Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA PASIEN


DENGAN HALUSINASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Cecilia Eldina P 220112170541
Dessy Permatasari 220112170532
Hemas Yulinda R 220112170540
Ulfa Nasti W 220112170562
Puji Rahayu 220112170533
Ria Nuriana 220112170563
Yayat Fajar. H 220112170539

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXV
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)

I. LATAR BELAKANG
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi
sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan hubungan sosial pada
pasien gangguan jiwa adalah  gangguan persepsi sensori : halusinasi yang merupakan salah
satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita
klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman, asyik dengan fikirannya
sendiri, dan membahayakan dirinya sendiri dan orang lain. Salah satu penanganannya yaitu
dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi
halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ Cisarua khususnya Ruang Merak
sebagian besar pasien menderita halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas
Kelompok tentang halusinasi.

II. TOPIK KEGIATAN


Sesi 1 : Klien mengenal halusinasi
Sesi 2 : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
Sesi 3 : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Sesi 4 : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
Sesi 5 : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal

III.TUJUAN
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi dalam
kelompok secara bertahap.
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
d. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
e. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

IV. LANDASAN TEORI


1. Pengertian
Halusinasi adalah ganggiuan persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart & Sudden).

2. Tanda dan gejala


  Bicara, senyum, bicara sendiri,menarik diri dan menghindari diri dari orang
lain, tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata, tidak dapat
menurunkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan, takut), ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah,
menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang
lambat, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tanpak tremor dan
berkeringat, perilaku panik, agitas dan ketakutan.

Data Objektif Data Subjektif


        Mengatakan mendengar suara      Menyatakan kesal
bisikan/bayangan       Menyatakan senang dengan suara-suara
        Berbicara sendiri       Menyendiri
        Tertawa sendiri       Melamun
        Marah tanpa sebab

3. Tahapan dan tingkatan halusinasi


a. Comporting → cemas sedang, halusinasi merupakan kesenangan
Non psikotik, merasa cemas, kesepian, bersalah, takut sehinggamencoba berpikir
hal-hal menyenangkan, halusinasi masih dapat dikontrol
b. Condemnine → cemas berat, halusinasi menjadi refulsif
Nonspesifik pengalaman sensori menjadi menakuitkan, klien merasa hilang
kontrol dan merasa dilecehkan oleh pengalaan sensori tersebut, menarik diri dari
orang lain. Peningkatan aktivitas sistem saraf otonom, peningkatan denyut
jantung, respirasi dan tekanan darah.
c. Controlling → cemas berat, halusinasi tidak dapat ditolak
Klien menyerah terhadap halusinasinya, halusinasi menjadi lebih mengancam.
Observable patient behaviors. Mengikuti perintah halusinasinya, sulit
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak dapat mengikuti
perintah dari perawat.
d. Conquering → panik, klien dikuasai oleh halusinasinya
Pengalaman sensori menjadi menakutkan dan mengancam jika tidak mengikuti
perintahnya.
Observable patient behaviors
Pelaku panik, resiko tinggi mencederai diri sendiri/orang lain,m,m aktivitas
menggambarkan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, gelisah, isolasi
sosial/katatonia.

4. Klasifikasi
a. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara/bunyi yang tidak ada hubungannya dengan stimulkus
yang nyata/lingkungan. Dengan kata lain yang berada disekitar klien tidak
mendengar bunyi atau suara yang didengar klien tersebut.
b. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya stimulus yang nyata
dari lingkungan
c. Halusinasi penciuman
Klien mencium sesuatu yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang 
nyata
d. Halusinasi pengecapan
Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata biasanya merasakan rasa makanan
yang tidak enak
e.  Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata
5. Faktor Predisposisi
a.  Biologis
Abnormalitas otak dapat menyebabkan respon neurobiologik yang maladaptif.
Misalnya, adanya lesi pada area frontal, temporal dan limbic yang paling
berhubungan dengan munculnya perilaku psikotik.
b. Psikologis
Selama lebih dari 20 tahun schizofrenia diyakini sebagai penyakit disebabkan
sebagian oleh keluarga dan sebagian lagi oleh karakyer individu itu sendiri.
c. Sosial budaya
Beberapa ahli menyimpulkan bahwa kemiskinan, ketidakharmonisan, sosial dan
budaya menyebabkan schizofrenia.

6. Faktor Presipitasi
Faktor sosial budaya : teori ini menyatakan bahwa stress lingkungan dapat
menyebabkan terjadinya respon neurobiologist yang maladaptive, misalnya
lingkungan yang penuh dengan kritik (rasa bermusuhan), kehilangan kemandirian
dalam kehidupan/kehilangan harga diri, kerusakan dalam hubungan interpersonal,
kesepian, tekanan dalam pekerjaan dan kemiskinan (Depkes, 2000).

7. Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan satu dengan
yang lain, saling ketergantungan dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia,
2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus
ditangani sesuai keadaannya seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan,
ketidaksamaan, kesukaan, menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart & Laraia, 2001).
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
Klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih (Iyus,
2007). Fokus dari terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awareness),
peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya (Keliat &
Budi Anna, 2005).
Tujuan terapi aktivitas kelompok adalah memfasilitasi psikoterapist untuk
memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekspresikan iden dan tukar persepsi dan menerima stimulus
eksternal yang berasal dari lingkungan.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi bertujuan untuk membantu klien
yang mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi
proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku mal adaptif. Tujuan
meningkatkan kemampuan orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual,
mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain dan mengemukakan
perasaannya.

V. KRITERIA KLIEN
Klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Klien yang mengalami gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk,
dalam keadaan tenang.
3. Klien dapat diajak kerjasama (cooperative)

VI. PROSES SELEKSI


Terapis melakukan observasi terhadap klien yang berada di rumah sakit selama tiga hari
untuk menetapkan klien yang akan mengikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok. Penetapan
klien ini didasarkan pada kriteria yang telah ditentukan oleh tim. Dari hasil observasi,
didapatkan beberapa klien yang memenuhi kriteria tersebut. Setelah mendapatkan klien yang
sesuai, terapis akan mengidentifikasi dan mengumpulkan klien yang telah memenuhi kriteria
untuk dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok. Klien kemudian diberikan penjelasan
tentang tujuan kegiatan terapi aktivitas kelompok, rencana kegiatan terapi aktivitas kelompok
dan diminta persetujuannya, bersedia atau tidak untuk ikut serta dalam terapi. Apabila klien
bersedia, terapis akan menjelaskan aturan main dalam aktivitas terapi kelompok tersebut.

VII. URAIAN STRUKTUR KELOMPOK


1. Tempat
Ruangan Merak Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
2. Hari/Tanggal
Selasa, 26 juni 2018
3. Waktu
Waktu TAK 45 menit, pukul 09.00-09.45 WIB
4. Media
Dadu, Papan ular tangga, Papan nama
5. Pengorganisasian
A. Nama klien peserta TAK
1) Klien 1 :
2) Klien 2 :
3) Klien 3 :
4) Klien 4 :
B. Nama klien peserta TAK cadangan
1) Klien 1 :
2) Klien 2 :

C. Leader : Fajar
Tugas :
1) Memimpin TAK : merencanakan, mengontrol, dan mengendalikan
jalannya TAK
2) Membuka acara TAK
3) Memimpin perkenalan
4) Menjelaskan tujuan TAK
5) Menjelaskan proses kegiatan
6) Memimpin diskusi
7) Menutup kegiatan TAK
8) Membaca tata tertib
9) Memutar Musik
D. Fasilitator : Puji, Ulfa, Hemas, Cecillia, Ria
Tugas :
1) Mempertahankan kehadiran peserta
2) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta dalam aktivitas
kelompok
3) Mempertahankan dan meningkatkan rasa percaya antara fasilitator dan
peserta
4) Membimbing peserta selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan aktivitas kelompok
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
E. Observer : Dessy
Tugas :
1) Mengobservasi jalannya kegiatan TAK dari awal sampai akhir
2) Mengobservasi semua perilaku klien dan peran anggota terapis
3) Mengobservasi semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
4) Mengevaluasi jalannya TAK dari awal sampai akhir
5) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
6) Melaporkan hasil pengamatan selama kegiatan aktivitas kelompok
kepada leader dan semua anggota kelompok dengan evaluasi kelompok

6. Langkah-langkah Kegiatan
a. Persiapan
- Mengingatkan kontrak kepada klien yang akan melakukan TAK
- Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
- Salam teraupetik
 Salam dari terapis kepada klien
 Terapis dan klien memakai papan nama
- Evaluasi atau validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menggunakan tiga cara yang telah di pelajari (menghardik,menyibukkan
diri dengan kegiatan,dan bercakap cakap)
- Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat
 Menjelaskan aturan main tersebut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada petugas
 Lama kegiatan 60 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
- Tahap kerja
a) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat,yaitu mencegah
kambuh karena obat memberi perasaan tenang,dan memperlambat
kambuh.
b) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat,yaitu penyebab
kambuh
c) Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang di makan dan waktu
memakanya. Buat daftar di kertas karton
d) Menjelaskan lima benar minum obat,yaitu benar obat, benar waktu minum
obat,benar orang yang minum obat,benar cara minum obat,benar dosis
obat
e) Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran
f) Berikan pujian pada klien yang benar
g) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di kertas karton)
h) Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat dikertas
karton)
i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat,yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh
j) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat,yaitu kejadian
halusinasi/kambuh
k) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat
l) Memberi pujian tiap kali klien benar

- Tahap terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah
di pelajari
3. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak lanjut
Mengajurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi
yaitu, menghardik, melakukan kegiatan harian, bercakap cakap dan
patuh minum obat
c) Kontrak yang akan datang
1. Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi pesepsi untuk mengontrol
halusinasi
2. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi
klien
VIII. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
1. Evaluasi Sesi 1
No Nama klien Menyebutkan isi Menyebutkan waktu Menyebutkan Menyebutkan situasi Menyebutkan respon
halusinasi terjadinya halusinasi frekuensi yang menimbulkan klien terhadap
halusinasi halusinasi halusinasi
1
2
3
4

2. Evaluasi sesi 2
No Nama Klien Menyebutkan 5 benar cara minum Menyebutkan keuntungan minum Menyebutkan akibat tidak patuh
obat obat minum obat
1
2
3
4
5

3. Evaluasi sesi 3
No Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Menyebutkan cara yang selama ini


digunakan untuk mengatasi halusinasi
2 Menyebutkan efektivitas cara yang
digunakan untuk mengatasi halusinasi
3 Menyebutkan cara mengatasi halusinasi
dengan cara menghardik
4 Memperagakan cara menghardik
halusinasi

4. Evaluasi sesi 4
No Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Menyebutkan efektivitas cara yang


digunakan untuk mengatasi halusinasi
2 Menyebutkan cara mengatasi halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain

5. Evaluasi sesi 5
No Aspek yang dinilai Nama Klien

1 Menyebutkan aktivitas yang dilakukan


klien untuk mengatasi halusinasi
2 Menyebutkan efektifitas cara yang
digunakan untuk mengatasi halusinasi
Petunjuk :

a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
b. Untuk tiap klien, setiap sesi dalam mengatasi halusinasi. Beri tanda  jika klien
mampu dan tanda X jika klien tidak mampu

6. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi
sesi 2. Klien mampu menyebutkan menyebutkan 5 benar cara minum obat,
keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.

IX. ATURAN MAIN


1. Peserta TAK harus hadir paling lambat 5 menit sebelum acara dimulai.
2. Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak diperbolehkan
meninggalkan ruangan.
3. Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak mengganggu
anggota yang lainnya.
4. Selama kegiatan berlangsung semua anggota kelompok tidak diperkenankan
makan, minum, dan merokok.
5. Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap mengacungkan tangan, dan
berbicara apabila dipersilahkan oleh leader.
6. Bagi peserta yang akan pergi ke toilet, dipersilahkan sebelum acara dimulai
7. Peserta tidak diperbolehkan membicarakan hal-hal lain di luar topik TAK.
8. Peserta yang melanggar aturan diperingatkan dan tidak diperkenankan mengikuti
permainan selanjutnya.

X. ALAT BANTU
1. Alat
a. Spidol dan kertas karton
b. Jadwal kegiatan harian
c. Beberapa contoh obat
2. Metode
a. Diskusi dan tanya jawab

XI. SETTING TEMPAT


1. Terapis, klien, dan observer duduk bersama membentuk Letter U.
2. Ruangan nyaman dan tenang

O1
L

F1 F3

P1 P3

F2 F4
P2 P4
F5
P5

Keterangan :

1. O = Observer 4. L = Leader
2. F = Fasilitator 5. Co-L = Co-Leader
3. P = Klien
DAFTAR PUSTAKA

Stuart and Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa, alih bahasa Hapid AYS,
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lancaster, J.L. 1980. Community Mental Health Nursing
Rawlins, R.P, Williams, S.R dan Beck, C.K. 1993. Mental- health- psychiatric : a holistic
life-cycle approach. St Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W., Laraia, M.B. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing (7th ed). St
Louis: Mosby
Panitia Pelatihan Nasional. 2003. Pelatihan Nasional Terapi Modalitas Keperawatan
Profesional Jiwa. Lawang: RS. Jiwa Radjiman Widiodiningrat Lawang
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Skenario TAK

I. Orientasi, Perkenalan, Validasi kontrak dan Penjelasan tujuan

“Selamat pagi bapak. Perkenalkan, saya perawat Fajar. Saya di sini akan memandu kegiatan terapi
aktivitas kelompok sekarang. Di sebelah bapak-bapak ada fasilitator yang akan mendampingi selama
kegiatan ini. Oh iya, di sebelah kanan saya ada perawat Dessy yang akan mengawasi keberlangsungan
kegiatan ini. Sudah cukup ya perkanalan dari kami. Sekarang, bapak-bapak bisa memperkenalkan diri
masing-masing, bisa dibantu yaa oleh fasilitatornya. Dimulai dari sisi sebelah kanan saya”

“Baiklah salam kenal semuanya. Bagaimana perasaan bapak-bapak hari ini? Semuanya sudah makan?
Sudah mandi kan yaa? Sudah merasa nyaman semuanya?”

“Sesuai dengan kontrak kita sebelumnya, ada yang masih ingat hari ini kita akan melaksanakan
permainan ular tangga? Asik sekali bukan? Kegiatan ini akan memakan waktu kurang lebih 45 menit,
tidak terlalu lama kan yaa?. Naah tempatnya sesuai dengan kesepakatan kemarin, disini saja yaa?
Sudah nyaman kan?”

“Setiap kegiatan itu pasti ada tujuannya. Naah tujuan dari kegiatan ini adalah bapak-bapak dapat
meningkakan kemampuan untuk mengatasi halusinasi. Kemudian bapak-bapak harus bisa menjawab
tantangan dan pertanyaan yang muncul pada setiap petak ular tangga. Diharapkan dalam
melaksanakan kegiatan bermain ular tangga ini, bapak-bapak dapat bekerjasama antar satu sama lain,
diharapkan semuanya ikut berpartisipasi karena akan dinilai. Mudah kan? Apakah ada pertanyaan?”

“Sebelum kita melaksanakan kegiatan bermain ular tangga ini, ada beberapa aturan main yang harus
dipatuhi selama kegiatan. Aturannya akan dibacakan oleh saya”

II. Menjelaskan aturan main

“Baiklah, saya perawat Fajar, sekarang saya akan menjelaskan aturan main dalam kegiatan ini”

1. Peserta TAK harus hadir paling lambat 5 menit sebelum acara dimulai.
2. Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak diperbolehkan
meninggalkan ruangan.
3. Selama kegiatan berlangsung, semua anggota kelompok tidak mengganggu
anggota yang lainnya.
4. Selama kegiatan berlangsung semua anggota kelompok tidak diperkenankan
makan, minum, dan merokok.
5. Setiap anggota kelompok yang akan berbicara harap mengacungkan tangan, dan
berbicara apabila dipersilahkan oleh leader.
6. Bagi peserta yang akan pergi ke toilet, dipersilahkan sebelum acara dimulai
7. Peserta tidak diperbolehkan membicarakan hal-hal lain di luar topik TAK.
8. Peserta yang melanggar aturan diperingatkan dan tidak diperkenankan mengikuti
permainan selanjutnya.
9. Peserta memiliki kesempatan yang sama untuk melemparkan dadu, apabila angka
6 yang keluar, peserta diperbolehkan melemparkan dadu kembali sebelum
berlanjut ke peserta selanjutnya.

“Dapat dimengerti bapak-bapak sekalian? Ada yang hendak ditanyakan?”


“Baiklah sebelum kita melakukan kegiatan alangkah lebih baiknya kita berdo’a terlebih
dahulu agar kegiatan ini membawa berkah, berdo’a dimulai”

III. Tahap Kerja


“Sebelumnya, tadi perawat Fajar telah meminta bapak-bapak untuk memperkenalkan diri
masing-masing dan menanyakan kabar. Namun tadi masih ada yang belum menjawab yaa?
Kenapa masih ada yang belum menjawab? Seharunya kalau ada yang bertanya itu harus
dijawab kan yaa? Lain kali jangan diam saja. Tapi untuk sekarang dimaklumi. Untuk yang
belum menjawab tadi, harus aktif dalam kegiatan bermain ular tangga ini yaa. Yang sudah
aktif harus dipertahankan keaktifannya”
“Tadi seperti yang sudah dijelaskan, hari ini kita akan bermain ular tangga. Mengapa coba
kita bermain ular tangga ada yang tau? Coba ada yang mau menjawab? Maksud dari kegiatan
bermain ular tangga ini adalah sebagai upaya untuk memotivasi proses berpikir bapak-bapak,
mendorong untuk fokus terhadap sesuatu, dan dapat mengemukakan pendapat dan perasaan
bapak-bapak terhadap jawaban sendiri dan orang lain. Bapak-bapak juga harus mampu
menerima kitik dan saran dari teman yang lain, karena semua itu demi kebaikan bapak-bapak
sendiri. Dapat dimengerti?”
“Oke, kembali lagi kesaya. Seperti yang telah dijelaskan oleh saya, jadi tekhnis untuk
kegiatan hari ini, bapak-bapak akan bermain ular tangga dengan cara masing-masing peserta
memiliki kesempatan yang sama untuk melemparkan dadu, dan ketika poin menyentuh petak
ular tangga, peserta harus bisa menjawab tantangan ataupun pertanyaan yang diberikan”.
“Tolong fasilitator bisa membantu peserta untuk melemparkan dadu secara bergantian”
“Setelah menginjak salah satu petak, silahkan jawab tantangan ataupun pertanyaan yang
diajukan kepada bapak-bapak. Dapat dimengerti?”

Anda mungkin juga menyukai