Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

CEGAH STUNTING PADA KELOMPOK BERESIKO ( CS- KOBER )


PUSKESMAS MONTASIK

A. PENDAHULUAN

Salah satu sasaran prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah pembangunan sumber daya manusia yang
berkualitas. Status gizi yang baik pada ibu hamil dan balita merupakan salah satu
faktor penentu untuk keberhasilan pembangunan sumber daya manusia.
Pencegahan terjadinya masalah gizi pada ibu hamil dan anak, merupakan hal
penting dilaksanakan mulai dari menjaga kesehatan dan status gizinya saat
sebelum dan selama kehamilan, dilanjutkan pada masa menyusui, semua bayi
mendapat ASI eksklusif, semua baduta (bawah dua tahun) mendapat Makanan
Pendamping ASI tinggi protein hewani serta memastikan setiap anak balita
mengkonsumsi makanan keluarga dengan nilai gizi yang sesuai kebutuhan untuk
pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita terutama 1000 Hari
Pertama Kehidupan sangat pesat demikian pula perkembangan kognitifnya. Ibu
hamil dan balita merupakan kelompok rawan gizi yang perlu mendapat perhatian
khusus dikarenakan dampak jangka panjang yang ditimbulkan apabila mereka
menderita kekurangan gizi.

B. LATAR BELAKANG

Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi akan mempengaruhi proses tumbuh
kembang janin, berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Bayi
berat lahir rendah bilamana tidak mendapatkan penanganan yang sesuai standar
seperti halnya balita dengan kekurangan gizi akan berisiko stunting.
Prevalensi ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis 17,3% (Riskesdas 2018) dan
target RPJMN 2024 turun menjadi 10% dilain pihak prevalensi anemia ibu hamil
dari sumber yang sama 48,3%. Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI)
2021 prevalensi balita kurus 7,1% dan stunting 24,4%. Perlu penanganan yang
komprehensif dan terintegrasi untuk menangani masalah kekurangan gizi baik
pada ibu hamil maupun balita.
Penyebab kurang energi kronis pada ibu hamil bisa terjadi sebelum hamil (sejak
remaja puteri atau pra konsepsi) atau pada saat hamil yang disebabkan karena
asupan pangan yang tidak adekuat, penyakit yang diderita, tidak memadainya
akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, kerja fisik yang berlebih, air bersih dan
higiene sanitasi yang buruk atau kombinasi diantaranya. Berdasarkan SSGI 2021,
proporsi makan beragam pada baduta sebesar 52,5% dengan mulai konsumsi
MPASI

1
Kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi dengan memanfaatkan
potensi pangan lokal dan edukasi pola konsumsi makanan bergizi diharapkan akan
memperbaiki keluarga dan masyarakat agar mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang dan berlangsung secara berkelanjutan.
Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam keragaman hayati.
Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389
jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu-
bumbuan (Badan Ketahanan Pangan, 2020). Hal tersebut menunjukkan bahwa
potensi pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas untuk penyediaan pangan
keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi balita dan ibu hamil. Dari hasil study,
PMT berbasis kearifan lokal lebih efektif (Amalia, 2021), disertai dengan konseling
gizi dan pendampingan.
Untuk Kecamatan Montasik pada tahun 2022 jumlah balita yang menjadi
sasaran sebanyak 1581 orang, sasaran ibu hamil 345 orang dengan prevalensi ibu
hamil dengan kurang energi kronis sebesar 11,8 %, ibu hamil dengan anemia
sebesar 9 %, bayi BBLR sebesar 11 %, Balita wasting sebesar 9 % dan balita
stunting sebesar 19,2 % , dan diikuti dengan banyaknya balita yang beresiko
bermasalah gizi seperti balita yang tidak naik berat badan, balita 2 kali berturut-
turut tidak naik berat badan. Angka-angka tersebut menunjukkan harus di
lakukan penanganan segera. Berdasarkan hal tersebut, maka puskesmas Montasik
khususnya program gizi melakukan kegiatan inovasi untuk mengatasi hal tersebut
dan dengan melibatkan muspika dan perangkat desa seperti ibu PKK desa dan
kader maka di laksanakan kegiatan dengan nama CEGAH STUNTING PADA
KELOMPOK BERESIKO ( CS – KOBER ) dengan praktek pemberian makan bayi
dan anak ( PMBA ) di desa.

C. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Mencegah bertambahnya angka balita stunting dengan mencegah resiko


stunting pada kelompok-kelompok beresiko.

b. Tujuan khusus

1. Terlaksananya kegiatan praktek PMBA di desa untuk kelompok ibu hamil dan
balita .
2. Adanya penurunan jumlah balita yang tidak naik berat badan T dan 2T .
3. Adanya penurunan kasus stunting
4. Adanya peningkatan kerja sama lintas sector untuk pencegahan stunting

2
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

No Kegiatan pokok Rincian Kegiatan


1. Membuat persiapan 1. Melakukan Analisa data balita dengan masalah
gizi dari tahun 2022
2. mencari akar permasalahan
3. menentukan kegiatan
4. mengusulkan dalam rencana usulan kegiatan (
RUK )
2. Melakukan pendekatan 1. koordinasi dengan camat
dengan lintas sector 2. pemaparan di lokmin lintas sector
3. koordinasi dengan ibu PKK kecamatan dan ibu
PKK desa
3. Penyusunan kegiatan 1. menetapkan langkah-langkah pelaksanaan
kegiatan
2. membagi peran bantu dengan linsek
3. sosialisasi kegiatan lintas program dan bidan
desa
4. penetapan tim pelaksana
5. Penyusunan jadwal kegiatan
4. Pelaksanaan kegiatan 1. bahan praktek disiapkan oleh kader dan ibu
pkk desa
2. materi dan penyampaian materi oleh petugas
3. pendampingan oleh muspika dan perangkat
desa
5. Monitoring dan Evaluasi 1. memonitor jadwal dan pelaksanaan
kegiatan 2. membuat laporan hasil kegaiatan
3. menilai hasil penimbangan setelah selesai
kegiatan dengan menilai persentase T dan 2T
4. rencana tindak lanjut

E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Kegiatan inovasi untuk mencegah dan menurunkan angka stunting “ CEGAH


STUNTING PADA KELOMPOK BERESIKO ( CS-KOBER ) DENGAN PRAKTEK
PMBA DI DESA “ dilakukan dengan :
1. melakukan Analisa data hasil capaian tahun 2022 berupa angka stunting, wasting,
berat badan kurang, T dan 2T.
2. melakukan Analisa data ibu hamil dengan masalah gizi seperti anemia dan KEK
3. Menetapkan kegiatan
4. melakukan koordinasi dengan lintas sector untuk mendukung kegiatan dan
membantu dalam menyiapkan bahan praktek untuk kegiatan.
5. Menyusun jadwal kegiatan untuk 30 desa diwilayah kerja puskesmas Montasik

3
6. Kegiatan dilaksanakan selama 2 bulan
7. Kegiatan dilaksanakan oleh tim yang telah di bentuk Bersama lintas sektor

F. SASARAN KEGIATAN

Sasaran kegiatan CEGAH STUNTING PADA KELOMPOK BERESIKO ( CS-KOBER )


DENGAN PRAKTEK PMBA DI DESA, yaitu keluarga dengan balita beresiko dan ibu
hamil serta masyarakat yang mendukung PMBA di 30 desa dalam wilayah kerja
puskesmas Montasik

G. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

N 2022 2023
Kegiatan
o 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Membuat √ √ √
persiapan
2 Melakukan √ √ √
pendekatan
dengan lintas
sector
3 Penyusunan √
jadwal kegiatan
4 Pelaksanaan √ √
kegiatan

5 Monitoring dan √ √
Evaluasi
kegiatan

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi kegiatan CEGAH STUNTING PADA KELOMPOK BERESIKO ( CS-KOBER )


DENGAN PRAKTEK PMBA DI DESA, dilakukan dengan :
1. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melihat hasil pengukuran antropometri
khususnya berat badan mulai bulan Oktober 2023
2. Pelaksana evaluasi kegiatan dilakukan dari tingkat desa bidan desa, sedangkan di
tingkat kecamatan dilakukan oleh petugas gizi
3. Pelaporan evaluasi kegiatan di buat berupa laporan kegiatan dan hasil kegiatan akan
disampaikan kepada kepala puskesmas dan akan diteruskan ke lintas sector.
4. Hasil pengukuran antropometri akan di Analisa kembali untuk rencana tindak lanjut

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

4
Pelaksana kegiatan CEGAH STUNTING PADA KELOMPOK BERESIKO ( CS-KOBER )
DENGAN PRAKTEK PMBA DI DESA dilakukan pencatatan dan pelaporan berupa pelaporan
hasil imputan EPPGBM, laporan penimbangan di desa, Analisa hasil pengukuran bulanan.
Pelaporan di buat oleh petugas gizi dan dilaporkan kepada kepala puskesmas dan
lintas sector.
Untuk evaluasi kegiatan di buat format khusus yang dapat memudahkan kegiatan
pemantauan dan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai