Anda di halaman 1dari 21

Pengobatan Ruqyah

Diposting oleh HeNdRa pada Dec 26, '07 5:19 AM untuk semuanya

DEFINISI: Ruqyah Syar'iyah adalah sebuah terapi syar'i dengan cara pembacaan ayat-ayat suci
Al-Qur'an dan do'a-do'a perlindungan yang bersumber dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
yang dilakukan seorang muslim, baik dengan tujuan untuk penjagaan dan perlindungan diri
sendiri atau orang lain dari pengaruh jahat pandangan mata (al-'ain) manusia dan jin, kerasukan,
pengaruh sihir, gangguan kejiwaan, berbagai penyakit fisik dan lain-lain; Maupun dengan tujuan
untuk pengobatan dan penyembuhan bagi orang yang terkena salah satu diantara jenis-jenis
gangguan dan penyakit tersebut.

PENTING: Istilah Ruqyah disertai kata Syar'iyah dimaksudkan bahwa, terapi ini dalam
pelaksanaannya harus murni semurni-murninya sesuai dengan batasan-batasan Syari'ah Islam
yang berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dan hal itu baik dalam kemurnian Aqidah, niat dan
tujuan, muatan dan isi, maupun tata cara pelaksanaan. Jadi harus bersih sebersih-bersihnya dari
unsur-unsur campuran yang tidak berdasar (bid'ah) dan yang melanggar hukum Syara'.

URGENSI RUQYAH SYAR'IYAH:

1. Menghidupkan sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dalam hal penjagaan dan
perlindungan diri serta terapi pengobatan penyakit jiwa maupun fisik.

2. Minimnya pembentengan diri dengan wirid - wirid dan dzikir- dzikir syar'i, sehingga banyak
kalangan yang berpeluang terkena pengaruh buruk pandangan mata kedengkian manusia dan
jin. Disamping banyaknya korban kejahatan dunia sihir dan perdukunan.

3. Beragamnya faktor penyebab campur tangan dan gangguan jin di alam manusia melalui
berbagai pintu, antara lain :

a. Pintu kelemahan kondisi psikologis (kejiwaan) seperti : Perasaan takut sekali, sedih sekali,
marah sekali, kelalaian hati dari zikrudllah dan semacamnya

b. Pintu memperturutkan hawa nafsu di tengah maraknya berbagai kemaksiatan.

c. Pintu bid'ah dengan segala macam dan tingkatannya yang tersebar di tengah - tengah
masyarakat.

d. Pintu dunia perdukunan, peramalan dan sejenisnya.

e. Pintu dunia beladiri dan olah kanoragan dengan menggunakan tenaga dalam.

f. Pintu dunia olah pernafasan, meditasi dan semacamnya.

g. Pintu dunia pengobatan alternatif supranatural.

h. Kencederungan umum masyarakat kepada dunia klenik, mistik dan misteri.

i. Dan lain - lain.


4. Ruqyah syar'iyah adalah sarana da'wah yang sangat efektif untuk menyelamatkan aqidah
masyarakat dari bahaya kesesatan dan kesyirikan yang diakibatkan oleh maraknya dunia klenik
dan perdukunan yang semakin merajalela di tengah masyarakat akhir - akhir ini. Apalagi hal itu
didukung oleh kebebasan media massa cetak maupun elektronik yang mengekspos dan
mempromosikannya secara besar - besaran.

5. Ruqyah syar'iyah merupakan sarana dan faktor yang sangat efektif dalam penjagaan dan
peningkatan kondisi ruhani dan keimanan khususnya bagi aktifis da'wah Islam.

A. Petunjuk Al-Qur’an Tentang Pengobatan

Banyak ayat Al Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al Qur’an


itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan Rahmat bagi orang –orang yang mukmin .

“ Dan kami menurunkan Al Qur’an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang
yang mu’min “( Al-Isra : 82 ). Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al Qur’an yaitu “
Asysyifa “ yang artinya secara Terminologi adalah Obat Penyembuh.” Hai manusia , telah
datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari tuhanmu dan sebagai obat penyembuh
jiwa ,sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ” ( Yunus : 57 ).

Disamping Al Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan


tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sebagai sumber dari pembuat
obat-obatan .” Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, korma,
anggur dan buah-buahan lain selengkapnya . sesungguhnya pada hal-hal yang demikian
terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan ( An-Nahl :
11 ) Dan makanlah oleh kamu bermacam-macam sari buah-buahan, serta tempuhlah jalan–
jalan yang telah digariskan Tuhanmu dengan lancar. Dari perut lebah itu keluar minuman
madu yang bermacam-macam jenisnya dijadikan sebagai obat untuk manusia. Di alamnya
terdapat tanda-tanda Kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau memikirkan “ ( An-Nahl :
69 )

B. Metoda Pengobatan Para Rasul Sebelumnya.

1. Nabi Isa. As

“ Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul untuk Bani Israil .Katanya : Aku ini datang
kepadamu membawa tanda Mukjizat dari tuhanmu yaitu aku dapat membuat dari tanah liat
ini rangka burung untuk kalian, kemudian aku tiup lalu menjadi seekor dengan izin Allah.
Dan aku sanggup menyembuhkan orang buta, penyakit sopak dan menghidupkan orang
mati dengan izin Allah “ ( QS.Ali Imran : 49 ).

Menurut para Mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan sopak dengan cara
diusap dengan tangan-Nya mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena sopak dengan
izin Allah melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.

2. Nabi Musa. As
Sebagai seorang Rasul yang sangat dalam ilmunya dan sanggup melumpuhkan
Fira’un sang raja kafir yang sangat kuat dan menguasai sebagian besar alam, karena
sangat kuasanya sampai –sampai dia mengaku dirinya tuhan dari segala makhluk.” Maka
berkata Fira'un : “ Akulah Tuhan yang maha tinggi “ ( An-Naziat : 24). Nabi Musa tidak
terlepas dari sifat kemanusiannya yang merupakan Sunnatulloh yaitu sakit. Beliau pernah
sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah yang
menyembuhkan kemudian ditempelkan pada anggota yang sakit, karena Mukjizatnya
seketika itu sembuh. Dan kedua kalinya beliau sakit kemudian memetik sehelai daun secara
spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah Sang Penyembuh maka
ketika itu sakitnya tidak sembuh .

C. Metoda Pengobatan Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul yang diperintahkan oleh Allah untuk
menyampaikan wahyu kepada umat-Nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al Qur’an karena
beliau dijadikan sebagai suri tauladan yang baik untuk semua manusia.

Firman Allah :“ Sesungguhnya pada diri Rasul itu ada terdapat suri tauladan
yang baik untuk kamu ,bagi orang-orang yang mengharapkan Rahmat dan hari
kemudian dan yang banyak yang memuja Allah “ ( Al Ahzab : 21) . Kata Imam Ali :“
Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur’an ”.

1. Ruqyah

Ruqyah atau yang kita kenal dengan jampi–jampi merupakan salah satu cara
pengobatan yang pernah diajarkan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammmad SAW. Ketika
Rasullulloh sakit maka datang Malaikat Jibril mendekati tubuh beliau yang sangat indah
kemudian Jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu
Beliau sembuh.inilah doanya “ BismIlahi arqiika minkulli syai-in yu’dziika minsyarri
kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismIlahi arqiika ”. Ada tiga cara yang
dilakukan Nabi dalam Ruqyah:

1. 1. Nafats.

Nafats yaitu membaca ayat Al Qur’an atau doa kemudian ditiupkan pada kedua
telapak tangan kemudian diusapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam satu
riwayat bahwasanya Nabi Muhammmad SAW apabila beliau sakit maka membaca “Al-
muawwidzat” yaitu tiga surat Al Qur’an yang diawali dengan kata “ A’udzu ” Yaitu :
surat An Nas, Al Falaq dan Al Ikhlas kemudian ditiupkan pada dua telapak tangannya lalu
diusapkan keseluruh badan.

1. 2. Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.

Di riwayatkan oleh Bukhari-Muslim : Bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila


ada manusia tergores kemudian luka ,maka beliau membaca doa kemudian air liurnya
ditempelkan pada tangan kanannya, lalu diusapkan pada luka orang itu.Inilah
doanya.”ALLAHUMMA ROBBINNAS ADZHABILBAS ISYFI ANTASY-SYAFII LAA
SYIFA-A ILLA SYIFA-UKA LAA YUGODIRU SAQOMAN ".

1. 3. Meletakkan tangan pada salah satu anggota badan.


Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash yang sedang
sakit dengan sabdanya: “ Letakkanlah tanganmu pada anggota badan yang sakit
kemudian bacalah “Basmalah 3x dan A’udzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima
ajidu wa uhajiru 7x”

2. Doa Mukjizat

Banyak do’a-do’a untuk kesembuhan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
kepada umat-Nya.Antara lain :” Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi
laka ila sholaah ” .

3. Dengan Memakai Madu.

Sebagaimana Ayat diatas bahwa madu Allah jadikan sebagai obat maka Rasululloh
menggunakan madu untuk mengobati salah satu keluarga shahabat yang sedanga sakit
.Dalam satu riwayat, ada shahabat datang kepada Nabi SAW memberitahukan anaknya
sedang sakit, kemudian Nabi menyuruh orang itu meminumkan anaknya madu asli sambil
membaca doa.

C. Metoda Pengobatan Hukama ( Ahli Hikmah )

Ahli Hikmah adalah orang-orang shalih yang diberikan oleh Allah ilmu dan
Karomah sehingga dia tahu rahasia Allah. Para Ahli Hikmah umumnya dijadikan sebagai
Thabib ( Dokter ) atau Paranormal oleh kebanyakan orang karena mereka mendapat
bimbingan langsung dari Allah. ” Allah SWT memberikan Al-Hikmah (kebijaksanaan)
kepada orang yang dikehendaki ”. Barangsiapa yang diberinya Al-Hikmah maka ia
mendapat banyak kebaikkan. Hanya orang-orang yang mau berfikir yang dapat mengambil
pelajaran” ( Al-Baqarah :269 )

1. Ruqyah ( Jampi-jampi )

Ruqyah yang diajarkan malaikat Jibril kepada Nabi dan yang dilakukan oleh Nabi.
Lain dengan ruqyah yang dilakukan oleh Hukama, tetapi doa yang mereka gunakan
pengertiannya sama. Para ahli Hikmah apabila mengobati seseorang dengan cara ruqyah
dengan membaca ayat Al Qur’an atau doa kemudian ditiupkan kedalam air yang nantinya
air itu diminum oleh si Pasien. Salah satu contoh bacaan ruqyah Hukama : Membaca Al-
Fatihah untuk Nabi, keluarga, shahabat dan para wali seperti Syeikh Abdul Qodir Jailani,
kemudian membaca doa untuk kesembuhan .

2. Wafaq

Wafaq ialah ayat Al Qur’an, Asma Allah, zikir atau doa yang ditulis diatas
benda seperti kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan atau lainnya
oleh para Ahli hikmah. Salah satu contoh : Wafaq untuk orang yang sakit hati (Liver)
ditulis pada gelas putih kemudian diisi air lalu diminumkan. Insya Allah sembuh.
(Tulis huruf Ha besar 2 kali dan huruf Ain 6 kali).

Definisi.

An-Nusyroh adalah bentuk mahsdar dari kata “Nasyaro” yang artinya menebarkan. Firman
Allah: ”Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka putus asa, dan Dia tebarkan
RahmatNya, dan Dialah Maha Pelindung lagi Maha Terpuji” (QS. Asy-Syuara : 28).
Ø Lois Ma’lu : An-Nusyroh adalah Ruqyah yang mengobati orang yang sakit jiwa (gila)
atau sakit-fisik.

Ø Abu Sa’adat : An-Nusyroh adalah bagian dari pengobatan Medis dan Ruqyah yang
mengobati orang yang terkena sentuhan Jin.

Ø Ibnu Jauzi : Annusyroh adalah melepaskan pengaruh sihir pada orang yang terkena
sihir. Tidaklah seorang mampu melepaskan pengaruh sihir melainkan orang yang mengerti
tentang sihir.

Dasar Hukum.

Nabi saw ditanya tentang An-Nusyroh? Beliau menjawab: “ An-Nusyroh adalah perbuatan
Syaitan ”. ( HR. Abu Daud ). Semula Nabi saw melarang mengobati dengan cara An-
Nusyroh karena mengandung unsur syirik dan bersekutu dengan Jin dan Syaitan, tetapi
kemudian beliau membolehkan jika An-Nusyroh dengan menggunakan ayat Al-Qur'an dan
doa.

Methoda Pengobatan dengan An-Nusyroh.

Berdasarkan definisi diatas dapat kita rangkum An-Nusyroh adalah pengobatan dengan
cara medis dan Ruqyah yang mengobati orang yang terkena pengaruh sihir dan sentuhan
Jin dan Syaitan yang mempengaruhi fisik dan mental. Jadi mengobatan dengan cara An-
Nusyroh ada dua cara:

1. Pengobatan dengan Cara Medis.

Pengobatan dengan cara medis dengan menggunakan ilmu kedokteran atau dengan
ramuan yang mengandung obat untuk menyembuhkan penyakit.

Madu dan Buah-buhan.

“Kemudian makanlah dari tiap-tiap macam buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu
yang telah dimudahkan bagimu. Dan dari perut lebah itu keluar minuman (Madu) yang
bermacam-macam warnanya, didalamnya ada obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda kebesaran tuhan bagi orang yang
memikirkan” (QS. An-Nahl : 69)

Susu Murni.

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagimu. Kami
memberimu minum dari apa yang berada dalam perutnya berupa susu yang bersih antara
kotoran dan darah yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya” (QS. An-
Nahl : 66)

Korma Ajwa ( Korma Nabi ).

Korma adalah salah satu buah yang sering nabi anjurkan untuk mengkonsumsinya
terutama bagi orang yang berbuka puasa, karena korma mengandung zat gula yang baik
untuk pertumbuhan badan, ada korma khusus untuk pengobatan yaitu Korma Ajwa.

Nabi saw bersabda: ”Korma Ajwa adalah obat dari segala penyakit”
2. Pengobatan dengan Cara Ruqyah.

Ruqyah adalah bentuk tunggal dari kata Ruqo artinya jampi-jampi maksudnya jampi-jampi
dengan menggunakan bacaan atau mantra untuk menolak pengaruh sihir dan godaan
Syaitan dan Jin yang mempengaruhi fisik dan mental manusia.

“Tidak ada Ruqyah kecuali untuk melepaskan pengaruh mata (sihir) dan sengatan hewan
berbisa” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Attirmizi) “Dari Auf bin Malik berkata : Kami pernah
me-Ruqyah seorang pada zaman Jahiliyah, kemudian kami bertanya: Wahai Rosullulloh
bagaimana menurut pendapatMu tentang yang demikian? Maka Nabi bersabda: Jelaskan
kepadaKu tentang Ruqyah kalian. Tidaklah mengapa Ruqyah yang tidak ada unsur syirik”
(HR. Muslim)

Bacaan untuk Me-Ruqyah :

1. Istia’dzah (Mohon perlindungan).

“Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al A’rof : 200).

Secara langsung Al-Qur'an tidak menjelaskan lafadz-lafadz yang dipakai untuk


perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan tetapi kemudian Nabi mengajarkan
beberapa lafadz yang dibaca untuk berlindung kepada Allah dari godaan syaitan antara
lain :

· A’udzu bIlahi minasysyaithonir-rojim

· A’udzu bIlahis-sami’il alim minasysyaithonir-rojiim

· A’udzu bikalimatIlahit-taammaati minsyarrimaa kholaq

· A’udzu bikalimaatIlahit-taammaati min godhobihi waI’qobihi wasyarri ibadihi


wamin hamazaatisy-syayaathini wa-ayyahdhuurun

· A’udzu biIzzatIlahi waqudrotihi min syarrimaa ajidu wa-uhajiru

· A’udzu bIlahi minasyyaithonir-rojim min hamzihi wanafkhihi wanaftsihi

2. Ayat Al-Qur'an.

Pada hakikatnya semua ayat Al-Qur'an dapat dijadikan sebagai pelindung orang-orang
yang beriman dari segala godaan syaitan dan sebagai obat dari segala penyakit akan tetapi
ada beberapa ayat atau surat tertentu yang diajarkan Nabi yang dapat dijadikan sebagai
Ruqyah untuk menangkal penyakit yang disebabkan oleh pengaruh sihir atau godaan
Syaitan dan Jin.

“Dan apabila kamu membaca Al-Qur'an niscaya kami adakan antara kamu dan antara
orang–orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat suatu dinding (pelindung) yang
tertutup” (QS. Al Isra : 45). ”Dan kami turunkan dari Al-Qur'an itu sebagai Penyembuh dan
Rahmat bagi orang-orang yang Mukmin, dan ia (Al-Qur'an) tidak menambah bagi orang-
orang yang zhalim melainkan kerugian” (QS. Al Isra : 82)
· Al Muawwidzatain (An-Naas dan Al Falaq)

· Al Fatihah

· 4 ayat diawal surat Al Baqarah

· Al Baqarah ayat 163 dan 164

· Ayat Kursi (Al Baqarah : 255)

· 3 ayat diakhir surat Al Baqarah

· Ayat pertama surat Ali Imran

· Ali Imran ayat 18

· Al A’raf ayat 54

· Al Mu’min ayat 116

· Al Jin ayat 3

· 10 ayat diawal surat Ash- Shoffat

· 3 ayat diakhir surat Al Hijr

· Yunus : 81

· Al Anbiya : 70

· Al Furqon : 23

· Al A’rof : 118-119

3. Doa Mohon Kesembuhan.

Banyak sekali doa untuk perlindungan dari syaitan dan kesembuhan penyakit yang ada
didalam Al-Qur'an atau yang diajarkan oleh Nabi, disini kami ungkapkan beberapa doa
yang diajarkan oleh Nabi:

· BismIlahi turbatu ardhinaa biriiqoti ba’dhina yasyfibihi saqiimana bi-izni robbina

· Allahumma Robban-naas Azhibilbaas Isyfi antasysyaafii Laa syifaa-a Illaa syifaa-


uka Syifaa-an laayugoodiru saqoman.

· Amsahil baas Robbannaas Biyadikasy-syifaa Laa kaasyifalahu Illaa anta

Tata-cara Me-Ruqyah.

”Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit akan sembuh
dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla” (HR. Muslim). Firman Allah : ”Jikalau Allah menimpakan
bahaya (penyakit) kepadamu maka tidak ada yang dapat menghalanginya selain Dia dan
jikalau Allah menghendaki kebaikan untukmu maka tidak ada yang dapat menghalangiNya,
kebaikan itu diberikan olehNya kepada orang yang dikehendaki dari hamba-hambaNya.
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Yunus: 107)

Tidaklah semua orang dapat disembuhkan dengan Ruqyah Al-Qur'an atau doa-doa yang
diajarkan oleh Nabi, apabila jiwanya tidak diisi dengan ke-yaqin-nan dan penuh pasrah
kepada Allah serta tidak menyimpang dari ketentuan Ruqyah.

> Dibacakan dan ditiupkan pada kedua telapak tangan kemudian diusapkan pada anggota
badan mulai dari kepala, muka, bagian depan badan dada dan seterusnya.

“Hadits dari A’isyah: Bahwasanya Nabi saw apabila berbaring ditempat tidur maka Ia
gabungkan kedua telapak tanganNya, kemudian ditiupkan pada keduanya sambil membaca
“Al Muawwidzat” (Al Ikhlas, Al Falaq dan Annas) lalu beliau mengusapkan kedua telapak
tangan mulai dari bagian kepala, bagian muka dan bagian depan badan hingga tubuh
yang dapat dijangkau . Beliau kerjakan tiga kali. A’isyah berkata: ”Tatkala aku merasa sakit
maka beliau menyuruh aku mengerjakan seperti ini” (HR. Bukhari-Muslim)

> Dibacakan pada ibu jari kemudian ditempelkan pada bumi lalu ibu jari diletakkan pada
anggota tubuh yang sakit.

“Hadits dari A’isyah: Bahwasanya Nabi saw apabila ada seorang merasa tubuhnya ada
yang sakit maka beliau meletakkan ibu jariNya pada tanah kemudian diangkatnya sambil
membacakan doa: ”BismIlahi turbatu ardhinaa Biriiqoti ba’dhinaa Yusqoobihi saqiimunaa Bi-
izni robbinaa” (HR. Bukhari dan Muslim)

> Mengusapkan tangan pada anggota yang sakit sambil membaca Ruqyah.

“Hadits dari A’isyah: Bahwasanya Nabi saw pernah mendoakan salah satu kelarganya yang
sakit dengan meletakkan tangan kanannaya (pada tubuh yang sakit) sambil membaca:
”Allahumma robbannaas Azhibil baas Isyfi antasysyafii Laa syifaa-a illaa syifaauka Syifaa-
an laa yugoodiru saqoman” (HR. Bukhari dan Muslim)

> Dibacakan Ruqyah pada bejana yang berisi air dan ditiupkan ke-dalamnya kemudian
menyuruh penderita untuk meminumnya atau mandi dengan air tersebut.

“Hadits dari A’isyah, Ia pernah membawa air zamzam kemudian ia memberitahu (kepada
para shahabat) bahwasanya Rosululloh saw membacakan doa pada air zamzam yang ada
dalam bejana dari kulit lalu beliau menuangkan air itu pada gelas dan meminumkannya
kepada orang-orang yang sakit” (HR. Muslim).

“Dan Allah menurunkan kepadamu air hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan
hujan itu menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan Syaitan dan untuk menguatkan
hatimu dan mempertaguh dengannya telapak kakimu (pendirianmu) “ (QS. Al Anfal : 11)

Didalam Islam bersuci ada dua bagian: pertama bersuci yang bersifat lahiriyah yaitu bersuci
badan dari hadats dan najis dengan air muthlak dan kedua bersuci yang bersifat bathiniyah
yaitu menjauhkan diri dari sifat-sifat yang buruk yang disebabkan oleh pengaruh Syaitan.

Cara Meminum air Zamzam atau air Asma :

· Meminum air dengan niat untuk kebaikan dunia dan akhirat


· Menghadap kiblat ketika hendak meminum

· Membaca shalawat untuk Nabi saw

· Membaca Basmalah

· Membaca doa.

· “Allahumma inni as-aluka ilman nafi’an warizqon wasi’an wasyifa’an min kulli
da’in”

· Tiga kali nafas ketika meminum

· Minum sampai rasa haus hilang

· Setelah minum kemudian air diusapkan pada kepala, muka dan dada tiga kali.

Penyakit yang Dapat Disembuhkan dengan Ruqyah.

> Perintah untuk Berobat :

“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menurunkan suatu penyakit, kecuali Allah telah
menurunkan pula obatnya, baik obat yang telah diketahui oleh orang maupun yang belum
diketahuinya, kecuali mati” (HR. Al-Hakim) “Berobatlah wahai hamba-hamba Allah karena
sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan suatu penyakit, kecuali telah diturunkan pula
obatnya, selain penyakit yang satu yaitu penyakit tua (pikun) “ (HR. Ahmad, Ibnu Hibban
dan Al-Hakim).

> Perintah Konsultasi kepada Ahli Pengobatan :

“Maka pertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai keahlian jika kamu tidak
mengetahui” (QS. An-Nahl : 43) “Katakanlah: Tiap-tiap orang berbuat menurut
keadaannya(propesinya) “ (QS. Al Isra : 84). Nabi saw bersabda: ”Obat segala kesulitan
adalah bertanya (konsultasi)

> Larangan dalam Berobat :

Berobat kepada yang bukan Ahlinya :

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu kedalam kebinasaan dan berbuat baiklah karena
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al Baqarah: 195). Nabi
saw bersabda: ”Apabila sesuatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka
tunggulah kehancurannya”

Berobat dengan Sesuatu yang Dilarang Allah :

“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menjadikan obat untuk penyembuhanmu pada hal-hal
yang diharamkan atasmu” (HR. Aththabrani). Meskipun berobat itu diperintahkan agama
tetapi penggunaan obat dibatasi pada hal-hal yang halal. Jadi tidak dibenarkan menjadikan
sesuatu yang haram menjadi obat, seperti berobat dengan meminum darah atau minuman
keras atau berobat dengan memakan makanan yang diharamkan Allah. ”Sesungguhnya
Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut nama selain Allah” (QS. Al Baqarah : 173)

I. Penyakit Fisik.

Sebab-sebab Penyakit terdiri dari Dua Golongan :

· Sebab-sebab dari dalam ialah kelainan-kelainan dari tubuh sendiri yang pada
umumnya tidak diketahui dengan jelas apa sebabnya.

· Sebab-sebab dari luar ialah segala sebab yang asalnya dari luar. Hal ini dapat
dibedakan menjadi enam macam:

· Sebab Mekanis, seperti luka terkena benda tajam atau tumpul, kena tembak
atau terjatuh.

· Sebab Fisik, seperti terkena api atau benda panas, terkena aliran listrik, disambar
petir

· Sebab Kimia, seperti keracunan.

· Sebab jasad Renik atau Makro, seperti bakteri, virus, serangga atau cacing-
cacing.

· Sebab kekurangan unsur tertentu dalam konsumsi, seperti vitamin, mineral,


yudium.

· Sebab kejiwaan, seperti kesusahan, trouma, ketakutan.

Mengobati penyakit fisik lebih dominan menggunakan medis atau ilmu kedokteran tetapi
tidak menjamin untuk sembuh maka solusinya banyak pasien yang datang untuk berobat
Atternatif seperti Terapi, Reflexsiologi, Ruqyah atau lainnya

II. Penyakit disebabkan Pengaruh Sihir, Syaitan atau Jin.

· Sihir perceraian

· Sihir guna-guna

· Sihir Hipnotis

· Sihir gila

· Sihir lesu

· Sihir suara panggilan

· Sihir penyakit

· Sihir pendarahan
· Sihir menghalangi sesuatu ( Rejeki, tamu, keinginan beribadah, dll. )

· Sihir mandul atau susah hamil

[daarut-tauhiid] Rahasia Dzikir

firliana putri
Mon, 05 Jun 2006 03:07:58 -0700

NASEHAT SANG IBUNDA

Jam menunjukkan pukul 23.00. Tapi mata belum juga bisa terpejamkan. Setelah menyaksikan
adegan istimewa yang disuguhkan Allah Swt di dinding kamar saya, bagaimana upaya seekor
cicak menyambut rizkinya. Tiba-tiba tanpa sengaja pikiran saya melayang jauh ke masa lampau.
Waktu itu bertepatan dengan hari ke sebelas bulan ramadhan.

Sosok ibu kami, pada masanya, beliau tidak pernah merasakan bagaimana menjadi seorang
murid. Beliau tidak pernah sekolah. Walaupun hanya setingkat sekolah dasar. Tetapi cara-cara
beliau mendidik dan memberi pelajaran kepada kami, sungguh sangat mengesankan dan
membuat kami selalu kagum pada beliau. Diantara sekian banyak pelajaran kehidupan yang
kami terima, ada satu hal yang terus saya ingat, apabila pikiran terbayang pada beliau.

Pada sore hari yang cerah, saya mau mengambil buah jambu yang ada di halaman rumah kami.
Buah jambu itu tampak sudah matang dan begitu menggairahkan. Perlu diketahui bahwa pohon
jambu yang kami tanam di depan rumah kami adalah buah 'jambu jepang', istilah orang
kampung. Pohon itu sangat langka pada saat itu.

Di kampung tempat kami tinggal hanya ada satu pohon itu saja. Sehingga semua orang yang
melihatnya kepingin sekali merasakan bagaimana rasa buah `jambu jepang' tersebut. Pohon itu
kalau berbuah juga tidak terlalu banyak. Kadang-kadang satu pohon hanya ada satu atau dua
buah saja yang masak. Perlu diketahui pula bahwa buahnya sangat kecil hanya sebesar buah
kelengkeng saja. Tetapi baunya harum dan rasanya manis.

Pada hari itu, buah jambu yang masak ada dua buah. Ketika sore itu saya mau mengambil buah
yang sudah ranum, ibu melarangnya. Sehingga saya agak kecewa karenanya.

Kata saya : '..mengapa bu, saya tidak boleh mengambil buah tersebut? Kan itu milik kita. Kalau
tidak cepat diambil nanti kan membusuk?"
Jawab ibu : "Nak, kita kan sudah pernah makan buah tersebut. Walaupun dengan menunggu
dalam waktu yang cukup lama. Dan memang kadang-kadang kita hanya bisa makan satu atau
duah buah saja yang sedang masak. Tetapi tetangga depan rumah kita itu, belum pernah
mencicipinya. Kemarin ibu lihat anaknya pingin sekali mengambil jambu itu. Karena itu janganlah
diambil. Berikan buah jambu itu kepada mereka. Agar hatinya senang...

Kembali mata saya berkaca-kaca, mengingat peristiwa sederhana itu. Sebuah peristiwa yang
mungkin setiap orang akan pernah menjumpainya dalam keluarganya masing-masing. Atau
dalam lingkungan lainnya, dengan model yang berbeda.

"Dahulukanlah orang lain... ! Begitulah kira-kira inti pelajaran istimewa yang saya terima dari
beliau Mengenang peristiwa itu, saya jadi teringat sebuah riwayat yang menceritakan tentang
seorang sahabat yang oleh rasulullah disuruh menjamu tamunya. Ceritanya, di rumah sahabat
tersebut tidak terdapat sesuatu makanan, kecuali makanan milik anaknya. Karena sang pemilik
rumah ingin lebih mengutamakan tamunya dari pada keluarganya, ia memberikan makanan milik
anaknya tersebut kepada tamunya dengan cara yang sangat luar biasa.

Yaitu ketika waktu makan bersama tamunya, sang pemilik rumah pura-pura makan juga,
padahal piringnya kosong. Mengapa pura-pura? Supaya sang tamu tidak mengetahui kalau
pemilik rumah sebenarnya tidak ikut makan. Untuk maksud itu, maka lampu di dalam rumahnya
dipadamkan. Pura-pura kehabisan minyak. Setelah suasana menjadi gelap, maka mereka
'makan' bersama-sama. Sang tamu makan sungguhan, sang pemilik rumah makan pura-pura,
padahal perutnya sangatlah laparnya.

Peristiwa itu begitu luar biasanya, sehingga turunlah ayat Al-Qur'an surat Al-Hasyr (59) : 9,
sebagai penghargaan terhadap peristiwa tersebut.
Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan
mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka
sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Kalaulah sampai Allah Swt, menurunkan sebuah ayat lantaran peristiwa tersebut, sungguh
betapa hebatnya kejadian itu sehingga perlu diabadikan dalam kitab suci akhir zaman ini. Agar
bisa dicontoh dan diteladani oleh umat manusia.

Demikian pula banyak pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Rasulullah saw, agar kita selalu
berbuat baik kepada orang lain, serta memiliki sifat murah hati terhadap orang lain.

Anas bin Malik ra, berkata, bahwa rasulullah saw itu, tidak pernah diminta kecuali selalu
memberi. Pernah datang seorang lelaki kepada Rasulullah untuk meminta, maka beliau
memberikan kambing-kambing yang banyak yang berada diantara dua gunung, kambing
sadaqah. Maka lelaki itu pulang dan ia berkata kepada kaumnya...

Wahai kaumku, masuk Islamlah kalian semua! Sesungguhnya Muhammad itu amat pemurah. Ia
memberi dengan pemberian yang sangat banyak, tidak pernah takut melarat...

MEMBUNUH NYAMUK DI TENGAH MALAM

Jam dinding tepat menunjukkan pukul 02.30. Tanpa terasa saya terbangun dari tidur. Saya
dikagetkan oleh dengungan suara seekor nyamuk yang mau hinggap di tubuh.

Secara reflek tangan saya bergerak. Dan 'plak'. Seketika matilah nyamuk tersebut oleh kedua
tangan saya yang menepuknya.

Setelah terbangun dari gangguan nyamuk tadi, saya menuju kamar mandi, mengambil air
wudhu dan kembali ke kamar tidur. Berikutnya saya mengambil sajadah, dan saya 'terperangkap'
dalam khusyu'nya tahajud malam.

Selesai melakukan shalat, dzikir yang cukup panjang mewarnai malam itu. Ditengah basahnya
lidah menyebut asma Allah, tiba-tiba saya teringat akan nyamuk yang saya bunuh tadi. Dan tak
tertahankan lagi, mata basah oleh penyesalan yang mendalam.

Rasa salah yang begitu besar, telah menyelinap di hati yang paling dalam. Saat itu diri ini
merasa berdosa, sebab telah membunuh seekor nyamuk yang telah berjasa besar. Nyamuk
itulah justru yang telah membangunkan saya dari tidur lelap agar bisa tahajud malam. Agar bisa
mendekati Sang Khaliq. Agar bisa mencintai Sang pengasih. Tetapi 'pahlawan' itu terbunuh
dalam 'tugas mulia'nya ketika membangunkan manusia dari kekhilafannya. Maka bertambah
berderailah air mata penyesalan, disela-sela dzikir asmaul husna.

Keesokan harinya, ketika saya berusaha mengulang untuk merekonstruksi kejadian malam itu,
tidak sebutir air matapun yang menetes. Mengapa? sebab suasana sudah berubah. Saya
termenung memikirkan kejadian semalam itu.

Pertanyaan yang selalu muncul adalah mengapa pada malam itu, saya bisa menangisi seekor
nyamuk? Padahal ia membawa penyakit, padahal gigitannya mendatangkan rasa sakit. Apa yang
menyebabkan saya menjadi menyesal setelah membunuh nyamuk itu?

Pertanyaan demi pertanyaan, muncul di benak saya. Manakah yang benar? Apakah yang
terbunuh malam itu, ia adalah seekor binatang jahat yang akan mendatangkan kerugian karena
gigitan atau penyakit yang dibawanya, ataukah justru ia adalah seekor binatang kecil sebagai
sosok pahlawan yang rela mati demi kepentingan seorang manusia agar bisa bertemu dengan
Tuhannya.

Yang jelas, suasana malam hari yang hening akan menyebabkan seseorang bisa berfikir
dengan begitu jernihnya tanpa dipengaruhi oleh dunia yang penuh dengan tipu daya.

Sungguh sangat masuk akal kalau Rasulullah saw, menganjurkan kita agar sering bangun di
sepertiga malam terakhir, agar kita mendapatkan suatu anugerah yang luar biasa. Bahkan dalam
bulan ramadhan ada suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan....

Tetapi memang sungguh berbeda, calon penghuni neraka, dan calon penghuni surga. Ada
sebagian orang yang menggunakan waktu malamnya untuk mendekatkan diri pada Ilahi. Dia
bangun tengah malam, diambilnya air wudhu' untuk mensucikan dirinya, setelah itu ia asyik
tenggelam dalam shalat tahajudnya. Kenikmatan yang didapatnya tak dapat diutarakan dengan
kata-kata....

Sementara, di tempat lain banyak juga orang-orang yang menggunakan waktu malamnya yang
sangat berharga itu, untuk melakukan perbuatan maksiat yang dilarang oleh Penciptanya.
Padahal semua fasilitas untuk berbuat maksiat itu adalah didapat karena kasih sayang
Tuhannya.

Apakah kesehatannya, apakah rezekinya, atau kesempatannya, atau umurnya. Semua yang
dipakai untuk pergi menuju tempat 'terlarang' itu berasal dari Tuhan sang Penciptanya.
Pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita adalah, Manakah yang lebih pintar?

Apakah orang-orang yang menggunakan waktu malamnya untuk menuju keridhaan Allah,
dengan melakukan dzikrullah,

Ataukah orang-orang yang menggunakan waktu malamnya untuk menuju tempat atau
melakukan perbuatan yang dilarang Allah.
Dan kita pun tinggal memilih, berada pada golongan manakah diri kita? Kata Allah Swt, dalam
Surat
Al-Hasyr : 20
"(sungguh), Tiada sama penghuni neraka dengan penghuni syurga. Penghuni syurga itu adalah
orang-orang yang beruntung..."

TAHAJUD CINTA

Sebelum memejamkan mata untuk tidur dalam rangka mengakhiri aktifitas 'dua puluh empat
jam' ini, mari kita melihat dan merenungkan suasana tahajud kita masing-masing.
Apakah tahajud kita sebagai tahajudnya seorang hamba yang mencintai penciptanya, ataukah
sekedar tahajud tanpa makna. Yang melakukan shalat hanya sekedarnya, setelah itu selesai dan
bangga, karena sudah melaksanakan sebuah 'ritual' shalat tahajud. Untuk mengetahui hal itu,
marilah kita mencoba mengukur diri masing-masing.
1. Tentang niat,
Apakah yang melatarbelakangi kita bangun malam?
Apakah kita shalat tahajud karena terpaksa. Mungkin dikarenakan saudara kita, anak kita, istri /
suami kita, atau ada orang dekat kita, yang bangun malam melakukan shalat tahajud. Dan kita
pun ikut bangun malam lalu kita lakukan shalat tahajud itu.

Ataukah tiba-tiba kita ingin ke kamar mandi, lalu kita sekalian mengambil air wudhu' dan kitapun
melaksanakan shalat tahajud.
Atau kita sebelum tidur sudah berdo'a kepada Allah, agar Allah membangunkan diri kita untuk
melakukan shalat tahajud.

Apapun yang menyebabkan kita bangun malam, dan kita lanjutkan dengan shalat tahajud, maka
semuanya merupakan perilaku istimewa di hadapan Allah. Karena kita melakukan sesuatu yang
memang istimewa.

Kalau kita hitung, pada saat di sepertiga malam menjelang pagi, sekitar jam tiga malam wib,
kira-kira ada berapa orang yang bangun untuk melakukan shalat tahajud? Misalnya di sebuah
kota? Atau di sebuah kampung? Sungguh amatlah sedikitnya!

Tetapi marilah kita melihat diri kita masing-masing! Dimanakah posisi kita? Apa yang
menyebabkan kita melakukan shalat tahajud? Apakah demi kecintaan kita kepada Allah Swt,
sehingga kita begitu rindunya ingin bertemu denganNya, ketika semua orang lelap dalam
tidurnya? Ataukah karena alasan lainnya? Setiap posisi itu tentu mempunyai nilai yang berbeda...

2. Tentang pakaian,
Setelah kita melakukan wudhu' di waktu malam yang cukup dingin itu, ketika kita mengambil
pakaian untuk melakukan shalat, apakah kita mengenakan pakaian yang seadanya saja, ataukah
pakaian tidur saja. Ataukah kita mengenakan pakaian yang bagus, yang bersih, dan yang Allah
menyenanginya.

Ketika suatu saat kita shalat tahajud, dan waktu itu pakaian yang kita kenakan adalah pakaian
yang seadanya saja, maka bandingkanlah dengan ketika kita pergi ke masjid untuk melakukan
shalat jum'at. Begitu indah pakaian kita, begitu harum tubuh kita...

Untuk siapa pakaian kita yang bagus dan indah itu? Kalau untuk Allah Swt, mengapa ketika
shalat tahajud sendirian saat tidak ada orang yang melihatnya, kita justru mengenakan pakaian
yang tidak indah? Seorang yang mencintai sesuatu, tentu ia akan memberikan yang terbaik buat
si Dia...

3. Tentang bacaan dan gerakan,


Demikian juga tentang bacaan dan gerakan shalat yang kita lakukan di malam hari, ketika
semua orang tidak ada yang mengetahuinya. Bagaimana kondisi kita?

Apakah bacaan kita begitu `mesra' saat kita bertemu dengan Dzat yang kita cintai, ataukah
bacaan kita terburu-buru agar shalat cepat selesai?

Apakah gerakan shalat kita begitu sempurna layaknya seorang prajurit yang sedang berada di
hadapan komandannya, ataukah gerakan kita semaunya saja?

Setelah kita mengembara mulai saat bangun pagi, selanjutnya melakukan perjalanan seharian
di luar rumah, dan akhirnya kembali lagi ke rumah untuk tidur lagi, begitu seringnya kita bertemu
dengan Allah Swt dalam berbagai macam peristiwa. Maka harapan kita tentulah saat ini kita telah
menjadi seorang hamba yang begitu dekat dengan Allah Swt. Kecintaan dan kerinduan kepada
Allah Swt akan tercermin dalam tahajud kita.
Tahajud cinta seorang hamba adalah tahajud kerinduan, bukan tahajud paksaan. Tahajud cinta
seorang hamba adalah tahajud yang mencerminkan jiwa yang tenang, dan hati yang tentram,..

Itulah saat ending yang paling indah dalam hidup kita selama dua puluh empat jam setiap hari.
Kalaulah ending hidup setiap hari, kita disuruh Rasul untuk dekat dengan Allah dalam tahajud,
maka demikian pula dengan ending hidup seluruhnya, kitapun harus berupaya untuk dekat
dengan Allah Swt.

Orang yang berhasil dalam hidupnya, adalah mereka yang pada akhir hayatnya dipanggil oleh
Allah Swt, dengan panggilan yang sangat mesra :
"yaa ayyatuhan nafsul muthmainnah,irji’i ilaa rabbiki raadhiyatam mardhiyyah, fad khulli fii
tibaadii wad khulii jannatii.."
Inilah tanda cinta yang sebenar-benarnya cinta...

RAHASIA DZIKIR

Ada sebuah kejadian yang sangat unik, dan terus akan saya ingat untuk selamanya. Sebuah
pelajaran istimewa dan sangat berharga, yang kejadian semacam itu, hanya bisa saya jumpai
dalam literatur diskusi-diskusi lama. Tetapi saat itu saya betul-betul menjumpai dan sekaligus
merasakan dalam kehidupan nyata.

Pada hari itu, ada seseorang yang menemui saya. Saya agak heran karena saya tidak begitu
kenal dengan laki-laki yang masih muda tersebut. Ia memakai pakaian yang menunjukkan
sebagai seorang muslim. Setelah berbincang-bincang sebentar, saya mulai bisa menyimpulkan
bahwa ternyata ia adalah seorang kiai muda, yang cukup disegani didaerahnya. Di samping itu,
ia juga seorang da'i yang sering memberikan petuah di masyarakat sekitarnya.

Setelah beberapa saat kami terlibat dalam pembicaraan perkenalan, tiba-tiba ia mengajukan
pertanyaan, apakah saya masih punya seorang ayah? Saya jawab, oh iya, saya punya ayah.
Dimana beliau sekarang? "tanya lelaki itu. Beliau ada di rumah, tetapi beliau saat ini agak
sakit."Jawab saya.

Lelaki muda itu melanjutkan, saya ingin sekali bertemu dengan ayah anda, apakah bisa saya
bertemu dengan beliau? Kalau memang itu keinginan bapak, nanti kita bersama-sama menemui
ayah saya..." jawab saya.

Akhirnya, sekitar pukul empat sore saya bersama dengan orang itu menuju rumah, untuk
menemui ayah yang memang sedang sakit. Sesampai di rumah, langsung saja ia saya antar ke
kamar ayah, dimana saat itu ayah sedang berbaring atau bahkan lagi tidur.

Kami menunggu di sebelah pembaringannya, tidak berani mengganggu. Saya lihat orang itu
sesekali nampak berdo'a sambil berjongkok di dekat kaki ayah saya yang sedang tertidur. Saya
tidak tahu apa yang dido'akan oleh orang tersebut. Apakah ia mendo'akan agar ayah saya lekas
sembuh atau do'a yang lain.

Selang beberapa saat, tiba-tiba ayah saya membuka mata, beliau memandang ke arah saya,
dan juga ke wajah orang tersebut yang masih berjongkok di dekat kaki ayah saya.

Tiba-tiba ayah saya berkata perlahan kepada saya :''..nak, tolong ambilkan segelas air putih...
"saya bergegas ke belakang sambil bertanya kepada ayah. Apakah ayah lagi haus. Atau ingin
minum obat... ?" Oh, tidak. Ini kan ada tamu, ia ke sini mau mencari ilmu...," jawab ayah saya.
Saya heran dengan perkataan ayah.
Setelah saya ambilkan segelas air putih, oleh beliau air di gelas itu diberi do'a, dan diberikan
lagi ke saya, sambil beliau berkata チ E..berikan air putih ini kepadanya, kasihan, ia lagi
haus....Tolong, sampaikan kepadanya, bahwa dzikir itu letaknya di hati. Bukan di mulut, bahkan
mata berkedip itu dzikir, apabila hatinya ingat kepada Allah Swt. Setelah berkata begitu, ayah
saya langsung tidur lagi, seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu...チ E
Di kamar itu begitu sunyi, sehingga sangat jelasnya suara ayah saya. Saya tidak tahu
bagaimana perasaan orang itu mendengarkan dialog kami. Yang jelas ia tidak beranjak dari
tempatnya. Ia tetap berjongkok sambil menundukkan kepala.

Setelah saya menerima segelas air putih itu, saya berikan air itu kepada orang tersebut, dan ia
meminumnya sambil terus berjongkok. Saya lihat di sudut kelopak matanya ada setitik air mata,
yang dicobanya untuk tidak jatuh.

Setelah beberapa saat kami dalam kebisuan, ayah juga tidur dengan nyenyaknya. Sementara
kami juga tidak berani mengganggunya. Cukup lama kami menunggu. Tetapi ayah tetap tidak
bangun. Nampaknya beliau tertidur dengan begitu nyenyaknya. Setelah agak lama, orang itupun
mohon diri untuk pulang, sambil berkata kepada saya pelajaran yang saya cari sejak dulu, baru
ini saya mendapat ilmu yang sangat berarti bagi hidup saya. Tadi adalah pelajaran rahasia yang
tidak setiap orang bisa menangkapnya. Saya akui bahwa saya sering melakukan dzikir tetapi
rupanya yang saya lakukan itu salah. Saya berdzikir hanya sebatas mulut saja..."

Terima kasih, tolong sampaikan kepada beliau, saya tidak berani pamit, takut mengganggu
beliau yang saat ini sedang asyik berdzikir dalam tidurnya..."

Orang itu bangkit dan bergeser perlahan dari tempatnya, ia sangat takut mengganggu ayah
yang lagi tidur. Dan ia pun mengucap salam, sambil berjalan pulang...

Sungguh, saya masih terkesima dengan kejadian istimewa itu. Semoga apa yang disampaikan
ayah saya, meskipun hanya satu kalimat, akan menjadikan ilmu yang bermanfaat fid dunyaa wal
aakhirat... Amiin ya rabbal

===================================================================
Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar

Senin, 22 Februari 2010

Bidadari Dan Penjelasannya

“Ganjaran yang disediakan di sisi Alloh untuk orang yang mati syahid: Diampuni dosa-dosanya
sejak tetes pertama darahnya; diperlihatkan tempatnya di surga dan dijauhkan dari siksa kubur;
diamankan dari guncangan yang dahsyat; diletakkan di atas kepalanya mahkota dari permata
yaqut yang lebih baik dari dunia dan segala yang ada di dalamnya; dinikahkan dengan 72
bidadari; memberikan syafaat bagi 70 orang kerabatnya.” (HR. Ahmad, At Turmudzi – hadis
hasan, dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih).
Di antara sekian ganjaran yang Alloh swt janjikan bagi kaum beriman adalah mendapatkan
bidadari surga (huurun ‘ien). Banyak ayat dan hadits yang melukiskan sosok bidadari.
”Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik” (QS. Ar Rahmaan:
70). Bidadari-bidadari tersebut sangat baik akhlaknya dan sangat cantik wajahnya. Mereka selalu
sopan terhadap suaminya.
“Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya
(QS. Ash Shaaffaat: 48). “(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.”
(QS. Ar Rahmaan: 72). Mereka menundukkan pandangannya dari melihat pria selain suaminya
dan mereka menundukkan kakinya dari keluar rumah.

Nabi saw bersabda: ”Sesungguhnya pergi di jalan Alloh pada pagi hari atau sore hari adalah
lebih baik daripada dunia dan seisinya. Sungguh busur panah salah seorang dari kalian di surga
lebih baik daripada dunia dan seisinya. Kalau seorang bidadari surga datang ke dunia, pasti ia
menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi aroma yang harum semerbak.
Sungguh kerudung seorang wanita surga lebih baik daripada dunia dan seisinya” (HR Bukhari).

Adakah Bidadara bagi Perempuan Penghuni Surga?


Syaikh Abdullah bin Jibrin ditanya mengenai ayat Al Quran yang banyak memberi kabar gembira
bagi mukminin dengan balasan bidadari, sementara tidak disebutkan bidadara bagi mukminat.
Syaikh Abdullah bin Jibrin menjawab: “Kenikmatan Surga sifatnya umum untuk laki-laki dan
perempuan. Alloh berfirman: ‘Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang
beramal diantara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan’ (QS. Ali-Imran: 195). Ayat serupa
terdapat pula pada QS. An-Nahl: 97, An-Nisa’: 124, dan Al-Ahzab: 35.
Alloh menyebutkan bahwa wanita akan diciptakan ulang. ‘Sesungguhnya Kami menciptakan
mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan’ (QS. Al-Waqi’ah: 35-
36). Maksudnya mengulangi penciptaan wanita-wanita dunia dan menjadikan mereka perawan
kembali, yang tua kembali muda. Telah disebutkan dalam hadits bahwa wanita dunia mempunyai
kelebihan atas bidadari karena ibadah dan ketaatan mereka. Para wanita yang beriman masuk
Surga sebagaimana kaum lelaki. Jika wanita pernah menikah beberapa kali, dan ia masuk Surga
bersama mereka, ia diberi hak untuk memilih salah satu di antara mereka, maka ia memilih yang
paling baik diantara mereka.” (Dinukil dari Fatawal Mar’ah 1/13, yang dikutip dalam Al-Fatawa Al-
Jami’ah lil Mar’atil Muslimah, edisi bahasa Indonesia “Fatwa-fatwa tentang wanita”).
Syaikh Muhammad al-’Utsaymin ditanya tentang perempuan shalihah yang belum pernah
menikah di dunia atau ia menikah namun suaminya tidak masuk surga, lalu dengan siapa
perempuan shalihah tersebut menikah di surga nanti?
Beliau menjawab, “Jawaban atas pertanyaan ini dapat diambil dari keumuman firman Alloh
Ta’ala: ‘… Dan bagi kamu di dalamnya (akhirat) apa yang kamu inginkan dan bagi kamu (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta.’ (QS. Fushshilat: 31). Juga dalam QS. Az-Zukhruf: 71.
Maka niscaya perempuan shalihah tersebut akan mendapati bahwa di surga ada pria-pria (yang
siap menikah), yang mana pria-pria (dunia yang masuk surga) tersebut memiliki istri-istri dari
kalangan bidadari dan wanita-wanita dunia. Maka perempuan shalihah tadi, apabila ia ingin
menikah maka ia pasti akan mendapatkan apa yang ia inginkan tersebut.” [Fatawa al-'Aqidah,
hal. 312].
Beliau juga berkata, “… hanya disebutkan istri-istri bagi para lelaki di surga dan tidak disebutkan
suami-suami bagi para wanita, bukan berarti para wanita tersebut tidak memiliki suami (di surga).
Wanita-wanita tersebut tetap memiliki suami, yaitu lelaki dari kalangan anak Adam (lelaki dunia
yang masuk surga).” [Fatawa al-'Aqidah, hal. 313].
Bagi laki-laki dan perempuan beriman yang ditakdirkan tidak menikah di dunia, maka mereka
akan memperoleh suami/istri dari laki-laki dan perempuan dunia yang masuk ke surga. Karena di
dalam surga tidak ada yang melajang.
”Sesungguhnya rombongan yang pertama masuk surga, wajahnya seperti rembulan saat
purnama. Rombongan berikutnya, wajahnya bercahaya seperti bintang-bintang yang kemilau di
langit. Setiap orang dari mereka mempunyai dua istri di mana sumsum tulang betisnya bisa
dilihat dari luar. Di surga tidak ada yang melajang.” (HR Bukhari dan Muslim). Lelaki dunia
penghuni surga memiliki dua jenis istri: yaitu perempuan dunia yang masuk surga, dan bidadari
surga.

Perempuan Dunia yang Masuk Surga Lebih Utama daripada Bidadari


Sifat dan keindahan bidadari surga akan melekat pula pada perempuan-perempuan shalihah
yang memasuki surga.
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-
gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waaqi’ah: 35-37).
Ibnu Abbas berkata, “Wanita-wanita yang dimaksud adalah wanita-wanita dunia yang
(diantaranya ada yang) tua dan beruban.” Qatadah dan Sa’id bin Jubair berkata, “Mereka
diciptakan sebagai makhluk baru yang belum pernah ada sebelumnya”. Tafsir ini diperkuat hadits
Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Wanita-wanita surga adalah wanita-wanita
kalian yang dulunya sudah kabur penglihatannya dan kotor bulu alisnya” (HR. Ats Tsauri).
Apabila perempuan masuk surga, maka Alloh akan mengembalikan usia muda dan
kegadisannya.
Seorang wanita tua datang kepada Nabi Muhammad saw meminta didoakan agar masuk surga.
Nabi menjawabnya dengan sedikit bergurau: “Sesungguhnya tidak ada wanita tua yang masuk
surga.” Kemudian terdengar wanita tua itu menangis, lantas beliau saw bersabda, “Beritahu
wanita itu, bahwa dia tidak akan memasuki surga dalam keadaan tua. Saat itu adalah hari muda.”
Lalu beliau saw membacakan Al Waaqi’ah: 35-37. (HR. At-Tirmidzi, Al-Baihaqi, dan Ath-
Thabrani).
Ibnu Qayyim Al Jauzi berkata bahwa proses penciptaan langsung di surga (tanpa mengalami
proses kelahiran) dalam surat Al-Waqi’aah ayat 35, terjadi pada dua jenis wanita penghuni surga,
yaitu: bidadari-bidadari surga dan wanita-wanita dunia yang masuk surga. (Tamasya ke Surga.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Darul Falah: 2000 M).
Perempuan dunia yang masuk surga lebih mulia daripada para bidadari.
Ibnu Katsir saat membahas surat Al Waaqi’ah mengangkat hadits dari Abul Qasim ath Thabrani
yang meriwayatkan bahwa Ummu Salamah berkata, “Aku bertanya kepada Rasululloh saw,
‘Terangkan padaku tentang firman Alloh: uruban atrooban.’ Rasululloh menjawab, ‘Mereka
adalah perempuan-perempuan dunia, meskipun ketika wafat dalam keadaan tua renta, namun
Alloh swt menjadikan mereka perawan-perawan yang lemah lembut, muda dan sebaya, serta
besar rasa cintanya.’ Aku bertanya, ‘Ya Rasululloh, siapa yang lebih utama antara perempuan
dunia dan bidadari surga?’ Rasululloh menjawab, ‘perempuan-perempuan dunia (yang beriman)
lebih utama dari bidadari surga seperti keutamaan yang tampak dari yang tidak tampak, hal itu
karena ibadah dan ketaatan mereka di dunia, Alloh swt akan mengenakan cahaya pada mereka,
mereka kekal dan dalam keridhoan.’ Aku bertanya lagi, ‘Ya Rasululloh, ada salah seorang dari
kami menikah sampai empat kali. Jika dia masuk surga dan keempat suaminya pun masuk
surga, maka siapakah nanti yang akan menjadi pasangannya?’ Rasululloh saw menjawab,
‘Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu diapun memilih siapa di antara mereka
yang paling baik akhlaqnya. Lalu dia berkata, “Rabbi, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik
tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya” … ‘Wahai Ummu Salamah,
akhlaq yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.” (Lihat Tafsir Ibnu
Katsir dalam pembahasan surat Al-Waqi’aah).
Itulah mengapa para ulama menyatakan tidak ada bidadari lelaki (bidadara) di surga, karena
perempuan-perempuan dunia yang masuk surga akan menikahi laki-laki dunia yang masuk
surga. Sebagaimana Ibnu Katsir saat membahas surat At Tahriim menyebutkan hadits Bukhari
dan Muslim mengenai kesempurnaan Asiah istri Firaun, Maryam binti Imron, dan Khadijah binti
Khuwailid. Ibnu Katsir juga mengangkat hadits lain bahwa Asiah istri Firaun dan Maryam binti
Imron akan menjadi istri Rasululloh saw di surga bersama perempuan-perempuan yang menjadi
istri Rasululloh di dunia. Sedangkan bidadari-bidadari surga pada dasarnya hanyalah selir,
dayang dan pelayan. Sementara perempuan-perempuan dunia yang masuk surga yang akan
menjadi permaisuri, ratu dan istri utama dari laki-laki dunia yang masuk surga, mereka lebih
cantik, saleh, dan berakhlak mulia.
Imam Al-Qurthuby dalam kitab tafsirnya menyebutkan beberapa atsar bahwa wanita dunia saat
berada di surga akan jauh lebih cantik melebihi bidadari-bidadari surga, ini karena kesungguhan
mereka dalam beribadah kepada Alloh swt (Lihat Tafsir Al-Qurthuby).

Mencari Bidadari Dunia dan Akhirat


“Pada kemaluan isteri kalian ada sedekah.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ketika
kami menyalurkan syahwat kepada isteri akan mendapat pahala?” Rasulullah menjawab, “Jika
kamu menyalurkan pada yang haram, apakah terdapat dosa?” Sahabat menjawab, “Tentu.”
Rasulullah berkata, “Demikian pula halnya jika menyalurkan pada yang halal, dia mendapat
pahala.” (HR. Muslim). Ibnu Hajar dalam kitab Fath al-Bari (Syarah Shahih Bukhari) berkata,
“Imam Bukhari menujukan Bab man thalab al-walad li al-Jihad agar dalam melakukan hubungan
intim hendaknya diiringi niat untuk mendapatkan anak yang berjuang di jalan Alloh sehingga ia
mendapatkan pahala kendati tidak terwujud.”
Surga akhirat dapat dicapai dengan surga dunia, yaitu dengan menemukan istri shalihah yang
memberikan surga dunia sekaligus mengantarkan pada surga akhirat.
“Jika seorang hamba menikah maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya, dan
bertakwalah kepada Alloh terhadap separuh sisanya.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Ausath dan
Baihaqi dalam Asy-Sya’b, hadits hasan menurut Al-Albani dalam Shahih al-Jami’). “Barangsiapa
yang diberikan Alloh isteri yang shalihah, maka itu dapat membantunya terhadap separuh ajaran
agamanya. Maka bertakwalah kepada Alloh terhadap separuh yang lain.” (HR. Hakim).
Istri shalihah akan menjadi bidadari akhirat karena ketakwaannya (pada Alloh swt) dan
ketaatannya (pada suami). “Apabila wanita melaksanakan (kewajiban) sholat lima waktunya,
puasa (Ramadhan), menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia masuk surga” (HR.
Ahmad dan lainnya).
Seorang wanita datang pada Rasululloh saw lalu berkata: “Aku adalah utusan para wanita
kepada engkau untuk bertanya, jihad telah diwajibkan Alloh bagi kaum lelaki (dengan pahalanya
yang sangat besar) … , lalu bagaimana dengan pahala kami kaum wanita?” Nabi saw menjawab,
“Sampaikanlah pada para wanita bahwa taat kepada suami dan mengakui haknya itu sama
dengan jihad di jalan Alloh, dan sedikit sekali diantara kamu yang melakukannya” (HR. Al Bazzar
dan Thabrani). “Jika suami memanggil isterinya ke tempat tidur lalu ia enggan mendatanginya
sehingga suami marah, maka malaikat akan mengutuknya hingga pagi.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Demikianlah seorang wanita shalihah mampu membuat cemburu para bidadari karena
perjuangannya di dunia.
“Wanita adalah rais (pemimpin/pengelola) dalam rumah suaminya dan bertanggungjawab atas
pengelolaannya” (HR. Bukhari dan Muslim). Asma binti Abu Bakar berkata: “Ketika Zubeir
menikah denganku ia tidak mempunyai harta atau sesuatu yang lain kecuali kuda dan unta, maka
akulah yang memberi makan, merawatnya, menumbukkan biji kurma untuk untanya, memberi
minum, menjahit timbanya, membuat adonan tepung, dan aku membawa biji kurma di atas
kepalaku sejauh sepertiga farsakh (sekitar satu jam perjalanan kaki) sehingga Abu Bakar pernah
mengirimkan seorang khadim. Maka mengurus kuda adalah menjadi tugasku … ” (HR. Bukhari).
Namun tetap ada batasan ketaatan istri terhadap suami. “Tidak boleh taat kepada makhluk dalam
bermaksiat kepada Khaliq (Alloh)” (HR. Ahmad dan Hakim).

Agar Menjadi Lelaki Penghuni Surga


“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau ridha akan agama dan akhlaqnya, maka
nikahkanlah (putrimu) dengannya, jika kamu tidak menerima (lamarannya) niscaya terjadi fitnah
di bumi dan kerusakan yang luas” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Merugilah orang tua atau perempuan yang mengejar lelaki hanya karena kekayaan atau
penampilannya. Suami idaman (calon penghuni surga) ialah yang berkarakter kokoh,
pemahaman agama yang baik untuk membimbing keluarganya, dan berakhlak mulia sehingga
tidak menyakiti istrinya ketika sedang marah.
“Mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling baik akhlaknya, dan orang
yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya” (HR. Turmudzi).
“Takutlah kepada Alloh dalam (memperlakukan) wanita karena kamu mengambil mereka dengan
amanat Alloh, dan engkau halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Alloh. Dan kewajibanmu
adalah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan baik” (HR. Muslim).
Suami ideal, yang menjadi pendamping perempuan penghuni surga, adalah suami yang
membimbing dan menafkahi istrinya.
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Alloh telah melebihkan
sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An Nisaa’: 34).
“Apa yang kamu nafkahkan terhadap keluargamu, maka kamu mendapatkan pahala atasnya
sekalipun (kamu miskin sehingga) yang dimakan isterimu hanya satu suap.” (HR. Muttafaq alaih).
“Satu Dinar yang kamu nafkahkan pada jalan Alloh, satu Dinar yang kamu nafkahkan kepada
budak, satu Dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin, satu Dinar yang kamu
nafkahkan kepada keluargamu, maka pahala yang paling besar adalah apa yang kamu
nafkahkan terhadap keluargamu.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Suami tersebut harus memiliki ghirah dan tidak memberi peluang terjadinya fitnah pada istri.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu” (QS. At Tahrim: 6). Nabi saw bersabda: “Janganlah kalian
(lelaki) masuk ke tempat wanita.” Sahabat bertanya, “Bagaimana kalau saudara ipar?” Nabi
menjawab, “ipar itu maut (berbahaya)” (HR. Bukhari).
Suami pun harus berdiskusi dengan istri dalam proses pengambilan keputusan.
“Bermusyawarahlah dengan wanita (istri) dalam urusan lamaran anak mereka” (HR. Ahmad dan
Abu Dawud).
Suami juga harus memberikan kesempatan untuk istri berceria dan beraktualisasi. Istri dapat
jenuh karena terus menerus berada di rumah, karena itu para suami harus dapat memberi
hiburan dan rekreasi bagi istrinya. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bila
hendak safar, beliau mengundi di antara para istrinya, siapa yang akan diajak dalam safar
tersebut.
Dan yang tak ketinggalan ialah suami pun harus dapat membantu pekerjaan istrinya.
Aisyah pernah ditanya apa yang dilakukan Nabi saw di rumah, Aisyah berkata, “Adalah Nabi saw
membantu pekerjaan istrinya, menyapu rumahnya, menambal pakaiannya, menjahit sandalnya,
dan memerah kambingnya, maka apabila tiba waktu sholat ia pergi melakukan sholat” (HR.
Bukhari).

Cinta Sejati: Suami-Isteri Dunia dan Akhirat


Alloh swt berfirman, “Surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan
orang-orang saleh dari orangtuanya, isteri-isterinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra’d: 23).
”Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan.” (QS. Az-Zukhruf:
70).
Alloh swt berfirman (dalam hadits qudsi), “Kecintaanku terwujud kepada dua orang yang saling
mencintai karenaku.” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani, dan Hakim dari Ubadah bin Shamit dan
dishahihkan al-Albani dalam kitab Shahih al-Jami’). Alloh juga berfirman (dalam hadits qudsi), “Di
mana orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku. Hari ini (di Padang Mahsyar) Aku
memberikan naungan-Ku kepada mereka, pada hari ketika tidak ada naungan selain naungan-
Ku.” (HR. Muslim).
Jika tingkat keimanan antara suami dan istri tidak sama maka mereka tidak dapat bersanding
karena berada di level surga yang berbeda. Ibnu Katsir dalam tafsir surat Al Haaqqah
menyebutkan hadits shahih dari Ibnu Abi Hatim bahwa penduduk surga tingkat yang atas dapat
mengunjungi penduduk surga di tingkat bawahnya namun penduduk surga tingkat yang bawah
tidak dapat mengunjungi penduduk surga di tingkat atasnya.
Maka cinta sejati diperoleh dengan kerjasama dalam urusan dunia dan akhirat, sehingga berada
dalam keimanan yang sama.
Nabi saw bersabda: “Semoga Alloh memberikan rahmat kepada seseorang yang bangun malam
kemudian sholat dan membangunkan istrinya lalu ia pun sholat, jika istri enggan ia percikkan air
dimukanya. Dan semoga Alloh swt memberikan rahmat kepada istri yang bangun malam
kemudian sholat dan membangunkan suaminya lalu ia pun sholat, jika suami enggan ia
percikkan air dimukanya” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).
Para istri generasi salaf biasa berkata pada suaminya: “Takutlah pada Alloh, janganlah engkau
mencari rizki yang haram karena kami mampu menahan lapar, tetapi kami tak akan mampu
menahan siksa neraka.” (Pengantin Islam. Abdullah Nashih Ulwan. Al Ishlahy Press. 1993:
Jakarta).
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Alloh menjadikan
padanya kebaikan yang banyak.” (An Nisaa’: 19).
Ujian eksternal dapat diatasi jika internal rumah tangganya solid. Sedangkan ujian internal yang
dominan ialah adanya sifat-sifat pasangan yang tidak disukai. Jika sifat itu merupakan hal buruk
maka harus diubah secara hikmah, dan baik suami maupun istri harus mau mengubah kebiasaan
buruknya. Namun ada juga sifat yang merupakan keunikan karakter, dan ayat di atas menjadikan
kesabaran sebagai solusi.
Dari Aisyah: “Tidak pernah keluarga Muhammad saw makan sampai kenyang dengan roti
gandum untuk tiga malam berturut-turut sejak kedatangan mereka di Madinah hingga wafatnya”
(HR Muslim). Nabi Muhammad saw dan keluarganya hidup sangat sederhana, namun mereka
menjadi qudwah bahwa orang-orang miskin pun bisa bahagia. Karena kebahagiaan berada di
ketenangan hati (QS. Al Fajr: 27 – 30).
“… Jika mereka miskin Alloh akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Alloh Maha
luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32).
Kendala ekonomi bukanlah penghambat menikah. Ketika kedua pasangan sepakat bahwa tujuan
utama mereka adalah mendekatkan diri pada Alloh swt, maka masalah ekonomi, ego keluarga,
dan ejekan orang lain akan dapat ditepis. Sehingga mendapatkan istri shalihah merupakan faktor
utama keberlangsungan pernikahan.
“Perempuan itu lazimnya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena (kemuliaan)
keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah perempuan yang
memiliki agama, (jika tidak) maka binasalah engkau” (HR. Bukhari dan Muslim).
“… wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Alloh lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Alloh telah memelihara (mereka) …” (QS. An Nisaa’: 34). “Tidak ada manfaat
yang lebih baik bagi seorang Mukmin setelah takwa kepada Alloh selain dari pada isteri yang
salehah. Jika memerintah padanya, ia mematuhinya. Jika memandang padanya, ia
menggembirakannya. Jika suaminya tidak ada di sisinya, ia menjaga harta dan dirinya.” (HR.
Ibnu Majah).
Calon istri ideal tidak harus cantik atau kaya. Calon istri idaman ialah yang berkarakter kokoh,
sholihah sebagaimana disampaikan dalam ayat dan hadits di atas. Dia tidak menjadikan harta
sebagai ukuran, dia siap untuk berjuang bersama, dan dialah yang akan menjadi bidadari
tercantik di surga.
Karena sesungguhnya dunia itu sementara dan sangat singkat. “Pada hari mereka melihat hari
berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di
waktu sore atau pagi hari.” (QS. An Naazi´aat: 46).
Sedangkan akhirat adalah abadi, yang satu harinya adalah 1000 tahun waktu dunia.
“Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
(QS. Al Hajj: 47).
Wallohu A’lam BishShowab

Anda mungkin juga menyukai