Anda di halaman 1dari 101

Pengaruh Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam untuk

Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri

PROPOSAL

Disusun oleh:

Mitha Audina Ramadhani

161101046

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020
HALAMAN PENGESAHAN
UJIAN SKRIPSI
Judul : Pengaruh Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam untuk
Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri
Nama : Mitha Audina Ramadhani
NIM : 161101046
Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun Akademik : 2019/2020

Tanggal Lulus :

Pembimbing, Penguji I,

(Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep) (Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep)
NIP. 197103122000032001 NIP. 197803202005012003

Penguji II,

(Nurbaiti, S.Kep, Ns, M.Biomed)


NIP. 197805152006042006

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini


sebagai bahan dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan,
A.n Dekan
Wakil Dekan I

(Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep)


NIP. 197906152005012002

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

SKRIPSI
Pengaruh Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam
untuk Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri

Disusun Oleh :
Mitha Audina Ramadhani
161101046

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 30 Juli 2020


Penulis

Mitha Audina Ramadhani

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore
pada Remaja Putri”, untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
sarjana keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang
tua Ibu Miswati dan Bapak Sutrisno, serta adik Dimas Dwi Aldyansyah yang telah
memberikan kasih sayang serta doa restu kepada penulis yang tidak ternilai dan
kepada seluruh keluarga yang selalu memberikan dukungan, saran, serta motivasi
pada penulis.
Selama penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
saran, bantuan serta doa. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati serta
penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB selaku Wakil Dekan
II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat selaku Wakil Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dan memberikan saran, bimbingan, dan arahan kepada
penulis dalam penulisan skripsi ini
6. Pihak SMK Negeri Binaan Provinsi Sumatera Utara

iv
7. Seluruh teman-teman Fakultas Keperawatan USU angkatan 2016 serta
sahabat-sahabat terdekat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat, cara penulisan, maupun tutur bahasa.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
Profesi Keperawatan.

Medan, 30 Juli 2020


Penulis
 
 

Mitha Audina Ramadhani


161101046

v
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan.................................................................................i
Halaman Pernyataan Orisinalitas............................................................ii
Kata Pengantar ….....................................................................................iv
Daftar Isi.....................................................................................................vi

BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................1
1. Latar Belakang.............................................................................1
2. Perumusan Masalah.....................................................................8
3. Tujuan Penelitian.........................................................................9
4. Manfaat Penelitian ......................................................................9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................10


1. Remaja..........................................................................................10
1.1 Pengertian Remaja.................................................................10
1.2 Ciri-Ciri Perkembangan Remaja...........................................11
1.3 Tugas Perkembangan Remaja...............................................12
2. Dismenore....................................................................................15
2.1 Pengertian Dismenore ..........................................................15
2.2 Klasifikasi Dismenore……………...………………………16
2.3 Etiologi Dismenore…………………………………………16
2.4 Patofisiologi Dismenore Primer............................................17
2.5 Manisfestasi Klinis .......................................................................18
2.6 Penatalaksanaan……………………………………………..……19
2.7 Alat Ukur Nyeri pada Dismenore ……………………………..…20
3. Stimulus Kutaneus...............................................................................20
3.1 Pengertian Stimulus Kutaneus......................................................20
3.2 Pengaruh Stimulus Kutaneus ……………………………...21
3.3 Metode Stimulus Kutaneus…………………………………22
4. Relaksasi Nafas Dalam...............................................................................25
4.1 Pengertian Relaksasi Nafas Dalam ....................................................25
4.2 Tujuan Relaksasi Nafas Dalam ..........................................................26
4.3 Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam ...........................................26
4.4 Manfaat Relaksasi Nafas Dalam ........................................................27

BAB 3. KERANGKA KONSEP...............................................................28


1. Kerangka Konsep.........................................................................28
2. Definisi Operasional....................................................................29
3. Hipotesis Penelitian......................................................................30

vi
BAB 4. METODE PENELITIAN.............................................................31
1. Jenis dan Rancangan Penelitian...................................................31
2. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................32
3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.....................................33
4. Pertimbangan Etik........................................................................35
5. Instrumen Penelitian....................................................................36
6. Validitas dan Reliabilitas.............................................................37
7. Alat dan Bahan.............................................................................38
8. Pengumpulan Data.......................................................................38
9. Analisa Data.................................................................................39

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................42


1. Hasil Penelitian............................................................................42
2. Pembahasan .................................................................................48

BAB 6. PENUTUP......................................................................................54
1. Kesimpulan..................................................................................54
2. Saran.............................................................................................55

Daftar Pustaka……………………………………………………………56

Daftar Lampiran

Lampiran 1. Inform Consent


Lampiran 2. Jadwal Tentative Penelitian
Lampiran 3. Anggaran Dana Penelitian
Lampiran 4. Instrumen Penelitian
Lampiran 5. SOP Penelitian
Lampiran 6. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 7. Surat Tanda Selesai Pelatihan

Lampiran 8. Surat Etik Penelitian

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian

vii
Lampiran 10. Surat Selesai Penelitian

Lampiran 11. Lembar Konsultasi Bimbingan

Lampiran 12. Daftar Riwayat Hidup

viii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau masa peralihan dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis dan

perubahan sosial (Notoatmodjo,2011). Menurut WHO (dalam Sarwono, 2003)

menetapkan usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja dan membagi kurun

usia tersebut dalam dua bagian yaitu : Remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir

15-24 tahun.

Masa remaja merupakan masa transisi dari pubertas ke dewasa atau suatu

proses tumbuh ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental,

emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah salah satu tahap perkembangan

remaja yang ditandai dengan kematangan organ seksual dan tercapainya

kemampuan untuk bereproduksi, dimana salah satu ciri dari tanda pubertas

seorang perempuan yaitu dengan terjadinya menstruasi pertama atau menarche

(Janiwarty dan Pieter, 2013).

Menstruasi atau haid adalah perdarahan vagina secara berkala akibat

terlepasnya lapisan endometrium uterus (Janiwarty dan Pieter, 2013). Menstruasi

merupakan pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan

pendarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat kehamilan.

1
2

Usia normal bagi seorang wanita mendapatkan menstruasi untuk pertama kalinya

pada usia 12 atau 13 tahun tetapi ada juga yang mengalaminya lebih awal, yaitu

pada usia 8 tahun atau lebih lambat yaitu usia 18 tahun (Sukarni, 2013).

Menstruasi datang setiap bulan pada usia reproduksi, banyak wanita yang

mengalami ketidaknyamanan fisik, atau merasa tersiksa saat menjelang atau

selama haid berlangsung (Wirawan, 2010). Nyeri yang timbul saat menstruasi

biasanya disebut dismenore.

Dismenore (nyeri haid) merupakan salah satu keluhan yang sering dialami

wanita muda. Dismenore merupakan menstruasi yang disertai rasa sakit yang

hebat dan kram, kekakuan atau kekejangan dibawah perut yang terjadi pada

waktu menjelang atau selama menstruasi yang memaksa wanita untuk beristirahat

atau berakibat pada menurunnya kinerja atau kurangnya aktifitas sehari hari

(Nafiroh & Indrawati, 2013).

Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat

di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang

ringan sampai yang berat. Keparahan disminore berhubungan langsung dengan

lama dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu diikuti dengan

rasa mulas/nyeri (Prawirohardjo, 2011). Pada umumnya wanita merasakan

keluhan berupa nyeri atau kram perut menjelang haid yang dapat berlangsung

hingga 2-3 hari, dimulai sehari sebelum mulai haid. Nyeri perut saat haid

(dismenore) yang dirasakan setiap wanita berbeda-beda, ada yang sedikit

terganggu namun ada pula yang sangat terganggu hingga tidak dapat menjalankan
3

aktivitas sehari-hari dan membuatnya harus istirahat bahkan terpaksa absen dari

perkuliahan/pekerjaan. Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri uterus yang

bersifat siklik yang terjadi sebelum atau selama menstruasi (Andriyani, 2013).

Menurut WHO (2012) didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%)

wanita yang mengalami dismenore dengan 10-15% mengalami dismenore berat.

Di Indonesia lebih banyak perempuan yang mengalami dismenore tidak

melaporkan atau berkunjung ke dokter.

Prevalensi wanita mengalami dismenore di Indonesia sebesar 10-15%

diantaranya mengalami dismenore berat yang menyebabkan mereka tidak mampu

melakukan kegiatan atau aktivitas apapun. Angka kejadian disminore 64,25%

terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenorea sekunder. Wanita

yang mengalami dismenore mengalami keluhan seperti kram, sakit, dan tidak

dapat bekerja mengurus keperluan sendiri (Novie, 2012). Dikatakan 90%

perempuan Indonesia pernah mengalami dismenore (Gumangsari, 2014).

Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan ginekologis akibat

ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan

timbulnya rasa nyeri yang paling sering terjadi pada wanita yang mengalami

dismenore memproduksi prostaglandin 10 kali lebih banyak dari wanita yang

tidak dismenore. Penyebab lain dismenore dialami wanita dengan kelainan

tertentu, misalnya endometrius, infeksi pelvis (daerah panggul), tumor rahim,

apendisitis, kelainan organ pencernaan bahkan kelainan ginjal (Prayitno, 2014).


4

Dismenore mungkin mulai beberapa hari sebelum menstruasi dan

berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari. Dismenore primer dapat

dimulai dengan menarche atau dalam satu tahun menarche sementara dismenorea

sekunder dimulai beberapa tahun setelah menarche. Dismenore primer adalah

umum di kalangan remaja dan tidak memiliki asosiasi patologis. Namun,

dismenore sekunder telah mendasari penyakit. Dismenore dapat diklasifikasikan

ke dalam ringan, sedang dan berat, tergantung pada tingkat rasa sakit yang

dialami dan efek melemahkan masalah (Aziato, 2014).

Dampak yang terjadi jika dismenore tidak ditangani dapat memicu kenaikan

angka kematian, termasuk kemandulan (Anurogo, 2011). Remaja yang

mengalami dismenorea pada saat menstruasi mempunyai lebih banyak hari libur

dan prestasinya kurang begitu baik di sekolah dibandingkan remaja yang tidak

terkena dismenorea. Selain itu konflik emosional, ketegangan dan kegelisahan

serta menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan asing (Anurogo, 2011).

Dismenore juga memiliki hubungan dengan keadaan psikologis yang tidak

nyaman pada remaja yang menstruasi seperti, cepat tersinggung, suasana hati

yang buruk, mudah marah dan lain–lain (Anurogo, 2011).

Banyak remaja yang beranggapan, nyeri haid merupakan hal yang sangat

wajar dan dapat terjadi pada perempuan yang mengalami mentruasi khususnya

pada remaja putri, namun tidak sedikit remaja yang mengalami nyeri yang

berkepanjangan dan terus menerus hingga mengalami rasa sakit bahkan tidak
5

dapat melakukan aktifitas selama menstruasi karena rasa nyeri yang tidak

tertahankan (Anurogo, 2011).

Dismenore dapat dikurangi dengan tindakan farmakologi dan non-

farmakologi. Pengobatan dengan tindakan farmakologi diantaranya dengan

minum obat anti nyeri, seperti asetaminofen, asam mefenamat, aspirin, dan lain-

lain. Pengobatan non-farmakologi untuk mengurangi nyeri dismenore diantaranya

relaksasi, hipnoterapi, akupuntur dan lain-lain (Gumangsari, 2014).

Salah satu tindakan nonfarmakologi yang efektif untuk mengurangi nyeri

adalah dengan masase. Masase dan sentuhan merupakan teknik integrasi sensori

yang mempengaruhi sistem saraf otonom (Potter & Anne Griffin Perry, 2005).

Apabila individu mempersepsikan sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, maka

akan muncul respons relaksasi. Relaksasi sangat penting untuk meningkatkan

kenyamanan dan membebaskan diri dari ketegangan dan stress akibat penyakit

yang dialami.

Salah satu teknik memberikan masase adalah tindakan masase punggung

dengan usapan yang perlahan (Slow stroke back massage). Stimulasi kulit

menyebabkan pelepasan endorphin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri.

Teori gate control mengatakan bahwa stimulasi kulit mengaktifkan transmisi

serabut saraf sensori A Beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini

menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan delta-A yang berdiameter kecil

sehingga gerbang sinaps menutup transmisi implus nyeri (Potter & Anne Griffin

Perry, 2005).
6

Stimulasi kutaneus pada tubuh secara umum sering dipusatkan pada

punggung dan bahu (Smeltzer, 2001). Stimulasi kutaneus akan merangsang

serabut perifer untuk mengirimkan impuls melalui dorsal horn pada medulla

spinalis, saat impuls yang dibawa oleh serabut A-Beta mendominasi maka

mekanisme gerbang akan menutup sehingga impuls nyeri tidak dihantarkan ke

otak (Prasetyo, 2010).

Stimulus kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk

menghilangkan nyeri. Salah satu langkah sederhana dalam upaya menurunkan

nyeri dengan menggunakan stimulus kutaneus adalah dengan melakukan masase

dan sentuhan. Masase dan sentuhan merupakan teknik integrasi sensori yang

mempengaruhi aktifitas sistem saraf otonom. Apabila individu mempersepsikan

sentuhan sebagai stimulus untuk rileks, kemudian akan muncul respon relaksasi.

Relaksasi sangat penting dalam membantu klien untuk meningkatkan

kenyamanan dan membebaskan diri dari ketakutan serta stres akibat penyakit

yang dialami dan nyeri yang tak berkesudahan (Potter & Perry, 2006).

Salah satu jenis stimulus kutaneus adalah masase (usapan) punggung yang

perlahan (Slow-Stroke Back Massage). Masase ini merupakan suatu tindakan

memberi kenyamanan, yang dapat meredakan ketegangan, merilekskan pasien

dan meningkatkan sirkulasi. Cara kerja dari Slow Stroke Back Massage (SSBM)

ini menyebabkan terjadinya pelepasan endorfin, sehingga memblok transmisi

stimulus nyeri (Potter & Perry, 2006).


7

Keuntungan dari stimulus kutaneus Slow-Stroke Back Massage (SSBM)

adalah tindakan ini dapat dilakukan di rumah, sehingga memungkinkan pasien

dan keluarga melakukan upaya dalam mengontrol nyeri (Potter & Perry, 2006).

Hasil penelitian dari Zuliani, Mukhoirotin, dan pujiani yaitu setelah diterapi

dengan Stimulasi Kutaneus (Slow Stroke back Massage) selama 5 menit dari 20

responden hampir seluruh responden mengalami penurunan nyeri sebanyak 16

responden (80%) dan sebagian kecil nyerinya menetap sebanyak 4 responden

(20%). Setelah dilakukan Stimulasi Kutaneus (Slow Stroke back Massage) selama

5 menit responden merasa lebih nyaman sehingga mengalami penurunan nyeri.

Hasil analisa menunjukkan adanya pengaruh stimulasi kutaneus (slow stroke back

massage) terhadap penurunan nyeri haid (dismenore) dengan nilai signifikan

Pv=0,00 atau α < 0,05 (Mukhoirottin dan Zulaini, 2012).

Stimulus ini dapat membantu kemandirian klien dan keluarga dalam

mengelola nyeri, khususnya bagi pasien yang sulit mendapatkan fasilitas

pelayanan medis atau pasien yang tidak ingin mengatasi nyeri dengan

menggunakan terapi farmakologis. Selain itu dalam pemberian stimulus kutaneus

SSBM tidak perlu menggunakan alat khusus yang membutuhkan biaya yang besar

sehingga stimulus ini dapat diberikan kepada masyarakat mulai dengan tingkat

ekonomi atas hingga masyarakat ekonomi bawah (Potter & Perry, 2006).

Teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk

menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan

oksigenasi darah. Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri


8

dengan merilekskan tegangan otot yang menunjang nyeri. Relaksasi secara umum

sebagai metode yang paling efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri

(Ernawati, 2010). Tidak banyak dari remaja putri yang memeriksakan keadaannya

ke tenaga medis saat mengalami nyeri haid/dismenore. Mereka lebih sering

melakukan tindakan dan perilaku pemeliharaan kesehatan secara mandiri untuk

mengurangi nyeri haid yang dideritanya, contohnya seperti minum jamu kunyit

asem, kompres air hangat dan istirahat (Ernawati, 2010).

Beberapa penelitian tentang disemenore di Kota Medan seperti dilakukan

Sirait (2014) bahwa proporsi remaja putri berdasarkan siklus menstruasi di SMA

Negeri 2 Medan tahun 2014 yang paling banyak adalah siklus menstruasi normal

(25–32 hari) yaitu 103 orang (80,5%) dan yang paling sedikit adalah siklus

menstruasi tidak normal (kurang dari 25 atau lebih dari 32 hari) yaitu 25 orang

(19,5%).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui

Pengaruh Stimulus Kutaneus dan Tarik nafas dalam untuk mengurangi nyeri

dismenore pada remaja putri.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disimpulkan pertanyaan

sebagai berikut : Bagaimana Pengaruh Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam

untuk Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri.


9

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengaruh stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam untuk

mengurangi dismenore pada remaja putri.

3.2 Tujuan khusus:

a. Mengetahui tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah intervensi

stimulus kutaneus?

b. Mengidentifikasi tingkat nyeri dismenore sebelum dan sesudah

intervensi nafas dalam?

4. Manfaat Penelitian

4.1 Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan pada mata

kuliah tentang stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam untuk mengurangi

dimenore.

4.2 Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan sumber

informasi dalam menentukan arah kebijakan pelayanan kesehatan wanita

tentang dismenore.

4.3 Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini sebagai acuan atau referensi tambahan dalam

melaksanakan penelitian lebih lanjut terkait penanganan dimenore.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Remaja

1.1 Pengertian Remaja

Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescere” yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang

dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan

social dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai

24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum

kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. (Yani Widyastuti, dkk,

2010)

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan

fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yaitu antara usia 10-19 tahun, adalah

suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut

masa pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa

dewasa. (Yani Widyastuti, dkk, 2010)

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik

(organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan

perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini

umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi

para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian,

bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam system

10
11

perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat

sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa

yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial. (Yani Widyastuti, dkk, 2010)

Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan

dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan

remaja sehingga diperlukan perhatian khusus/karena bila timbul dorongan-

dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang

tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli dalam bidang ini

berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita

diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar dapat

tertangani secara tuntas. (Yani Widyastuti, dkk, 2010)

1.2 Ciri-Ciri Perkembangan Remaja

Menurut Yani Widyastuti, dkk pada tahun 2010, masa (rentang waktu)

remaja berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya ada tiga tahap, yaitu:

1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun)

Masa remaja awal memiliki ciri-ciri perkembangan antara lain:

Tampak dan merasa lebih dekat dengan teman sebaya, tampak dan

merasa ingin bebas, serta lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

Masa remaja tengah memiliki ciri-ciri perkembangan antara lain:

Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri, ada keinginan untuk
12

berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis, timbul perasaan cinta yang

mendalam, kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang,

dan berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

Masa remaja akhir memiliki ciri-ciri perkembangan antara lain:

Menampakkan pengungkapan kebebasan diri, dalam mencari teman

sebaya lebih selektif, memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan)

terhadap dirinya, dapat mewujudkan perasaan cinta, dan memiliki

kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

1.3 Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja menurut Robert Y. Havighurst dalam

bukunya Human Development and Education yang dimuat dalam buku

Kesehtan Reproduksi tahun 2010 ada sepuluh yaitu:

1) Mencapai hubungan sosial yang matang dengan teman sebaya, baik

dengan teman sejenis mapun dengan beda jenis kelamin.

Artinya para remaja memandang gadis-gadis sebagai wanita dan laki-

laki sebagai pria, menjadi manusia dewasa di antara orang-orang

dewasa. Mereka dapat bekerjasama dengan orang lain dengan tujuan

bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi,

dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi.


13

2) Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin

masing-masing.

Artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai

dengan ketentuan atau norma masyarakat.

3) Menerima kenyataan (realitas) jasmaniah serta menggunakannya

seefektif mungkin dengan perasaan puas.

4) Mencapai kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa

lainnya. Ia tidak kekanak-kanakan lagi, yang selaluterikat pada orang

tuanya. Ia membebaskan dirinya dari ketergantungan terhadap orang tua

atau orang lain.

5) Mencapai kebebasan ekonomi.

la merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama

sangat penting bagi laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagi kaum wanita

pun tugas ini berangsur-angsur menjadi tambah penting.

6) Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan, artinya

belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan

mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut.

7) Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berrumah

tangga. Mengembangkan sikap yang positifterhadap kehidupan keluarga

dan memiliki anak. Bagi wanita hal ini harus dilengkapi dengan

pengetahuan dan keterampilan bagaimana mengurus rumah tangga dan

mendidik anak.
14

8) Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang

diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat, maksudnya ialah,

bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu memiliki

pengetahuan tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi,

tentang hakikat manusia dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

9) Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat

dipertanggungjawabkan.

Artinya, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa

yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati nilai- nilai sosial

yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional maupun nasional.

10) Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-

tindakannya dan sebagai pandangan hidup.

Norma-norma tersebut secara sadar dikembangkan dan direalisasikan

dalam menetapkan kedudukan manusia dalam hubungannya dengan

sang pencipta, alam semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-

manusia lain; membentuk suatu gambaran dunia dan memelihara

harmoni antara nilai-nilai pribadi yang lain.

Kesimpulan yang dipaparkan oleh Panut Panuju dan Ida Umami dalam

buku Kesehatan Reproduksi tahun 2010 bahwa dari sepuluh tugas

perkembangan di atas, menunjukkan hubungan yang sangat erat antara

lingkungan kehidupan sosial dan tugas-tugas yang harus diselesaikan remaja

dalam hidupnya.
15

Remaja menurut Pratiwi (2005) yang dimuat dalam buku Kesehtan

Reproduksi tahun 2010 merupakan masa transisi dari kanak-kanak menuju

dewasa, namun tidak semua menyadari bahwa pada masa remaja terjadi

perubahan yang besar. Tugas-tugas yang harus dipenuhi sehubungan dengan

perkembangan seksualitas remaja adalah :Memiliki pengetahuan yang benar

tentang seks dan berbagai peran jenis kelamin yang dapat diterima

masyarakat, mengembangkan sikap yang benar tentang seks, mengenali pola-

pola perilaku hetero seksual yang dapat diterima masyarakat, menetapkan

nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan hidup, dan

mempelajari cara-cara mengekspresikan cinta.

2. Dismenore

2.1 Pengertian Dismenore

Dismenore berasal dari bahasa Yunani, yaitu dysmenorrhea, terdiri atas

“dys” berarti sulit, “meno” berarti bulan, dan “rrhea” berarti aliran sehingga

dismenore dapat diartikan sebagai gangguan aliran darah menstruasi

(Madhubala dan Jyoti, 2012). Dismenore merupakan keadaan dimana timbul

rasa nyeri yang hebat pada saat mentruasi (Kusmiran, 2013).

Menurut Ana Ratnawati tahun 2018, dismenore adalah rasa sakit atau

nyeri hebat pada perut bagian bawah yang terjadi pada wanita saat mengalami

siklus menstruasi. Nyeri biasanya berlangsung sesaat sebelum haid, selama


16

haid, hingga berakhirnya siklus menstruasi. Nyeri yang terus menerus

membuat penderitanya tidak bias beraktivitas.

2.2 Klasifikasi Dismenore

Berdasarkan ada tidaknya kelainan ginekologik, dismenore

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri saat menstruasi dengan anatomi panggul

normal. Biasanya dimulai saat remaja (Unsal et al, 2010). Rasa nyeri

akan dirasakan sebelum atau bersamaan dengan permulaan menstruasi

dan berlangsung untuk beberapa jam (Simanjuntak, 2014).

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder merupakan nyeri mesntruasi yang ditandai dengan

adanya kelainan panggul yang nyata. Terjadi akibat berbagai kondisi

patologis seperti endometriosis, salfingitis, adenomiosis uteri, stenosis

serviks, kista ovarium, mioma uteri dan lain-lain (Unsal et al, 2010).

Sering terjadi pada usia lebih dari 30 tahun dimana semakin

bertambahnya umur rasa nyeri akan semakin buruk.

2.3 Etiologi Dismenore

Penyebab adanya dismenore menurut Ana Ratnawati (2018) meliputi

banyak hal, dari mulai faktor endokris sampai psikologis. Penyebab


17

munculnya dismenore, antara lain: Merokok, haid pada usia dini, kurang dari

12 tahun, berusia di bawah 30 tahun, mengalami pendarahan hebat saat siklus

menstruasi terjadi, riwayat keluarga memiliki dismenore, memiliki

adenomiosis, kista ovarium, penderita darah rendah atau anemia, wanita

dengan gangguan endometriosis, PID (Pelvic Inflammation Disease),

leiomioma submukosa, septum vagina transverse, malformasi kongenital,

obstruksi kanalis servikalis, utrine fibroid, uterine polip.

Penyebab dari dismenore primer adalah karena terjadinya peningkatan

atau produksi yang tidak seimbang dari prostaglandin endometrium selama

menstruasi. Prostaglandin akan meningkatkan tonus uteri dan kontraksi

sehingga timbul rasa sakit (Bavil et al, 2016).

2.4 Patofisiologi Dismenore Primer

Sebagai respon terhadap produksi progesteron, asam lemak di dalam

fosfolipid membran sel bertambah setelah selesai masa ovulasi. Asam

arakidonat dilepaskan dan kaskade prostaglandin dalam uterus akan dimulai

(Hillard, 2006). Prostaglandin F2α merupakan suatu perangsang kuat

kontraksi otot polos miometrium dan konstriksi pembuluh darah uterus yang

dapat memperparah hipoksia uterus yang normal terjadi pada saat mentsruasi,

sehingga menyebabkan rasa nyeri hebat (Corwin, 2009).


18

Terjadi penurunan prostasiklin yang merupakan vasodilator dan relaksan

uterus pada dismenore primer. Hal tersebut mengakibatkan peningkatan

aktivitas uterus dan vasokonstriksi karena kurang dihambatnya prostaglandin.

(Dawood, 2006).

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala disminore yang biasa terjadi menurut Ana Ratnawati

(2018) adalah nyeri pada perut bagian bawah, pusing, mual hingga muntah,

dan nyeri di bagian paha dalam serta pinggang. Gejala disminore juga dibagi

menjadi tiga berdasarkan derajatnya:

a) Derajat I: Nyeri yang dialami berlangsung hanya beberapa saat, dan

penderita masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya.

b) Derajat II: Rasa nyeri yang dialami cukup mengganggu, sehingga

penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri seperti paracetamol,

ibuprofen atau lainnya. Penderita akan merasa baikan jika sudah

meminum oba dan bisa kembali melakukan pekerjaannya.

c) Derajat III: Penderita mengalami rasa nyeri yang luar biasa hingga

membuatnya butuh waktu untuk beristirahat beberapa hari. Biasanya

penderita juga mengalami sakit kepala hingga pingsan, gangguan

metabolisme hingga menyebabkan diare, sakit pinggang dan paha

bagian dalam.
19

2.6 Penatalaksanaan

Penanganan pada penderita disminore dibagi ke dalam dua bagian

berdasarkan tingkatan keseriusannya, yaitu:

1. Disminore ringan hingga sedang

Penderita disminore ringan dan sedang dapat mela- kukan pengobatan

mandiri tanpa penanganan medis yang serius. Penatalaksanaannya

berupa pemijatan di daerah yang terasa pegal, mengonsumsi obat

analgesik, melakukan pengompresan pada bagian yang dirasa itnyeri,

nutrisi yang seimbang, dan istirahat cukup.

2. Disminore berat

Pada penderita disminore berat, penanganan yang dilakukan sangat

berbeda dengan sebelumnya, karena disminore berat membutuhkan

penanganan yang lebih serius dari tenaga medis. Penatalaksanaannya

bisa berupa terapi hormonal dan terapi obat nonsteroid antiprostaglandin

yang diberikan dengan cara suntikan atau diminum, pemasangan cincin

yang dimasukkan ke dalam vagina atau biasa dikenal di masyarakat

dengan pemasangan implan pada vagina untuk mencegah ovulasi yang

bisa mengurangi rasa nyeri, hingga melakukan operasi. Operasi

dilakukan karena penyebab dari nyeri haid yang tidak bisa dikondisikan

itu berasal dari penyakit lain yang berefek penderitanya mengalami

disminore berat.
20

2.7 Alat Ukur Nyeri pada Dismenore

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat nyeri

pada dismenore, salah satunya adalah Numeric Rating Scale (NRS). Pada

NRS responden diminta untuk menyatakan intensitas nyeri yang dirasakannya

pada skala antara angka 0 sampai 10 (Douglas, 2012).

Numeric Rating Scale (NRS)

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3 menunjukkan

nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, angka 7-9

merupakan kategori nyeri berat terkontrol, sedangkap angkap 10 termasuk

nyeri berat tidak terkontrol. Oleh karena itu, skala NRS akan digunakan

sebagai instrumen penelitian (Potter & Perry, 2006).

3. Stimulus Kutaneus

3.1 Pengertian Stimulus Kutaneus

Stimulus kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk

menghilangkan nyeri, bekerja dengan cara mendorong pelepasan endorfin,

sehingga memblok transmisi stimulus nyeri. Cara lainnya adalah dengan

mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A-beta yang lebih besar dan
21

lebih cepat, sehingga menurunkan transmisi nyeri melalui serabut C dan A-

delta berdiameter kecil sekaligus menutup gerbang sinap untuk transmisi

impuls nyeri (Potter & Perry, 2005).

Slow-stroke back massage ialah tindakan masase pada punggung

dengan usapan yang perlahan selama 3-10 menit (Potter & Perry, 2005).

Masase punggung ini dapat menyebabkan terjadinya mekanisme penutupan

terhadap impuls nyeri saat melakukan gosokan penggung pasien dengan

lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor. Apabila

masukan yang dominan berasal dari serabut delta-A dan serabut C, maka

akan membuka sistem pertahanan disepanjang urat saraf dan klien

mempersepsikan nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen yaitu

pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup

mekanisme pertahanan dengan menghambat substansi P. Teknik distraksi,

konseling dan pemberian stimulus kutaneus merupakan upaya untuk

melepaskan endrofin (Potter & Perry, 2005).

3.2 Pengaruh Stimulus Kutaneus

a. Terjadinya pelebaran pembuluh darah dan memperbaiki peredaran darah

di dalam jaringan tersebut. Dengan cara ini penyaluran zat asam dan

bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang

tidak terpakai akan diperbaiki. Jadi akan timbul proses pertukaran zat

yang lebih baik. Aktifitas sel yang meningkat akan mengurangi rasa
22

sakit dan akan menunjang proses penyembuhan luka, radang setempat

seperti abses, bisul-bisul yang besar dan bernanah, radang empedu, dan

juga beberapa radang persendian (Kusyati E, 2006; Kenworthy, 2002;

Stevens, 1999 dalam Shocker, 2008).

b. Pada otot-otot, memiliki efek mengurangi ketegangan (Kusyati E, 2006

dalam Shocker, 2008).

c. Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis (Kusyati E, 2006 dalam

Shocker, 2008).

d. Penggunaan stimulus kutaneus yang benar dapat mengurangi persepsi

nyeri dan membantu mengurangi ketegangan otot yang dapat

meningkatkan nyeri (Shocker, 2008).

e. Penurunan intensitas nyeri, kecemasan, tekanan darah, dan denyut

jantung secara bermakna (Mook & Chin, 2004).

3.3 Metode Stimulus Kutaneus

Sebelum melakukan stimulus kutaneues slow –stroke back masage,

sebaiknya harus memperhatikan hal – hal dibawah ini :

1. Menanyakan kepada klien apakah klien menyukai usapan punggung

karena beberapa klien tidak menyukai kontak secara fisik.

2. Perlu diperhatikan kemungkinan adanya alergi atau kulit mudah

terangsang.

3. Hindari melakukan masase pada area kemerah-merahan, kecuali bila

kemerahan tersebut hilang sewaktu dimasase.


23

4. Masase punggung dapat merupakan kontraindikasi pada pasien

imobilitas tertentu yang dicurigai mempunyai gangguan penggumpalan

darah.

5. Identifikasi juga faktor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang rusuk

atau vertebra, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka

terbuka yang menjadi kontraindikasi untuk masase punggung.

Adapun teknik untuk stimulasi kutaneus slow-stroke back massage

ini dilakukan dengan beberapa pendekatan, salah satu metode yang

dilakukan ialah mengusap kulit klien secara perlahan dan berirama

dengan gerakan sirkular dengan kecepatan 60 kali usapan per menit

selama 3-10 menit (Potter & Perry, 2005).

Gambar 1. Gerakan Sirkular


Sumber: Shocker,2008
24

Gambar 2. Usahan Memanjang pada Punggung


Sumber: Shocker, 2008

Gambar 3. Masase Punggung


Sumber: Shocker, 2008

Prosedur pelaksanaan stimulus kutaneus slow stroke back massage

(Shocker, 2008), adalah:

1. Klien dipersilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan selama

intervensi, bisa tidur miring, telungkup, atau duduk.

2. Buka punggung klien, bahu, dan lengan atas. Tutup sisanya dengan

selimut.
25

3. Perawat mencuci tangan .

4. Lakukan usapan pada punggung dengan menggunakan jari-jari dan

telapak tangan sesuai dengan SOP selama 5 menit. Jika responden

mengeluh tidak nyaman, prosedur langsung dihentikan.

5. Akhiri usapan dengan gerakan memanjang dan beritahu klien bahwa

perawat mengakhiri usapan.

6. Bantu memakai baju/piyama.

7. Bantu klien posisi yang nyaman.

8. Rapikan alat dan cuci tangan.

4. Relaksasi Nafas Dalam

4.1 Pengertian Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi adalah suatu teknik merileksasikan ketegangan otot

yang dapat menunjang nyeri. Teknik relaksasi merupakan metode yang

efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis (Brunner and

Suddarth,2010). Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan

merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri

atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat

memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer

et al., 2010).

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi


26

secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan,

Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga

dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah

(Smeltzer & Bare, 2002)

4.2 Tujuan Relaksasi Nafas Dalam

Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan

ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,

meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun

emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan

(Smeltzer & Bare, 2002)

4.3 Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Menurut Tambunan (2009), langkah-langkah teknik relaksasi nafas

dalam adalah sebagai berikut :

1.) Atur posisi pasien yang nyaman

2.) Minta pasien tetap rileks dan tenang

3.) Minta pasien untuk menarik nafas dalam melalui hidung secara

perlahan dengan hitungan 1,2,3, dan merasakan kembang kempisnya

perut

4.) Minta pasien untuk menahan nafas selama beberapa detik kemudian

keluarkan nafas secara perlahan melalui mulut


27

5.) Beritahu pasien bahwa pada saat mengeluarkan nafas, mulut pada

posisi mulut mencucu

6.) Usahakan agar tetap konsentrasi, mata sambil terpejam.

7.) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

8.) Minta pasien untuk mengeluarkan nafas sampai perut mengempis

9.) Lakukan latihan ini 2-4 kali.

4.4 Manfaat Relaksasi Nafas Dalam

Manfaat relaksasi nafas dalam antara lain terjadinya penurunan nadi,

penurunan ketegangan otot, penurunan kecepatan metabolisme, peningkatan

kesadaran global, perasaan damai dan sejahtera. Tarik nafas dalam ini dapat

dilakukan setiap saat, kapan saja dan dimana saja, caranya sangat mudah dan

dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien atau klien tanpa media serta

merileksasikan otot-otot yang tegang.

Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas

abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan

matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer et al., 2010).
BAB 3

KERANGKA KONSEP

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat,2014)

Pre Post
Intervensi
Stimulus
Kutaneus dan
Tarik Nafas
Dalam

Derajat Nyeri
Derajat Nyeri Dismenore

Skema 1. Kerangka Penelitian Intervensi Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas

Dalam untuk Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri.

28
29

2. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Dismenore Munculnya nyeri pada Kuesioner Remaja 0: Tidak Rasio

pada saat haid yang terjadi putri yang nyeri

remaja pada waktu menjelang mengalami 1-3: Nyeri

putri atau selama dismenore ringan

menstruasi. diberikan 4-6: Nyeri

pertanyaan sedang

melalui 7-9: Nyeri

kuesioner berat

data 10: Nyeri

demografi sangat

dan alat berat

ukur nyeri.

2. Stimulus Masase/usapan pada

Kutaneus bagian punggung

secara perlahan

selama 5 menit.
30

3. Tarik Suatu teknik relaksasi

Nafas yang dilakukan oleh

Dalam klian bagaimana cara

melakukan nafas

dalam, nafas lambat

(menahan inspirasi

secara maksimal) dan

bagaimana

menghembuskan nafas 

secara perlahan

melalui mulut.

3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, dugaan atau dalil sementara

yang sebenarnya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoadmojo, 2010).

Dari kajian di atas dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Ha: Ada pengaruh stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam untuk mengurangi

dismenore pada remaja putri.


BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan

Quasi- Experiment yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh terapi

kombinasi stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam untuk mengurangi nyeri haid

(dismenore). Rancangan penelitian yang digunakan pretest-posttest control group

design. Sebelum dilakukan intervensi, diawali dengan pengukuran intensitas nyeri

(pre-test). Setelah diberi intervensi yaitu stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam,

diakhiri dengan pengukuran intensitas nyeri kembali (post-test).

Skema 2. Gambaran rancangan penelitian

Subjek Pre Intervensi Post

KK (Stimulus kutaneus) Q₁ I(Stimulus kutaneus) Q₂

KK (Tarik nafas dalam) Q₁ I(Tarik nafas dalam) Q₂

I(Stimulus kutaneus
KI (Stimulus kutaneus dan
Q₁ dan Tarik nafas Q₂
Tarik nafas dalam)
dalam)

31
32

Keterangan:

KK (Stimulus kutaneus) : Kelompok Kontrol Stimulus kutaneus

KK (Tarik nafas dalam) : Kelompok Kontrol Tarik nafas dalam

KI (Stimulus kutaneus dan Tarik nafas dalam) : Kelompok Intervensi Stimulus

kutaneus dan Tarik nafas dalam

I(Stimulus kutaneus) : Intervensi Stimulus kutaneus

I(Tarik nafas dalam) : Intervensi Tarik nafas dalam

I(Stimulus kutaneus dan Tarik nafas dalam) : Intervensi Stimulus kutaneus

dan Tarik nafas dalam

Q₁ : Pemberian Pre test sebelum diberikan intervensi

Q₂ : Pemberian Post test sebelum diberikan intervensi

2. Tempat dan Waktu Penelitian

2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 14 Medan. Peneliti

melakukan penelitian di tempat ini karena ditempat ini belum pernah

dilakukan penelitian mengenai dismenore sebelumnya dan tempat ini tidak

memiliki UKS.
33

Pada penelitian ini dilakukan intervensi dengan cara mendatangi ke

rumah responden pada saat responden menstruasi dan mengalami nyeri

dismenore. Selain itu, intervensi juga dilakukan di sekolah SMK Negeri 14

Medan pada responden yang menstruasi dan mengalami dismenore.

Terkait dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini, penelitian

dilaksanakan sesuai dengan anjuran pemerintah yaitu menjalankan protokol

kesehatan dengan cara mencuci tangan, mengukur suhu badan responden, dan

menggunakan masker.

2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari hingga Maret sebelum

pandemi berlangsung. Namun ada 5 orang yang menstruasinya berlangsung

tidak sesuai dengan waktu yang diperkirakan, sehingga 5 orang tersebut

dilakukan intervensi pada bulan Juni.

3. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

3.1 Populasi

Populasi adalah himpunan semua objek atau individu yang akan di

pelajari atau kelompok yang menjadi asal dari mana sebuah sampel di pilih

(Tiro,2011). Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti populasi dalam

penelitian ini adalah Siswa perempuan SMK Negeri Binaan Provinsi

Sumatera Utara sebanyak 100 orang kelas X. Alasan peneliti mengambil


34

populasi kelas X karena menurut peneliti mekanisme koping di bangku kelas

X dianggap belum baik karena berdasarkan pengalaman dismenore

sebelumnya.

3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,2014).

Menurut Gay dalam Mahmud (2011) berpendapat bahwa ukuran

minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan metode penelitian

eksperimen, yaitu minimal 15 subjek per kelompok.

3.3 Teknik Sampling

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah

Nonprobability sampling dengan metode purposive sampling. Alasan peneliti

menggunakan teknik Purposive Sampling karena tidak semua sampel

memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu,

penulis memilih teknik Purposive Sampling yang menetapkan kriteria-kriteria

tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel dalam penelitian ini.

Kriteria inklusi daalam penelitian ini adalah:

a. Remaja putri yang bersedia menjadi responden


35

b. Remaja putri yang sudah menstrusi dan sudah pernah mengalami

dismenore minimal 3 kali.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Remaja putri yang mengalami gangguan kesehatan lain saat dilakukan

penelitian.

b. Remaja putri yang tidak hadir saat penelitian.

c. Remaja putri yang mengalami dismenore tetapi melakukan tindakan yang

lain selain stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam untuk mengurangi rasa

nyeri, seperti: minum air hangat, mengoleskan minyak kayu putih,

mengkonsumsi obat penurun nyeri dan cara lain untuk mengurangi nyeri

haid.

d. Remaja putri yang terdapat lesi, memar, dan ruam pada saat dilakukan

penelitian.

4. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan

pertimbangan etik penilaian, mengingat penelitian ini berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Adapun

pertimbangan etik yang harus diperhatikan dalam penelitian ini adalah:

a. Informed Consent

Peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada responden tentang tujuan,

manfaat, dan prosedur penelitan. Responden yang bersedia dapat


36

menandatangani informed consent. Responden yang tidak bersedia,

maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak klien.

b. Anomity

Peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

atau kuesioner, tetapi hanya menuliskan nama inisial pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian.

c. Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner data demografi dan

lembar observasi skala nyeri. Data demografi bertujuan untuk mengidentifikasi

karakteristik responden yang meliputi nama (inisial), usia, siklus haid, suku, dan

agama.

Lembar observasi untuk melihat efektivitas terapi kombinasi dalam

mengurangi nyeri haid (dismenore) menggunakan alat ukur skala nyeri numerik

(NRS). Numerical Rating Scale (NRS) yaitu alat pendeskripsi dengan skala 0-10

(Smeltzer, 2010). Angka 0 mendeskripsikan tidak terasa nyeri dan angka 10


37

mendeskripsikan nyeri berat tidak terkontrol. Skala ini efektif digunakan untuk

mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi teraupetik. Sebelum

diberikan terapi kombinasi, subjek diukur intensitas nyerinya dengan skala nyeri

numerik dan setelah diberikan terapi kombinasi, intensitas nyeri diukur kembali

untuk mengetahui perubahan skala nyeri.

6. Validitas dan Reliabilitas

6.1 Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk menunjukkan

tingkat kepetenan suatu alat ukur atau instrumen dalam penelitian (Notoatmodjo,

2017). Pada penelitian ini menggunakan alat ukur skala nyeri numerik (NRS)

Numerical Rating Scale. Instrumen tersebut sudah baku sehingga uji validasi

tidak perlu dilakukan.

6.2 Reliabilitas

Pada penelitian ini menggunakan instrumen skala nyeri numerik (NRS). Uji

reliabilitas penelitian ini diujikan pada 10 orang responden pada masing-masing

kelompok intervensi yaitu kelompok intervensi stimulus kutaneus, kelompok

intervensi tarik nafas dalam, serta kelompok intervensi stimulus kutaneus dan

tarik nafas dalam. Uji reliabilitas skala nyeri numerik (NRS) menggunakan

rumus cronbach alpha. Instrumen dinyatakan reliabel apabila nilai koefisiennya ≥

0,7 (Notoatmodjo, 2017). Hasil uji reliabilitas didapatkan nilai r hasil instrumen

skala nyeri numerik (NRS) pada kelompok intervensi stimulus kutaneus adalah
38

0,930, nilai r pada kelompok intervensi tarik nafas dalam adalah 1,00, dan nilai r

untuk kelompok intervensi stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam adalah 0,867.

7. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kertas berisi

kuesioner data demografi, Kuesioner alat ukur nyeri Numeric Rating Scale Pre

dan Post, alat tulis, buku catatan, kain panjang, masker, sabun cuci tangan,

handsanitizer, thermometer, souvenir, laptop dan layar infokus.

8. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan terlebih dahulu dengan mengajukan

permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada institusi pendidikan SMK

Negeri Binaan Provinsi Sumatera Utara. Setelah peneliti mendapat rekomendasi

pelaksanaan penelitian maka peneliti melaksanakan pengumpulan data.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mensosialisasikan kegiatan yang

dilakukan. Selanjutnya diberikan penjelasan tujuan dan prosedur penelitian serta

meminta persetujuan dari calon responden yang bersedia berpartisipasi menjadi

sampel penelitian. Peneliti juga menganjurkan seluruh responden untuk tidak

melakukan tindakan apapun seperti minum air hangat, mengoleskan minyak

kayu putih, mengkonsumsi obat penurun nyeri dan cara lain untuk mengurangi

nyeri haid selain intervensi yang diberikan peneliti.

Setelah calon responden menyatakan bersedia mengikuti prosedur

penelitian, maka responden diminta menandatangani informed consent yang

telah disiapkan peneliti. Sebelumnya peneliti sudah meminta keterangan siklus


39

menstruasi responden dalam dua bulan terakhir. Berdasarkan keterangan

responden tentang siklus menstrusi dalam dua bulan terakhir. Setiap responden

memberikan kontak nomor yang bisa dihubungi agar responden dapat langsung

memberitahu peneliti ketika mulai merasakan dismenore.

Peneliti mendemonstrasikan dan melakukan pelatihan pada responden

melalui media yaitu video. Dan setelah memiliki pemahaman yang sama,

responden dapat melakukannya sendiri dengan bantuan teman atau keluarga.

Selain itu jika responden mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan,

responden dapat meminta bantuan kepada peneliti untuk tindakannya dengan

cara menghubungi peneliti melalui kontak nomor yang sudah diberikan.

Kemudian peneliti memberikan lembar observasi pengukuran skala nyeri

numerik untuk memilih salah satu angka dari skala tersebut sesuai dengan

tingkat nyeri yang dirasakan sebelum diberi intervensi. Kemudian peneliti

melakukan stimulus kutaneus selama 5 menit diikuti dengan relaksasi nafas

dalam. Setelah melakukan tindakan tersebut, peneliti meminta responden untuk

mengisi kembali lembar observasi skala nyeri numerik.

9. Analisa Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu langkah

yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari

peneliti masih mentah, belum memberikan informasi apa-apa, dan belum siap

untuk disajikan. Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa

pengolahan data melalui beberapa tahap. Tahap-tahap pengolahan data dimulai


40

dari editing dimana peneliti mengoreksi data atau isian kuesioner yang telah

dikumpulkan. Tahap selanjutnya coding, yakni mengubah data-data berbentuk

kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Kemudian dilanjutkan

dengan tahap processing. Processing adalah memasukkan data dari masing-

masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) ke dalam program atau

software komputer. Apabila semua data dari setiap responden selesai

dimasukkan, maka dilakukan pengecekan atau koreksi yang disebut dengan

pembersihan data (cleaning). Analisa data dilakukan dengan dua tahap sebagai

berikut:

a. Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik responden yang meliputi usia, siklus haid,

agama, dan suku. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan

persentase.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan intensitas

nyeri haid sebelum dan sesudah dilakukan stimulus kutaneus dan relaksasi

nafas dalam. Dalam menganalisa data secara bivariat, pengujian data

dilakukan dengan uji statistik paired t-test yakni membandingkan skala

intensitas nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah diberikan terapi.

Sebelum dilakukan analisa bivariat, maka terlebih dahulu dilakukan uji


41

normalitas. Uji normalitas menggunakan Shapiro Wilk karena sampel tidak

lebih dari 50 orang.


BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menjelaskan karakteristik demografi responden dan intensitas

nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

1.1 Analisa Univariat

1. Karakteristik Data Demografi Responden

Deskripsi karakteristik demografi responden terdiri dari usia, siklus haid, suku

dan agama. Sebaran karakteristik demograf i responden dapat dilihat pada tabel 1.1.

Pada table 5.1 dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden yang mengalami

dismenore adalah berusia 15 tahun sebanyak 27 orang (60%), seluruh responden

dalam penelitian ini memiliki siklus haid normal ( 22-35 hari) dengan siklus haid

mayoritas 30 hari sebanyak 22 orang (48,9%), mayoritas responden bersuku Jawa

sebanyak 21 orang (46,7%).dan mayoritas responden beragama Islam sebanyak 42

orang (93,3%)

42
43

Tabel 1.1
Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden
(n=45)
No Karakteristik Responden Kelompok
F %
1. Usia
15 tahun 27 60
16 tahun 14 31.1
17 tahun 4 8.9

2. Siklus Haid
27 hari 3 6.7
28 hari 15 33.3
29 hari 5 11.1
30 hari 22 48.9
3. Suku
Batak 16 35.6
Jawa 21 46.7
Melayu 6 13.3
Minang 2 4.4

4. Agama
Islam 42 93.3
Kristen Protestan 3 6.7

2. Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan Sesudah Intervensi Stimulus

Kutaneus

Pada tabel 1.2 intensitas nyeri haid saat sebelum intervensi stimulus

kutaneus diperoleh nyeri ringan 1 orang (6.7%), nyeri sedang 8 orang (53.3%),
44

dan nyeri berat terkontrol 6 orang (40%). Kemudian setelah dilakukan intervensi

stimulus kutaneus diperoleh hasil nyeri ringan 8 orang (53.3%), nyeri sedang 7

orang (46.7%).

Tabel 1.2
Intensitas nyeri haid sebelum dan sesudah intervensi stimulus kutaneus
(n=15)
Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum Intervensi Setelah Intervensi

F % f %

Tidak nyeri 0 0 0 0

Nyeri ringan 1 6.7 8 53.3

Nyeri sedang 8 53.3 7 46.7

Nyeri berat terkontrol 6 40 0 0

3. Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan Sesudah Intervensi Tarik Nafas

Dalam

Pada tabel 1.3 intensitas nyeri haid saat sebelum intervensi tarik nafas dalam

diperoleh nyeri sedang 8 orang (53.3%), dan nyeri berat terkontrol 7 orang

(46.7%). Kemudian setelah dilakukan intervensi tarik nafas dalam diperoleh hasil

nyeri ringan 9 orang (60%), nyeri sedang 6 orang (40%).


45

Tabel 1.3
Intensitas nyeri haid sebelum dan sesudah intervensi Tarik nafas dalam
(n=15)
Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum Intervensi Setelah Intervensi

F % f %

Tidak nyeri 0 0 0 0

Nyeri ringan 0 0 9 60

Nyeri sedang 8 53.3 6 40

Nyeri berat terkontrol 7 46.7 0 0

4. Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan Sesudah Intervensi Stimulus

Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam

Pada tabel 1.4 intensitas nyeri haid saat sebelum intervensi stimulus

kutaneus dan tarik nafas dalam diperoleh nyeri ringan 1 orang (6.7%), dan nyeri

sedang 5 orang (33.3%), nyeri berat terkontrol 9 orang (60%). Kemudian setelah

dilakukan intervensi stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam diperoleh hasil

tidak nyeri 4 orang (26,7%), nyeri ringan 11 orang (73.3%).


46

Tabel 1.4
Intensitas nyeri haid sebelum dan sesudah intervensi stimulus kutaneus
dan tarik nafas dalam (n=15)
Intensitas Nyeri Dismenore Sebelum Intervensi Setelah Intervensi

F % F %

Tidak nyeri 0 0 4 26.7

Nyeri ringan 1 6.7 11 73.3

Nyeri sedang 5 33.3 0 0

Nyeri berat terkontrol 9 60.0 0 0

2. Analisa Bivariat

Untuk melihat perbedaan intensitas nyeri haid sebelum dan sesudah

intervensi, maka dilakukan uji statistik Paired t-test (tabel 1.5). Berdasarkan hasil uji

statistik diperoleh nilai rata-rata intensitas nyeri haid saat Pre intervensi stimulus

kutaneus adalah 2.3333 dengan SD 0.61721, sedangkan saat dilakukan Post

intervensi stimulus kutaneus nilai rata-rata nyeri haid menjadi 1.4667 dengan SD

0.51640. Nilai rata-rata intensitas nyeri haid saat Pre intervensi tarik nafas dalam

adalah 2.4667 dengan SD 0.51640, sedangkan saat dilakukan Post intervensi tarik

nafas dalam nilai rata-rata nyeri haid menjadi 1.4000 dengan SD 0.50709. Dan

diperoleh nilai rata-rata intensitas nyeri haid saat Pre intervensi stimulus kutaneus

dan tarik nafas dalam adalah 2.5333 dengan SD 0.63994, sedangkan saat dilakukan
47

Post intervensi stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam nilai rata-rata nyeri haid

menjadi 0.7333 dengan SD 0.45774.

Secara statistik nilai rata-rata perbedaan antara pre intervensi dan post

intervensi stimulus kutaneus adalah 0.86667, pre intervensi dan post intervensi tarik

nafas dalam adalah 1.06667, dan pre intervensi dan post intervensi stimulus kutaneus

dan tarik nafas dalam adalah 1.80000 dengan nilai p value yaitu 0.000, maka dapat

disimpulkan bahwa nilai P<0.05. Nilai pada intervensi stimulus kutaneus dan tarik

nafas dalam menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara rata-rata nyeri

haid sebelum dan sesudah dilakukan intervensi stimulus kutaneus dan tarik nafas

dalam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nyeri haid menurun setelah

dilakukan intervensi stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam.

Tabel 1.5
Perbedaan intensitas nyeri haid sebelum dan sesudah intervensi (n=30)
dengan uji statistik Paired t-test
Pre-test Post-test P-value Mean
Mean SD Mean SD
Variabel difference
Intensitas nyeri haid 2.3333 0.61721 1.4667 0.51640 0.000 0.86667
(stimus kutaneus)
Intensitas nyeri haid 2.4667 0.51640 1.4000 0.50709 0.000 1.06667
(tarik nafas dalam)
Intensitas nyeri haid 2.5333 0.63994 0.7333 0.45774 0.000 1.80000
(stimus kutaneus
dan tarik nafas
dalam)
48

2. Pembahasan

2.1 Stimulus Kutaneus untuk Mengurangi Dismenore

Hasil penelitian didapatkan bahwa intensitas nyeri haid saat sebelum

intervensi stimulus kutaneus diperoleh nyeri ringan sebesar (6.7%), nyeri sedang

(53.3%), dan nyeri berat terkontrol (40%). Stimulasi kulit menyebabkan

pelepasan endorphin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri. Teorigate

control mengatakan bahwa stimulasi kulit mengaktifkan transmisi serabut saraf

sensori A-Beta yang lebih besar dan lebih cepat. Stimulasi kutaneus pada tubuh

secara umum sering dipusatkan pada punggung dan bahu (Smeltzer, 2001).

Sehingga setelah dilakukan intervensi stimulus kutaneus diperoleh hasil nyeri

ringan sebesar (53.3%), dan nyeri sedang (46.7%).

Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Zuliani (2013) menunjukkan bahwa

sebelum dilakukan tindakan stimulus kutaneus responden yang mengalami nyeri

berat sebanyak (45%), yang mengalami nyeri sedang (35%), dan yang

mengalami nyeri ringan (20%). Setelah dilakukan tindakan stimulus kutaneus

selama 5 menit dari 20 responden hampir seluruh responden mengalami

penurunan nyeri sebanyak (80%) dan sebagian kecil nyerinya menetap sebanyak

(20%). Setelah dilakukan tindakan stimulus kutaneus selama 5 menit responden

merasa lebih nyaman sehingga mengalami penurunan nyeri.


49

2.2 Tarik Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore

Intensitas nyeri haid saat sebelum intervensi tarik nafas dalam diperoleh

nyeri sedang sebesar (53.3%), dan nyeri berat terkontrol (46.7%). Penelitian

Arovah (2010) menunjukan bahwa efek teknik relaksasi nafas dalam yang

dilakukan selama 10 menit dapat merelaksasikan tubuh secara umun,

memberikan rasa nyaman sehingga intensitas nyeri yang dirasakan berangsur

menghilang. Penelitian lain juga menyatakan bahwa setelah diberikan teknik

relaksasi nafas dalam terdapat penurunan tingkat intensitas nyeri sedang menjadi

nyeri ringan yaitu dari 31 orang menjadi 11 orang (Ernawati, 2010). Hasil

tersebut sesuai dengan manfaat yang diperoleh bila melakukan teknik relaksasi

nafas dalam bagi penderita (dismenore). Pemberian teknik relaksasi nafas dalam

yang diaplikasikan selama 10 menit dapat memberikan efek berupa rasa nyaman,

menurunkan ketegangan uterus dan melancarkan peredaran darah sehingga nyeri

yang dirasakan pada saat haid dapat berkurang dan berangsur menghilang

(Bobak, 2005). Teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang

akan menimbulkan rasa nyaman. Adanya rasa nyaman inilah yang akhirnya akan

meningkatkan toleransi seseorang terhadap nyeri. Orang yang memiliki toleransi

nyeri yang baik akan mampu beradaptasi terhadap nyeri dan akan memilki

mekanisme koping yang baik pula. Selain meningkatkan toleransi nyeri, rasa

nyaman yang dirasakan setelah melakukan nafas dalam juga dapat meningkatkan

ambang nyeri sehingga dengan meningkatkan ambang nyeri maka nyeri yang
50

terjadi berada pada skala 2 (sedang) menjadi skala 1 (nyeri ringan) setelah

dilakukan teknik relaksasi nafas dalam (Kozier, 2004). Sehingga pada penelitian

kali ini setelah dilakukan intervensi tarik nafas dalam selama 5 menit diperoleh

hasil nyeri ringan sebesar (60%), dan nyeri sedang (40%).

2.3 Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam untuk Mengurangi Dismenore

Intensitas nyeri haid saat sebelum intervensi stimulus kutaneus dan tarik

nafas dalam diperoleh nyeri ringan sebesar (6.7%), dan nyeri sedang (33.3%),

nyeri berat terkontrol (60%). Kemudian setelah dilakukan intervensi stimulus

kutaneus dan tarik nafas dalam diperoleh hasil tidak nyeri sebesar (26,7%), dan

nyeri ringan (73.3%).

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, jika dilihat dari rata-rata nilai

mean dikatakan bahwa stimulas kutaneus dan tarik nafas dalam lebih efektif

menurunkan skala nyeri dismenore sebelum dan sesudah intervensi dibandingkan

dengan intervensi stimulus kutaneus, ataupun intervensi tarik nafas dalam. Sesuai

dengan data yang diperoleh tingkat nyeri haid yang dialami responden bervariasi

dimulai dari tingkat nyeri ringan sampai nyeri berat terkontrol. Hal ini dapat

dilihat dari lembar observasi responden dimulai dari nyeri skala 2 sampai dengan

skala 9. Perbedaan tingkat intensitas dismenore pada seseorang tidak bisa

menjadi indikator pada individu lainnya, hal ini disebabkan bagaimana seseorang

mempersepsikan rasa nyeri yang dirasakannya. Pernyataan tersebut didukung


51

oleh Potter & Perry (2005) yang menyatakan bahwa nyeri bersifat subjektif dan

sangat individual sehingga pada setiap orang berbeda.

Penelitian yang sejalan juga dilakukan Astriani dan Rohmah (2016) yang

menjelaskan bahwa ada pengaruh stimulus kutaneus terhadap intensitas

dismenore secara signifikan. Penelitian ini dilakukan pada 30 remaja putri. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi 17 dari 30

responden mengalami nyeri sedang, sedangkan setelah diberikan intervensi 25

responden mengalami nyeri ringan, sehingga ada pengaruh stimulus kutaneus

terhadap skala nyeri dismenore.

Hasil penelitian Amalia (2018), didapatkan bahwa sebelum pemberian

teknik relaksasi nafas dalam, responden yang merasakan intensitas nyeri ringan

ada sebanyak 1 orang (5,9%), nyeri sedang ada sebanyak 12 (70,6%) orang, dan

nyeri berat ada sebanyak 4 orang (23,5%). Setelah pemberian teknik relaksasi

nafas dalam, responden yang merasakan intensitas nyeri ringan ada sebanyak 8

orang (47,1%), nyeri sedang ada sebanyak 9 orang (52,9%) dan nyeri berat tidak

ada. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian relaksasi nafas dalam memiliki

pengaruh terhadap penurunan intensitas nyeri dismenorea.

Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan ginekologis akibat

ketidakseimbangan hormon progesteron dalam darah sehingga mengakibatkan

timbulnya rasa nyeri yang paling sering terjadi pada wanita (Prayitno, 2014).

Dismenore dapat dikurangi dengan tindakan farmakologi dan non-farmakologi.

Salah satu tindakan nonfarmakologi yang efektif untuk mengurangi nyeri adalah
52

dengan masase dan tarik nafas dalam. Teknik memberikan masase dan tarik

nafas dalam dapat menyebabkan pelepasan endorphin, sehingga memblok

transmisi stimulus nyeri yang dirasakan berkurang. Tindakan stimulus kutaneus

dapat mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A Beta yang lebih besar dan

lebih cepat pada proses stimulasi kulit. Proses ini menurunkan transmisi nyeri

melalui serabut C dan delta-A yang berdiameter kecil sehingga gerbang sinaps

menutup transmisi implus nyeri yang dijelaskan dalam Teori gate control (Potter

& Anne Griffin Perry, 2005).

Menurut Kushariyadi (2011), relaksasi napas dalam adalah pernapasan

abdomen dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama dan nyaman yang

dilakukan dengan memejamkan mata, sehingga tindakan tersebut akan

menstimulasi sistem kontrol dependen yaitu system serabut yang berasal dari

dalam otak bagian bawah dan bagian tengah yang akan berakhir pada serabut

interneural inhibitor dalam kornudorsalis dan medulla spinalis yang

mengakibatkan berkurangnya stimulus nyeri yang ditransmisikan ke otak. Seperti

tarik nafas dalam dapat memberikan efek berupa rasa nyaman, menurunkan

ketegangan uterus dan melancarkan peredaran darah sehingga nyeri yang

dirasakan pada saat haid dapat berkurang dan berangsur menghilang.


53

3. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian yang dialami peneliti terkait siklus menstruasi

remaja yang tidak teratur. Siklus menstruasi bisa menjadi lebih awal atau

kadang-kadang mundur, sehingga dijumpai responden yang tidak mendapat haid

dihari yang sudah diperkirakan sebanyak 5 orang. Dalam penelelitian tersebut 5

responden tetap dilakukan tindakan namun dengan menjalankan protokol

kesehatan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, mengukur suhu badan

responden, dan menggunakan masker.

Selain itu, penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest control

group design dengan kelompok intervensi stimulus kuteneus, kelompok

intervensi tarik nafas dalam, dan kelompok intervensi stimulus kutaneus dan tarik

nafas dalam.
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti.

6.1 Kesimpulan

1. Mayoritas responden yang mengalami dismenore berada pada usia 15 tahun

(60.0%).

2. Nilai rata-rata intensitas nyeri haid sebelum intervensi stimulus kutaneus

adalah 2.3333 dengan SD 0.61721, skala nyeri haid maksimal adalah 9 dan

minimal 2Setelah diberikan intervensi diperoleh rata-rata intensitas nyeri

1.4667 dengan SD 0.51640. Pada intervensi tarik nafas dalam diperoleh nilai

rata-rata adalah 2.4667 dengan SD 0.51640, setelah dilakukan intervensi tarik

nafas dalam diperoleh nilai rata-rata adalah 1.4000 dengan SD 0.50709. Dan

pada intervensi stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam diperoleh nilai rata-

rata adalah 2.5333 denga SD 0.63994, setelah dilakukan intervensi stimulus

kutaneus dan tarik nafas dalam diperoleh nilai rata-rata adalah 0.7333 dengan

SD 0.45774.

3. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, jika dilihat dari rata-rata nilai

mean maka dapat disimpulkan bahwa stimulas kutaneus dan tarik nafas dalam

lebih efektif menurunkan skala nyeri dismenore sebelum dan sesudah

intervensi dibandingkan dengan intervensi stimulus kutaneus, ataupun

54
55

4. intervensi tarik nafas dalam. Maka dapat disimpulkan bahwa stimulus

kutaneus dan tarik nafas dalam lebih efektif dalam menurunkan nyeri

dismenore.

6.2 Saran

1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi pendidikan keperawatan

untuk mengembangkan tindakan mandiri perawat yaitu memberikan stimulus

kutaneus dan tarik nafas dalam untuk praktek pelayanan keperawatan.

2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Mengaplikasikan 2 intervensi yaitu stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam

pada saat memberikan asuhan keperawatan. Karena kedua intervensi tersebut

lebih efektif dibanding pengaplikasian satu intervensi saja yaitu intervensi

stimulus kutaneus atapun tarik nafas dalam.

5. Bagi Penelitian Keperawatan

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa terapi non farmakologis

maupun terapi kombinasi non farmakologis sehingga dapat menggantikan

terapi farmakologis yang aman bagi remaja.


56

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, A. 2013. Panduan Kesehatan Wanita. Surakara: As-Salam Publisher.

Anurogo, D dan Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta:

C.V. Andi Offset.

Aziato, L., Dedey, F., dan Clegg-Lamptey, J.N. 2014. The experience of

dysmenorrhoea among ghanaian senior high and university students: pain

characteristics and effects. Reproductive health, 11:58. Dapat diakses dari:

http://www.reproductive-health-journal.com. Diakses pada 27 September 2019

Bavil, Dina Abadi., Dolatian, Mahrokh., Mahmoodi, Zohreh., Baghban, Alireza

Akbarzadeh 2016. Comparison of lifestyles of young women with and without

primary dysmenorrhea. Elecetronic Journal Physician. 8(3):2107-14

Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume

1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC. hlmn

3438

Dawood, M.Y. 2006. Primary dysmenorrhea advances in pathogenesis and

management. The American College of Obstetricians and Gynecologists.108(2):

428-41.

Douglas, C., Rebeiro, G., Crisp, J., dan Taylor, C. 2012. Potter & perry’s

Fundamental of nursing – australian version. Australia: Elsevier.


57

Ernawati, Hartiti, T., & Hadi, T. (2010). Terapi relaksasi terhadap nyeri dismenore

pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah Semarang. Prosiding Seminar

Nasional. UNIMUS. Diperoleh tanggal 15 September 2019 dari

http://www.jurnal.unimus.ac.id

Gumangsari, Ni Made Gita. 2014. Pengaruh Massage Counterpressure Terhadap

Penurunan Tingkat Nyeri Haid Pada Remaja Putri di SMA N 2 Ungaran

KabupatenSemarang,Terdapatdalamhttp://perpusnwu.web.id/karyailmiah/docu

men ts/3637.pdf diakses tanggal 22 September 2019

Hidayat, A.A.. 2014. Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data. Jakarta

: Salemba Medika

Hillard PJA. 2006. Dysmenorrhea. Pediatric in Review. 27(2):64-71

Janiwarty, Petter. 2013. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,

Edisi 4. Jakarta : EGC.

Kozier, (2004). Fundamantal of Nursing: Concepts, Process and Practice. Edisi

Kelima. Calipornia: Addison –Wesley.

Kusmiran, E. 2013. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta : Salemba

Medika.

Madhubala, C dan Jyoti, K. 2012. Relation between dysmenorrhea and body mass

index in adolescents with rural versus urban variation. The Journal of

Obstetrics and Gynecolog of India. 62(4):442-445.

Mahmud, (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.


58

Mook, E & Chin, P W. 2004. The Effects of Slow-Stroke Back Massage on Anxiety

and Shoulder Pain in Elderly Stroke Patients.

http://www.scincedirect.com/science. Diakses pada tanggal 22 September 2019

Mukhoirotin dan Zuliani. 2012. Pemanfaatan Stimulasi Kutaneus (Slow Stroke

Back Massage) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid (Dismenorea).

Jombang : Unipdu www.journal.unipdu.ac.id › Home › Vol 1, No 2 (2012)

Nafiroh and Indrawati. 2013. Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Dismenore

pada Siswa Putri di MTS NU Mranggen Kabupaten Demak. JIK. 4: 157-66.

Notoadmojo. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmojo S. 2011.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta;

Novia, I. & Puspitasari, N., 2012. Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kejadian

Dismenore. The Indonesian Journal of Public Health. 4(2): 96-104

Potter & Perry. 2006 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan

Praktik (Fundamental of Nursing: Concept, Process, And Practice). Edisi 4.

Volume 2. Jakarta: EGC.

Potter, P A & Perry, A G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,

Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.

Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan proses keperawatan nyeri. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Prayitno S. 2014. Kesehatan Organ Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Serambi

Semesta Distribusi.
59

Ratnawati, A. 2018. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem

Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sarwono, Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kandungan. Edisi ketiga. Jakarta: Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. hlm. 229-232.

Shocker, M. 2008. Pengaruh Stimulus Kutaneus: Slow-Stroke Back Massage

terhadap Intensitas Nyeri Osteoarthritis. http://www.scribd.com. Diakses pada

tanggal 16 September 2019

Simanjuntak, Pandapotan. 2014. Gangguan Haid dan Siklusnya. Dalam:

Prawirohardjo,

Smeltzer, C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 1. Jakarta:

EGC.

Smeltzer, S C & Bare, B G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8

Vol.3. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., Bare. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. 2010. Brunner and

Suddarth textbook of medical surgical nursing. (11thed). Philadelphia:

Lippincot Williams.

Sukarni, I.K & Margareth ZH. 2013. Kehamilan Persalinan dan Nifas. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Tambunan, E. 2009. Panduan Praktik Kebutuhan Dasar Manusia I Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Salemba Medika

Tiro, M A. 2011. Dasar-dasar Statistika. Makassar: State University of Makassar

Press.
60

Unsal, A., Ayranci, U., Tozun, M., Arslan, G., dan Calik, E. 2010. Prevalence of

dysmenorrhea and its effect on quality of life among a group of female

university students. Upsala Journal of Medical Science.115: 138-45.

Widyastuti, Yani dkk. 2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

Wirawan, I 2010 Dismenore (Nyeri Haid). Terdapat dalam

http://blogdokter.net/2010/03/09/dismenorenyeri-haid/ diakses tangga 22

September 2019

Zuliani, Mukhoirotin, & Pujiani. 2013. Pengaruh Stimulasi Kutaneus (Slow Stroke

Back Massage) terhadap Penurunan Nyeri Haid (Dismenorea). Jurnal

Eduhealth, 3(2):130-134.
Lampiran 1
INFORM CONSENT
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Nama Peneliti : Mitha Audina Ramadhani


NIM : 161101046
Judul Penelitian : Pengaruh Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam untuk
Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri.
Peneliti adalah mahasisiwi program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh stimulus kutaneus dan
tarik nafas dalam untuk mengurangi dismenore pada remaja putri
di SMK Negeri Binaan Provinsi Sumatera Utara.
Saudara diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi ini
sepenuhnya bersifat sukarela. Saudara boleh memutuskan untuk berpartisipasi atau
mengajukan keberatan atas penelitian ini tanpa ada konsekuensi tertentu. Sebelum
saudara memutuskan, saya akan menjelaskan beberapa hal sebagai bahan
pertimbangan untuk ikut serta dalam penelitian, sebagai berikut:
1. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan USU.
2. Peneliti menjamin bahwa penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan dampak
negatif bagi saudara sebagai responden. Apabila saudara merasa tidak aman saat
pengumpulan data, saudara boleh tidak menjawab atau mengundurkan diri dari
penelitian ini.
3. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian akan dijamin kerahasiaannya.
Hasil penelitian akan diberikan kepada institusi tempat peneliti belajar dengan tetap
menjaga kerahasiaan identitas.
4. Saudara bersedia untuk tidak melakukan tindakan apapun seperti minum air hangat,
mengoleskan minyak kayu putih, mengkonsumsi obat penurun nyeri dan cara lain
untuk mengurangi nyeri haid selain intervensi yang diberikan peneliti.
5. Jika saudara sudah memahami dan bersedia ikut berpartisipasi dalam penelitian ini,
saudara dapat menandatangani lembar persetujuan yang dilampirkan.
Demikianlah informasi ini saya sampaikan, atas kesediaan dan partisipasi saudara
saya ucapkan terimakasih.

Peneliti,

Mitha Audina Ramadhani


161101046
Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama (Inisal) :
Umur :
Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti, maka saya memahami tujuan
penelitian ini yang bermanfaat bagi mahasiswa dan juga peneliti selanjutnya. Saya
sangat memahami bahwa keikutsertaan saya menjadi partisipan dalam penelitian ini
sangat besar manfaatnya sebagai masukan dan sumber pengetahuan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Dengan menandatangani lembar persetujuan ini,
berarti saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini secara
sukarela tanpa paksaan dari siapapun.

Medan, 2020

Peneliti Responden

(Mitha Audina Ramadhani ) ( )

No responden:

*diisi oleh peneliti


Lampiran 2
JADWAL TENTATIVE PENELITIAN

Kegiatan Sept Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1. Pengajuan judul
2. Proses persetujuan judul
3. menyusun Bab I
4. Menyusun Bab II
5. Menyusun Bab III
6. Menyusun Bab IV
7. Sidang proposal
8. Perbaikan proposal
9. Uji Validitas dan
Realibilitas Instrumen
10. Pengumpulan data
11. Analisa data
12. Penyusunan laporan
13. Sidang akhir penelitian
14. Perbaikan laporan akhir
15. Penyerahan laporan dan
manuskrip

Lampiran 3
TAKSASI DANA YANG DIBUTUHKAN

1. Persiapan Proposal dan Perbaikan Proposal

No Keperluan Keterangan Total


1. Biaya kertas print proposal Rp. 50.000 x 5 rim Rp. 250.000
2. Fotocopy sumber tinjauan pustaka Rp. 150.000
3. Perbanyak proposal dan Rp. 100.000

penjilidan
Total Rp. 500.000

2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

No Keperluan Keterangan Total


1. Izin penelitian Rp. 150.000

2. Biaya print Instrument dan lembar Rp. 200.000

persetujuan
3. Transportasi Rp. 300.000

4. Souvenir Penelitian Rp. 500.000

5. Alat Tulis Rp. 80.000

Total Rp.1.230.000

3. Persiapan Skripsi

No Keperluan Keterangan Total


1. Biaya kertas print Rp. 50.000 x 5 rim Rp. 250.000
2. Penggandaan dan Penjilidan Rp. 150.000
3. CD Rp. 30.000
4. Biaya tidak terduga Rp. 200.000
Total Rp. 630.000
4. Total Keseluruhan Biaya Yang Dibutuhkan

No Keperluan Total
1. Persiapan Proposal dan Perbaikan Proposal Rp. 500.000
2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data Rp.1.230.000
3. Persiapan Skripsi Rp. 630.000
TOTAL BIAYA Rp.2.360.000

Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
Pengaruh Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam untuk Mengurangi
Dismenore pada Remaja Putri

A. Data Demografi
Petunjuk pengisian : Isilah data dibawah ini dengan lengkap. Kemudian berilah tanda
(√ ) pada kotak pilihan yang telah disediakan dengan situasi dan kondisi saudara saat
ini. Jika ada yang kurang jelas, silahkan bertanya kepada peneliti.

1. Nama/inisial :
2. Usia :
3. Siklus haid : .............hari
4. Suku : Batak
Jawa
Lainnya .......
5. Agama : Islam

Kristen Protestan

Katolik

Hindu

Budha

B. Skala pengukuran intensitas nyeri (Numerical Rating Scale)


Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada salah satu angka skala nyeri berikut ini yang
menurut saudari dapat mewakili tingkat/intensitas nyeri haid yang saudari rasakan
saat ini sebelum diberikan tindakan.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan:

0(tidak nyeri) : Tidak nyeri


1-3(nyeri ringan) : Hilang tanpa pengobatan, tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari
4-6(nyeri sedang) : Nyeri yang menyebar ke perut bagian bawah,
mengganggu aktivitas sehari-hari dan
membutuhkan obat untuk menguranginya
7-9(nyeri berat terkontrol) : Nyeri disertai pusing, sakit kepala berat,
muntah, diare, sangat mengganggu aktivitas
sehari-hari
10(nyeri berat tidak terkontrol) : Menangis, meringis, gelisah, menghindari
percakapan, kontak sosial, sesak nafas,
imobilisasi, menggigit bibir, dan penurunan
kesadaran

C. Skala pengukuran intensitas nyeri (Numerical Rating Scale)

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada salah satu angka skala nyeri berikut ini yang
menurut saudari dapat mewakili tingkat/intensitas nyeri haid yang saudari rasakan
saat ini setelah diberikan tindakan stimulus kutaneus dan tarik nafas dalam.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan:
0(tidak nyeri) : Tidak nyeri
1-3(nyeri ringan) : Hilang tanpa pengobatan, tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari
4-6(nyeri sedang) : Nyeri yang menyebar ke perut bagian bawah,
mengganggu aktivitas sehari-hari dan
membutuhkan obat untuk menguranginya
7-9(nyeri berat terkontrol) : Nyeri disertai pusing, sakit kepala berat,
muntah, diare, sangat mengganggu aktivitas
sehari-hari
10(nyeri berat tidak terkontrol) : Menangis, meringis, gelisah, menghindari
percakapan, kontak sosial, sesak nafas,
imobilisasi, menggigit bibir, dan penurunan
kesadaran

Lampiran 5
SOP STIMULASI KUTANEUS (SLOW STROKE BACK MASSAGE)

Pngertian Metode usapan secara perlahan


Tujuan Untuk menurunkan nyeri Dismenorea
Responden Remaja Putri
Perlengkapan Selimut

Kain/Handuk Bersih
Prosedur A. Tahap pra Interaksi
Pelaksanaan 1. Menyambut pasien, memberi salam, dan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Menanyakan kesiapan pasien
5. Memposisikan pasien dengan nyaman
6. Menjaga privasi pasien
B. Tahap Kerja
1. Buka punggung klien, bahu, lengan atas, dan bokong.
Tutup sisanya dengan selimut. Letakkan handuk
memanjang sepanjang punggung klien.
2. Cuci tangan
3. Letakkan tangan pertama-tama pada bokong, massase
dalam gerakan melingkar menggunakan 5 gerakan
dasar massase yaitu mengusap, meremas, menekan,
menggetar, dan memukul. Usapkan ke atas dari
bokong ke bahu. Massase diatas scapula dengan
gerakan lembut dan tegas. Lanjutkan dalam satu
usapan lembut kelengan atas dan sepanjang sisi
punggung dan kembali ke bawah ke puncak. Jangan
biarkan tangan kita terangkat dari kulit klien.
Lanjutkan pola massase selama 5 menit.
4. Remas kulit dengan mengambil jaringan diantara ibu
jari dan jari tangan kita. Remas keatas dari bokong ke
bahu dan sekitar bawah leher. Remas atau usap kearah
bawah sacrum. Ulangi sepanjang sisi yang lain.
5. Akhiri massase dengan gerakan memanjang
6. Dan beritahu klien bahwa tindakan massase akan
diakhiri.
7. Jika berbaring miring, minta klien untuk berputar
kesisi lain, dan masase pinggul yang lain.
8. Bantu klien untuk memakai baju. Bantu klien untuk
posisi yang nyaman.
9. Rapikan alat dan cuci tangan.
C. Tahap Terminasi
1. Tanyakan klien tentang kenyamanan. Catat setiap
daerah yang nyeri atau tegang.
2. Catat respon terhadap massase dan kondisi kulit.

Lampiran 6
HASIL UJI RELIABILITAS

Scale: ALL VARIABLES STIMULUS KUTANEUS


Case Processing Summary
N %
Valid 10 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.930 2
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Item-Total Alpha if Item
Correlation Deleted
PreTest_StimulusKutaneu
1.60 .267 .913 .
s
PostTest_StimulusKutane
2.50 .500 .913 .
us

Scale: ALL VARIABLES TARIK NAFAS DALAM


Case Processing Summary
N %
Valid 10 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
1.000 2

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Item-Total Alpha if Item
Correlation Deleted
PreTest_TarikNafasDalam 1.40 .267 1.000 .
PostTest_TarikNafasDala
2.40 .267 1.000 .
m
Scale: ALL VARIABLES STIMULUS KUTANEUS DAN TARIK NAFAS
DALAM
Case Processing Summary
N %
Valid 10 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.867 2

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Item-Total Alpha if Item
Correlation Deleted
PreTest_StimulusKutaneu
.60 .267 .800 .
sdanTarikNafasDalam
PostTest_StimulusKutane
2.40 .489 .800 .
usdanTarikNafasDalam
MASTER DATA
Master Data Demografi Reliabilitas Stimulus Kutaneus
N
O NAMA USIA (tahun) SIKLUS HAID (hari) SUKU AGAMA
1 DR 15 28 Jawa Islam
2 SF 16 27 Batak Islam
3 DA 17 29 Jawa Islam
4 MA 16 27 Batak Islam
5 MS 15 30 Batak Islam
6 NRS 17 28 Melayu Islam
7 GY 16 28 Batak Islam
8 TWN 15 28 Batak Islam
9 SM 16 29 Batak Islam
10 GP 16 28 Jawa Islam

Master Data Demografi Reliabilitas Tarik Nafas Dalam

N NAMA USIA (tahun) SIKLUS HAID (hari) SUKU AGAMA


O
1 KR 15 28 Batak Islam
2 AS 16 28 Jawa Islam
3 FKS 15 30 Melayu Islam
4 AS 15 30 Jawa Islam
5 LN 15 30 Batak Islam
6 YES 15 30 Jawa Islam
7 LH 15 29 Jawa Islam
8 RSS 15 30 Jawa Islam
9 UY 16 28 Jawa Islam
10 FF 16 28 Jawa Islam

Master Data Demografi Reliabilitas Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam
N NAM
O A USIA (tahun) SIKLUS HAID (hari) SUKU AGAMA
1 FS 17 30 Jawa Islam
2 VA 15 30 Batak Islam
3 DAN 15 30 Jawa Islam
4 RR 16 30 Minang Islam
5 IPS 15 30 Jawa Islam
6 JF 15 27 Melayu Islam
7 WK 15 29 Batak Kristen Protestan
8 NI 15 30 Jawa Islam
9 VS 15 30 Batak Islam
10 LTYS 15 30 Jawa Islam

Data Uji Reliabilitas Stimulus Kutaneus


NO NAMA PRE TEST POST TEST
1 DR 8 5
2 SF 3 1
3 DA 7 4
4 MA 8 5
5 MS 6 3
6 NRS 8 4
7 GY 7 4
8 TWN 9 5
9 SM 5 3
10 GP 5 2

Data Uji Reliabilitas Tarik Nafas Dalam


NO NAMA PRE TEST POST TEST
1 KR 6 3
2 AS 4 2
3 FKS 7 4
4 AS 6 3
5 LN 5 2
6 YES 5 3
7 LH 6 3
8 RSS 8 5
9 UY 7 5
10 FF 8 6

Data Uji Reliabilitas Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam


NO NAMA PRE TEST POST TEST
1 FS 5 0
2 VA 8 3
3 DAN 7 2
4 RR 7 1
5 IPS 3 0
6 JF 7 3
7 WK 6 0
8 NI 7 2
9 VS 5 0
10 LTYS 6 1
Master Data Demografi Penelitian Stimulus Kutaneus
N
O NAMA USIA (tahun) SIKLUS HAID (hari) SUKU AGAMA
1 J 17 28 Jawa Islam
2 AK 15 28 Batak Islam
3 PDA 15 28 Jawa Islam
4 N 16 29 Batak Islam
5 AR 15 28 Batak Islam
6 AA 15 28 Melayu Islam
7 S 15 27 Batak Islam
8 N 15 29 Batak Islam
9 CS 15 27 Batak Islam
10 PDA 15 30 Jawa Islam
11 RAL 15 30 Batak Islam
12 VA 15 28 Jawa Islam
13 DSNN 15 30 Batak Islam
Kristen
14 SN 16 28 Batak
Protestan
15 BAPT 15 30 Batak Islam
Master Data Demografi Penelitian Tarik Nafas Dalam
N
O NAMA USIA (tahun) SIKLUS HAID (hari) SUKU AGAMA
1 SA 15 27 Melayu Islam
Kristen
2 SF 16 29 Batak
Protestan
3 LA 15 30 Jawa Islam
4 RA 15 30 Batak Islam
5 FS 15 30 Jawa Islam
6 MF 15 30 Jawa Islam
7 DOD 15 30 Batak Islam
8 NA 15 30 Jawa Islam
9 SF 16 30 Minang Islam
10 LMA 16 30 Jawa Islam
11 TS 16 30 Jawa Islam
12 ELS 16 28 Jawa Islam
13 MF 16 28 Melayu Islam
14 AP 15 30 Jawa Islam
15 TPL 15 30 Batak Islam
Master Data Demografi Penelitian Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam
N
O NAMA USIA (tahun) SIKLUS HAID (hari) SUKU AGAMA
1 AN 15 30 Jawa Islam
2 SBPL 16 29 Jawa Islam
3 AL 17 30 Jawa Islam
4 MA 16 28 Jawa Islam
5 NA 15 28 Jawa Islam
6 SAH 17 28 Batak Islam
7 NH 16 28 Jawa Islam
8 ARA 15 30 Melayu Islam
9 AA 16 30 Jawa Islam
10 FA 16 30 Batak Islam
11 TP 16 28 Jawa Islam
12 FRNS 15 30 Minang Islam
13 AA 15 28 Jawa Islam
14 CA 15 29 Melayu Islam
Kristen
15 NZ 17 30 Melayu
Protestan
Master Data Penelitian Stimulus Kutaneus
N
O NAMA PRE TEST POST TEST
1 J 8 5
2 AK 3 1
3 PDA 7 4
4 N 9 5
5 AR 6 3
6 AA 8 4
7 S 8 5
8 N 9 4
9 CS 5 3
10 PDA 5 2
11 RAL 6 3
12 VA 6 3
13 DSNN 6 4
14 SN 6 3
15 BAPT 6 2

Master Data Penelitian Tarik Nafas Dalam


N
O NAMA PRE TEST POST TEST
1 AN 6 3
2 SBPL 4 2
3 AL 7 4
4 MA 6 3
5 NA 5 2
6 SAH 6 3
7 NH 6 3
8 ARA 8 5
9 AA 8 4
10 FA 8 6
11 TP 9 5
12 FRNS 8 3
13 AA 4 1
14 CA 6 2
15 NZ 9 5
Master Data Penelitian Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam
N
O NAMA PRE TEST POST TEST
1 SA 5 0
2 SF 8 3
3 LA 7 2
4 RA 7 1
5 FS 3 0
6 MF 7 3
7 DOD 6 0
8 NA 7 2
9 SF 5 0
10 LMA 6 1
11 TS 8 1
12 ELS 9 3
13 MF 8 2
14 AP 6 1
15 TPL 9 3
HASIL UJI ANALISA UNIVARIAT
Distribusi dan Frekuensi Data Demografi

Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
15 27 60.0 60.0 60.0
16 14 31.1 31.1 91.1
Valid
17 4 8.9 8.9 100.0
Total 45 100.0 100.0

Siklus Haid
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
27 3 6.7 6.7 6.7
28 15 33.3 33.3 40.0
Valid 29 5 11.1 11.1 51.1
30 22 48.9 48.9 100.0
Total 45 100.0 100.0

Suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Batak 16 35.6 35.6 35.6
Jawa 21 46.7 46.7 82.2
Valid Melayu 6 13.3 13.3 95.6
Minang 2 4.4 4.4 100.0
Total 45 100.0 100.0
Agama
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Islam 42 93.3 93.3 93.3
Kristen
Valid 3 6.7 6.7 100.0
Protestan
Total 45 100.0 100.0

Frequency Table Kuesioner Stimuus Kutaneus

Pre Test (Stimulus Kutaneus)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Nyeri Ringan 1 6.7 6.7 6.7
Nyeri Sedang 8 53.3 53.3 60.0
Valid Nyeri Berat
6 40.0 40.0 100.0
Terkontrol
Total 15 100.0 100.0

Post Tes (Stimulus Kutaneus)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Nyeri Ringan 8 53.3 53.3 53.3
Valid Nyeri Sedang 7 46.7 46.7 100.0
Total 15 100.0 100.0

Frequency Table Kuesioner Tarik Nafas Dalam

Pre Test (Tarik Nafas Dalam)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Nyeri Sedang 8 53.3 53.3 53.3
Nyeri Berat
Valid 7 46.7 46.7 100.0
Terkontrol
Total 15 100.0 100.0
Post Test (Tarik Nafas Dalam)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Nyeri Ringan 9 60.0 60.0 60.0
Valid Nyeri Sedang 6 40.0 40.0 100.0
Total 15 100.0 100.0

Frequency Table Kuesioner Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam

Pre Test (Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Nyeri Ringan 1 6.7 6.7 6.7
Nyeri Sedang 5 33.3 33.3 40.0
Valid Nyeri Berat
9 60.0 60.0 100.0
Terkontrol
Total 15 100.0 100.0

Post Test (Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak Nyeri 4 26.7 26.7 26.7
Valid Nyeri Ringan 11 73.3 73.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
HASIL UJI ANALISA BIVARIAT

Paired T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean
Pre Test (Stimulus
2.3333 15 .61721 .15936
Kutaneus)
Pair 1
Post Test (Stimulus
1.4667 15 .51640 .13333
Kutaneus)
Pre Test (Tarik Nafas
2.4667 15 .51640 .13333
Dalam)
Pair 2
Post Test (Tarik Nafas
1.4000 15 .50709 .13093
Dalam)
Pre Test (Stimulus
Kutaneus dan Tarik Nafas 2.5333 15 .63994 .16523
Dalam)
Pair 3
Post Test (Stimulus
Kutaneus dan Tarik Nafas .7333 15 .45774 .11819
Dalam)

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pre Test (Stimulus
Pair 1 Kutaneus) & Post Test 15 .822 .000
(Stimulus Kutaneus)
Pre Test (Tarik Nafas
Pair 2 Dalam) & Post Test (Tarik 15 .873 .000
Nafas Dalam)
Pre Test (Stimulus
Kutaneus dan Tarik Nafas
Pair 3 Dalam) & Post Test 15 .764 .001
(Stimulus Kutaneus dan
Tarik Nafas Dalam)
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
tailed)
Mean Std. Std. 95% Confidence Interval
Deviation Error of the Difference
Mean Lower Upper
Pre Test (Stimulus
Kutaneus) - Post
Pair 1 .86667 .35187 .09085 .67181 1.06152 9.539 14 .000
Test (Stimulus
Kutaneus)
Pre Test (Tarik
Nafas Dalam) -
Pair 2 1.06667 .25820 .06667 .92368 1.20965 16.000 14 .000
Post Test (Tarik
Nafas Dalam)
Pre Test (Stimulus
Kutaneus dan
Tarik Nafas
Dalam) - Post Test
Pair 3 1.80000 .41404 .10690 1.57071 2.02929 16.837 14 .000
(Stimulus
Kutaneus dan
Tarik Nafas
Dalam)
Lampiran 7
Surat Tanda Selesai Pelatihan
Lampiran 8
Surat Etik Penelitian
Lampiran 9
Surat Izin Penelitian
Lampiran 10
Surat Selesai Penelitian
Lampiran 11
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Mitha Audina Ramadhani


Nim : 161101046
Judul Penelitian : Pengaruh Stimulus Kutaneus dan Tarik Nafas Dalam untuk
Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri.

Pembimbing : Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep

No Tanggal Materi Bimbingan Komentar/Saran Paraf


Pembimbing
1 04-09-2019 Judul Proposal Harus mencari judul
yang terkini

2 05-09-2019 Judul Proposal ACC judul

3 06-09-2019 Judul Proposal Perbaikan judul dan


ACC judul

4 08-10-2019 Bab 1 - Latar Terlalu banyak


Belakang penguangan kata

5 29-10-2019 Bab 1 Revisi sumber latar


- Latar Belakang belakang

6 21-11-2019 Bab 1 Revisi redaksi kata


- Latar Belakang
- Tujuan
- Manfaat
7 25-11-2019 Bab 1 & Bab 2 Revisi sumber dan
redaksi kata
8 02-12-2019 Bab 2 & Bab 3 Revisi redaksi kata dan
kerangka konsep

9 16-12-2019 Bab 3 & Bab 4 Kerangka konsep dan


definisi operasional

10 18-12-2019 Bab 3 & Bab 4 Revisi definisi


operasional dan desain
penelitian

11 19-12-2019 Instrumen Penggunaan Instrumen


Penelitian baku

12 02-01-2020 Bab 4 Desain Penelitian

13 03-01-2020 Bab 4 Desain Penelitian dan


cara pengambilan
sampel

14 09-07-2020 Bab 5 Revisi Pembahasan

15 14-07-2020 Bab 5 & Bab 6 Revisi Bab 5 dan Bab 6

16 23-07-2020 Bab 5 & Bab 6 Revisi Bab 5 dan Bab 6

17 30-07-2020 Skripsi ACC Sidang Skripsi


Lampiran 12
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mitha Audina Ramadhani

Tempat, Tanggal Lahir : Kp.Jawa Baja Dolok, 07 Januari 1998

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln.Jamin Ginting No.688 Padang Bulan, Medan

Email : mithaaudinaramadhani@gmail.com

No. HP : 082276711926

Riwayat Pendidikan : 1. 2004-2010 : SD Negeri 095204 Baja Dolok

2. 2010-2013 : SMP Negeri 2 Tanah Jawa

3. 2013-2016 : SMA Negeri 1 Tanah Jawa

4. 2016-sekarang : Ilmu Keperawatan USU

Anda mungkin juga menyukai