Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A; Latar Belakang.
Serviks uteri atau biasa disebut serviks terdapat di setengah hingga
sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris, dan menghubungkan uterus
dengan vagina melalui kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri dari portio
vaginalis, yaitu bagian yang menonjol ke arah vagina dan bagian
supravaginal. Panjang serviks uteri kira-kira 2,5 3cm dan memiliki diameter
2 - 2,5cm. Pada bagian anterior serviks berbatasan dengan kantung kemih.
Pada bagian posterior, serviks ditutupi oleh peritoneum yang membentuk garis
cul-de-sac ( Snell, 2006 ).
Polyp adalah tumor jinak yang tumbuh menonjol dan bertangkai dari selaput lendir
dibagian tubuh manusia, seperti hidung, telinga, usus dan selaput lendir lainnya. Cervix
adalah leher rahim. Polyp Cervix atau polip rahim adalah massa atau jaringan lunak yang
tumbuh pada lapisan dinding bagian dalam rahim dan menonjol ke dalam rongga rahim.
Pertumbuhan sel selyang berlebih pada lapisan rahim (endometrium) mengarah pada
pembentukan polip. Besarnya polip uterus mulai dari beberapa millimeter hingga beberapa
sentimeter yang seukuran bola golf atau lebih besar. Polip uterus melekat pada dinding
rahim yang dihubungkan melalui sebuah tangkai tipis. Gejala utamanya adalah terjadinya
perdarahan diluar haid yang warnanya lebih terang dari darah haid. Terutama timbul setelah
melakukan senggama (perdarahan paskasenggama). Perlu dipertimbangkn juga adanya
kanker leher rahim jika ditemukan PCB. Diagnosis biasanya tidak sulit. Dengan
pemeriksaan spekulum polip leher rahim dapat dengan mudah dideteksi Untuk
penatalaksanaannya, polip hanya dipelintir sampai putus, kemudian tangkainya dikuret.
Tindakan dilakukan dalam pembiusan umum (general anasthesia). Selanjutnya jaringan
polip dikirim ke laboratorium patologi guna memastikan bahwa histologis-nya
jinak/sesuaidengan gambaran jaringan polip serviks. Kemungkinan ganasnya kecil.
Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga 5% wanita.2
Pada wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki
setidaknya satu anak, pertumbuhan polip sering berasal dari bagian dalam
serviks, atau disebut polip endoserviks. Meskipun pembagian polip serviks
menjadi polip ektoserviks dan endoserviks cukup praktis untuk menentukan
lokasi lesi berdasarkan usia, namun hal itu bukan merupakan ukuran absolut
untuk menetapkan letak polip secara pasti. Sejumlah prosedur lain tetap harus
dilakukan sebelum tindakan bedah dan pengobatan dilakukan.

B; Rumusan Masalah.
1; Untuk mengetahui definisi Polip Servik
2; Untuk mengetahui Klasifikasi Polip Servik
3; Untuk mengetahui Etiologi Polip Servik
4; Untuk mengetahui Patofisiologi Polip Servik
5; Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Polip Servik
6; Untuk mengetahui Woc Polip Servik
7; Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang Polip Servik
8; Untuk mengetahui Penatalaksanaan Polip Servik
9; Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Polip Servik
C; Tujuan Penulisan.
Penulis memiliki tujuan agar mahasiswa pendidikan Ners mampu mengerti
mengenai polip servik dan cara menanggulangi serta mencegah.

BAB II
PEMBAHASAN
A; Definisi
Polip serviks adalah polip berukuran kecil, tumbuh di permukaan
mukosa serviks, atau pada saluran endoserviks dan menonjol pada mulut
serviks polip serviks (cervical polyp).

Polip serviks adalah pertumbuhan jaringan serviks (stroma) yang


berlebihan sehingga tampak sebagai benjolan berwarna merah, bertangkai,
yang menjulur keluar dari serviks. Benjolan dapat berukuran beberapa mm
hingga beberapa cm yang biasanya tampak saat dilakukan pemeriksaan dalam.

Polip serviks termasuk kelainan jinak yang sering ditemukan. Polip


merupakan suatu adenoma maupun adeno fibroma yag berasal dari selaput
lendir endoserviks. Polip serviks tumbuh dari kanal serviks dengan
pertumbuhan ke arah vagina. Tangkainya dapat panjang hingga keluar dari
vulva. Terdapat berbagai ukuran dan biasanya berbentuk gelembunggelembung dengan tangkai yang kecil. Secara histopatologi, polip serviks
sebagian besar bersifat jinak (bukan merupakan keganasan) dan dapat terjadi
pada seseorang atau kelompok polulasi. Polip serviks memiliki ukuran kecil,
yaitu antara 1 hingga 2 cm. Namun, ukuran polip dapat melebihi ukuran ratarata dan disebut polip serviks raksasa bila melebihi diameter 4 cm. Epitel yang
melapisi biasanya adalah epitel endoserviks yang dapat juga mengalami
metaplasi menjadi lebih kompleks. Bagian ujung polip dapat mengalami
nekrosis serta mudah berdarah. Polip ini berkembang karena pengaruh radang
maupun virus. Polip ednoserviks diagkat dan perlu diperiksa secara histologik.
(sarwono,1999).
B; Klasifikasi Polip Serviks :
1; Polip ektoserviks.
Polip serviks dapat tumbuh dari lapisan permukaan luar serviks.
Polip ektoserviks sering diderita oleh wanita yang telah memasuki periode
paska-menopause, meskipun dapat pula diderita oleh wanita usia
produktif. Prevalensi kasus polip serviks berkisar antara 2 hingga 5%
wanita. Polip ektoserviks berwarna agak pucat atau merah daging, lunak, dan
tumbuh melingkar atau memanjang dari pedikel. Polip ini tumbuh di area
porsio dan jarang sekali menimbulkan perdarahan sebagaimana polip
endoserviks atau degenerasi polipoid maligna.
Secara mikroskopis, jaringan polip ektoserviks lebih banyak
mengandung serat fibrosa di banding polip endoserviks. Polip ektoserviks
memiliki atau bahkan tidak mengandung kelenjar mukosa. Bagian luar polip
ektoserviks dilapisi oleh epitel stratifikatum skuamosa. Perubahan sel menjadi
ganas dapa terjadi, terutama pada polip ektoserviks yang disertai inflamasi
3

kronik, yang sering menyebabkan nekrosis di bagian ujung polip. Insidensi


degenerasi maligna dari polip ektoserviks diperkirakan kurang dari 1%.
Karsinoma

sel

skuamosa

merupakan

yang

tersering,

meskipun

adenokarsinoma juga pernah dilaporkan.

2; Polip endoserviks.
Pertumbuhan polip berasal dari bagian dalam serviks. Biasanya
Pada wanita premenopause (di atas usia 20 tahun) dan telah memiliki
setidaknya satu anak. Meskipun pembagian polip serviks menjadi polip
ektoserviks dan endoserviks cukup praktis untuk menentukan lokasi lesi
berdasarkan usia, namun hal itu bukan merupakan ukuran absolut untuk
menetapkan letak polip secara pasti.
C; Etiologi Polip Serviks.
Penyebab timbulnya polip serviks belum diketahui dengan pasti. Namun
sering dihubungkan dengan radang yang kronis, respon terhadap hormon
estrogen dan pelebaran pembuluh darah serviks. Penampilan polip serviks
menggambarkan respon epitel endoservik terhadap proses peradangan. Polip
servik dapat menimbulkan perdarahan pervaginam, perdarahan kontak, pasca
coitus merupakan gejala yang tersering dijumpai. Polip servik yang terjadi
sebagai akibat stroma local yang menutupi daerah antara kedua celah pada
kanalis servik. Epitellium silinder yang menutupi polip dapat mengalami
ulserasi polip serviks pada dasarnya adalah suatu reaksi radang, penyebabnya
sebagian besar belum diketahui. Karena pada dasarnya adalah reaksi radang,
maka ada kemungkinan:
1; Radang sembuh sehingga polip mengecil atau kemudian hilang dengan
sendirinya.
2; Polip menetap ukurannya.
3; Polip membesar.
D; Patofisiologi
Polip servik dapat menyerang lapisan permukaan luar servik (ektoservik) dan
bagian dalam servik (endoservik). Normalnya servik uteri pada nullipara
dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman, pada multipara dengan
ostium uteri eksternum lebih terbuka, batas ke atas ostium uteri internum
bebas kuman.Radang pada servik uteri, bisa terdapat pada porsio uteri diluar
ostium uteri eksternum dan / pada endoservik. Penyakit gonorea, sifilis, ulkus
4

molle dan granuloma inguinale dan TBC dapat ditemukan peradangan kronis
pada servik.Karena adanya peradangan yang kronis / virus memicu endoservik
merespon dengan timbulnya Adenoma-Adenoma fibroma (hiperplasia pada
epitel endoservik).Setelah epitel endoservik tumbuh menonjol dan / bertangkai
dan dapat panjang hingga keluar dari vulva, ujungnya mengalami nekrosis
serta mudah berdarah. (Prawirohardjo,Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan.
Jakarta : YBPSP, hal: 263, 336)
E; ManifestasiKlinis
Biasanya, tidak akan ada gejala untuk polip serviks tetapi pada waktu penyakit
ini akan ditandai oleh:
1; Abnormal pendarahan vagina yang terjadi antara periode :
a; Menstruasi.
b; setelah menopause.
c; Setelah hubungan seksual.
2; Polip serviks bisa meradang tetapi jarang menjadi terinfeksi periode normal
berat atau menoragia keluarnya lendir putih atau kuning, sering disebut
keputihan.
Gejala utamanya adalah terjadinya perdarahan diluar haid yang warnanya
lebih terang dari darah haid. Terutama timbul setelah melakukan senggama
(Perdarahan Paska Senggama = Post Coital Bleeding = PCB). Perlu
dipertimbangkan juga adanya kanker leher rahim jika ditemukan PCB.
Walaupun kadang kadang polip cervix dapat berulang, namun 99% polip
cervix bersifat jinak. Banyak polip serviks tidak memberikan gejala tetapi
ada gejala utama adalah dasar diagnosa perdarahan intermitten dan gejalagejala umum ke-3 bentuk abnormal tersebut:
a; Leukorea yang sulit disembuhkan.
b; Terasa discomfort dalam vagina.
c; Kontak berdarah dan Terdapat infeksi.
Pada pemeriksaan inspekulum dijumpai:
a; Jaringan bertambah
b; Mudah berdarah
c; Terdapat pada vagina bagian atas.
Makroskopis dapat tunggal atau multipel dengan ukuran beberapa
centimeter, warna kemerah merahan dan rapuh. Kadang kadang
tangkainya jadi panjang sampai menonjol dari introitus. Kalau asalnya dari
portio konsistensinya lebih keras dan pucat dengan tangkai yang tebal.
5

Histologi Berasal dari mukosa yang dilapisi oleh 1 lapis epitel yang terdiri
dari sel sel silindris yang tinggi, yang khas berasal dari endocervix,
dengan kelenjar cervix dan stroma dari jaringan ikat yang halus disertai
oedem dan infiltrasi sel bulat. Sering pula disertai ulserasi pada ujungnya
yang menyebabkan terjadinya perdarahan. Banyak polip servic yang
menunjukkan metaplasia yang luas, disertai infeksi, menyerupai
permulaan dari carcinum, Ca epidermoid kadang kadang berasal dari
polip.
F; Faktor Resiko.
Faktor risiko memiliki polip serviks meningkat pada wanita dengan diabetes
mellitus dan vaginitis berulang dan servisitis, polip serviks tidak pernah benarbenar terjadi sebelum onset menstruasi. Hal ini biasanya terlihat pada wanita
usia reproduksi. Yang paling rentan terhadap penyakit ini adalah perempuan
usia 40 sampai 50 tahun. Hal ini juga mengatakan bahwa polip serviks dapat
ditemukan pada insiden yang memicu produksi hormon. Wanita hamil
memiliki risiko yang lebih tinggi karena perubahan tingkat hormon, mungkin
dari peningkatan produksi hormon beredar juga.
G; Pemeriksaan
1; Pemeriksaan Radiologi
Polip yang terletak jauh di endoserviks dapat dievaluasi melalui
pemeriksaan histerosalfingografi atau sonohisterografi dengan infus salin.
Biasanya, hasil pemeriksaan ini memberikan hasil yang bermakna dalam
mengetahui adanya polip atau kelainan lainnya.
2; Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi vagina dapat menunjukkan adanya tanda infeksi dan sering
kaliditemukan sel-sel atipik. Pemeriksaan darah dan urin tidak terlalu
banyak membantu menegakkan diagnosis.
3; Pemeriksaan Khusus
Polip yang terletak jauh di kanal endoserviks tidak dapat dinilai melalui
inspeculo biasa, tetapi dapat dilakukan pemeriksaan khusus menggunakan
spekulum endoserviks atau histeroskopi. Seringkali polip endoserviks
ditemukan secara tidak sengaja pada saat dilakukan pemeriksaan
perdarahan abnormal. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk
menyingkirkan adanya massa atau polip yang tumbuh dari uterus.

H; Pencegahan.
Ada beberapa langkah yang dapat membantu mencegah infeksi ini:
1; Pakai celana katun atau stoking dengan selangkangan kapas. Ini
membantu mencegah akumulasi kelebihan panas dan kelembaban. Panas
dan kelembaban membuat seorang wanita rentan terhadap infeksi vagina
dan leher rahim.
2; Pemamakaian kondom setiap hubungan seksual. Ini mengurangi resiko
infeksi menular seksual.
I; Penatalaksanaan.
Bila dijumpai polip serviks, dokter dapat mengambil 2 macam tindakan:
1; Konservatif.
Yakni bila ukuran polip kecil, tidak mengganggu, dan tidak menimbulkan
keluhan (misal sering bleeding, sering keputihan). dokter akan membiarkan
dan mengobservasi perkembangan polip secara berkala.
2; Agresif.
Yakni bila ukuran polip besar, ukuran membesar, mengganggu aktifitas,
atau menimbulkan keluhan. tindakan agresif ini berupa tindakan curettage
atau pemotongan tangkai polip. tindakan kauter ini bisa dilakukan dengan
rawat jalan, biasanya tidak perlu rawat inap. untuk tindakan pengobatan
selain curettage untuk saat ini belum ada. tapi untuk polip-polip yang
ukurannya kecil (beberapa milimeter) bisa dicoba pemberian obat yang
dimasukkan melalui vagina, untuk mengurangi reaksi radang. setelah
pemberiannya tuntas, diperiksa lagi, apakah pengobatan tersebut ada
efeknya pada polip atau tidak. jika tidak, maka untuk pengobatannya
dengan kauterisasi.Bila polip mempunyai tangkai kurus, tangkainya
digenggam dengan forsep polip dan diputar beberapa kali sampai dasar
polipnya terlepas dari jaringan servik dasarnya. Bila terdapat perdarahan
pervaginam abnormal, maka diperlukan curettage di RS untuk
menyingkirkan keganasan servik dan endometrium.
Polip yang mudah terlihat dengan tangkai yang tipis dapat disekam dengan
klem arteri atau forcep kasa dan dipluntir putus. Dianjurkan
mengkauterisasi dasarnya untuk mencegah perdarahan dan rekurensi.
Pasien yang mempunyai banyak polip mungkin terbaik diterapi dengan
cara konisasi sehingga setiap polip yang tidak terlihat didalam kanalis tidak
akan diabaikan. Biasanya, polipektomi cervix harus dilakukan bersama
dengan suatu kuretase.
7

J; Komplikasi
Polip serviks dapat terinfeksi, biasanya oleh kelompok Staphylococcus,
Streptococcus, dan jenis patogen lainnya. Infeksi serius biasanya terjadi setelah
dilakukan instrumentasi medik untuk menegakkan diagnosis atau setelah
membuang polip. Antibiotik spektrum luas perlu diberikan bila tanda awal infeksi
telah tampak. Inisiasi atau eksaserbasi salfingitis akut dapat terjadi sebagai
konsekuensi polipektomi.
K; Prognosis
Prognosis penyakit umumnya baik. Ekstirpasi sederhana dengan cara
menghilangkan langsung polip merupakan tindakan yang sangat kuratif dan
jarang sekali untuk berulang. 99% polip serviks akan tetap jinak dan 1% akan
di beberapa titik menunjukkan neoplastik berubah. polip serviks tidak akan
tumbuh kembali.

L. WOC ( Web Of Caution )

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A; Identitas
Yang paling rentan terhadap penyakit ini adalah perempuan usia 40 sampai 50
tahun. Hal ini juga mengatakan bahwa polip serviks dapat ditemukan pada
insiden yang memicu produksi hormon Pada wanita dengan diabetes mellitus
dan vaginitis berulang dan servisitis, polip serviks tidak pernah benar-benar
terjadi sebelum onset menstruasi. Hal ini biasanya terlihat pada wanita usia
reproduksi.. Wanita hamil memiliki risiko yang lebih tinggi karena perubahan
tingkat hormon, mungkin dari peningkatan produksi hormon beredar juga.

B; Keluhan Utama.
Biasanya klien mengeluh Nyeri, terjadi perubahan fungsi seksual
C; Riwayat penyakit sekarang.
Klien mengalami perdarahan pervaginam, perdarahan kontak, pasca coitus
merupakan gejala yang tersering dijumpai.
D; Pemeriksaan Fisik.
1; Tanda-tanda Vita
TD: 110/80mmHg
T : 36,50C
N : 90x/menit
RR: 22x/menit
2; Pemeriksaan Kepala dan Leher
a; Kepala
: bentuk kepala Normal, tidak ada edema.
b; Mata
: mata simetris, conjungtiva merah muda,
c; Hidung
: tidak ada pernafasan cuping hidung.
d; Mulut
: mukosa lembam
e; Leher
: tidak ada pernafasan vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid.
3; Pemeriksaan Thorak
a; Inspesi
: bentuk dada simetris
b; Palpasi
: tidak ada benjolan
c; Perkusi
: bunyi sonor
d; Auskultasi
: tidak ada suara tambahan seperti wezzing.
4; Pemeriksaan Jantung
a; Auskultasi
: suara jantung terdengar pada ICS 1,2. Suara lop
dup.
5; Pemeriksaan Abdomen
a; Inspeksi
: tidak ada benjolan
b; Palpasi
: nyeri Skala 5-7
c; Perkusi
: bunyi redup
d; Auskultasi
: bising usus terdengar
6; Pemeriksaan Organ Reproduksi
a; Inspeksi
:
10

1; Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan


klien
2; Kulit dan area pubis, adakah lesi, eritema, visura, leokoplakia dan
eksoria
3; Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap
pemebengkakan ulkus, keluaran dan nodul
b; Pemeriksaan Bagian Dalam
1; Inspeksi
Serviks: ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran dan
warnanya
2; Palpasi
Raba dinding vagina
: Nyeri tekan dan nodula,
Serviks
: posisi, ukuran, konsistensi, nyeri tekan,
Uterus
: ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas
Ovarium
: ukuran, bentuk, konsistensi dan nyeri tekan
7; Pemeriksaan Muskuluskeletal
Kekuatan otot tangan kakan kiri 5,5 kaki kanan kiri 5,5. Tidak ada benjolan
F; Diagnosa
1; Nyeri berhubungan dengan proses penyakit jaringan pada organ ruang
abdomen.
2; Gangguan Eliminasi urin berhubungan dengan adanya edema pada
jaringan local.
3; Gangguan harga diri berhubungan dengan masalah tentang
ketidaknyamanan mempunyai anak, perubahan feminimitas dan efek
hubungan seksual.
4; Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri,
respon patofisiologis.
5; Kurang pengetahuan pengobatan berhubungan dengan kesalahan
interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi dan keterbatasan
kognitif
G; Intervensi
1; Nyeri berhubungan dengan proses penyakit jaringan pada organ ruang
abdomen
Tujuan :. setelah diberikan asuhan keperawatan selama 30 menit nyeri
klien akan berkurang,teradaptasi.
Kriteria hasil:

11

a; Secara obyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat


teradaptasi, skala (0-1).
b; Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan dan
menurunkan nyeri.
c; Klien tampak tenang
Intervensi

Rasional

1; Kaji nyeri dengan PQRST

1; Menjadi parameter dasar untuk


mengetahui

2; Pantau/

catat

karakteristik

nyeri

( respon verbal, non verbal, dan respon


hemodinamik) klien.
3; Berikan kompres dingin pada perut
hangat pada perut

sejauh

mana

intervensi yang diperlukan.


2; mendapatkan indicator nyeri.
3; Kompres dingin Meningkatkan
rasa

nyaman

dengan

menurunkanvasodilatasi,kompres
hangat
pada

Meningkatkan
otot

relaksasi

yang

sirkulasi

meningatkan

dan

mengurangi

ketegangan
4; Dengan manajemen nyeri dapat

HE
4; Ajarkan

mengurangi nyeri.

manajemen nyeri keperawatan

a; Posisi

fisiologi

akan

meningkatkan asupan O2 ke
a; Atur posisi fisiologi

jaringan

yang

mengalami

iskemia.
b; Lingkungan
b; Manajemen lingkungan : ciptakan
suasana yang nyaman.

5;

yang

nyaman

akan menurunkan stimulasi


eksternal

5; Analgesik me,blok lintasan nyeri

Kolaborasi

sehingga nyeri akan berkurang.

Pemberian obat analgesik

12

2; Gangguan Eliminasi urin berhubungan dengan adanya edema pada


jaringan local.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1jam tidak
gangguan Eliminasi urin.
Kriteria hasil :
a; Mempertahankan/memperoleh pola eliminasi yang efektif.
b; Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan.
c; Ikut serta dalam regimen pengobatan.

Intervensi
1; Pantau pola penolakan.

Rasional
1; Informasi ini sangat penting untuk
merencanakan

perawatan

dan

mempengaruhi pilihan intervensi


individu.
2; Distensi
2; Palpasi kandung kemih.

kandung

kemih

mengindikasikan retensi urinarius.


3; Mempertahankan hidrasi adekuat
dan meningkatkan fungsi ginjal.
4; Meningkatkan kontrol sfingter.

3; Tingkatkan masukan cairan 2000-3000


ml/hari.

4; Berikan medikasi sesuai petunjuk.

3; Gangguan harga diri berhubungan dengan masalah tentang


ketidaknyamanan mempunyai anak, perubahan feminimitas dan efek
hubungan seksual.
Tujuan : setelah diberikan tondakan keperawatan selama 15 menit harga
diri klien meningkat.
Kriteria hasil :

13

1; Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan


diri dalam situasi.
2; Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah
secara efektif.
3; Mendemonstrasikan adaptasi terhadap perubahan yang telah terjadi
yang dibuktikan oleh penyusunan tujuan realistis dan partisipasi aktif
dalam kerja dengan tepat.

Intervensi
Rasional
1; Diskusikan dengan klien atau keluarga1; Membantu

dalam

memastikan

bagaimana diagnosis dan pengobatan

masalah untuk memulai proses

yang

pemecahan masalah.

mempengaruhi

kehidupan

pribadi pasien dan aktivitas kerja


2; Tinjau ulang efek samping yang
diantisipasi

berkenaan

pengobatan

tertentu,

dengan
termasuk

kandung
kemih
pada2; Distensi
mengindikasikan retensi urinarius.
aktifitas seksual dan rasa ketertarikan.
kemungkinan

efek

samping

Beritahu klien bahwa tidak semua efek


samping terjadi.

3; Tingkatkan masukan cairan 2000-3000


ml/hari.
3; Mempertahankan hidrasi adekuat
dan meningkatkan fungsi ginjal.
4; Berikan medikasi sesuai petunjuk.
4; Meningkatkan kontrol sfingter.

14

4; Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri,


respon patofisiologis.
Intervensi
1; Catat

Rasional.
palpitasi,

peningkatan1; Perubahan

denyut/frekuensi pernapasan.

TTV

menunjukkan
yang

mungkin

tingkat

dialami

ansietas

pasien

merefleksikan

gangguan-

gangguan factor psikologis.


2; Perasaan adalah nyata
2; Pahami rasa takut.

atau

dan

membantu pasien untuk terbuka


sehingga

dapat

mendiskusikan

dan menghadapinya.
3; Respon individu dapat bervariasi
3; Kaji tingkatan/realita bahaya bagi
pasien dan tingkat ansietas.

tergantung pola cultural yang


dipelajari.
4; Penyempitan

focus

umumnya

merefleksikan rasa takut.


4; Catat pembatasan focus perhatian.
5; Pasien mungkin perlu menolak
5; Nyatakan realita dari situasi seperti
realitas sampai siap untuk
apa yang dilihat pasien.
menghadapinya.
6; Evaluasi mekanisme koping.
6; Mungkin
dapat
menghadapi
situasi dengan baik pada waktu
itu.

5; Kurang pengetahuan pengobatan berhubungan dengan kesalahan


interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi dan keterbatasan
kognitif.

15

Tujuan : seteah dilakukan tindakan keperawatan selama 20 menit


Pengetahuan klien meningkat.
Kriteria hasil :
a; Menuturkan pemahaman kondisi, efek prosedur dan pengobatan.
b; Dengan tepat menunjukkan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan
alasan suatu tindakan.
c; Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
ptogram perawatan
Intervensi
Rasional
1; Diskusikan terapi obat-obatan.
1; Meningkatkan
kerja
sama
2; Identifikasi
keterbatasan
aktivitas
dengan regimen.
khusus.
2; Mencegah regangan yang tidak
3; Ulangi pentingnya diet nutrisi dan
perlu
pemasukan cairan adekuat.
3; Sediakan
elemen
yang
4; Libatkan orang-orang terdekat dalam
dibutuhkan untuk penyembuhan.
program pembelajaran.
4; Memberikan
sumber-sumber
tambahan untuk referensi setelah
penghentian

16

BAB III
PENUTUP
A; Kesimpulan
Dalam penyembuhan penyakit Polyp Serviks diperlukan beberapa
Intervensi dan kemudian diimplementasikan sesuai dengan criteria dan
kaidah-kaidah tertentu dalam proses keperawatan. Selain itu, sangat
diperlukan juga kolaborasi dengan dokter agar hal-hal yang tidak diinginkan
tidak terjadi, dengan kata lain malpraktik.

B. Saran
Dengan selesainya penyusunan makalah ini agar kiranya dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam peningkatan belajar mengajar antar
Mahasiswa dengan tim pengajar

17

DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Ida Ayu. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


Jakarta:EGC
Doengoes, Marlynn.( 2001 ). Rencana Perawatan maternal / Bayi. Jakarta : EGC
Llewellyn,Derek.(2009).Dasar-dasar Obsteri dan Ginekologi.Jakarta:EGC.
M. Jacobs,Amanda.(2012).polip serviks. North america: Naspag.
Prawirohardjo Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan Edisi 2 Cetakan 4 .
Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Rabe, Thomas.( 2003 ). Buku Saku Ilmu Kandungan. Jakarta : Hipocrates.
Sastrawinata, Sulaiman.( 2000 ). Ginekologi. Bandung : Elister Offside.

18

Anda mungkin juga menyukai