DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS KIMI
Jl. Poros Nabire-Samabusa, Nabire-Papua Tengah. Kode Pos : 98833
e-mail: puskesmaskimi@gmail.com
A. Pendahuluan
Upaya perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu amanant undang-undang
kesehatan Nomor 36 tahun 2009. Upaya perbaikan gizi ditujukan untuk peningkatan
mutu gizi perseorangan dan masyarakat yang dilakukan pada seluruh siklus kehidupan
sejak dalam kandungan sampai lanjut usia, dengan prioritas pada kelompok rawan
yaitu bayi, dan balita, remaja perempuan, ibu hamil dan ibu menyusui. Di dalam
Perpres Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020 – 2024 salah satu dari lima arah
kebijakan bidang kesehatan adalah percepatan pemeratan gizi masyarakat.
Stunting adalah gambaran kondisi kegagalan tubuh secara patologis dalam
mencapai potensi pertumbuhan linear sesuai usianya (Gibson, 2005). Stunting
mencerminkan kondisi kronis dari terhambatnya pertumbuhan karena kurang gizi
dalam jangka panjang (WHO, 2010). Menurut WHO Child Growth Standart stunting
didasarkan pada indeks Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut umur (PB/U) atau
(TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 Standar Deviasi (SD).
Gangguan pertumbuhan linear atau stunting ini banyak terjadi pada kelompok usia
1-2 tahun (1000 HPK) (Gibson, 2005). Hal tersebut dikarenakan balita merupakan
kelompok rawan gizi yang dalam periode ini mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sangat pesat sehingga harus diimbangi dengan asupan zat gizi sesuai
dengan kebutuhannya. (Kartasapoetra dkk, 2010).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting terbagi menjadi dua
yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung yang menyebabkan
malnutrisi baik itu stunting adalah intake zat gizi dan penyakit infeksi, serta faktor
tidak langsung dapat disebabkan karena ketersediaan pangan di rumah tangga,
pola asuh, fasilitas kesehatan, sanitasi lingkungan. Keadaan ekomomi, sosial politik
pula menjadi dasar permasalahan malnutrisi yang tidak kunjung usai (UNICEF,
1990).
B. Latar Belakang
Masyarakat milenial pada saat ini masih banyak menghadapi masalah gizi. Salah
satu masalah gizi yang dihadapi adalah stunting. Tingginya angka prevalensi stunting
Kabupaten Serang berdasarkan Riskesdas tahun 2018 yakni sebesar 28,8% dan
berdasarkan Surveilans Gizi e-PPGBM tahun 2023 sebesar 19,9% hal ini termasuk
kategori masalah kesehatan masyarakat. Untuk target tahun nasional 2024 angka
stunting di bawah 14 %
Oleh karenanya upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah dan
mengurangi gangguan secara lansung (intervensi gizi spesifik) dan upaya untuk
mencegah serta mengurangi gangguan secara tidak langsung (intervensi gizi sensitif).
Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di Program kesehatan, namun hanya
berkontribusi 30%, sedangkan 70%-nya merupakan kontribusi intervensi gizi sensitif
yang melibatkan berbagai Program seperti ketahanan pangan, ketersediaan air bersih
dan sanitasi, penanggulangan kemiskinan, pendidikan, sosial dan sebagainya. Upaya
intervensi gizi spesifik untuk balita pendek difokuskan pada kelompok 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Anak 0-23 bulan,
karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK.
Untuk mengatasi permasalahan kronis ini diperlukan kerja sama lintas Program
yang aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebagai tindak lanjut
puskesmas merupakan penanggung jawab penyelenggaraan upaya kesehatan tingkat
pertama menjadi penggerak utama di masyarakat dalam penanggulangan masalah gizi
yaitu dengan melakukan kegiatan sosialisasi dan penggalangan komitmen semua
lintas Program yang terkait dalam penurun stunting di Puskesmas Kimi .
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pemberian makanan tambahan balita stunting untuk meningkat asupan makanan
tinggi kalori dan protein guna mengejar tumbuh balita stunting mencapai tinggi
badan yang normal.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya program pencegahan dan penurunan stunting melalui intervensi
gizi spesifik.
b. Terjalinya koordinasi lintas program di Puskesmas dalam upaya percepatan
penurunan angka stunting di wilayah kerja Puskesmas Kimi
c. Penurunan angka stunting signifikan setelah dilakukan intervensi selama 90 hari
D. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan