Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

“COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSE”


(CMHN)

Dosen pengampu : Rahmi Imelisa, S.Kep,Ners,M.Kep,Sp.Kep.Jiwa

Nandita Milda Hidayat


NPM.215119045

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN JIWA

STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2020
Community Mental Healtih Nursing / Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas adalah
pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik, dan paripurna yang berfokus pada
masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stress (risiko) dan dalam tahap pemulihan serta
pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa) (Keliat, dkk, 2012).

 Jenis – jenis CMHN


a. Basic Course (BC) CMHN
Sasaran : perawat keswamas (puskesmas)
Kegiatan:perawat diberikan pelatihan cara memberikan asuhan keperawatan (7 Dx
Keperawatan) pada klien dan keluarga pasien gangguan jiwa dirumah.
b. Intermediate Course (IC) CMHN
Sasaran : Kader Keswa dan Perawat Keswa (Puskesmas)
Kegiatan:
1. Membentuk desa siaga sehat jiwa
2. Merekrut dan melatih kader keswa untuk skreening ggn jiwa di masyarakat, masalah
psikososial dan sehat jiwa.
3. Melatih perawat keswa mengintervensi klien dengan masalah psikososial dan
mengembangkan rehabilitasi pasien gangguan jiwa.
c. Advance Course (AC) CMHN
Sasaran : individu, keluarga, staf puskesmas, kelompok formal dan informal serta
masyarakat luas
Kegiatan :
1. Manajemen keperawatan kesehatan jiwa
2. Kerjasama Lintas sektoral

 Konseptual Model Keperawatan Jiwa Komunitas


Model View of behavioral Therapeutic Roles of a patient
deviation process & therapist

Psychoanalytical (freud, Ego tidak mampu Asosiasi bebas Klien:


Erickson) mengontrol & analisa mengungkapkan Ta
bel 1
ansietas, konflik mimpi semua pikiran &
tidak selesai Transferen mimpi Terapist :
untuk menginterpretasi
memperbaiki pikiran dan mimpi
traumatic masa pasien
lalu
Interpersonal (Sullivan, Ansietas timbul & Build feeling Patient: share
peplau) dialami secara security anxieties
interpersonal, basic Trusting Therapist : use
fear is fear of relationship & empathy &
rejection interpersonal relationship
satisfaction
Social (caplan,szasz) Social & Environment Pasien:
environmental manipulation menyampaikan
factors create & social masalah
stress, which cause support menggunakan
anxiety &symptom sumber yang ada di
masyarakat
Terapist: menggali
system social klien
Existensial (Ellis, Individu gagal Experience in Klien: berperan
Rogers) menemukan dan relationship, serta dalam
menerima diri conducted in pengalaman yang
sendiri group berarti untuk
Encouraged to mempelajari diri
accept self & Terapist:
control memperluas
behavior kesadaran diri klien
Supportive Faktor Menguatkan Klien: terlibat
Therapy(Wermon,Rockl biopsikososial & respon koping dalam identifikasi
and) respon maladaptive adaptif coping Terapist:
saat ini hubungan yang
hangta dan empatik
konseptual model keperawatan jiwa komunitas

1. Psycoanalytical (Freud, Erickson). Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa


dapat terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id
(kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan
akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das
uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
Behavioral). Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya
konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa
oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus
untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda
pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan traumatic
yang membekas pada masa dewasa. Proses terapi pada model ini adalah
menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk
memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang
sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali
dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih
dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya,
sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai
keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu
misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar,
diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau). Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang
bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan
(Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat
berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut
seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun
rasa aman pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin
hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang
lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati. Peran perawat dalam terapi adalah
share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien,
apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist
use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal
yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz). Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan
jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor
lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and
environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom). Prinsip
proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah environment
manipulation and social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya
dukungan sosial) Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah
pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist
berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di
sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
4. Existensial ( Ellis, Rogers). Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau
gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan
hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri
dan mengalami gangguan dalam Body imagenya. Prinsip dalam proses terapinya
adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap
sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara
introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan
(conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima
kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self
and control behavior). Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk
berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari
dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed
back, kritik, saran atau reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland). Penyebab gangguan jiwa dalam konsep
ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya
menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek
psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri,
perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti :
susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan
pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab
gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam
beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya
dengan masa lalu. Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif,
individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki
dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat
dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin). Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul
akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan
factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan
dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan
terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai
dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan jenis pendekatan terapi yang
digunakan.

 Pilar CMHN
I. Manajemen Keperawatan Kesehatan Jiwa
Perencanaan :
 Visi :
“Masyarakat Sehat Jiwa Melalui Desa Siaga Sehat Jiwa”.

 Misi :
 Menjadikan anggota masyarakat sehat jiwa
 Masyarakat yang mengalami gangguan jiwa dapat dipertahankan di lingkungan masyarakat
 Menjadikan masyarakat dengan gangguan jiwa yang produktif dan inovatif
 Filosofi
“Hargai tubuhmu dengan selalu berpikiran positif”
 Rencana Bulanan dan Tahunan
1. Rencana bulanan
a.  Rencana bulanan perawat CMHN. 
o Kegiatan manajerial. Contoh: supervisi kader dan rapat/pertemuan
o Kegiatan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga terdiri
atas:
1) Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat (dikelompokkan dalam
8 tahap perkembangan), kelompok yang berisiko mengalami masalah psikososial
dan kelompok keluarga pasien gangguan jiwa
2) Asuhan keperawatan masalah psikososial
3) Asuhan keperawatan resiko masalah psikososial
4) Asuhan gangguan jiwa
5) Terapi aktivitas kelompok dan rehabilitas untuk kelompok pasien yang mengalami
gangguan jiwa.
 Rencana bulanan kader kesehatan jiwa. 

Bulan Ke 1, 2, 3 dst
Kegiatan
Mgg Ke 1 Mgg Ke 2 Mgg Ke 3 Mgg Ke 4
Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat,    
resiko, dan gangguan.
Menggerakkan keluarga sehat untuk menghindari 
penyuluhan sehat jiwa sesuai dengan usianya
Menggerakkan keluarga berisiko untuk menghadiri 
penyuluhan tentang risiko masalah psikososial
Menggerakkan keluarga pasien gangguan jiwa untuk  
mengikuti pendidikan kesehatan
Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti 
TAK dan rehabilitas.
Melakukan kunjungan rumah kepada pasien    
gangguan jiwa yang telah mandiri
Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN    
 Rencana tahunan perawat CMHN
a) Menyusun laporan tahunan yang membahas kinerja layanan keperawatan kesehatan jiwa
komunitas berupa kegiatan yang di laksanakan berikut hasil evaluasinya (wilayah kerja
puskesmas dan Desa Siaga Sehat Jiwa).
b) Penyegaran terkait dengan materi layanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas, terutama
untuk kegiatan yang masih rendah pencapaiannya yang bertujuan untuk mementapkan hal-
hal yang belum optimal.
c) Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa) dalam bentuk rekomendasi
untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal.

 Contoh pengorganisasian dg Struktur Organisasi


STRUKTUR ORGANISASI DESA SIAGA JIWA KECAMATAN A

Pembina
Camat Kecamatan A

Koordinator
Sekmat Kec.A /
Lurah Kelurahan A dan B

Ketua
Kepala Puskesmas A

Wakil Ketua
Ka.Subag TUPuskesmas A

Bendahara Sekretaris
Perangkat Kelurahan A Seklur Kelurahan A

Wk.Bendahara Wk.Sekretaris
Perangkat Kelurahan B Seklur Kelurahan B
Perangkat Kelurahan A

POKJA I POKJA II POKJA III


POKJA IV
Tim Kes. Puskesmas A Perangkat Kec. A/B Perangkat Kec. A/B
Perangkat Kec. A/B
Tim Perawat CMHN Perangkat Kelurahan A/B Perangkat Kelurahan A/B
Perangkat Kelurahan A/B
Kader Kel A/B Babinsa Tim Kes. Puskesmas A
Tim Kes. Puskesmas A
Tim Bkkbn Perangkat Depag Kader Kel A/B
Kader Kel A/B
Kader Kel A/B Tim Bkkbn
Perangkat Dinsos
Perangkat Dinsos
 Pengarahan dan Pengendalian
a. Pembentukan Program Pelatihan Perawatan Kesehatan jiwa MasyaraKat (CMHN)
Program pelatihan ini melatih para perawat di puskesmas di bidang perawatan
kesehatan jiwa masyarakat (community mental health nursing - CMHN) dan juga
pelatihan meliputi sebuah pelatihan penyegaran di bidang psikiatri dasar dan protokol
penulisan resep bagi dokter umum dari puskesmas yang sama.
b. Pemetaan
Pemetaan kasus dilakukan terlebih dahulu sebelum perawat turun ke masyarakat.
Perawat mengidentifikasi pasien dan mendokumentasikannya dengan mengisiformulir
khusus .
c. Pelatihan program CMHN terdiri dari 3 level tingkatan :
o Tingkat dasar untuk masalah gangguan Individu dan keluarga -> sekarang sedang
diselesaikan, terdiri dari 14 modul, dilakukan supervise sampai bulan desember
2005.
o Tingkatan Intermediate (Menengah) untuk masalah psychososial yang akan
dilaksanakan pada bulan January
o Tingkatan Advance (Lanjut)
d. Level pendidikan perawat program CMHN ini berasal dari spk dan bidan.
e. Dinas Kesehatan Provinsi dan WHO bekerjasama untuk menjalankan program CMHN
dengan memfasilitasi perawat yang bekerja di masyarakat dengan menyelenggarakan
pelatihan dan supervisi.
f. Perawat CMHN melaporkan kasus dan berkoordinasi dengan pihak terkait seperti,
Puskesmas setempat dan Dinas Kesehatan kabupaten setempat melalui fasilitator
CMHN, dan seharusnya dinas Kesehatan kabupaten melaporkannya ke Dinkes Provinsi
(Dinkes, 2005).
g. Evaluasi
Evaluasi terhadap program yang sudah berjalan disuatu daerah apakah perlu untuk
daerah – daerah disekitar wilayah tersebut untuk mendirikan CMHN.
II. Pemberdayaan Kader Kesehatan Jiwa
Biasanya di setiap Puskesmas memiliki kader khusus jiwa sehingga untuk memudahkan
dalam pembentukan CMHN ini, kader-kader yang sudah ada diberdayakan kembali sesuai
tugasnya dan apabila belum bisa dibantu dalam pembentukan atau perekrutan kader jiwa.
a. Pengertian
Kader kesehatan jiwa adalah kader yang dapat membantu masyarakat mencapai
kesehatan jiwa yang optimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan jiwa serta memantau kondisi kesehatan jiwa masyarakat di
wilayahnya (Keliat,2007)
b. Peran Kader Kesehatan Jiwa Kader kesehatan jiwa berperan serta dalam meningkatkan,
memelihara dan mempertahankan kesehatan jiwa masyarakat (Keliat,2007)
c. Tugas Pokok kader Kesehatan Jiwa
1) Melaksanakan program Desa Siaga Sehat Jiwa
2) Melakukan deteksi keluarga sehat, keluarga yang beresiko mengalami masalah
psikososial, dan keluarga dengan gangguan jiwa di masyarakat
3) Menggerakkan individu, keluarga, dan kelompok sehat jiwa untuk mengikuti
pendidikan kesehatan jiwa
4) Menggerakkan individu, keluarga,dan kelompok yang beresiko mengalami masalah
psikososial untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
5) Menggerakkan individu, keluarga,dan kelompok yang mengalami gangguan jiwa
untuk mengikuti pendidikan kesehatan jiwa
6) Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti terapi aktifitas kelompok
(TAK) dan rehabilitasi
7) Melakukan kunjungan rumah pada pasien yang telah mandiri
8) Melakukan rujukan kasus masalah psikososial atau gangguan jiwa pada perawat
CMHN atau puskesmas
d. Posyandu Jiwa
Posyandu (Pos Kesehatan Terpadu) adalah kegiatan kesehatan dasar yang
diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat dan dibantu oleh tenaga kesehatan.
Jadi posyandu merupakan kegiatan swadaya masyarakat dibidang kesehatan dengan
penanggungjawab kepala desa. A.A Gede muninjaya (2002 : 69) mengatakan,
“pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan disuatu wilayah kerja puskesmas.

Tujuan dilakukannya posyandu desa adalah untuk mencegah dan menggurangi resiko 
seseorang untuk mengalami gangguan jiwa dan memberikan pengobatan dan terapi bagi
mereka yang mengalami ganngguan jiwa.
e. Upaya- upaya yang dilakukan dalam melaksanakan posyandu jiwa adalah:
a.       Preventive
Dilakukan dengan cara mencegah dan menggurangi resiko gangguan jiwa dengan menci
ptakan masyarakat yang terbuka.
Contoh kegiatan untuk menciptakan masyarakat yang terbuka yaitu:
1)      Dengan membentuk suatu kegiatan di lingkungan masyarakat,
bertujuan untuk menjaga keharmonisan dan silaturahmi antar warga.
2)      Selalu melakukan interaksi social.
3)      Memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat untuk selalu menjagakeseh
atan jiwa mereka.
b.      Promotif
Dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan masyakat tentang gangguan
jiwa baik pengertian, tanda dan gejala, dan cara menghadapi orang yang
mengalami gangguan jiwa .
c.       Kuratif
Memberikan pengobatan dan terapi dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya seperti tenaga medis dan psikiatri.
d.      Rehabilitative
Dilakukan dengan cara memberikan terapi sederhana pada pasien gangguan jiwa.
Namun bukan hanya pasien gangguan jiwa yang perlu
diterapi namun lingkungan juga harus diberi pengertian untuk dapat menerima
seseorang yang sudah sembuh dari gangguan jiwa dan tidak mengucilkannya.

Dalam pelaksana posyandu jiwa terdapat beberapa tahapan yaitu:
a.       Mejapertama ( meja I)
Meja pertama adalah pos untuk melakukan pendaftaran, yang dilakukan oleh
kader posyandu.
b.      Mejakedua ( meja II)
Meja kedua adalah pos untuk melakukan pemeriksaan fisik, mengecek tanda-tanda vital
( biasanya yang umum dilakukan adalah melakukan pemeriksaan tekanan darah),
tinggi badan, berat badan dan keluhan pasien. Ini dilakukan oleh kader yang
terlatih atau tenaga kesehatan seperti perawat.
c.       Mejaketiga ( meja III)
Meja ketiga adalah untuk pengobatan .pengobatan ini dilakukan oleh dokter.
d.      Mejakeempat ( meja IV)
Meja keempat adalah posterapi yang dilakukan oleh perawat, contohnya melakukan
TAK ( Terapi Aktivitas Kelompok) dan okupasi.
e.       Mejakelima ( meja V)
Pemberian makanan ( Snack) untuk pasien, ini dapat dilakukan oleh kader posyandu
jiwa.

III. Kemitraan Lintas Sektor dan Program


 Peran Kabupaten/ Kota
Dalam melaksanakan program Kesehatan Jiwa di masyarakat sering kali terbengkalai
tidak adanya dana untuk memfasilitasi kegiatan yang mendukung masyarakat dalam
Kesehatan Jiwa. Dalam kondisi nyata, Bupati/ Walikota atau pihak Pemerinah
Kabupaten/ Kota sendiri tidak memberikan perhatian berupa materi maupun nonmateri
dikarenakan Pemerintah Kabupaten/ Kota lebih mendukung program Kesehatan Ibu
dan Bayi. Hal ini memicu kurangnya perhatian masyarakat dalam mengadakan
program yang berhubungan dengan Kesehatan Jiwa. Banyak masyarakat yang tidak
ingin dirugikan bila tidak ada dukungan materi. Pada dasarnya masyarakat sangat
antusias dalam berpartisipasi melaksanakan kegiatan Kesehatan Jiwa akan tetapi
terhalang kurangnya perhatian Pemerinah Kabupaten/ Kota. Seharusnya Pemerintah
Kabupaten/ Kota dapat mendukung kegiatan tersebut berupa fasilitas barang maupun
materi.
 Peran Dinas Kesehatan
Peran Dinas Kesehatan dalam kegiatan Kesehatan Jiwa yaitu dengan adanya Rumah
Sakit Jiwa. RSJ berperan sebagai fasilitator tenaga kesehatan jiwa (perawat jiwa)
bahkan adapula RSJ yang membantu dana untuk melaksanakan dalam program
dimasyarakat.
 Peran Kecamatan
Peran Kecamatan dalam Kesehatan Jiwa masyarakat adalah dengan adanya
Puskesmas. Puskesmas berperan sebagai pendataan masyarakat dengan masalah
kejiwaan atau gangguan jwa agar mendapat penanganan yang baik. Puskesmas juga
berperan dalam pengadaan posyandu jiwa.
 Peran Kelurahan
Kelurahan berperan dalam fasilitas tempat yang memadai untuk pelaksanaan kegiatan
Kesehata Jiwa.
 Peran RT/RW
Peran RT/RW yaitu menghilangkan budaya pasung, memotivasi keluarga dan
penggerak kegiatan dalam lingkungan desa agar keluarga dengan anggota masalah
jiwa tidak merasa malu atau terisolasi.
 Peran Keluarga
Peran keluarga adalah peran yang paling penting dalam mendukung kegiatan tersebut.
Keluarga harus mampu menerima dan membuka diri agar anggota yang memiliki
masalah kejiwaan mendapat fasilitas dan terapi untuk kehidupan yang lebih sejahtera.

IV. Asuhan Keperawatan

Dalam rangka mengaplikasi konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas.


Digunakan pendekatan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien. Tahap proses keperawatan kesehatan jiwa adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan
keluhan pasien. Setelah ditemukan gejala-gejala yang menonjol yang mendukung
adanya gangguan jiwa, data yang dikumpulkan mencakup: kjeluhan utama, riwayat
kesehatan jiwa, pengkajian psikososial dan pengkajian status mental (format
dilampirkan pada modul pencatatan dan pelaporan). Tehnik pelaporan data dapat
dilakukan melalui wawancara dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung
terhadap kondisi pasien melalui pemeriksaan.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik yang
bersifat actual (gangguan kesehatan jiwa) maupun yang beresiko mengalami gangguan
jiwa. Jika perawat menemukan anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa,
maka perawat harus berhati-hati dalam peyampainnya kepada pasien dan keluarga agar
tidak menyebutkan gangguan jiwa karena hal tersebut merupakan stigma dalam
masyarakat.
Adapun diagnose keperawatan yang diidentifikasi ;penting untuk paska bencana
adalah:
a. Masalah kesehatan jiwa pada anak atau remaja
1) Depresi
2) Perilaku kekerasan
b. Masalah kesehatan pada usia dewasa
1) Harga diri rendah
2) Isolasi soial
3) Gangguan persepsi sensori atau halusinasi
4) Gangguan proses fikir atau faham
5) Perilaku kekerasan
6) Resiko bunuh diri
7) Deficit perawatan diri
c. Masalah kesehatan jiwa pada lansia
1) Demensia
2) Depresi

3. Perencanaan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan
kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapetrik yaitu penggunaan berbagai
tehnik komunikasi terapetik dalam membina hubungan dengan pasien, pendidikan
kesehatan ltentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, aktivitas kesehatan
kehidupan sehari-hari meliputi perawatan diri (kebrsihan diri, berdandan, makan dan
minum, buang air besar dan buang air kecil), terapi modalitas seperti terapi aktifitas
kelompok, terapi lingkungan dan terapi keluarga, tindakan kolaborasi (pemberian obat-
obatan dan memonitor efek samping). Dalam menyusun rencana tindakan harus
dipertimbangkan bahwa untuk mengatasi satu diagnosa diperlukan beberapa kali
pertemuan hingga tercapai kemampuan yang diharapkan baik untuk pasien maupun
keluarga. Rencana tindakan keperawatan ditunjukan pada individu, keluarga, kelompok
dan komunitas.
a. Pada tindakan individu difokuskan pada peningkatan ketrampilan dalam ADI dan
ketrampilan koping adaptif dalam mengatasi masalah
b. Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam merawat
pasien dan mensosialisasikan pasien dengan lingkungan
c. Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok dalam rangka
sosialisasi agar pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan
d. Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran masyarakat
tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, menggerakan sumber-sumber yang ada
dimasyarakat yang dimanfaatkan oleh keluarga dan pasien

4. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibut. Tindakan
keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien pada saat ini.
Perawat berkerja sama dengan pasien, kluarga dan dan tim kesehatan lain dalam
malakukan tindakan. Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu
mandiri memenuhin kebutuhannya serta meningkatkan kemampuan koping dalam
menyelesaikan masalah. Perawat berkerja sama dengan pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi pengobatan melalui kolaborasi dan
rujukan.

5. Evaluasi asuhan keperawatan


Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan kemampuan pasien dan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah.
Kemampuan yang diharapkan:
a. Pada tingkat indifidu diharapkan pasien mampu
1) Melakukan aktifitas sehari-hari sesuai kemampuannya
2) Membina hubungan dengan orang lain dilingkungannya secara bertahap
3) Melakukan cara-cara menyelesaikan masalah yang dialami
b. Pada tingkat keluarga mampu
1) Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga pasien mandiri
2) Mengenal dan tanda gejala mandiri trjadinya gangguan jiwa
3) Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
atau kekambuhan
4) Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera
5) Menggunakan sumber-sumber yang tersedia dimasyarakat seperti tetangga,
teman terdekat, pelayanan kesehatan terdekat

Pada tahap awal, lebih difokuskan pada modul asuhan keperawatan pada individu
dan keluarga

Anda mungkin juga menyukai