perineum.3
Anemia akibat perdarahan post partum primer adalah komplikasi yang
paling umum terjadi pada 591 (44,8%) dan 169 (12,8%) dari pasien ini
mengalami syok hemoragik.8,9
Serviks uteri merupakan jaringan yang mudah mengalami
perlukaan pada waktu persalinan. Akibat perlukaan itu bisa menimbulkan
banyak perdarahan, khususnya bila robekan meluas ke arah kranial sebab
di tempat itu terdapat ramus decendens dari arteria uterina. Robekan
serviks yang meluas ke arah kranial dan mencapai dinding vagina di
daerah forniks lateralis perlu diwaspadai sebagai ruptur uteri karena
robekan dapat terus meluas ke atas dan menyebabkan putusnya arteria
uterina. Perlukaan ini dapat terjadi pada persalinan normal, tetapi yang
paling sering ialah akibat upaya melahirkan anak ataupun persalinan
buatan (bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar) pada
pembukaan yang belum lengkap.1,9,10 Pada keadaan di mana robekan
serviks ini tidak ditangani dengan baik, dalam jangka panjang dapat terjadi
inkompetensi serviks (cervical incompetence atau) pun infertilitas
sekunder.3
DAFTAR PUSTAKA
EGC.