Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

FAILURE TO THRIVE (FTT)

Disusun oleh :
Yanuar Bagus Santosa
P1337420214102
II B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2016

LAPORAN PENDAHULUAN
FAILURE TO THRIVE (FTT)

I.

KONSEP DASAR
A. Definisi
Definisi mengenai failure to thrive atau gagal tumbuh secaramasti
masih belum ditemukan kesepakatan. Namun, dapat disimpulkan bahwa
keadaan ini menunjuk pada suatu terminologi yang mengacu pada keadaan
bayi atauanak yang pertumbuhan fisiknya sangat kurang dibandingkan
dengan sebayanya. Menurut Krugman, gagal tumbuh adalah pertumbuhan
fisik yang tidak adekuat selama pengamatan dalam suatu periode dengan
menggunakan grafik pertumbuhan.
Sedangkan Gahagan membatasi gagal tumbuh terjadi pada bayi dan
anak dibawah tiga tahun. Rabinowitz mendefinisikan gagal tumbuh adalah
penghentian yang bermakna dari pertumbuhan yang diharapkan selama
masa anak. Block dan Blair mengatakan bahwa gagal tumbuh adalah
pencapaian

pertumbuhan

yang

terhenti

lama

secarasignifikan

dibandingkan dengan anak yang seumur dan sejenis kelamin.


Bauchner dan Olsen menambahkan bahwa gagal tumbuh yaitu bayi
atau anak yang pertumbuhan fiiknya berkurang secara signifikan
dibandingkan dengan anak seusianya,dandapat berhubungan dengan
perkembangan dan fungsi kognitif yang buruk. Schwartz, menyarankan
gagal tumbuh lebih menegaskan penurunan pertumbuhan (dalam tinggi
dan berat badan) mencakup bayi dan anak serta termasuk perkembangan
serta psikososial.
Istilah gagal tumbuh dipergunakan untuk menggambarkan bayi atau
balita yang memiliki berat badan abnormal kurang dari dua standar deviasi
dari nilai rata-rata ( misal : kurang dari persentil ke-5) untuk umur
kehamilan yang dikoreksi berdasarkan usia dan jenis kelamin atau yang
memiliki berat badan melewati dua persentil mayor di bawahnya pada
garis pertumbuhan standar. Sebagai tambahan, perbandingan antara berat

badan dan tinggi badan adalah rendah, kurang dari persentil ke-10. Tinggi
badan, lingkar kepala, dan kemampuan perkembangan dapat terkena
dampaknya, tergantung dari tingkat keparahan, durasi, usia saat onset, dan
penyebab kondisi klinis.
Semua anak yang memenuhi kriteria diatas, apakah dengan penyebab
organik atau nonorganik, perlu dipertimbangkan memiliki kemungkinan
mengalami gagal tumbuh. Istilah abnormal pada definisi tersebut memiliki
dua implikasi. Anak-anak yang secara genetik memiliki perawakan pendek
karena orang tuanya pendek seringkali normal, meskipun mereka kurang
dari dua standar deviasi dari rata-rata umur dan jenis kelamin. Juga
termasuk bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan sejak dalam
kandungan kemungkinan tidak kembali menjadi normal di populasinya.
Definisi tersebut penting untuk melakukan koreksi sesuai derajat
prematuritas dalam mengeplotkan datanya di kurva pertumbuhan.
Akhirnya, definisi gagal tumbuh mendukung keadaan bahwa tingkat
velositas dari pertumbuhan anak tidak adekuat. Acuan terhadap garis
persentil pada kurva pertumbuhan ( 90 %, 75 %, 50 %, 25 %, 10 %, 5 %)
disarankan untuk memantau tingkat pertumbuhan sedikitnya dua bulan
karena tidak terdapat data yang obyektif tentang seberapa lama perhatian
terhadap pertumbuhan harus dilakukan sebelum anak ditetapkan sebagai
gagal tumbuh. Kehilangan berat badan dalam jangka waktu singkat yang
berhubungan dengan penyakit akut atau subakut seharusnya tidak
dihubungkan dengan gagal tumbuh. Bayi besar mungkin memotong garis
persentilnya, merupakan kondisi alamiah selama proses pertumbuhannya.
Juga terdapat bayi-bayi yang dilahirkan besar untuk masa kehamilannya
dan mungkin akan memotong garis persentil berat badan dan panjang
badan pada dua tahun pertama kehidupan dan keadaan tersebut merupakan
keadaan normal untuk mereka
B. Klasifikasi
Kategori umum untuk gagal tumbuh :
1. Gagal tumbuh organik (OFTT)

Timbul akibat penyebab fisik seperti defek jantung


kongenital, lesi neurologis, mikrosefail, gagal ginjalkronis, refluks
gastrofageal, sindrom malabsorbsi, disfungsi ensokrin, kistik
fibrosis, atau AIDS.
2. Gagal tumbuh non-organik (NFTT)
Memiliki penyebab definitif yang tidak berhubungan
dengan penyakit. NFTT paling sering diakibatkan oleh faktorfaktor psikososisal, seperti informasi nutrisi yang tidak adekuat
oleh orang tua, defisiensi asuhan maternal, atau gangguan
kelekatan maternal anak, atau gangguan kemampuan anak berpisah
dengan orang tua, yang mengakibatkan penolakan makan untuk
menarik perhatian.
3. Gagal tumbuh idiopatik
Tidak dapat diterangkan dengan etiologi organik atau
lingkunagan yang biasa, tetapi dapat juga diklasifikasikan sebagai
NFTT.
C. Etiologi
Nutrisi yang tidak adekuat diketahui sebagai penyebab utama gagal
tumbuh. Anak dengan gagal tumbuh kemungkinan mengalami
gangguan biologis akibat asupan kalori yang tidak adekuat atau
kebutuhan kalori yang meningkat dari keadaan normal. Disertai atau
tidak penyakit biologis, kebanyakan anak dengan gagal tumbuh
menunjukkan peningkatan tumbuh kejar ketika mendapat kalori yang
mencukupi.
Gagal tumbuh dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun
penyebab

utamanya

adalah

defisiensi

nutrisi.

Etiologi

dapat

diklasifikasikan menurut sistem, organik dan non organik serta


petofisiologi.
1. Etiologi berdasarkan sistem
a. Psikososial
- Diet yang tidak adekuat karena kemiskinan atau
kekurangan
-

makanan,

salah

dalam

makanan
Rendahnya pendidikan orang tua
Maslah hubungan orang tua dengan anak

mempersiapkan

b.

c.

d.

e.

f.

g.
h.

i.

- Food refusal
- Ruminasi
- Masalah kesehatan mental dan kognitif orang tua
- Child abuse/ neglet, penyimpangan emosional
Neurologi
- Serebral palsi
- Tumor hipotalamus
- Kelainan neuromuskular
- Kelainan neurodegenerative
Ginjal
- Infeksi saluran kemih
- Renal tubular acidosis
- Gagal ginjal
Endokrin
- Diabetes Miletus
- Diabetes incipidus
- Hipotiroid/ hipertiroid
- Defisiensi hormon pertumbuhan
Genetik/ metabolic/ congenital
- Penyakit sel sabit
- Penyakit metabolik bawaan
- Dysplasia skeletal
- Kelainan kromosom
- Sindrome multiple congenital anomaly
Gastrointestinal
- Stenosis pylorus
- GERD
- Tracheoesofageal fistula
- Malrotasi
- Sindrom malabsorbsi
- Celiac disase
- Intoleran lactose dan proteinsistik fibrosis
- Kolestasis kronik
- Inflamatory bowel syndrome
Jantung
- Kelainan jantung bawaan
- Gagal jantung
Pulmonari/ respiratori
- Asma berat
- Bronkoekstasi
- Gagal nafas
- Bronkopulmonari dysplasia
Infeksi
- HIV
- Infeksi kronis
- Infeksi parasit

- Tuberculosis
2. Etiologi gagal tumbuh berdasarkan organik dan nonorganik
a. Nonorganik
- Gangguan hubungan ibu dan anak
- Pembuatan susu formula yang salah
- Gagal menyusui
- Intake kurang
- Terlambat mengenalkan makanan padat
- Intoleransi terhadap makanan baru
- Tekanan psikososial
b. Organic
- IUGR
- Kelainan kongenital
- Alergi susu sapi
- Penyakit seliak
- HIV
- Sistik fibrosis
- Penyakit jantung bawaan
- GERD
- Kelainan metbolic kromosom
3. Etiologi gagal tubuh berdasarkan patofisiologi
a. Asupan kalori yang kurang
- Pembuatan susu formula yang kurang tepat
- Kebiasaan makanan yang salah
- Gangguan tingkah laku yang mempengaruhi makanan
- Anak terlantar
- Kemiskinan
- Kesulitan makan secara mekanik (disfungsi oromotor,
anomali kongenital, GERD, kerusakan susunan saraf
pusat)
b. Gangguan penyerapan
- Celiac disase,cystic fibrosis
- Alergi susu sapi
- Difisiensi vitamin atau mineral
- Atresisa bilier atau penyakit hati
- Necrotizing enterocolitis, short gut syndrome
c. Meningkatnya metabolisem
- Infeksi kronis (HIV, keganasan, penyakit ginjal)
- Hipoksemia (penyakit jantung bawaan, penyakit paru
kronik)
d. Gangguan penggunaan zat gizi
- Infeksi kongenital
- Kelainan betabolik
D. Pathofisiologi

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan


kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet (Arisman,
2004). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha
untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok
atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,
protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan. Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan
tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah
25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akhirnya, katabolisme protein
terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang
segera diubah menjadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa
jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai suber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun,
tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi
setelah kira-kira kehilangan separuh dai tubuh (Muchsan Lubis, 2002).

E. Pathway
Sosial ekonomi
rendah

Malabsorbsi,
infeksi, anoreksia

Kegagalan melakukan
sintesis protein dan kalori

Intake kurang dari kebutuhan

Defisiensi kalori dan protein

Hilangnya
lemak di
bantalan kulit

Kurang
pengetahuan
Daya tahan
tubuh menurun

Turgor kulit
menurun dan
keriput

Kerusakan
inegritas kulit

Asam amino esensial


menurun dan produksi
albumin menurun

Keadaan umum
lemah
Atrofi/
pengecilan otot
Resiko infeksi

Resiko infeksi
saluran pernafasan

Keterlambatan
pertumbuhan dan
perkembangan

Anoreksia
Diare

Nutrisi Kurang dari


F. Manifestasi Klinis
kebutuhan
tubuh
Pada mulanya kegagalan
menaikan
berat badan, disertai dengan
kehilangan berat badan sampai berakibat kurus, dengan kehilangan
tugror pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena lemak
subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak

relatif normal selama beberapa waktu sebelum menjadi menyusut dan


berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot
dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin
melambat, mula mula bayi mungkin akan rewel, tetapi kemudian lesu
dan nafsu makan menghilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat
muncul apa yang disebut dengan diare tipe kelaparan, dengan buang
air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit (Nelson,2000). Selain
itu manifestasi dari penyakit marasmus antara lain badan kurus kering
tampak seperti orang tua, lethargi, irritable, kulit keriput (turgot kulit
jelek), ubun-ubun cekung pada bayi, jangan sebutkan hilang, malaise,
kelaparan dan apatis.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium anemia selalu ditemukan terutama
jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem
eritopoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang disamping
urangnya supan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hari
dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar alnbumin
serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga diperlukan untuk
menemukan kelainan pada paru.
Tabel pemeriksaan laboratorium pada anak gagal tumbuh ;
1. Darah lengkap serta laju endap darah
2. Urinalisis
3. Analisis feses rutin
4. Tes tuberkulin
5. Analisis gas darah dan elektrolit serum
6. Fungsi ginjal
7. Fungsi hati
8. Screening HIV
9. TSH dan T4 bebas
10. Atas indikasi : Hormon Gonadotropin (FSH, LH, Sex steroid), 17OHP, IGF-1 dan IGFP-3, GH, Tes Metabolik, Analisis Kromosom,
Anti endomesial anti bodies dan sweat chloride pada pasien yang
mempunyai riwayat steatore.
Pemeriksaan pencitraan yang diperlukan dalam membantu
menentukan etiologi gagal tumbuh meliputi :
1. Bone age

2. Bone survey
3. Ultrasonografi, MRI, ekokardiografi (atas indikasi)
H. Penatalaksanaan
1. Cari penyebab kegagalan pertumbuhannya dengan berkonsultasi
pada dokter. Lakukan penanganan sesuai dengan petunjuk dokter.
2. Pantau aspan makanan dan keluaran si kecil, apakah sudah
mencapai keseimbangan yang positif.
3. Jangan lupa untuk selalu menimbang berat badan si kecil dan
memasukannya ke dalam grafik pertumbuhan secara periodik (bisa
menggunakan KMS) untuk memantau keberhasilan penanganan.

II.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian fisik terutama pertumbuhan.
2. Dapatan riwayat yang detilterutama mengenai perilaku.
3. Observasi mengenaiadanya gagal tumbuh nonorganik :
a. Gagal tumbuh tinggi badan dan berat badan, atau berat badan
b.
c.
d.
e.
f.

saja dibawah persentil ke lima


Retardasi perkembangan sosoal, motorik, adaptif, bahasa
Apatis
Hyhiene buruk
Perilaku menarik diri
Gangguan makan atau pemberan makan, seperti muntah

anoreksia, pika, ruminasi


g. Tidak takut padaorang asing (pada usia dimana ketakutan pada
orang asing merupakan hal yang normal)
h. Pandangan mata menerawang dan pengamatan yang kontinu
terhadap lingkungan radar gaze
i. Kaku dan tidak bergerakatau flaksid dan tidak responsif
j. Senyum sedikit
4. Observasi adanya bukti-bukti perilkau maladaptif orang tua
terhadap bayi :
a. Ambivalen menetap atau perasaan negatif tentang janin atau
kehamilan selama periode prenatal
b. Tidak membuat perencanaan untuk memenuhi bahan bahan
dasar yang dibutuhkan bayi

c. Tampak tidak memperhatikan bayi pada saat melahirkan,


d.
e.
f.
g.

mugkin tampak sedih atau marah tanpa ekspresi


Tidak berupaya untuk membuat kontak dengan bayi
Memegang bayi bila hanya perlu
Tidak bicara pada bayi
Membuat sedikit sekali gerakan sepontan bersama bayi atau

tidak sama sekali


h. Mengajukan sedikit sekali pertanyaan tentang perawatan
i. Melihat bayi sebagai sesuatu yang jelek, gemuk atau tidak
menarik sama sekali
j. Menunjukan sikap yang jijik terhadap air liur bayi dan bunyi
isapan, merasa jijik terhadap cairan tubuh bayi
k. Mengabaikan penggantian popok
l. Merasakan bau bayi sebagai bau yang menjijikan
m. Menggendong bayi dengan sedikit sanggahan pada kepala dan
tubuh bayi
n. Menggendong bayi jauh dari tubuh selama menyusui atau
memegang botol susu,jarang menimangnya
o. Tidak berbicara pada bayi
p. Merujuk bayi dengan sikap acuh
q. Mengembangkan respon yang tidaktepat terhadap kebutuhan
bayi seperti meninggalkan bayi di suatu tempat untuk periode
yang lama, meninggalkan anak sendiri di ruangan, memberikan
makan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit pada bayi,
memaksakan atau menolak kontak mata, mengacung atau
menggelitik bayi ketika bayi sedang letih
r. Tidak dapat membedakan tanda tanda bayi marah, nyaman,
istirahat, kontak tubuh
s. Merasa yakin bahwa bayi mempunyai kecacatan atau
pernyakitbahkan setelah bayi tersebut dikaji ulang untuk
memastikan kondisinya
t. Membuat pernyataan negatif mengenai orang tua
u. Merasa yakin bahwa bayi itu menghakimi mereka dan
upayanya sebagai orang dewasa
v. Meyakini bahwa bayi tersebut tidak mencintainya
w. Mengembangkan sikp dan prilaku paradoksis terhadap bayi
5. Kaji interaksi orangtua-anak selama pemberian makan
6. Kaji perilaku pemberian makan anak, tempramen

7. Kaji keluarga untuk adanya stress perkawinan, penyakit fisik atau


mental, kematian atau penyakit pada anak sebelumnya,
alkoholisme, penggunaan obat, krisis finansial, retardasi mental
8. Temukan apakah kehamilan direncanakan atau tidak direncanakan,
adanya kejadian mengganggu yang berhubungan dengan
kehamilan atau persalinan anak
9. Lakukan tes perkembangan
10. Observasi adanya bukti-bukti karekteristik orang tua seperti:
a. Riwayat deprivasi maternal sebagai anak
b. Harga diri rendah, perasaan tidak adekuat
c. Keinginan untuk tergantung
d. Kesepian, isolasi
e. Keterbatasan sistem pendukung
f. Krisis dan stres hidup ganda
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan devriasi kebutuhan dan devriasi
emosional
Dengan dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
dapat menunjukan peningkatan berat badan dengan kriteria hasil :
a. Perespon secara positif pada praktik pemberian makan
(uraikan)
b. Anak mengalami peningkatan berat badan (uraikan)(biasanya
selama 1 smpai 2 hari)
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Kenalkan lingkungan makan yang positif
b. Berikan makanan tanpa batas diet yang teratur untuk usia anak
(makanan yang disukai anak untuk mempertahankan pemberian
makan terhadap anak).
c. Hindari gangguan pada

saat

pemberian

makan,seperti

pemeriksaan laborat atau radiografi untuk mempertahankan


pemberian makan rutin.
d. Buat catatan masukan yang akurat utnuk memastikan
pemasukan kalori harian sesuai hitungan.
e. Timbang dan catat berat badan setiap hari untuk megetahui
dengan pasti pertambahan berat bandan anak.

2. Diagnosa

Keperawatan

perubahan

pertumbuhan

dan

perkembangan berhubungan dengan pembatansan lingkungan


secarasosial (deprivasi bayi) pengabaian fisik
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pasien dapat menunjukan respon yang positif terhadap
lingkungan sosial.
INTERVENSI KEPERAWTAN
a. Terapkan konsep asuhan primer dengan jumlah pemberi
perawatan yang minimum untuk menjamin kontinuitas
keperawatan.
b. Berikan perawatan dengan lembut, percaya diri dan rasa sayang
untuk memenuhi kebutuhan emosional bayi.
c. Lakaukan perawatan fisik terhadap anak sebanyak mungkin
menggendong, mengayun dan menimang sebagai cara untuk
menimbulkan stimulasi taktil.
d. Dorong kontak mata agar anak tidak menarik diri
e. Terapkan jadwal yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan
anak untuk makan, perawatan, hygene,dan istirahat.
f. Tugaskan orangtua angkat atau sepesialis anak untuk
memberikan stimulasi yang tepat.
g. Berikan stimulasi sensoris dan berikan dengan teppat sesuai
tingkat perkembangan anak untuk meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal.
3. Diagnosa Keperawatan : perubahan menjadi orang tua (parenting)
berhubungan

dengan

(uraikan

misal

kurang

pengetahuan,

kemiskinan)
Dengan dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan orang tua dapat menunjukan kemampuan untuk
memberikan perawatan yang tepat pada anak
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Sambut orangtua dan beri dorongan, bukan tekanan pada
mereka untuk terlibat dalam perawatan anak, agar tidak
menciptaan stress tambahan.

b. Ajari orang tua untuk perawatan fisisk yang diberikan pada


anak, ketrampilan perkembangan dan kebutuhan emosional
melalui contoh, bukan teori-teori belaka untuk mencegah
oenurunan harga diri.
c. Beri kesempatan pada orang tua untuk mendiskusikan hidup
dan perasaan mereka terhadap anak untuk memberikan
pemahaman dan empati
d. Berikan dorongan mosional tanpa memberikan ketergantungan
untuk meningkatkan rasa keadekuatan
e. Puji pencapaian orang tua terhadap anak untuk meningkatkan
rasa harga diri dan percaya diri mereka
f. Siapkan orang tua menyesuaikan diri pada pedoman antisipasi
untuk meningkatkan ketrampilan koping

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku

Hockenberry, M, Wilson, D.(2001).Wongs Esentials of Pediatric Nursing 6*


edition. St. Louis: Mosby, Inc
Wong Donna I, 2004. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi 4 Jakarta
:EGC
Camp Bonnie W, Headley Roxan : Developmental Delay Under 6 years of
age, in Pediatric Decission making, edited by Berman, 2 ed edition,
B.C. Decker Inc, Philadelphia, 1991
B. Internet/ Web : diakses pada tanggal 9 Mei 2016 pukul 22.00 WIB
https://dokterbagus.wordpress.com/2013/08/23/gagal-tumbuh-failure-tothrive/

Anda mungkin juga menyukai