Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting adalah masalah gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek
serta perkembangan otak yang terhambat (Kemenkes., 2020). Berdasarkan
hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting di Indonesia
tahun 2021 adalah 24.4% dan di Provinsi Riau adalah 22.3%. Prevalensi
stunting di Kabupaten Bengkalis mencapai 8.43% dengan kecamatan yang
memiliki prvalensi tertinggi adalah Rupat Utara sebesar 20.02%.
Beberapa penyebab stunting diantaranya adalah kurangnya asupan
protein pada balita dan ibu hamil, kurangnya pengetahuan ibu tentang
kesehatan dan gizi pada masa kehamilan, kurangnya pengetahuan ibu tentang
pemberian makan bayi dan anak serta kurangnya akses air bersih dan sanitasi
(Kemenkes., 2020). Faktor risiko yang dapat menyebabkan stunting di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tanjung Medang adalah asupan protein yang
tidak terpenuhi sebanyak (35%), ibu hamil KEK (19.5%), ibu hamil anemia
(23%), bayi BBLR (4.5%), dan ASI Eksklusif (12.7%).
Kecamatan Rupat Utara memiliki hasil perikanan yang besar namun
hasilnya tidak dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar dikarenakan hasil
perikanan tersebut di ekspor ke luar negeri (Malaysia). Namun, terdapat salah
satu bahan pangan lokal yang murah, mudah didapat dan tinggi protein tapi
jarang diberikan kepada balita dan ibu hamil dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam pengolahan bahan pangan tersebut, bahan
pangan yang dimaksud adalah buah tanah (geloina expansa).
Buah tanah (geloina expansa) adalah salah satu makanan kesukaan suku
akit yang merupakan mayoritas suku di Kecamatan Rupat Utara. Menurut
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (2011) jumlah suku akit di
Kecamatan Rupat Utara berjumlah 5.043 keluarga.

1
Buah tanah (geloina expansa) banyak ditemukan di hutan magrove
Kecamatan Rupat Utara. Buah tanah (geloina expansa) merupakan famili
kerang-kerangan yang memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 7.06 gr -
16.8 gr. kandungan protein buah tanah (geloina expansa) yang merupakan
famili kerang-kerangan setara dengan kandungan protein hewani lainnya
seperti telur ayam (12.4 gr), ikan tenggiri yaitu 7.2% (Daftar Komposisi
Bahan Pangan Indonesia., 2018). Buah tanah (geloina expansa) juga
memiliki harga yang sangat terjangkau yaitu Rp. 12.000,- pr kg.
Buah tanah dapat diolah sebagai cemilan atau lauk pauk yang tinggi
protein untuk dikonsumsi oleh balita dan ibu hamil dalam upaya pencegahan
dan penurunan angka stunting di Kecamatan Rupat Utara.
Berdasarkan latar belakang diatas saya berinovasi dalam pengolahan
buah tanah (geloina expansa) sebagai bahan pangan lokal tinggi protein dalam
upaya pencegahan dan penurunan angka stunting di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Tanjung Medang Kecamatan Rupat Utara.

1.2 Tujuan
1. Membuat makanan utama dan selingan tinggi protein dari bahan pangan
lokal yaitu buah tanah (geloina expansa).
2. Makanan utama dan selingan tersebut diharapkan dapat memenuhi asupan
protein pada balita dan ibu hamil.
3. Pencegahan dan penurunan angka stunting dapat dilakukan dengan
pemberian protein hewani sesuai dengan kecukupan gizi.

2
BAB II
KONDISI PEMBANGUNAN KESEHATAN
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS TANJUNG MEDANG

2.1 Gambaran Umum Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tanjung Medang


UPT Puskesmas Tanjung Medang merupakan salah satu Puskesmas yang
ada di Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis. Lokasi UPT Puskesmas
Tanjung Medang di Jalan Datuk Laksamana Desa Tanjung Medang. Secara
geografis, Kecamatan Rupat Utara merupakan kepulauan terujung Kabupaten
Bengkalis dengan luas 629 km2 yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Selat Malaka
Sebelah Barat : Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kecamatan Rupat
Sebelah Timur : Selat Malaka
Sedangkan Letak Wilayahnya adalah :
a. 0˚55΄24 Lintang Utara s/d 2˚7΄41”Lintang Utara
b. 101˚25΄43 Bujur Timur s/d 101˚47΄14” Bujur Timur
Jumlah penduduk Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tanjung Medang
Kecamatan Rupat Utara berjumlah 13.342 jiwa, terdiri dari 6589 adalah (laki-
lak)i dan 6753 jiwa adalah (perempuan) dengan jumlah balita 1457 balita yang
tersebar di 8 desa (Tanjung Medang, Teluk Rhu, Tanjung Punak, Puteri
Sembilan, Kadur, Hutan Ayu, Suka Damai dan Titi Akar).
Transportasi antara wilayah dengan jalur laut dan darat. Akses menuju
Desa Sukadamai dapat ditempuh melalui akses laut dengan waktu ± 25 menit
(perjalanan speedboat 1 kali sehari) dan akses melalui darat dapat ditempuh
selama ± 2 jam dengan kondisi jalan tanah dengan 2 kali menyebrangi sungai
menggunakan kempang, jika kondisi hujan jalanan akan berlumpur dan sulit
diakses. Akses menuju Desa Titi Akar dapat ditempuh dengan speedboat dalam
waktu ± 40 menit perjalanan 1 kali sehari), dan akses melalui darat ± 4 jam (2

3
kali penyebrangan menggunakan kempang dan 1 kali penyebarang
menggunakan kapal kayu).

Gambar 1. Peta Letak Geografis Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis

2.2 Visi Misi UPT Puskesmas Tanjung Medang Kecamatan Rupat Utara
Adapun visi Puskesmas yaitu terwujudnya puskesmas yang memiliki
pelayanan yang bermutu menuju Kecamatan sehat, dengan misi antara lain:
a. Memberikan pelayanan tingkat pertama yang berkualitas
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkeadilan
c. Meningkatkan kompetensi SDM dalam pelayanan dan program
d. Menggalang kerjasama dengan masyarakat dan lintas sektoral dalam
bidang kesehatan
e. Mendayagunakan sarana dan prasarana yang ada sesuai standar.

Motto Puskesmas adalah Menuju puskesmas “O K E” : Optimal


(berusaha memberikan pelayanan yang terbaik), Kerjasama (mengutamakan
kerjasama untuk mencapai tujuan), Empati (peduli terhadap sesama).

4
Gambar 2. UPT Puskesmas Tanjung Medang Kecamatan Rupat Utara

2.3 Program Gizi UPT Puskesmas Tanjung Medang Kecamatan Rupat Utara
Program gizi di UPT Puskesmas Tanjung Medang Kecamatan Rupat
Utara merupakan layanan Upaya Kesehatan Masyarat (UKM) esesnsial dan
upaya kesehatan perorangan.
1. Upaya Kesehatan Masyarat (UKM) esensial meliputi :
a. Penyuluhan dan pemberian Tablet Tambah Darah Pada Remaja Puteri
SMP/SMA Sederajat.
b. Penyuluhan pemberian makanan bayi dan anak (PMBA)
c. Pemberian PMT pemulihan ibu hamil KEK dan balita gizi kurang
selama 90 hari.
d. Pemberian PMT pemulihan gizi buruk.
e. Pelacakan dan konfirmasi gizi buruk.
f. Surveilance Gizi.
g. Penyuluhan ASI eksklusif.

5
h. Pelatihan kader posyandu.
i. Pemberian vitamin A bulan Februari dan Agustus.
j. Pemeriksaan garam iodium (2019)
2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) meliputi :
a. Layanan Gizi Rawat Jalan
- Konsultasi gizi calon pengantin
- Konsultasi gizi ibu hamil
- Konsultasi gizi balita
- Konsultasi penyakit degenarif (Diabetes Melitus, Hipertensi,
Hiperkolesterolmia)
b. Layanan Gizi Rawat Inap
c. Penyediaan makanan pasien rawat melalui sistem outsourcing.

6
Gambar 3. Ruang Gizi UPT Puskesmas Tanjung Medang Konsultasi Gizi

Gambar 4. Ruang Gizi UPT Puskesmas Tanjung Medang Pojok SDIDTK

7
2.4 Alur Kerjasama Program Gizi
Alur kerjasama program gizi adalah PJ Gizi berdiskusi dengan PJ KIA, PJ
Kesling, PJ Imunisasi, PJ Promkes tentang masalah gizi dan melaporkan
masalah tersebut kepada PJ UKM. PJ UKM akan menanggapi hal tersebut dan
melapor kepada Kepala UPT Puskesmas Tanjung Medang. Kemudian Kepala
UPT Puskesmas Tanjung Medang akan berkejasama dengan lintas sektor
terkait.

UKM ESENSIAL

PJ GIZI
PJ KIA KEPALA UPT
PJ KESLING PUSKESMAS LINTAS
PJ UKM SEKTOR
PJ IMUNISASI TANJUNG
PJ PROMKES MEDANG

Gambar 5. Alur Kerjasama Program Gizi

2.5 Data Permasalahan Kesehatan


Pada tahun 2021 Kecamatan Rupat Utara termasuk Kecamatan lokus
stunting yang terdiri dari 4 Desa (Tanjung Medang, Teluk Rhu, Puteri
Sembilan dan Hutan Ayu). Adapun gambaran masalah kesehatan program gizi
diantaranya adalah :
1. Prevalensi balita stunting tahun 2021 sebesar 20.02% dan tahun 2022
bulan Februari sebesar 18.5%.
2. Prevalensi ibu hamil KEK tahun 2021 sebesar 19.5% dan tahun 2022
bulan Januari sampai Juni berjumlah 71 ibu hamil dari 173 ibu hamil
(41%).
3. Prevalensi ibu hamil anemia tahun 2021 sebesar 23% dan tahun 2022
bulan Januari sampai Juni berjumlah 32 dari 158 ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan hemoglobin (20.3%).

8
4. Prevalensi ibu melahirkan bayi BBLR tahun 2021 sebesar 4.5% dan
tahun 2022 bulan Januari sampai Juni berjumlah 5 bayi dari 128 kelahiran
(3.9%).
5. Prevalensi pemberian ASI Eksklusif tahun 2021 sebesar 12.7% dan tahun
2022 bulan Januari sampai Juni berjumlah 13 balita dari 88 balita usia 6
bulan yang datang (14.7%).
6. Prevalensi remaja puteri yang mendapatkan Tablet Tambah Darah untuk
mencegah anemia tahun 2021 sebesar 71.7% dan tahun 2022 bulan
Januari sampai Juni berjumlah 79.6%.
7. Cakupan D/S masih sangat rendah tahun 2021 sebesar 49.9% dan tahun
2022 bulan Januari sampai Juni sebesar 42.31%
8. Cakupan N/D masih sangat rendah tahun 2021 sebesar 30.5% dan tahun
2022 bulan Januari sampai Juni sebesar 30.4%.
9. Prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk (wasting) tahun 2022 sebesar
6.2% dan prevalensi wasting tahun 2022 bulan Januari sampai Juni
sebesar 7.3%.
10. Prevalensi balita dengan BB kurang dan sangat kurang tahun 2021
sebesar 9.9% dan prevalensi balita dengan BB kurang dan sangat kurang
tahun 2022 bulan Januari sampai Juni sebesar 12.5%.
11. Ibu balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tanjung Medang Kecamatan
Rupat Utara sangat sering memberikan makanan instan, jajan
sembarangan dan 80% ibu memberikan susu kental manis kepada
balitanya sehingga asupan protein sangat rendah.
12. Kurangnya asupan protein pada balita dan ibu hamil. Asupan protein pada
balita usia 1-3 tahun tidak terpenuhi sebesar 35%, balita usia 4-5 tahun
yang tidak terpenuhi sebesar 28% dan asupan protein pada ibu hamil yang
tidak terpenuhi sebesar 50% dari AKG.

9
2.6 Gambaran Progress Perubahan Program Gizi
Saya mulai bekerja di UPT Puskesmas Tanjung Medang Kecamatan
Rupat Utara sejak bulan April tahun 2019. Sejak tahun 2012-2019 (± 7
Tahun) UPT Puskesmas Tanjung Medang tidak memiliki tenaga Nutrisionis
dan pada saat itu Program Gizi dipegang oleh Bidan. Pada saat saya mulai
bekerja di UPT Puskesmas Tanjung Medang Kecamatan Rupat Utara saya
terlebih dahulu membuat SOP (Standar Operasional Prosedur), KAK
(Kerangka Acuan Kerja), pengambilan data dasar gizi dan analisis situasi.
Analisis situasi dapat dilakukan dengan fish bone.

Gambar 6. Fish Bone Tingginya Angka Stunting

10
Selama saya bekerja di UPT Puskesmas Tanjung Medang Kecamatan
Rupat Utara penurunan prevalensi stunting sangat signifikan dapat dilihat
pada gambar 7 berikut ini :

100
90
80
70
60
Prevalensi

50
40 32.4
30
20.02
20
10
0
TAHUN 2020 TAHUN 2021

*Jumlah balita tahun 2020 yang diukur TB adalah 1054 balita


Jumlah balita tahun 2021 yang diukur TB adalah 1014 balita

Gambar 7. Grafik Penurunan Prevalensi Stunting

Upaya yang dilakukan untuk pencegahan dan penurunan angka stunting


di UPT Kecamatan Rupat Utara adalah sebagai berikut :
1. Melakukan berbagai upaya untuk menurunkan prevalensi angka stunting,
diantaranya adalah sebagai berkut :
a. Konsultasi gizi pada calon pengantin, ibu hamil dan balita
menggunakan NCP (Nutrition Care Process).

11
Gambar 8. Konsultasi Gizi Ibu Hamil

12
Gambar 9. Konsultasi Gizi Pada Orang Tua Balit
b. Konsultasi cara pemberian ASI dengan baik dan benar pada ibu hamil
trimester III dalam upaya pencegahan stunting

Gambar 10. Konsultasi Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil Trimester III

c. Penyuluhan tentang Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA)

Gambar 11. Penyuluhan PMBA

13
Gambar 12. Variasi Menu Pada Penyuluhan PMBA

d. Kerjasama dengan pihak sekolah dalam upaya pemberian Tablet


Tambah Darah Pada Remaja Puteri di SMP/SMA Sederajat se-
Kecamatan Rupat Utara.

Gambar 13. Kerjasama dan Pemberian Penghargaan Kepatuhan Minum TTD Pada
SMP/SMA Sederajat

14
e. Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor
Koordinasi lintas program dengan berbagai pihak diantaranya
adalah bidan (berhubungan dengan kesehatan calon pengantin dan ibu
hamil), kesehatan lingkungan (berhubungan dengan higiene dan
sanitasi), pomosi kesehatan (berhubungan dengan mempromosikan
tentang kesehatan serta peningkatan kunujngan D/S), analis
berhubungan dengan pemeriksaan darah (kadar hemoglobin ibu
hamil) dan PJ imunisasi.

Gambar 14. Koordinasi Lintas Program Dengan Bidan/Perawat Desa

15
Gambar 15. Koordinasi dengan PJ KIA Puskesmas

Gambar 16. Koordinasi dengan PJ Kesehatan Lingkungan Puskesmas

16
Kerjasama lintas sektor dilakukan dengan pihak Desa dan
Kecamatan untuk membahas masalah balita stunting, pengadaan alat
antropometri yang belum tersedia, sarana dan prasarana posyandu
yang belum sesuai standar, pengadaan penyediaan makanan tambahan
di posyandu dan inovasi dalam meningkatkan kunjungan posyandu.
Dalam kerjasama ini diharapkan pihak Kecamatan Rupat Utara dapat
membantu dalam proses pencegahan dan penurunan angka stunting.
Selain itu kerjasama juga dilakukan dengan pihak PLKB
(Petugas Lapangan Keluarga Berencana) untuk membahas masalah
calon pengantin wajib memeriksakan kesehatan ± 3 bulan sebelum
menikah, mewajibkan pasangan usia subur untuk menggunakan KB
sesuai dengan indikasi dan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh
Kembang).

Gambar 17. Kerjasama dengan Pihak Desa

17
Gambar 18. Kerjasama dengan Pihak Kecamatan

Gambar 19. Kerjasama dengan Pihak Kecamatan

18
Gambar 20. Kerjasama dengan PLKB

f. Pemeriksaan Garam Beriodium


Pemeriksaan garam beriodium dilakukan di Sekolah Dasar di
Kecamatan Rupat Utara. Kekurangan iodium dapat menghambat
fungsi hormon tiroid yang berdampak pada kegagalan pertumbuhan
sehingga mengakibatkan anak menjadi stunting.

19
Gambar 21. Pemeriksaan Garam Beriodium di Sekolah Dasar

g. Pemberian Vitamin A
Pemberian vitamin A rutin dilaksanakan pada bulan Februari dan
Agustus. Pemberian vitamin A bernanfaat untuk kesehatan mata
balita. Ada hubungan yang signifikan antara vitamin A dengan
kejadian stunting. Kekurang vitamin A pada balita dapat
mempengaruhi sintesis protein sehingga akan mempengaruhi
pertumbuhan sel , maka anak yang kekurangan vitamin A akan
mengalami kegagalan tumbuh. Hal ini didukung dengan penelitian
Bahmat, dkk (2018) menyatakan bahwa kekurangan asupan seng,
vitamin A dan zat besi ada hubungan yang signifikan terhadap
kejadian stunting.

20
Gambar 22. Pemberian Vitamin A

h. Pemberian PMT Ibu Hamil KEK dan Balita Gizi Kurang

Gambar 23. Pemberian PMT Pada Balita Desa Titi Akar

21
Gambar 24. Pemberian PMT Ibu Hamil di Desa Titi Akar

2.7 Kondisi Perjalanan Menuju Desa Binaan


Dalam upaya pencegahan dan penurunan angka stunting saya melewati
perjalanan yang tidak mudah dan butuh perjuangan di daerah terluar dan
terpencil Indonesia. Berikut dokumentasi perjalanan menuju desa Sukadamai
dan Titi Akar.

22
Gambar 25. Perjalanan Menuju Desa Suka Damai

Gambar 26. Perjalanan Menuju Hutan Samak Desa Titi Akar

23
Gambar 27. Pendistribusian PMT ke Desa Suka Damai

2.8 Karya Inovasi ku di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tanjung Medang


a. BUTATING (Buah Tanah Cegah Stunting)
b. BETING CERIA (Bebas Stunting Cegah Anemia Remaja Puteri Rupat
Utara).
c. GERMAS PELITA (Gerakkan Masyarakat Peduli Pertumbuhan dan
Perkembangan Balita)
d. Penghargaan Desa Peduli Gizi
e. Pemberian Sertifikat ASI Eksklusif
f. Pemberian Penghargaan Kepada Bidan dan Perawat Desa Yang berperan
aktif dalam pencegahan dan penurunan angka stunting.

24
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan kunjungan balita ke Poli Gizi UPT Puskesmas Tanjung Medang


Kecamatan Rupat Utara tahun 2021 diperoleh hasil bahwa ditemukan balita pendek
dan sangat pendek berjumlah 40 balita dengan asupan protein rata-rata adalah 13 gr
(65%) dari AKG, sementara untuk balita usia 4-5 tahun ditemukan rata-rata asupan
protein sebesar 18 gr (72%)) dari AKG, hasil tersebut diperoleh berdasarkan hasil
recall 1x24 jam pada masing-masing pasien. Rata- rata asupan protein balita dibawah
standar Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2019. Dikarenakan rata-rata hasil
asupan protein balita dibawah AKG, maka asupan protein balita termasuk kedalam
inadekuat oral intake protein yang akan berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan
angka stunting. Hasil dari analisa tersebut sama dengan penelitian Ernawati dkk tahun
2019 di Padang menunjukkan bahwa asupan protein pada balita usia 2-5 tahun yang
stunting adalah 38.4% sedangkan pada anak yang tidak stunting asupan protein
sebesar 61.6%. Menurut Yanti dkk (2018) asupan protein pada anak stunting
(73.6%) lebih rendah daripada anak tidak stunting (93%). Asupan protein pada balita
stunting usia 24-59 bulan lebih rendah dibandingkan anak yang tidak stunting
(Widyaningrum, dkk., 2021).

3.1 Klasifikasi buah tanah (geloina expansa) termasuk kingdom animalia, phylum
mollusca, class bivalvia, subclass autobranchia, genus geloina dan spesies
geloina expansa.

25
Gambar 28. Dokumentasi Buah Tanah
Hasil uji protein buah tanah dilakukan di laboratorium Pertanian
Universitas Riau (UNRI) diperoleh hasil bahwa buah tanah mengandung 13.3
gram protein per 100 gram (Terlampir). Kandungan protein buah tanah 1.2 kali
lebih tinggi dibandingkan lokan, telur ayam dan telur bebek.
Hasil pemeriksaan kandungan selenium, flourida, nitrit, nitrat dan tembaga
pada air bakau lokasi ditemukan buah tanah dalam keadaan baik dan dibawah
Nilai Ambang Batas (NAB). (Terlampir)

3.2 Buah tanah (geloina expansa) kami olah sebagai makanan utama dan selingan
yang tinggi protein. Cara pengolahan buah tanah (geloina expansa) bisa
dikukus, direbus, dibakar, digoreng, ditumis dan direndang.

Gambar 29. Penampakan Isi Buah Tanah

26
3.3 Menu makanan utama dari buah tanah yang saya inovasikan adalah sop buah
tanah (geloina expansa), nasi tim buah tanah (geloina expansa) dan untuk menu
makanan selingannya adalah butating (buah tanah cegah stunting). Pengolahan
buah tanah (geloina expansa) dapat diolah dengan cara direbus, dikukus dan
digoreng, namun cara pengolahannya harus tetap mempertimbangkan
penyusutan nilai gizi yang akan terjadi selama pengolahan. Menurut Dian
Sundari dkk (2015) saat proses pengolahan akan terjadi penurunan kadar
protein. Proses pengolahan dengan cara direbus akan terjadi penurunan kadar
protein sebesar 1.65% dan digoreng akan terjadi penurunan kadar protein
sebesar 2.97%.
3.4 1 porsi butating (buah tanah cegah stunting) memiliki nilai gizi sebagai
berikut :
Energi : 288.2 gr
Protein : 20.84 gr
Lemak : 13.87 gr
Karbohidrat : 5.58 gr

Gambar 30. Butating (Buah Tanah Cegah Stunting)

3.5 1 porsi sop buah tanah untuk ibu hamil mengandung nilai gizi sebagai berikut :
Energi : 420.2 kkal
Protein : 16.9 gr
Lemak : 30.5 gr

27
Karbohidrat : 39.65 gr

\
Gambar 31. Dokumentasi Sop Buah Tanah
3.6 1 porsi nasi tim buah tanah mengandung nilai gizi sebagai berikut :
Energi : 285.25 gr
Protein : 8.435 gr
Lemak : 6.456 gr
Karbohidrat : 30.975 gr

Gambar 32. Dokumentasi Nasi Tim Buah Tanah

28
3.8 Hasil Uji organoleptik pada olahan sop buah tanah diperoleh bahwa dari 6 ibu
hamil KEK yang mengkonsumsi sop buah tanah hanya 4 ibu hamil (66.6%)
yang menyukai aroma, rasa, warna dan tekstur sop buah tanah. Dua ibu hamil
KEK tidak menyukai sop buah tanah dikarenakan ibu tersebut masih dalam
keadaan mual dan muntah.

Gambar 33. Ibu Hamil Uji Organoleptik Sop Buah Tanah

3.9 Hasil uji organoleptik pada olahan butating (buah tanah cegah stunting)
diperoleh bahwa dari 8 balita stunting yang mengkonsumsi butating
menyatakan semua anak balita suka menyukai olahan menu butating tersebut
baik dari segi warna, rasa, tekstur dan aroma. Namun, untuk olahan nasi tim

29
dan sop buah tanah balita stunting hanya sekedar suka baik dari segi aroma,
warna, rasa dan terkstur.

Gambar 34. Balita Stunting Mengkonsumsi Butating (Buah Tanah Cegah Stunting)

30
Gambar 35. Balita Stunting Mengkonsumsi Sop Buah Tanah

Gambar 36. Balita Stunting Mengkonsumsi Nasi Tim Buah Tanah

3.10 Menu ini telah diberikan kepada balita atas nama R dan S. balita atas nama R
dan S mengkonsumsi buah tanah 5 kali seminggu. Pemantauan Tinggi Badan
(TB) dan asupan protein telah dilaksanakan selama ± 6 bulan dapat dilihat pada
grafik.
a. Data Balita R adalah sebagai berikut :
Nama : R
Tempat Tanggal Lahir : 24 Desember 2019
Jenis Kelamin : Laki -Laki
Suku : Akit Desa Tanjung Medang
Pemantauan pertumbuhan dan asupan protein dapat dilihat pada grafik 1
dan 2 dibawah ini :

31
100
90
79 81
80 75.9 77 77.7
71.5 72 72 74 74 74
70
60
Tinggi Badan (cm)

50
40
30
20
10
0
02/08/2021

23/09/2021

09/11/2021

24/11/2021

22/02/2022

12/04/2022

14/06/2022
26/08/2021

04/10/2021

14/01/2022

11/03/2022
Tanggal Pengukuran

Grafik 1. Pemantauan Pertumbuhan TB Pada Balita An. R

30

24.7 25.2
25
22.5 22.5 22.5
21 21.5 21.5
20.5 20.6
20
Asupan Protein (gr)

15

10

5 3.1

0
02/08/2021

04/10/2021

14/01/2022

12/04/2022
26/08/2021

23/09/2021

09/11/2021

24/11/2021

22/02/2022

11/03/2022

14/06/2022

Tanggal Recall Asupan Protein

Grafik 2. Pemantauan Asupan Protein Recall 1x 24 Jam Pada An. R

32
b. Data Balita S adalah sebagai berikut :
Nama :S
Tempat Tanggal Lahir : 12 April 2021
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Akit Desa Tanjung Medang
Pemantauan pertumbuhan dan asupan protein dapat dilihat pada grafik
3 dan 4 dibawah ini :
70 65 65 66 66
63 63
58 60 60.5 61
60 54.9 55 57
50.8 53
50 47
Panjang Badan (cm)

40

30

20

10

0
26/08/2021

06/09/2021

24/12/2021

14/01/2022

26/04/2022

27/05/2022

02/06/2022
12/04/2021

18/06/2021

02/08/2021

23/09/2021

11/10/2021

09/11/2021

22/02/2022

11/03/2022

12/04/2022

Tanggal Pemantauan Pertumbuhan

Grafik 3. Pemantauan Pertumbuhan Balita An. S

33
Asupan Protein (gr)

0
5
10
15
20
25
30

02/08/2021

5.9
6
26/08/2021

06/09/2021

5.5
23/09/2021

11/10/2021 5.9
7.88

09/11/2021

34
24/12/2021
8.5

14/01/2022
12.3

22/02/2022
Tanggal Recall Asupan Protein
16.5 17

11/03/2022

12/04/2022

26/04/2022
14.8 14.8

Grafik 4. Pemantauan Asupan Protein Recall 1x24 Jam Pada An. S

27/05/2022
26.1 26

02/06/2022
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Butating (buah tanah cegah stunting) merupakan makanan selingan yang
terdiri dari buah tanah, tahu, telur dan wortel. Berdasarkan uji organoleptik
diperoleh hasil bahwa butating sangat disukai oleh balita dan ibu hamil.
b. Pemantauan TB pada balita R dan S dilakukan pada bulan Agustus 2021 s/d
Juni 2022 menunjukkan bahwa ada peningkatan TB sebanyak 10 cm pada
balita R dan 13 cm pada balita S.
c. Peningkatan asupan protein pada balita R dan S.
d. Buah tanah memiliki kandungan protein yang tinggi yaitu 13.3 gr per 100
gr. Kandungan protein pada buah tanah lebih tinggi 1.2 kali dibandingkan
telur ayam, telur bebek dan lokan.
e. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa kandungan selenium, flourida,
tembaga (copper), nitrat dan nitrit dibawah nilai ambang batas artinya air
bakau (air magrove) tempat ditemukannya buah tanah dalam batas aman.

4.2 Saran
Melakukan sosialisasi dan demonstrasi kepada masyarakat Desa Titi Akar yang
akan menjadi desa lokus stunting pada tahun 2023 agar masyarakat dapat
mengonsumsi buah tanah sebagai bahan pangan lokal tinggi protein dan
memberikan KIE tentang konsumsi makanan beragam dalam upaya pencegahan
dan penurunan angka stunting. Rencana demonstrasi, sosialisasi, status gizi
balita dan penilaian kebiasaan makan serta asupan protein dengan metode FFQ
yang akan di laksanakan di Desa Titi Akar pada Bulan Desember 2022,
kemudian selanjutnya akan dipantau pertumbuhan dan asupan protein dengan
metode FFQ pada balita selama ± 6 bulan di tahun 2023.

35
36

Anda mungkin juga menyukai