Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENGELOLAAN KASUS INOVATIF

Terapi Batuk Efektif dan Modifikasi sputum glass sebagai upaya


pencegahan penularan infeksi TB pada Ny.S dengan riwayat TB paru
di Wisma Shinta PPSLU Dewanata Cilacap
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis merupakan urutan penyakit ke-4 yang masuk

dalam kategori penyakit mematikan didunia menurut (WHO,2010).

Indonesia sendiri pada tahun 2014 ditemukan jumlah BTA (+)

sebanyak 176.677 kasus, angka ini menurun apabila dibandingkan

kasus pada tahun 2013 sebanyak 196.310 kasus, sedangkan ditingkat

Provinsi jumlah kasus tertinggi terdapat di Jawa Barat, Jawa Timur,

dan Jawa Tengah. Kasus BTA (+) tersebut mencapai 40% dari

jumlah seluruh penyakit terbaru diIndonesia. Bagi kemanusiaan

sejak tahun 1993. Kondisi ini menyebabkan penyakit tuberkulosis

paru yang sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat terutama di negara-negara berkembang. Berdasarkan

data dari “World Health Statistic 2013” menunjukkan tingginya

prevalensi tuberkulosis per 100.000 penduduk dibeberapa negara

ASEAN dan SEAR (Kemenkes RI, 2013).

Fisioterapi dada merupakan Sejumlah terapi yang digunakan

dalam kombinasi untuk mobilisasi sekresi pulmonaria. Fisioterapi

dada merupakan salah satu cara dalam membantu pasien

mengeluarkan sekret yang tertahan. Sedangkan batuk efektif adalah

cara batuk dengan benar sehingga penderita tidak mudah kelelahan


dalam mengeluarkan secret pada saat batuk. Namun selain itu perlu

adanya suatu pencegahan untuk meminimalkan paparan infeksi maka

diperkirakan adanya suatu inovasi dalam penanganan tersebut yaitu

perlu adanya wadah atau tempat dalam pembuangan sekret sehingga

penderita tidak membuang sekret sembarangan dan dapat

meminimalkan penularan.

Kantong SOSA (Sori Syarifah) merupakan wadah yang diisi

dengan lisol (4-kloro-alfa-fenilokresol) 5-20 % yang dapat

membunuh kuman TB dalam dahak, kantong ini juga disertai pesan

promosi kesehatan. Kantong SOSA pernah diuji coba dalam upaya

pemutusan rantai penularan TBC Paru dengan penilaian masa

penularan yang masih singkat. Penelitian ini memodifikasi kantong

SOSA dan botol SOSA, menganalisa efektivitas kantong SOSA dan

botol SOSA sebagai modifikasi dari sputum glass sehingga

penderita TBC dapat menerapkan perilaku yang efektif terhadap

pembuangan sekret, meminimalkan penularan TB dan tidak

berdampak pada psikologis penderita.

B. Rumusan Masalah

Hasil pengamatan yang telah dilakukan selama praktek di

Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPSLU) Dewanata Cilacap dari

100 orang lansia terdapat beberapa orang yang memiliki riwayat

penyakit TBC (tuberculosis) dengan lama pengobatan 1 tahun.

Meskipun tidak menimbulkan gejala, namun tidak menutup


kemungkinan bakteri tuberculosis itu mati sehingga jika penderita

dengan riwayat TBC tidak bisa mengontrol dirinya seperti

membuang sekret sembarangan, dan kondisi lingkungan yang tidak

sesuai seperti kurangnya ventilasi, tinggal dalam satu rumah dengan

penggunaan peralatan yang secara bersamaan maka hal ini akan

menjadi faktor pendukung dalam penyebaran infeksi.

Pada kasus tuberculosis tidak hanya membahayakan

penderitanya saja tetapi dapat membahayakan orang di sekitarnya

karena penyebarannya yang cepat yaitu melalui udara. Maka dari itu

perlu adanya suatu upaya sebagai pencegahan dalam meminimalkan

kejadian penyakit tuberculosis (TBC).


BAB II

LAMPIRAN JURNAL
BAB III

ANALISIS JURNAL

A. Judul Jurnal

Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam dan batuk efektif

terhadap bersihan jalan nafas pada klien dengan TB paru di

ruang Al-hakim RSUD Ratu Zalecha Martapura tahun 2018

B. Peneliti

 Asmi Hasaini

 Sorimuda Sarumpaet, Evawany Aritonang, Lina Tarigan

C. Analisis Jurnal (PICO)

Judul :

 Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam dan batuk efektif

terhadap bersihan jalan nafas pada klien dengan TB paru


di ruang Al-hakim RSUD Ratu Zalecha Martapura tahun

2018.

 Pemutusan Penularan TB paru di kota Medan dengan

modifikasi kantong SOSA

Population

 Populasi :

Penderita TB paru

 Metode :

1. Metode eksperimental dengan rancangan one-group

pre-test- post test design. Instrument yang digunakan

adalah lembar observasi dan intervensi selama 2 hari.

2. Survey terhadap 125 penderita TB paru yang berobat

ke Puskesmas kota Medan dengan menggunakan

kuesioner risiko penularan TB paru berdasarkan

peran PMO, kepatuhan minum obat, kebiasaan

menggunakan masker, kebiasaan membuang dahak,

perilaku mencegah penularan melalui lingkungan dan

efektifitas penggunaan botol SOSA (Sori Syarifah)

yng di analisis dengan uji Kruskal-Wallis dan Man-

Whitney.

Intervention :

Langkah yang dilakukan pada batuk efektif :


1. Anjurkan untuk mengambil posisi duduk standar

dengan nyaman

2. Tarik nafas dalam 4-5

3. Tarikan nafas dalam yang terakhir di tahan selama 1-

2 detik kemudian angkat bahu dan dada dilonggarkan

sertabatukan dengan kuat dan spontan

4. Keluarkan dahak dengan bunyi “ha,, ha”

Memberikan perlakuan pada kelompok dengan botol SOSA

saat membuang dahak.

Comparation :

 Judul :

1. Comparison of active respiratory cycles with

postural drainage versus conventional chest

physiotherapy in subjects with bronchiectasis.

2. Pemutusan penularan TB paru di kota Medan dengan

memodifikasi kantong SOSA

 Populasi :

1. Penderita Bronkietasis

2. Penderita TB paru

 Intervensi :

1. Teknik fisioterapi dada konvensional. Penggunaan

posisi dibantu gravitasi dikombinasikan dengan

pernapasan diafragma latihan dengan perkusi. Teknik

ini dilakukan selama 15-20 menit dua kali sehari.


Semua subjek menyelesaikan 14 hari terapi antibiotik

dan dosis yang digunakan sesuai anjuran untuk

bronkiektasis / cystic fibrosis dalam British National

Formula.

2. Pemberian perlakuan pada kelompok dengan

menggunakan kantong SOSA pada saat membuang

dahak

 Outcome

Membantu mengeluarkan sekret dan membersihkan jalan

nafas

Outcome :

 Membersihkan area jalan nafas dengan optimal

 Meminimalkan paparan infeksi

Analisis Jurnal SWOT :

1. Strengh (Kekuatan)

 Pada pemberian intervensi batuk efektif dan fisioterapi dada sama-sama

memberikan dampak yang dapat mengeluarkan dahak namun untuk

fisioterapi dada diberikan jika diperlukan saja sehingga dapat di simpulkan

bahwa yang lebih efektif adalah pemberian batuk efektif.

 Penularan infeksi dengan kontrol perilaku penderita yang tidak membuang

dahak sembarangan akan mengurangi factor risiko.

2. Weakniess (Kelemahan)

 Pada perlakuan intervensi dengan batuk efektif ini lebih efisien karena dapat

dilakukan secara mandiri


 Penggunaan wadah yang dimodifikasi dalam membuang dahak dapat

memudahkan penderita untuk berperilaku mengontrol paparan infeksi

3. Oportunity (Kesempatan)

 Batuk efektif dapat dilakukan pada penderita TB

 Penggunaan wadah yang telah dimodifikasi untuk pembuangan dahak dapat

lebih memudahkan penderita TB untuk tidak sembarangan dalam

membuang dahak.

4. Threats (Ancaman)

Pada pemberian perlakuan ini tidak menimbulkan suatu ancaman yang

berdampak negatif terhadap penderitanya sehingga terapi batuk efektif dan

modifikasi sputum glass dapat diaplikasikan secara mandiri.


BAB IV

HASIL AN PEMBAHASAN
BAB V

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai