PENDAHULUAN
1.1................................................................................................Latar Belakang
Enzim merupakan biokatalisator organik dan dibuat dalam sel mahluk
hidup sehingga enzim disebut juga biokatalisator dan juga enzim memiliki sifat
diantaranya, selektif, karena enzim hanya dapat bekerja pada substrat tertentu
(Cartono, 2004). Enzim
berfungsi
sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi)
dalam suatu reaksi kimia organik (Smith, 1997).
Secara alami sebenarnya enzim telah disediakan oleh alam, namun untuk
keperluan industri umumnya disbutuhkan enzim dalam jumlah yang lebih besar.
Untuk itu, belakangan ini untuk tujuan industri telah dikembangkan enzim hasil
rekayasa yang memiliki berbagai macam keunggulan, antara lain mampu
diproduksi dalam skala besar dengan biaya yang murah dan waktu yang relatif
lebih cepat (Sudjadi, 2008).
Dalam bidang peternakan enzim dapat dimanfaatkan antara lain dalam
industri pakan, pengolahan hasil ternak seperti keju, susu pasteurisasi, hingga
dibidang bioteknologi peternakan molekuler. Dalam industri pakan yang
digunakan memperbaiki nilai nutrisi dimana dibutuhkan dalam pencampuran
ransum pakan ternak. Ciang et al (2005) menambahkan bahwa penggunaan
xilanase pada pakan dasar gandum dapat meurunkan viskositas digesta dan
meningkatkan pertambahan bobot bada ayam broiler 6 mingu thingga 14,72%
dan 2,60%. Renin mikrobia mampu menggumpalkan susu seperti enzim renin
sapi. Fredrich dan Fuller (1988) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
nyata dalam proses pematangan dan produk akhir keju yang dihasilkan melalui
penggumpalan dengan enzim rennin mikrobia maupun rennin lambung anak sapi
Rumusan Masalah
pembanding
bagi
mahasiswa
yang
akan
melakukan
penelitian berikutnya.
c. Memenuhi
sebagian
syarat
menjadi
sarjana
Peternakan
di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Enzim
Enzim merupakan senyawa organik yang berperan sebagai biokatalisator,
yang artinya dapat mempercepat reaksi-reaksi didalam tubuh tanpa enzim itu
sendiri ikut bereaksi (Dwisang, 2012). Enzim memiliki keunggulan sifat, antara
lain mempunyai aktivitas yang tinggi, efektif, spesifik dan ramah lingkungan
(Lidya dan Djenar, 2000). Saktiwansyah (2001) menambahkan bahwa enzim
memiliki sifat yang khas, yaitu sangat aktif walaupun konsentrasinya amat
rendah, sangat selektif dan bekerja pada kondisi yang ramah, yaitu tanpa
temperatur atau tekanan tinggi dan tanpa logam yang umumnya beracun. Hal ini
yang menyebabkan reaksi yang dikatalisis secara enzimatik menjadi lebih efisien
dibandingkan dengan reaksi yang dikatalisis oleh katalis kimia (August, 2000).
Berdasarkan biosintesisnya, enzim dibedakan menjadi enzim konstitutif
dan enzim induktif. Enzim konstitutif adalah enzim yang selalu tersedia di dalam
sel mikroba dalam jumlah yang relatif konstan, sedangkan enzim induktif adalah
enzim yang ada dalam jumlah tidak tetap, tergantung pada adanya induser. Enzim
induktif ini jumlahnya akan bertambah sampai beberapa ribu kali bahka lebih
apabila dalam medium mengandung substrat yang menginduksi, terutama bila
substrat penginduksi merupakan satu-satunya sumber karbon (Lidya dan Djenar,
2000).
dihasilkan oleh sel tertentu namun juga memerlukan materi genetik tambahan
seperti penyisipan gen penyandi protein ke dalam vektor ekspresi. Vektor
ekspresi digunakan untuk mengekspresikan gen asing sehingga dapat dikenali
oleh sel inang. Selain itu produksi protein rekombinan biasanya diinduksi dengan
menggunakan suatu inducer tertentu (Yuwono, 2005).
Sudjadi (2008) menyatakan bahwa tahapan dalam menghasilkan protein
rekombinan dengan teknik rekayasa genetic telah popular di kalangan peneliti
bioteknologi. Proses pembuatan protein rekombinan dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
dengan demikian molekul DNA heliks ganda yang terpotong oleh enzim EcoRI,
menghasilkan fragmen restriksi dengan kedua ujung yang lengket. Proses
transformasi plasmid dari bagian luar ke dalam sel diinduksi oleh kejutan panas
dari suhu 0 C ke suhu 42C. Kejutan panas merupakan tahap krusial dalam
transformasi.
Enzim DNA ligase digunakan untuk menyambung atau menyisipkan DNA
pada vektor. Pada tahun 1972, David Jackson, Robert Simon, dan Paul Berg
berhasil membuat molekul DNA rekombinan. Mereka menggabungkan fragmenfragmen DNA dengan cara memasangkan (anneal) ujung sticky ends dari satu
fragmen
dengan
ujung
sticky
ends
fragmen
lainnya,
kemudian
sebagai sel inang dalam bidang industri untuk memproduksi enzim, antibiotik,
insektisida dan lain-lain (Chakrapani dan Satyanarayana, 2007).
Parasite
di
bumi
dengan
kederajatan
hidrasi
yang
berbeda-
beda. Bentuk anhidratnya berbentuk bubuk hijau pucat atau abu-abu putih,
sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO45H2O), berwarna biru terang.
(Anonim, 2012).
Beberapa tes kimia menggunakan tembaga sulfat. Tembaga sulfat
digunakan
dalam larutan
benedict untuk
mengetes
gula pereduksi, yang nantinya akan mereduksi tembaga(II) sulfat yang berwarna
biru menjadi tembaga(I) oksida yang berwarna merah (Anonim, 2012).
Tembaga sulfat juga digunaka pada reagen biuret untuk mengetes protein.
Tembaga sulfat juga digunakan dalam uji darah seseorang penderita dengan efek
gravitasi, darah yang banyak mengandung hemoglobin akan
dengan
cepat
c.
Chromatography
merupakan
suatu
teknik pemisahan
protein
menggunakan senyawa pengkelat yang terikat secara kovalen pada zat padat
pendukung kromotografi dan zat padat ini data mengikat ion logam. Prinsip
dari IMAC ini yaitu interaksi reversible antara beberapa rantai samping asam
amino dan immobilized ion metal.
Sucipto (2008) menyatakan bahwa banyak protein rekombinan yang
direkayasa agar mengandung paling sedikit 6 residu hsitidin pada N atau C
terminalnya dan protein ini sering disebut sebagai His-Tag. Kehadiran His-Tag
ini memfasilitasi proses pemurnian protein berdasarkan afinitas protein dengan
polihistin tersebut terhadap abdsorbsi yang dilengkapi pengkelat metal seperti
Ni+2 atau Co+2. Interaksi antara residu histidine dengan ion loga ini bersifat
reversible dan protein yang terikat dapat dielusi dengan imidazole atau dengan
merendahkan nilai pH. Karena imidazole identik dengan rantai samping
histidine, maka pada saat posisi pilihistidine pada resin dan polihistidin akan
terelusi keluar. Berbagai jenis IMAC antara lain Nickel His-bind Resin dan NiNTA (nitriloacetic acid) His-bind Resin yang memiliki pengkelat metai NI2+.
Dan TALON dengna pengkelat berupa Co2+ - carboxymethylaspartate (Sucipto,
2008).
d. SDS-PAGE
SDS-PAGE
(Sodium
Dodecyl
Sulfate
Polyacrylamide
Gel
10
11
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboraturium Mikrobiologi dan
Biteknologi, Fakultas Peternakan, Universitas Mataram pada bulan Oktober 2016
sampa bulan November 2016.
12
dari
enzim
rekombinan
Plasmodium
falciparum
Laktat
13
3.5.2. Peremajaan
Bakteri
E-Coli
BL21
Pembawa
Plasmid
pCOLD.pLDH
Produksi
enzim
rekombinan
pfLDH
dimulai
dari
tahapan
yang disimpan dalam bentuk glycerol stock pada suhu -20 C pada
media LB padat yang mengandung 50 l/ml ampisilin (kosentrasi
working solution). Setelah itu, dilakukan streak (penggoresan) pada
media LB padat yang mengandung ampisilin. Hasil goresan yang
tumbuh kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam sampai
tumbuhnya koloni tunggal bakteri
14
3.5.5.
pada kecepatan 6000 rpm Selama 10 menit pada suhu 4C. Kemudian
supernatant hasil sentriguasi dibuang dan pelet disimpan pada suhu -20C.
3.5.6.
Sonikasi Pelet
Pelet bakteri pembawa plasmid pCOLD.pLDH yang disimpan pada
suhu -20 C diencerkan dalam 10 ml buffer lisis dan proteo block 100 l ke
dalam sampel dan divorteks sampai larut. Sampel pelet yang telah larut
15
16
17
18
Penelitian ini direncanakan mulai pada bulan Oktober hingga pada bulan
November 2016. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yang
dijabarkan dalam tabel berikut :
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Bulan
No
Kegiatan
.
1
Septembe
Oktober
November
Desember
r
Persiapan Proposal
Persiapan alat dan
2
bahan
3
Peneltian
Analisis data
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Chiang, C.C., B.Yu. and P.W.S. Chiou. 2005. Effect of Xylanase Supplementation
to Wheat-Based Diet on The Performans and Nutrient Availability of Broiler
Chickens. Asian-Aust.J.Anim.Sci. 18:1141-1146.
Davidson, org. 2003. SDS-PAGE (polyacrylamide gel electrophoresis).
http://www.davidson/edu/academic/biology/SDSPAGE.html. Diakses :
31/08/2016
Dwisang, Evi Luvina. 2012. Buku Saku Biologi SMA, Kelas 1,2, dan 3.
Tanggerang: Karisma
Fredrich, I.A., and Fuller, S.C. 1998. Comparison of Calf Rennet and Modfied
Mucor miechei Cogulant in Cheddar Cheese. J. Dairy Technology. 41
(1):12-15.
Gebere-Porekar, V. and Menart, V. 2001. Perspective if immobilizedmetal affinity chromatography. J. Biochem. Biophy. Methods.. 49 : 335360
Hames, BD and Hooper NM. 2000. Biochemistry: the instant notes. 2nd edition.
Hongkong:Springger-Verag.
Kurnia, Ashfar. 2011. Dasar Tekonologi DNA Rekombinan. Depok: UI Press.
Lidya, B., dan Djenar NS. 2000. Dasar Bioproses. Bandung: Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Markler, MT., Piper RC., and Milhous W. 1998. Lactat Dehydrogenase and
Diagnosis of Malaria. Parasitol. 14:376-7
Muhaimin, Oei Ban Liang. E. Ratna Ningsih, E. Purwantini, dan D.S. Retno
Ningrum. 2005. Purifikasi Protein Fusi MBP-Mga. Streptococcus Pyogenes
Hasil Ekspresi Heterolog di Escherchia Coli. Jurnal Matematika dan Sains
10 (1): 31-36
Nugroho, A., dan Wagey, MT. 2000. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam:
Harijanto PN (editor) Malaria, Epdidemilogi,Patogenesis, Manifestasi
Klinis,dan Penanganan. EGC. Jakarta., hal: 38-53
Routh, J.I., 1969. Essential of General Organic and Biochemestry, W.B. Sounders
Company, Philadelphia.
Saktiwansyah, E. 2001. Karakteristik Enzim Lipase Intraseluler dengan Aktivitas
Esterifikasi dari Kapang Rhizopus Oryzae TR 32, Tesis, Program
Pascasarjana, IPB, Bogor.
Smith, A.L., 1997. Oxford Dictionary Of Biochemistry And Molecular Biology.
Oxford [Oxfordshire]: Oxford University Press. ISBN 0-19-954768-4
Syamsudin. 2008. Penapisan Senyawa Antimalaria yang Berasal dari
Tumbuhan. Jakarta. Jurnal Ilmu Kefarmasan Indonesia. Pp 95-99.
Sucipto, Hilda. 2008. Analisis Fungsional Dua Glikosil Tranferase dalam
Biosintesis Kanamysin. Depok. UI Press.
Sudjadi. 2008. Bioteknologi Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.
21
22