Anda di halaman 1dari 6

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PEMBERIAN PMT LOKAL BUMIL KEK

I. PENDAHULUAN

Salah satu sasaran prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas. Status gizi yang baik pada ibu hamil dan balita merupakan salah satu faktor
penentu untuk keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia. Pencegahan terjadinya
masalah gizi pada ibu hamil dan anak, merupakan hal penting dilaksanakan mulai dari
menjaga kesehatan dan status gizinya saat sebelum dan selama kehamilan, dilanjutkan
pada masa menyusui, semua bayi mendapat ASI eksklusif, semua baduta (bawah dua
tahun) mendapat Makanan Pendamping ASI tinggi protein hewani serta memastikan
setiap anak balita mengkonsumsi makanan keluarga dengan nilai gizi yang sesuai
kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya

II. LATAR BELAKANG


Pembangunan sumber daya manusia berkualitas merupakan amanat prioritas
pembangunan nasional. Status gizi yang baik merupakan salah satu faktor
penentu untuk keberhasilan pembangunan sumber daya manusia. Ibu hamil dan
Balita merupakan salah satu kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian
khusus, karena dampak jangka panjang yang ditimbulkan apabila mengalami
kekurangan gizi. Selain itu, usia balita merupakan periode pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dan rawan terhadap kekurangan gizi. Begitu
pula dengan Ibu hamil, apabila Ibu hamil mengalami kekurangan gizi akan
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin yang berisiko untuk melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah (BBLR) dan atau stunting.
Masalah gizi Balita di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan Survei Status
Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 prevalensi balita wasting sebesar 7,7% dan
Balita stunting 21,6%. Sedangkan data Riskesdas (2018) menunjukkan prevalensi
risiko KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) sebesar 14,1%, sedangkan pada Ibu
hamil sebesar 17.3%. Selain itu prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9%.
Masalah gizi disebabkan oleh berbagai faktor. Kekurangan asupan makanan
bergizi dan atau seringnya terinfeksi penyakit menjadi salah satu penyebab
langsung terjadinya masalah gizi. Pola asuh yang kurang tepat, kurangnya
pengetahuan, sulitnya akses ke pelayanan kesehatan, kondisi sosial ekonomi juga
berpengaruh secara tidak langsung terhadap akses makanan bergizi dan layanan
kesehatan.
Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) tahun 2014, masih terdapat 48,9%
Balita memiliki asupan energi yang kurang dibanding Angka Kecukupan Energi
yang dianjurkan (70%- <100% AKE) dan 6,8% Balita memiliki asupan energi yang
sangat kurang (<70% AKE). Selain itu, 23,6% balita memiliki asupan protein yang
kurang dibandingkan Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan (<80% AKP).
Selain kurangnya asupan energi dan protein, jenis makanan yang diberikan pada
Balita juga kurang beragam. Berdasarkan SSGI 2021, proporsi makan beragam
pada baduta sebesar 52,5%. Infeksi pada balita juga cukup tinggi, yaitu proporsi
Balita mengalami diare sebesar 9,8% dan ISPA sebesar 24,1% (SSGI 2021).
Sementara itu, lebih dari separuh Ibu hamil memiliki asupan energi sangat
kurang (<70% angka kecukupan energi) dan sekitar separuh Ibu hamil juga
mengalami kekurangan asupan protein (<80% angka kecukupan yang dianjurkan).
Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi pada Ibu hamil juga dilakukan
melalui Antenatal Care Terpadu (ANC Terpadu). Berdasarkan Riskesdas 2013
dan 2018, cakupan pelayanan ANC Ibu hamil (K4) cenderung meningkat yaitu dari
70% menjadi 74,1%. Untuk mencapai target 100% pada tahun 2024, cakupan
pelayananANC masih perlu ditingkatkan.
Intervensi gizi dalam pelayanan ANC Terpadu diantaranya pengukuran
status gizi (timbang badan dan ukur panjang/tinggi badan, ukur Lingkar Lengan
Atas (LiLA), pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), konseling gizi dan edukasi
kepada Ibu hamil tentang pentingnya konsumsi makanan bergizi selama
kehamilan.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal merupakan
salah satu strategi penanganan masalah gizi pada Balita dan ibu hamil. Kegiatan
PMT tersebut perlu disertai dengan edukasi gizi dan kesehatan untuk perubahan
perilaku misalnya dengan dukungan pemberian ASI, edukasi dan konseling
pemberian makan, kebersihan serta sanitasi untuk keluarga.
Kegiatan PMT berbahan pangan lokal diharapkan dapat mendorong
kemandirian pangan dan gizi keluarga secara berkelanjutan. Indonesia
merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam keragaman hayati. Setidaknya
terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 30 jenis ikan, 6 jenis daging, 4 jenis unggas;
4 jenis telur, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buahbuahan, 228 jenis sayuran,
dan 110 jenis rempah dan bumbu (Badan Ketahanan Pangan, 2020 dan Neraca
Bahan Makanan, 2022). Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan
pangan lokal sangat terbuka luas termasuk untuk penyediaan pangan keluarga,
termasuk untuk perbaikan gizi Ibu hamil dan balita. Namun demikian ketersediaan
bahan pangan yang beraneka ragam tersebut belum dimanfaatkan secara
maksimal sebagai bahan dasar Makanan Tambahan (MT).
Kementerian Kesehatan RI menyediakan pembiayaan untuk pelaksanaan
kegiatan PMT berbahan pangan lokal melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non
Fisik. Namun demikian, pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan serupa dapat
berasal dari berbagai sumber. Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan tersebut,
telah disusun Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Berbahan
Pangan Lokal Bagi Balita dan Ibu Hamil.
III. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Meningkatnya status gizi ibu hamil KEK melalui pemberian makanan tambahan
berbasis pangan lokal sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

2. TUJUAN KHUSUS
a. Tersedianya petunjuk teknis penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
berbasis pangan lokal dan edukasi perbaikan pola konsumsi untuk ibu hamil KEK
b. Dimanfaatkannya petunjuk teknis Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis
pangan lokal sebagai acuan dalam penyelenggaraan kegiatan penanganan ibu hamil
KEK
c. Terlaksananya kegiatan pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal bagi ibu
hamil KEK sesuai dengan standar.
d. Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan pemberian makanan tambahan
berbasis pangan lokal bagi ibu hamil KEK

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

NO Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan


1 Perencanaan Membentuk tim pelaksana
Penetapan lokasi
Penyusunan rencana anggaran kegiatan
Verifikasi dan penetapan data sasaran
penerima MT
Penyusunan siklus menu sesuai standar
Penyusunan Kerangka Acuan
Pelaksanaan Kegiatan

2 Persiapan Sosialisasi Kegiatan


Pembekalan sumber daya terlibat
3 Pelaksanaan Pembelian bahan makanan
Pengolahan makanan
Penyiapan makanan yang aman
Pencatanan dan pelaporan

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


PMT lokal diberikan petugas gizi ke sasaran melalui kader sesuai dengan sasaran yang
telah ditentukan untuk 90 hma. Monitoring dan evaluasi mengenai BB dan LILA, daya
terima dan permasalahan dilakukan setiap bulan melalui kader posyandu

VI. SASARAN
Sasaran penerima PMT adalah semua ibu hamil KEK (LiLA<23,5 cm)
VII. PERAN LINTAS SEKTOR DAN LINTAS PROGRAM
1. Lintas Program
No Lintas program Peran
1. Dokter Screening Kesehatan ibu hamil KEK
2. Bidan desa Memantau Kesehatan ibu hamil KEK dan pengukuran
antropometri
3. Kesling Memberikan konseling tentang kesehatan lingkungan
2. Lintas Sektor
No Lintas Sektor Peran
1. Kepala Desa Mendukung dalam pemberian PMT
2. Kader Mempermudah dalam pemberian PMT dengan
menunjukkan rumah balita sasaran,

VIII. JADWAL KEGIATAN DAN PEMBIAYAAN

2023
NO KEGIATAN
jan feb mar apr mei jun jul agus sept okt nop des

PMT local
1. ibu hamil x x x
KEK

PEMBIAYAAN

Kegiatan sosialisasi PMT Lokal di biayai dari dana BOK Tahun 2023

IX. TATA NILAI

Tata Nilai : “Ber-AKHLAK”

1. Berorientasi pada pelayanan


- Melayani masyarakat dengan ramah, cekatan, solutif dan dapat diandalkan

- Melakukan perbaikan pada pelayanan kesehatan

2. Akuntabel
- Melaksanakan tugas dan kegiatan dengan jujur, bertanggungjawab, cermat ,
disiplin dan berintegritas tinggi
- Menggunakan sarana prasarana penyuluhan Puskesmas secara
bertanggungjawab, efektif dan efisien

- Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan


3. Kompeten
- Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab permasalahan di masyarakat
- Memberikan informasi kepada masyarakat

- Melaksanakan tupoksi korpel dengan kualitas terbaik

4. Harmonis
- Menghargai masyarakat apapun latar belakangnya
- Ringan tangan menggerakkan kinerja Linsek dan kader

- Membangun suasana pertemuan yang kondusif

5. Loyal
- Memegang teguh ideologi negara dan tupoksi koordinator pelaksana program
- Mengerjakan tugas dan kegiatan pelaksana program pada masyarakat dengan
baik

- Menjaga nama baik Puskesmas

6. Adaptif
- Cepat menyesuaikan diri menghadapi program promkes
- Terus berinovasi & mengembangkan kreatifitas untuk keberlangsungan
program promkes

- Bertindak pro aktif dalam melakukan advokasi kepada linsek

7. Kolaboratif

- Memberi kesempatan kepada pemangku kepentingan/fasilitator untuk


bekerjasama

X. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

a. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan segera setelah pelaksanaan


pertemuan, melalui indikator tepat waktu, tepat sasaran, tepat materi.

b. Pelaporan dicatat pada buku kerja dan laporan hasil kegiatan sebagai bahan
monitoring bulanan capaian kinerja Gizi

XI. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

a. Pencatatan dan Pelaporan dilakukan petugas pelaksana setiap selesai


melaksanakan kegiatan yang dituang pada buku kerja

b. Pencatatan dan Pelaporan dimonitoring bulanan oleh penanggungjawab UKM


melalui indikator PKP
c. Evaluasi dilakukan jika ada balita yang tidak naik BB setelah PMT selesai
diberikan apakah ada penyakit penyerta / tidak, bagaimana daya terima PMT

d. Hasil pemberian PMT direkap, kemudian dilaporkan ke sie gizi Dinas


Kesehatan Kabupaten Ngawi setelah kegiatan selesai dilakukan

Anda mungkin juga menyukai