Anda di halaman 1dari 15

COPD

1. Pengertian COPD
COPD adalah sekresi mukoid bronchial yang bertambah secara menetap disertai
dengan kecenderungan terjadinya infeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas ,
batuk produktif selama 3 bulan, dalam jangka waktu 2 tahun berturut-turut (Ovedoff,
2002). Sedangkan menurut Price & Wilson (2005), COPD adalah suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai
dengan obstruksi aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
2. Klasifikasi COPD
Menurut Alsagaff & Mukty (2006), COPD dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Asma Bronkhial: dikarakteristikan oleh konstruksi yang dapat pulih dari otot halus
bronkhial, hipersekresi mukoid, dan inflamasi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia dan
infeksi.
b. Bronkitis kronis: ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran
dahak sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit
selama 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dari tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor
paru, dan asma bronkial.
c. Emfisema: suatu perubahan anatomis paru-paru yang ditandai dengan melebarnya secara
abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding
alveolus.
3. Fisiologi Pernafasan
Berdasarkan Syaifudin (2006), fungsi umum dari system pernafasan adalah:
a. Hidung Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai
dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh secret hidung (septum nasi). Didalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk
kedalam rongga hidung. Bagiannya terdiri dari : 1) Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. 3) Lapisan dalam terdiri dari
selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang
berjumlah 3 buah: a) Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah). b) Konka

120

nasalis madia (karang hidung bagian tengah) c) Konka nasalis superior (karang hidung
bagian atas)
b. Faring Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan
jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian: 1) Bagian sebelah
atas yang sama tingginya dengan kocna isebut naso faring. 2) Bagian tengah yang sama
tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring. 3) Bagian bawah sekali dinamakan
laringofaring.
c. Laring Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk ke dalam trakhea dibawahnya. Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain: 1)
Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (adams apple), sangat jelas terlihat pada pria. 2)
Kartilago Krikoid (1 buah) yang berbentk cincin. 3) Kartilago epiglottis (1 buah).
d. Trakhea Trakhea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C).
e. Bronkus Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trachea, ada 2 buah
yang terapat pada ketinggian vertebra trakealis IV dan V mempunyai struktur serupa
dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis set yang sama.
f. Paru-paru Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembug (gelembung hawa, alveoli). 1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah
paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, lobus inferior. Tap lobus tersusun oleh
lobulus. 2. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan inferior.
Fisiologi Pernafasan: Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan
eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas kemudian
oksigen masuk melalui trakhea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler
pulmonar. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil
oleh sel darah merah dibawa kejantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh.
Didalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan yang menembus membran
alveoli. Dari kapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut
dan hidung. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner:

121

a) Ventilasi pulmoner, gerakan pernasfasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
b) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
c) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat yang
bisa dicapai untuk semua bagian.
d) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbondioksida lebih mudah
berdifusi daripada oksigen.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi ketika konsentrasi dalam darah
mempengaruhi dan merangsang pusat peernafasan terdapat dalam otak untuk memperbesar
kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengambilan CO2 lebih
banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh tubuh
masuk ke dalam jaringan yang akhirnya mencapai kapiler. Darah mengeluarkan oksigen ke
dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru
terjadi pernafasan eksterna. Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500-5000 ml(4,45 liter). Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10%, 500
ml disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan
pada pernafasan biasa. Kecepatan pernafasan pada wanita lebih tinggi daripada pria.
Pernafasan secara normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat. Pada
bayi ada kalanya terbalik, inspirasi-istirahat-ekspirasi, disebut juga pernafasan terbalik.
4. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD (Mansjoer, 1999) adalah:
a. Kebiasaan merokok
b. Polusi udara
c. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
d. Riwayat infeksi saluran nafas.
e. -1 antitripsin.Bersifat genetik yaitu defisiensi
5. Tanda dan gejala berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut:
a. Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
122

b. Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah yang sangat banyak.
c. Dispnea.
d. Nafas pendek dan cepat (Takipnea).
e. Anoreksia.
f. Penurunan berat badan dan kelemahan.
g. Takikardia, berkeringat.
h. Hipoksia, sesak dalam dada.

6. Manifestasi / gambaran klinis


a. Batuk produktif.
b. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mikroperulen.
c. Sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-faktor penyebab.
b. Pemeriksaan fisik:
1) Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shapped chest (diameter anteroposterior
dada meningkat).
2) Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
3) Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih rendah,
pekak jantung berkurang.
4) Suara nafas berkurang.
c. Pemeriksaan radiologi

123

1) Foto thoraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan
garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan corakan paru yang
bertambah.
2) Pada emfisema paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran
diafragma yang rendah yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal,
dan penambahan corakan kedistal.
d. Tes fungsi paru : Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea untuk menentukan
penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi atau
restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi,
misalnya bronkodilator.
e. Pemeriksaan gas darah.
f. Pemeriksaan EKG
g. Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih.

8. Komplikasi
Infeksi yang berulang, pneumotoraks spontan, eritrosit karena keadaan hipoksia kronik,
gagal nafas, dan kor pulmonal.

9. Penatalaksanaan
a. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara.
b. Terapi ekserbasi akut dilakukan dengan:
1) Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi a) Infeksi ini umumnya
disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisilin 4 x 0,25
0,5 g/hari atau aritromisin 4 x 0,5 g/hari. b) Augmentin (amoxilin dan asam
klavuralat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan
B. Catarhalis yang memproduksi B. Laktamase. Pemberian antibiotic seperti
kotrimoksosal, amoksisilin atau doksisilin pada pasien yang mengalami eksaserbasi
akut terbukti mempercepat penyembuhan dan membantu mempererat kenaikan peak
flowrate. Namun hanya dalam 7 10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat
124

infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antiobiotik yang


lebih kuat.
2) Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas CO2. 3) g diberikan tiap 6 jam dengan rebulizer atau
aminofilin 0,25 05 g IV secara perlahan.Fisioterapi membantu pasien untuk
mengeluarkan sputum dengan baik. 4) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi
jalan nafas, termsuk didalamnya golongan adrenergic B dan antikolinergik. Pada
pasien dapat diberikan sulbutamol 5 mg dan atau protropium bromide 250
c. Terapi jangka panjang dilakukan dengan :
1) Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25 0,5/hari
dapat menurunkan ekserbasi akut.
2) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap pasien,
maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif fungsi foal paru.
3) Fisioterapi.
4) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi akivitas fisik.
5) Mukolitik dan ekspekteron.
6) Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas Tip II dengan
PaO2 < 7,3 kPa (55 mmHg).
7) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatna sosialisasi agar terhindar dari depresi. Rehabilitasi
untuk pasien PPOK/COPD: a) Fisioterapi b) Rehabilitasi psikis c) Rehabilitasi
pekerjaan

B. Teori Keperawatan
1. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional Gordon di kutip dari Hidayat (2004).
a. Persepsi kesehatan /penanganan kesehatan : Pada pengumpulan data tentang persepsi
dan pemeliharaan kesehatan yang perlu ditanyakan adalah persepsi terhadap penyakit
atau sakit, persepsi terhadap kesehatan, persepsi terhadap penatalaksanaan kesehatan

125

seperti penggunaan atau pemakaian tembakau, atau penggunaan alkohol dan


sebagainya.
b. Nutrisi-metabolik : Pada pola nutrisi dan metabolik yang ditanyakan adalah diet
khusus,/suplemen yang di konsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan, jumlah
makan atau jumlah minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual-muntah,
stomatitis, fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya kesukaran menelan,
penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya
ruam, kekeringan, kebutuhan jumlah zat gzinya, dll.
c. Eliminasi : Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi
perhari, ada/tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, tipe ostomi yang di alami,
kebiasaan

alvi,

ada/tidaknya

disuria,

nuctoria,

urgensi,

hematuri,

retensi,

inkontinensia, apakah kateter indwing atau kateter eksternal, dll.


d. Aktivitas dan latihan : Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
kemampuan dalam menata diri antara lain seperti makan, mandi, berpakaian,
toileting, tingkat mobilitas di tempat tidur, berpindah, berjalan, dll.
e. Kognitif-perseptual : Pada pola ini yang ditanyakan adalah keadaan mental, cara
berbicara normal atau tidak, kemampuan berkomunikasi, keadekuatan alat sensori,
seperti penglihatan pendengaran, pengecapan, penghidu, persepsi nyeri,kemampuan
fungsional kognitif.
f. Istirahat-tidur : Pengkajian pola tidur dan istirahat ini yang ditanyakan adalah jumlah
jam tidur pada malam hari , pagi hari, siang hari, merasa tenang setelah tidur,
masalah selama tidur, adanya terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk.
g. Persepsi diri/konsep diri : Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang
dirinya dari masalah-masalah yang ada seperti perasaan kecemasan, ketakutan atau
penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri dan
identitas tentang dirinya.
h. Peran/hubungan : Pada pola yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status
pekerjaan, kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan gangguan
terhadap peran yang dilakukan.
i. Seksualitas dan reproduksi : kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh klien
dengan seksualitas, tahap dan pola reproduksi.

126

j. Koping/toleransi stress : Pola koping yang umum, toleransi stress, sistem pendukung,
dan kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan dan menangani situasi. k.
Nilai-keyakinan : Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama sakit
serta kebutuhan adanya rohaniawan, dll.

2. Pemeriksaan Fisik Head to Toe (Hidayat, 2004)


a. Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk
ekspresi wajah dan posisi pasien, kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara
kualitatif seperti compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
b. Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah,
pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
c. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit : Warna (meliputi
pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan
ada/tidaknya edema. Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan
karakteristik lain. Kelenjar getah bening : Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda
radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior, inguinal, oksipital dan
retroaurikuler.
d. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk dan ukuran kepala,
rambut dan kulit kepala, ubun-ubun (fontanel), wajahnya asimetris atau ada/tidaknya
pembengkakan, mata dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu mata, konjungtiva, sklera,
pupil, lensa, pada bagian telinga dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga, membran
timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan mulut ada tidaknya trismus
(kesukaran membuka mulut), bibir, gusi, ada tidaknya tanda radang, lidah, salivasi.
Leher : Kaku kuduk, ada tidaknya massa di leher, dengan ditentukan ukuran, bentuk,
posisi, konsistensi dan ada tidaknya nyeri telan.
e. Pemerksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada adalah organ paru dan
jantung. Secara umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi simetris
apa tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta dapat dilihat
batas pada saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana(hipersonor atau
timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah, redup atau pekak, apabila terjadi
konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain serta pada saat auskultasi paru dapat ditentukan
suara nafas normal atau tambahan seperti ronchi, basah dan kering, krepitasi, bunyi
gesekan dan lain-lai pada daerah lobus kanan atas, lobus kiri bawah, kemudian pada
127

pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyt apeks/iktus kordis dan aktivitas
ventrikel, getaran bising(thriil), bunyi jantung, atau bising jantung dan lain-lain.
f. Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data pemeriksaan tentang ukuran
atau bentuk perut, dinding perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau
adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung
kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut, kemudian
pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta genetalianya.
g. Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya rentang gerak,
keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain.

Pencetus serangan
(alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)

Reaksi Antigen dan Antibodi

Release Vasoactive Substance


(histamin, bradikinin, anafilatoxin)

128

Kontraksi Otot Polos

Permeabilitas Kapiler

Bronchospasme

Kontraksi Otot Polos

Sekresi Mukus

Produk Mukus

Edema mukosa
Hipersekresi
Ketidakseimban
gan Nutrisi :
Kurang dari
kebutuhan
tubuh
Bersihan
jalan nafas

tak efekti f

Obstruksi Saluran Nafas

Hipoventilasi

Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru


Gangguan difusi gas di alveoli

Kerusakan
Pertukaran
Gas

Hipoxemia
Hiperkapnia

Resiko
infeksi

Kurang
Pengetahuan

Gambar 13 : Skema Patofisiologi Asthma Bronchiale

3. Diagnosa Keperawatan Teori (Doengoes, 1999 & NANDA-I 2007-2008)


129

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekret
tertahan, tebal, sekresi kental.
b. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) kerusakan alveoli.
c. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d Dispena, kelemahan, efek
samping obat, produksi sputum, anorexia, mual/muntah
d. Resiko infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan utama (penurunan kerja silia,
menetapnya secret) tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan peningkatan,
pemajangan pada lingkungan)
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, tindakan b/d kurang
informasi, tidak mengenal sumber informasi, salah mengerti tentang informasi, kurang
mengingat/keterbatasan kognitif.

4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN COPD


Intervensi dan rasional pada penyakit ini didasarkan pada konsep Nursing Intervention
Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC)

No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan (NOC)

Intervensi (NIC)

(NANDA)
1.

Bersihan jalan nafas tak efektif yang Status Respirasi : a. Manajemen jalan
berhubungan dengan :
Kepatenan
Jalan
nafas
nafas # dengan
- Bronchospasme
skala.. (1 5) b.Penurunan
kecemasan
setelah
diberikan
- Peningkatan produksi sekret (sekret perawatan
yang tertahan, kental)
selama. Hari, c.Aspiration
precautions
dengan kriteria :
- Menurunnya energi/fatique
Tidak ada demam d. Fisioterapi dada
Data-data
e.Latih
batuk
Tidak ada cemas
- Klien mengeluh sulit untuk
efektif
bernafas
RR dalam batas
f. Terapi oksigen
normal
- Perubahan kedalaman/jumlah
nafas, penggunaan otot bantu Irama nafas dalam g. Pemberian posisi
pernafasan
batas normal
130

Suara nafas abnormal seperti : Pergerakan sputum


h.Monitoring
wheezing, ronchi, crackles
keluar dari jalan
respirasi
nafas
Batuk
(persisten)
i. Surveillance
dengan/tanpa
produksi Bebas dari suara
j. Monitoring tanda
sputum.
nafas tambahan
vital

2.

Kerusakan Pertukaran
berhubungan dengan :

yang Status Respirasi : a. Manajemen asam


Pertukaran gas #
dan basa tubuh
dengan skala .
#Kurangnya
suplai
oksigen (1 5) setelah b. Manajemen jalan
(obstruksi jalan nafas oleh sekret, diberikan
nafas
bronchospasme, air trapping).
perawatan
selama. Hari c. Latih batuk
# Destruksi alveoli
dengan kriteria :
d. Tingkatkan
Data-data :
keiatan
Status mental
dalam batas
normal

Dyspnea

Confusion, lemah.

Tidak mampu mengeluarkan


sekret
Tidak ada
cyanosis
Nilai
ABGs
abnormal
(hipoxia dan hiperkapnia)
PaO2 dan PaCO2

gas

Perubahan tanda vital.

Menurunnya toleransi
terhadap aktifitas.

Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang


dari kebutuhan tubuh yang
berhubungandengan :
-

Dyspnea, fatique

Efek samping pengobatan

Produksi sputum

Anorexia, nausea/vomiting.
Data :

Penurunan berat badan

Kehilangan masa otot, tonus

e. Terapi oksigen
f. Monitoring
respirasi

Bernafas dengan
mudah

g. Monitoring
tanda vital

dalam batas
normal
Saturasi O2 dalam
rentang normal
Status Nutrisi : a. Manajemen
Intake cairan dan
cairan
makanan gas #
dengan skala . b. Monitoring
cairan
(1 5) setelah
diberikanperawatan
selama. Hari c. Status diet
dengan kriteria :
d. Manajemen
gangguan makan
Asupan makanan
skala (1
(adekuat)

5)

e. Manajemen
nutrisi

Intake cairan
peroral (1 5) f. Terapi nutrisi
(adekuat)
g. Konseling nutrisi
131

otot jelek

Intake cairan (1
5) (adekuat)

Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
Tidak bernafsu untuk makan,
tidak tertarik makan perawat

h. Kontroling
nutrisi
i. Terapi menelan

Status Nutrisi : j. Monitoring tanda


Intake
Nutrien
vital
gas # dengan
skala . (1 k. Bantuan untuk
peningkatan BB
5)
setelah
diberikan
l. Manajemen berat
perawatan
badan
selama. Hari
dengan kriteria :
Intake kalori (1
5) (adekuat)

Intake protein,
karbohidrat dan
lemak (1 5)
(adekuat)

Kontrol
Berat
Badan gas #
dengan
skala
. (1 5)
setelah diberikan
perawatan
selama. Hari
dengan kriteria :
Mampu
memeliharan
intake
kalori
secara optimal (1

5)
(menunjukkan)
Mampu
memelihara
keseimbangan
cairan (1 5)
(menunjukkan)
Mampu
mengontrol
asupan makanan
132

secara adekuat
( 1 5 )
(menunjukkan)

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Dialih
bahasakan oleh Yasmin Asih. Jakarta : EGC

Doenges, Marilynn E. 2005. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing, and


Documenting Client Care. Philadelphia : F.A.

Davis Company Esther, John D. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan.
Dialih bahasakan oleh Andry Hartono. Jakarta : EGC

Francis, Caia, 2012. Perawatan Respirasi. Dialih bahasakan oleh Stella Tiana Hasianna.
Jakarta : Erlangga Indriani,

Wijaya, 2010. Buku Pintar Atasi Asma. Yogyakarta Marrelli, Deborah S, 2008. Buku
Saku Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3. Dialih bahasakan oleh Egi KOmara Yudha.
Jakarta : EGC

Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta

133

NANDA International. 2005. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011. Dialih bahasakan oleh Made Sumarwati. Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson dan Lorraine McCarty Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Dialih bahasakan oleh Brahm U Pendit. Jakarta : EGC

Potter, Patricia A dan Perry, Anne G . 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Volume 1. Dialih Bahasakan Oleh Yasmin, Asih.
Jakarta : EGC

Potter, Patricia A. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar Edisi 5. Dialih
Bahasakan Oleh Rosidah, Didah dan Ester, Monica. Jakarta : EGC

Saputra, Lyndon. 2010. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang : Binarupa Aksara
Publisher

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth. Volume 1. Edisi 8. Dialih bahasakan oleh Andry. Jakarta: EGC

Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika Tierney,

Lawrence M. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam). Dialih


bahasakan oleh Abdul Gofir. Jakarta : Salemba MedikaWilkonson,

Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Dialih bahasakan oleh Widyawati.
Jakarta : EGC

Zulkifli, Amin. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI

134

Anda mungkin juga menyukai