Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2 (KMB 2)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK

Nama Mahasiswa
: Shafira Aulia Br. Purba
NIM
: 161101111
Kelompok
:7
Stase
: KMB 2
Dosen Pembimbing
:

FAKULTAS KEPERAWATAN USU


PROGRAM PENDIDIKAN NERS
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA MEDAN

2020
Laporan Pendahuluan Katarak

A. Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada
semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

B. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan
tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan
memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
- Sclera
- Kornea
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
- Koroid
- Badan (korpus) siliare
- Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
- Retina
- Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola
mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan mata
yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea
sentralis pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang
sama.gambaran berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area
optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai
suatu gambaran (Istiqomah, 2003).
C. Etiologi Katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
(Tamsuri, 2008)
D. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun
tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif,
dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu,
katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdasarkan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –
bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi
dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan
lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat
mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).
PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan proses Congenital atau bisa cedera mata Penyakit
penuaan metabolik(misalnya
diturunkan.

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahua
n Tidak
Kurang
mengenal Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus
sumber multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier terpaparterhadap
informasi kesekitar daerah lensa) informasi tentang
prosedur tindakan
Hilangnya tranparansi
pembedahan
lensa

Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa CEMA


Gangguan S
koagulasi
penerimaan
sensori/status
mengabutkan pandangan
organ indera
prosedur invasive
Terputusnya protein lensa disertai
pengangkatan
Menurunnya influks air kedalam lensa
katarak
ketajaman Usia meningkat
penglihatan
Resiko tinggi
Penurunan enzim menurun terhadap
Gangguan
persepsi
sensori- Degenerasi pd lensa
perseptual
penglihatan KATARAK

Post op Nyer
E. Manifestasi Klinis Katarak
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan
tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang
lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
F. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya
bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
Darah putih: dibawah 10.000 normal
H. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru
yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar
melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan
biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari
pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja,
ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling
cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk
lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia
local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang
cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan
draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :
ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya
penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler
lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).
I. Asuhan Keperawatan Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)
` Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan
air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,
diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan
J. Diagnosa Keperawatan yang mungkin timbul
Setelah tersusun diagnosa keperawatan, maka langkah berikutnya adalah membuat
intervensi atau perencanaan keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang
meliputi:
a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/status organ indera. Dengan tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. Intervensi meliputi
: Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata
terlibat, Observasi tanda- tanda disorientasi, Orientasikan pasien tehadap
lingkungan, Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan
menyentuh, Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi
mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata. Ingatkan pasien
menggunakan kacamata katarak, Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel
pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak dioperasi
b. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan – kehilangan vitreus,pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
Tujuan : Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam
kemungkinan cedera. Intervensi : Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi
paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata. Beri
pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit
sesuai keinginan. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membongkok. Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar
mandi khusus bila sembuh dari anestesi. Minta klien membedakan antara
ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi,
gangguan balutan. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.
c. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan
dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat,
keterbatasan kognitif. Tujuan : pasien menunjukkan pemahaman tentang
kondisi, proses penyakit dan pengobatan. Intervensi : Pantau informasi
tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. Tekankan
pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan
berawan. Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal :
nyeri tiba-tiba. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual
bebas.Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah
medis pasien. Anjurkan pasien menghindari membaca, berkedip, mengangkat
benda berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.
Anjurkan pasien tidur terlentang.
d. Ansietas berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan / tindakan
pembedahan. Tujuan : Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa
cemas/takutnya. Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan
kecemasannya berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi. Pasien dapat
mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan. Intervensi :
Pantau tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan
nonverbal. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya. Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik
terhadap ruangan, petugas dan akan dipengaruhi peralatan yang akan
digunakan pasien. Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi,
harapan dan akibatnya. Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap
melakukan prosedur tindakan. Lakukan orientasi dan perkenalan pasien
Derajat kecemasan bagaimana informasi tentang prosedur
penatalaksanaan diterima oleh individu.
e. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi. Tujuan : pengurangan nyeri.
Intervensi : Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO (tekanan intra
Okuler) sesuai dengan resep. Berikan kompres dingin sesuai dengan
permintaan untuk trauma tumpul. Kurangi tingkat pencahayaan. Dorong
penggunaan kaca mata hitam pada cahaya yang kuat. Pemakaian sesuai
dengan resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa.
f. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan : mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri. Intervensi : Beri
instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenai tanda
ataugejala komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada
dokter. Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang
yang berati mengenal teknik yang benar memberikan obat.
Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan. Ajari pasien dan
keluarga teknik panduan penglihatan. Penemuan dan penanganan
awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan
invasif insisi jaringan tubuh. Tujuan Tidak terjadi penyebaran
infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan
penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan
benar. Intervensi : Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan
babas dari kontaminasi dunia luar. Jaga area kesterilan luka
operasi. Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam
merawat luka. Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika
profilaksis. Langkah yang terakhir dalam mempelajari asuhan
keperawatan pada pasien katarak adalah evaluasi, dimana
evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi
keperawatan sehubungan dengan keluhan, pemeriksaan fisik.
Intervensi dikatakan efektif bila tingkah laku pasien sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam evaluasi, perawat
melakukan pengkajian ulang tentang keluhan kemampuan dalam
melihat, nyeri dan kemampuan melakukan aktivits sehari-haris
dan terapi yang diberikan pada pasien serta perilaku klien setelah
melakukan implementasi dari intervensi. Evaluasi menggunakan
observasi, mengukur dan wawancara dengan pasien.

Anda mungkin juga menyukai