Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN GINEKOLOGI

POLIP SERVIKS UTERI


Di Ruang Kaber RSKB Hasta Husada
3 Maret 2020

Oleh:
DWI FITRI WULANDARI
NIM. 1602450036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi Polip Serviks


Menurut Prawirohardjo, polip serviks adalah polip berukuran kecil, tumbuh di
permukaan mukosa serviks, atau pada saluran endoserviks dan menonjol pada
mulut rahim (Panayotidis C.,Cilly.L.,2013)

Gambar 2.1 Polip Serviks


Menurut Prawirohardjo, polip serviks termasuk kelainan jinak yang sering
ditemukan. Polip merupakan suatu adenoma maupun adeno fibroma yag berasal
dari selaput lendir endoserviks. Polip serviks tumbuh dari kanal serviks dengan
pertumbuhan ke arah vagina. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari vulva.
Terdapat berbagai ukuran dan biasanya berbentuk gelembung- gelembung dengan
tangkai yang kecil. Secara histopatologi, polip serviks sebagian besar bersifat jinak
(bukan merupakan keganasan) dan dapat terjadi pada seseorang atau kelompok
populasi. Polip serviks memiliki ukuran kecil, yaitu antara 1 hingga 2 cm. Namun,
ukuran polip dapat melebihi ukuran rata- rata dan disebut polip serviks raksasa bila
melebihi diameter 4 cm. Epitel yang melapisi biasanya adalah epitel endoserviks
yang dapat juga mengalami metaplasi menjadi lebih kompleks. Bagian ujung polip
dapat mengalami nekrosis serta mudah berdarah. Polip ini berkembang karena
pengaruh radang maupun virus. Polip endoserviks diangkat dan perlu diperiksa
secara histologik (Panayotidis C.,Cilly.L.,2013)
1.2 Klasifikasi Polip Serviks
1.2.1 Polip ektoserviks.
Polip serviks dapat tumbuh dari lapisan permukaan luar serviks. Polip
ektoserviks sering diderita oleh wanita yang telah memasuki periode paska-
menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia produktif. Prevalensi
kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga 5% wanita. Polip ektoserviks berwarna
agak pucat atau merah daging, lunak, dan tumbuh melingkar atau memanjang dari
pedikel. Polip ini tumbuh di area porsio dan jarang sekali menimbulkan perdarahan
sebagaimana polip endoserviks atau degenerasi polipoid maligna (Panayotidis
C.,Cilly.L.,2013).
Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks lebih banyak mengandung
serat fibrosa di banding polip endoserviks. Polip ektoserviks tidak mengandung
kelenjar mukosa. Bagian luar polip ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum
skuamosa. Perubahan sel menjadi ganas dapat terjadi, terutama pada polip
ektoserviks yang disertai inflamasi kronik, yang sering menyebabkan nekrosis di
bagian ujung polip. Kejadian polip serviks pada wanita dapat berulang, namun
insidensi degenerasi maligna dari polip ektoserviks diperkirakan kurang dari 1%.
Karsinoma sel skuamosa merupakan yang tersering, meskipun adenokarsinoma
juga pernah dilaporkan (Panayotidis C.,Cilly.L.,2013).
1.2.2 Polip endoserviks.
Pertumbuhan polip berasal dari bagian dalam serviks. Biasanya Pada wanita
premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki setidaknya satu anak.
Meskipun pembagian polip serviks menjadi polip ektoserviks dan endoserviks
cukup praktis untuk menentukan lokasi lesi berdasarkan usia, namun hal itu bukan
merupakan ukuran absolut untuk menetapkan letak secara pasti (Panayotidis
C.,Cilly.L.,2013).
1.3 Etiologi Polip Serviks
Menurut Harvard Health Publishing, penyebab timbulnya polip serviks
belum diketahui dengan pasti. Namun sering dihubungkan dengan radang yang
kronis, respon terhadap hormon estrogen dan pelebaran pembuluh darah serviks.
Polip serviks menggambarkan respon epitel endoservik terhadap proses
peradangan. Polip servik dapat menimbulkan perdarahan pervaginam, perdarahan
pasca senggama merupakan gejala yang tersering dijumpai. Polip servik yang
terjadi sebagai akibat benjolan yang menutupi daerah antara kedua celah pada
kanalis servik. Epitellium silinder yang menutupi polip dapat mengalami ulserasi
polip serviks pada dasarnya adalah suatu reaksi radang, penyebabnya sebagian
besar belum diketahui. Karena pada dasarnya adalah reaksi radang, maka ada
kemungkinan:
a. Radang sembuh sehingga polip mengecil atau kemudian hilang dengan
sendirinya.
b. Polip menetap ukurannya.
c. Polip membesar
1.4 Patofisiologi
Menurut Harvard Health Publishing, polip servik dapat menyerang lapisan
permukaan luar servik (ektoservik) dan bagian dalam servik (endoservik).
Normalnya servik uteri pada nullipara dalam keadaan normal kanalis servikalis
bebas kuman, pada multipara dengan ostium uteri eksternum lebih terbuka, batas ke
atas ostium uteri internum bebas kuman. Radang pada servik uteri, bisa terdapat
pada porsio uteri diluar ostium uteri eksternum dan / pada endoservik. Penyakit
gonorea, sifilis, ulkus molle dan granuloma inguinale dan TBC dapat ditemukan
peradangan kronis pada servik. Karena adanya peradangan yang kronis / virus
memicu endoservik merespon dengan timbulnya Adenoma- Adenoma fibroma
(hiperplasia pada epitel endoservik).Setelah epitel endoservik tumbuh menonjol dan
/ bertangkai dan dapat panjang hingga keluar dari vulva, ujungnya mengalami
nekrosis serta mudah berdarah (Manuaba,I.B.G.,2007)
1.5 Manifestasi Klinis
Biasanya, tidak akan ada gejala untuk polip serviks tetapi pada waktu
penyakit ini akan ditandai oleh:
1) Abnormal pendarahan vagina yang terjadi antara periode menstruasi, setelah
menopause, Setelah hubungan seksual.
2) Polip serviks bisa meradang tetapi jarang menjadi terinfeksi periode normal
berat atau menoragia keluarnya lendir putih atau kuning, sering disebut
keputihan.
3) Gejala utamanya adalah terjadinya perdarahan diluar haid yang warnanya lebih
terang dari darah haid. Terutama timbul setelah melakukan senggama
(Perdarahan Paska Senggama = Post Coital Bleeding = PCB). Perlu
dipertimbangkan juga adanya kanker leher rahim jika ditemukan PCB.
Walaupun kadang – kadang polip cervix dapat berulang, namun 99% polip
cervix bersifat jinak. Banyak polip serviks tidak memberikan gejala tetapi ada
gejala utama adalah dasar diagnosa perdarahan intermitten dan gejala- gejala
umum ke-3 bentuk abnormal tersebut:
a. Leukorea yang sulit disembuhkan.
b. Terasa discomfort dalam vagina.
c. Kontak berdarah dan Terdapat infeksi. Pada pemeriksaan inspekulum
dijumpai jaringan bertambah, mudah berdarah, terdapat pada vagina bagian
atas (Prawiroharjo,S.,2013)
1.6 Faktor Resiko
Menurut Prawirohardjo, faktor risiko memiliki polip serviks meningkat pada
wanita dengan diabetes mellitus dan vaginitis berulang dan servisitis, polip serviks
tidak pernah benar- benar terjadi sebelum onset menstruasi. Hal ini biasanya
terlihat pada wanita usia reproduksi. Yang paling rentan terhadap penyakit ini
adalah perempuan usia 40 sampai 50 tahun. Hal ini juga mengatakan bahwa polip
serviks dapat ditemukan pada insiden yang memicu produksi hormon. Wanita
hamil memiliki risiko yang lebih tinggi karena perubahan tingkat hormon,
mungkin dari peningkatan produksi hormon beredar juga (Panayotidis
C.,Cilly.L.,2013).
1.7 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Radiologi
Polip yang terletak jauh di endoserviks dapat dievaluasi melalui pemeriksaan
histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus salin. Biasanya, hasil
pemeriksaan ini memberikan hasil yang bermakna dalam mengetahui adanya
polip atau kelainan lainnya (Harvard,Health Publishing.,2018)
b. Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan sering kali
ditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu banyak
membantu menegakkan diagnosis.
c. Pemeriksaan Khusus
Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai melalui
inspeculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus menggunakan
spekulum endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip endoserviks
ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan perdarahan
abnormal. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menyingkirkan adanya
massa atau polip yang tumbuh dari uterus (Harvard,Health Publishing.,2018)
1.8 Penatalaksanaan
Menurut Panayotidis C, bila dijumpai polip serviks, dokter dapat mengambil 2
macam tindakan :
a. Konservatif.
Yakni bila ukuran polip kecil, tidak mengganggu, dan tidak menimbulkan
keluhan (misal sering bleeding, sering keputihan). Biarkan dan observasi
perkembangan polip secara berkala (Harvard,Health Publishing.,2018)
b. Kuratif.
Yakni bila ukuran polip besar, ukuran membesar, mengganggu aktifitas, atau
menimbulkan keluhan. tindakan ini berupa tindakan curettage atau
pemotongan tangkai polip. tindakan kauter ini bisa dilakukan dengan rawat
jalan, biasanya tidak perlu rawat inap. untuk tindakan pengobatan selain
curettage untuk saat ini belum ada. tapi untuk polip-polip yang ukurannya
kecil (beberapa milimeter) bisa dicoba pemberian obat yang dimasukkan
melalui vagina, untuk mengurangi reaksi radang. setelah pemberiannya
tuntas, diperiksa lagi, apakah pengobatan tersebut ada efeknya pada polip atau
tidak. jika tidak, maka untuk pengobatannya dengan kauterisasi. Bila polip
mempunyai tangkai kurus, tangkainya digenggam dengan forsep polip dan
diputar beberapa kali sampai dasar polipnya terlepas dari jaringan servik
dasarnya. Bila terdapat perdarahan pervaginam abnormal, maka diperlukan
curettage di RS untuk menyingkirkan keganasan servik dan endometrium
(Harvard,Health Publishing.,2018)
Polip yang mudah terlihat dengan tangkai yang tipis dapat disekam dengan
klem arteri atau forcep kasa dan dipluntir putus. Dianjurkan mengkauterisasi
dasarnya untuk mencegah perdarahan dan rekurensi. Pasien yang mempunyai
banyak polip mungkin terbaik diterapi dengan cara konisasi sehingga setiap
polip yang tidak terlihat didalam kanalis tidak akan diabaikan. Biasanya,
polipektomi cervix harus dilakukan bersama dengan suatu kuretase
(Harvard,Health Publishing.,2018).
1.9 Komplikasi
Polip serviks dapat terinfeksi, oleh kelompok Staphylococcus,
Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius biasanya terjadi setelah
dilakukan instrumentasi medik untuk menegakkan diagnosis atau setelah
membuang polip. Antibiotik spektrum luas perlu diberikan bila tanda awal infeksi
telah tampak. Inisiasi atau eksaserbasi salfingitis akut dapat terjadi sebagai
konsekuensi polipektomi (Harvard,Health Publishing.,2018). Pada polip serviks
dengan ukuran besar komplikasi persalinan yang dapat terjadi adalah perdarahan
akibat penekanan dari kepala bayi karena karena pembuluh darah yang melebar
sehingga suplai darah meningkat (Panayotidis C.,Cilly.L.,2013).

DAFTAR PUSTAKA
Ekine dkk. 2015. Gangguan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Sa lemba Medika
Panayotidis C, Cilly L.2013. Cervical Polypectomy during Pregnancy : The Gynaecological
Perspective. J Genit Syst Disor.Vol 12(4)
Prawirohardjo,S.2013. Ilmu kebidanan .Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Harvard Health Publishing. Polyp Cervix. Diakses tanggal [24 Februari 2018] didapat dari :
https://www.health.harvard.edu/womens-health/cervical-polyps)
Varney, Varney, 2007. H. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta : EGC
M. Jacobs, Amanda. Polyp Cervix. North America : Naspag ; 2012

Anda mungkin juga menyukai