Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN KOPERASI DAN UKM

KONSEP KINERJA KOPERASI

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Drs. Wayan Cipta, M.M.

Oleh:

1. Komang Tariska Ardani : 2217041217


2. I Gusti Ayu Oka Kurnia Saraswati : 2217041294
3. Luh Ariami : 2217041085
4. Pande Made Mirah Permata Sari : 2217041129

Kelas: 2F

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2023

1
KONSEP KINERJA KOPERASI

1. Konsep Kinerja Koperasi


a. Pengertian Kinerja Koperasi
Kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu (Tika,
2006:11). Kinerja berkaitan dengan sinergi kerja yang memiliki oleh
setiap individu yang ada dalam satu kesatuan organisasi, baik organisasi
pemerintah maupun swasta. Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai
seseorang berdasarkan tingkat ketercapaian fungsi dan indikator kerja
yang telah ditetapkan sebelumnya.Kinerja koperasi mengacu pada
pencapaian dan hasil yang diperoleh oleh koperasi dalam menjalankan
kegiatan usahanya. Kinerja koperasi dapat diukur berdasarkan berbagai
indikator seperti pertumbuhan pendapatan, keuntungan, likuiditas,
efisiensi operasional, pangsa pasar, dan kepuasan anggota.
b. Dimensi Kinerja Koperasi
Kinerja koperasi dapat diukur melalui berbagai dimensi yang
mencerminkan efektivitas dan efisiensi operasionalnya. Berikut adalah
beberapa dimensi kinerja koperasi yang umum digunakan:
1) Pertumbuhan Keanggotaan: Dimensi ini mengukur jumlah dan
pertumbuhan anggota koperasi dari waktu ke waktu. Pertumbuhan
keanggotaan yang baik menunjukkan bahwa koperasi berhasil
menarik minat anggota baru dan mempertahankan anggota yang
ada. Seperti misalnya jumlah anggota baru yang bergabung dalam
periode tertentu, dan tingkat retensi anggota (persentase anggota
yang tetap aktif dari total anggota).
2) Volume Usaha: Dimensi ini mengukur sejauh mana koperasi
berhasil meningkatkan volume usahanya. Ini bisa diukur dengan
melihat peningkatan penjualan produk atau jasa yang ditawarkan
oleh koperasi. Misalnya mengukur total pendapatan dari penjualan
produk maupun jasa, jumlah transaksi yang dilakukan oleh anggota,
dan volume penjualan produk ataupun jasa dalam periode tertentu.

1
3) Keuangan: Dimensi ini mencakup aspek keuangan koperasi, seperti
pendapatan, laba, likuiditas, Return on Equity (ROE) atau Return on
Investment (ROI) dan solvabilitas. Koperasi yang memiliki
keuangan yang sehat menunjukkan kemampuan untuk
menghasilkan pendapatan yang memadai dan mengelola aset dan
utangnya dengan baik.
4) Pelayanan kepada Anggota: Dimensi ini mengukur sejauh mana
koperasi mampu memberikan pelayanan yang memenuhi kebutuhan
anggotanya. Ini meliputi kemudahan akses terhadap produk atau
jasa, kepuasan anggota, dan tingkat partisipasi anggota dalam
kegiatan koperasi.
5) Pengelolaan Risiko: Dimensi ini mencakup kemampuan koperasi
dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola risiko yang
dihadapinya. Koperasi yang efektif dalam pengelolaan risiko dapat
mengurangi dampak negatif dari perubahan pasar atau lingkungan
bisnis.
6) Keberlanjutan Lingkungan: Dimensi ini mencerminkan sejauh mana
koperasi memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Koperasi
yang peduli terhadap keberlanjutan lingkungan akan menerapkan
praktik bisnis yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab secara
sosial.
7) Inovasi: Dimensi ini mengukur kemampuan koperasi untuk
berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Koperasi yang
mampu menciptakan dan menerapkan ide-ide baru akan memiliki
keunggulan kompetitif yang lebih baik dalam jangka panjang.

Dimensi kinerja koperasi dapat bervariasi tergantung pada jenis


koperasi dan sektor di mana koperasi beroperasi. Penggunaan indikator
yang relevan dan pengukuran yang tepat akan membantu dalam
mengevaluasi kinerja koperasi secara holistik.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Koperasi


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja koperasi. Berikut adalah
beberapa faktor utama yang perlu dipertimbangkan:

2
1) Manajemen yang Efektif: Kinerja koperasi sangat dipengaruhi oleh
kemampuan manajemen dalam merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, dan mengontrol operasi koperasi. Manajemen yang efektif
melibatkan pengambilan keputusan yang baik, pengelolaan sumber daya
yang efisien, dan pengembangan strategi yang tepat.
2) Anggota yang Berpartisipasi: Tingkat partisipasi anggota koperasi juga
berdampak pada kinerja koperasi. Semakin tinggi tingkat partisipasi
anggota dalam kegiatan koperasi, semakin besar kontribusi mereka
terhadap pertumbuhan dan keberhasilan koperasi. Anggota yang aktif,
terlibat dalam pengambilan keputusan, dan berkontribusi dalam kegiatan
koperasi, dapat meningkatkan kinerja koperasi secara keseluruhan.
3) Keuangan yang Sehat: Kondisi keuangan yang sehat sangat penting bagi
kinerja koperasi. Koperasi perlu menjaga keuangan yang stabil, termasuk
pengelolaan dana yang baik, pemantauan kas, pengendalian biaya, dan
perencanaan keuangan yang efektif. Keuangan yang sehat memungkinkan
koperasi untuk mengembangkan usaha, memberikan layanan yang baik
kepada anggota, dan menghadapi tantangan ekonomi.
4) Lingkungan Hukum dan Regulasi: Faktor lingkungan hukum dan regulasi
juga mempengaruhi kinerja koperasi. Koperasi perlu beroperasi dalam
kerangka hukum yang jelas dan mendukung, serta mengikuti regulasi
yang berlaku. Ketidakpastian hukum dan peraturan yang membebani
koperasi dapat mempengaruhi kemampuan koperasi untuk beroperasi
secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan.
5) Pasar dan Persaingan: Kinerja koperasi juga dipengaruhi oleh kondisi
pasar dan tingkat persaingan di sektor di mana koperasi beroperasi.
Koperasi perlu memahami pasar mereka, mengidentifikasi peluang bisnis,
dan menghadapi persaingan dengan strategi yang tepat. Kemampuan
koperasi untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan bersaing secara
efektif akan memengaruhi kinerja mereka.
6) Akses terhadap Sumber Daya: Koperasi memerlukan akses yang memadai
terhadap sumber daya seperti modal, tenaga kerja, teknologi, dan
infrastruktur. Ketersediaan sumber daya ini dan kemampuan koperasi

3
dalam memanfaatkannya secara efektif dapat mempengaruhi kinerja
mereka. Koperasi yang memiliki akses terbatas terhadap sumber daya
mungkin mengalami kendala dalam pertumbuhan dan pengembangan.
7) Pendidikan dan Pelatihan: Tingkat pendidikan dan pelatihan anggota,
karyawan, dan manajemen koperasi juga dapat mempengaruhi kinerja
koperasi. Pendidikan
3. Metode Kinerja Koperasi
Pengukuran kinerja koperasi dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Beberapa metode umum yang digunakan untuk mengukur kinerja koperasi
yaitu:
1) Metode Keuangan:
a. Rasio Keuangan: Menggunakan rasio keuangan seperti rasio
likuiditas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio efisiensi
untuk mengevaluasi kesehatan keuangan koperasi.
b. Analisis Laba Rugi: Menganalisis laporan laba rugi koperasi untuk
menilai pendapatan, biaya, dan laba bersih yang dihasilkan.
c. Analisis Arus Kas: Menganalisis laporan arus kas untuk memahami
arus masuk dan keluar kas koperasi dalam periode waktu tertentu.
2) Metode Non-Keuangan:
a. Survei dan umpan balik anggota: Metode ini melibatkan penggunaan
survei dan umpan balik dari anggota koperasi, karyawan, dan pihak
terkait lainnya untuk mengevaluasi kinerja koperasi. Survei dapat
mencakup pertanyaan tentang kepuasan anggota, kualitas layanan,
efektivitas manajemen, dan harapan masa depan.
b. Indeks Kinerja: Membuat indeks kinerja koperasi yang mencakup
berbagai faktor seperti produktivitas, kualitas layanan, kepuasan
pelanggan, dan inovasi.
c. Evaluasi Proyek: Mengevaluasi kinerja proyek atau program spesifik
yang dilakukan oleh koperasi.
d. Metode Pengukuran Berdasarkan Tujuan: Metode ini melibatkan
pengukuran kinerja koperasi berdasarkan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Misalnya, jika tujuan koperasi adalah

4
meningkatkan pelayanan kepada anggota, maka kinerja dapat diukur
berdasarkan peningkatan kepuasan anggota atau peningkatan jumlah
anggota baru.
3) Balanced Scorecard
Metode ini melibatkan pengukuran kinerja koperasi berdasarkan empat
perspektif utama: keuangan, pelanggan, proses internal, dan pembelajaran
dan pertumbuhan. Setiap perspektif memiliki indikator kinerja kunci yang
relevan untuk diukur dan dipantau.
4) Benchmarking
Metode ini melibatkan perbandingan kinerja koperasi dengan koperasi
sejenis atau yang terbaik dalam industri yang sama. Ini membantu dalam
mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan menerapkan praktik
terbaik.

Metode yang tepat untuk mengukur kinerja koperasi dapat bervariasi tergantung
pada tujuan koperasi, sektor operasional, dan kebutuhan spesifik koperasi tersebut.
Dalam beberapa kasus, mungkin diperlukan kombinasi dari beberapa metode untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang kinerja koperasi.

4. Indikator Metode Keuangan


Dalam metode pengukuran kinerja koperasi menggunakan indikator keuangan,
terdapat beberapa indikator yang umum digunakan untuk mengevaluasi kinerja
keuangan koperasi. Berikut adalah beberapa indikator kinerja keuangan yang
umum digunakan:
1) Rasio Likuiditas: Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan
koperasi dalam memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek.
Beberapa rasio likuiditas yang umum digunakan adalah rasio lancar
(current ratio) dan rasio cepat (quick ratio). Rasio-rasio ini membantu
dalam mengevaluasi likuiditas aset koperasi dan kemampuannya untuk
membayar kewajiban.
2) Rasio Profitabilitas: Rasio profitabilitas digunakan untuk mengevaluasi
sejauh mana koperasi menghasilkan keuntungan dari aktivitas
operasionalnya. Beberapa rasio profitabilitas yang umum digunakan
meliputi marjin laba kotor (gross profit margin), marjin laba bersih (net

5
profit margin), dan tingkat pengembalian atas investasi (return on
investment). Rasio-rasio ini membantu dalam menilai efisiensi dan
keuntungan yang dihasilkan oleh koperasi.
3) Rasio Solvabilitas: Rasio solvabilitas digunakan untuk menilai
kemampuan koperasi untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
panjangnya. Rasio-rasio solvabilitas umum meliputi rasio utang terhadap
ekuitas (debt-to-equity ratio) dan rasio kecukupan modal (capital adequacy
ratio). Rasio-rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat risiko
keuangan koperasi dan kemampuannya untuk membayar utang jangka
panjang.
4) Rasio Efisiensi: Rasio efisiensi digunakan untuk mengevaluasi sejauh
mana koperasi memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Beberapa rasio efisiensi yang umum digunakan
meliputi rasio biaya operasional terhadap pendapatan (operating expense
ratio) dan rasio pendapatan terhadap aset (asset turnover ratio). Rasio-rasio
ini membantu dalam mengukur efisiensi operasional dan pengelolaan
sumber daya koperasi.
5) Pertumbuhan Pendapatan: Indikator ini mengukur tingkat pertumbuhan
pendapatan koperasi dari tahun ke tahun. Pertumbuhan pendapatan yang
stabil dan positif menunjukkan kinerja yang baik dan kemampuan koperasi
untuk meningkatkan hasil finansialnya dari waktu ke waktu.

Pemilihan indikator kinerja keuangan yang digunakan tergantung pada


karakteristik dan tujuan koperasi. Kombinasi yang tepat dari indikator-
indikator ini dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang kinerja
keuangan koperasi.

5. Indikator Metode Non-Keuangan


Dalam pengukuran kinerja koperasi, selain metode keuangan, juga digunakan
metode non-keuangan untuk mengevaluasi berbagai aspek kinerja yang tidak
terkait langsung dengan aspek keuangan. Berikut adalah beberapa indikator
metode non-keuangan yang umum digunakan dalam pengukuran kinerja
koperasi:

6
1) Kepuasan Anggota: Indikator ini mengukur tingkat kepuasan anggota
koperasi terhadap produk, layanan, dan pengalaman mereka dengan
koperasi. Hal ini dapat diukur melalui survei kepuasan anggota, umpan
balik, atau evaluasi langsung. Tingkat kepuasan anggota yang tinggi
menunjukkan kinerja yang baik dan komitmen terhadap kebutuhan
anggota.
2) Pertumbuhan Anggota: Indikator ini mengukur pertumbuhan jumlah
anggota koperasi dari waktu ke waktu. Pertumbuhan anggota yang stabil
atau meningkat menunjukkan daya tarik koperasi dan keberhasilannya
dalam menarik anggota baru serta mempertahankan anggota yang ada.
3) Partisipasi Anggota: Indikator ini mengukur tingkat partisipasi dan
keterlibatan anggota dalam kegiatan koperasi. Hal ini dapat mencakup
partisipasi dalam rapat anggota, pemilihan pengurus, program sosial, atau
kegiatan lainnya. Tingkat partisipasi anggota yang tinggi menunjukkan
kinerja koperasi yang baik dalam melibatkan anggotanya.
4) Kualitas Produk atau Layanan: Indikator ini mengukur kualitas produk
atau layanan yang disediakan oleh koperasi. Kualitas dapat diukur melalui
umpan balik pelanggan, penilaian kualitas produk, atau evaluasi
independen. Kualitas yang baik menunjukkan kinerja yang baik dalam
memenuhi kebutuhan anggota dan mempertahankan kepuasan pelanggan.

5) Inovasi dan Pengembangan: Indikator ini mengukur tingkat inovasi dan


pengembangan yang dilakukan oleh koperasi, seperti pengembangan
produk baru, peningkatan proses operasional, atau diversifikasi usaha.
Tingkat inovasi yang tinggi menunjukkan kinerja yang baik dalam
menjaga daya saing dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
6) Kontribusi terhadap Masyarakat: Indikator ini mengukur kontribusi
koperasi terhadap masyarakat sekitar, seperti program tanggung jawab
sosial perusahaan, pengembangan masyarakat, atau dukungan terhadap
usaha kecil dan menengah. Kontribusi yang positif menunjukkan kinerja
koperasi yang baik dalam membangun hubungan yang berkelanjutan
dengan masyarakat.

7
Penggunaan indikator metode non-keuangan ini membantu melengkapi
pengukuran kinerja koperasi secara holistik, dengan fokus pada aspek-aspek
yang lebih luas seperti kepuasan anggota, partisipasi, inovasi, dan dampak
sosial. Dengan menggabungkan metode keuangan dan non-keuangan, dapat
diperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang kinerja koperasi.

6. Prinsip-prinsip Koperasi Terhadap Kinerja Koperasi


Prinsip-prinsip koperasi memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi
kinerja koperasi. Berikut adalah beberapa prinsip koperasi yang dapat
berdampak pada kinerja koperasi:
1) Keanggotaan Terbuka dan Sukarela: Prinsip ini menekankan bahwa
koperasi terbuka untuk semua orang yang memenuhi syarat dan bersedia
menjadi anggota. Dalam konteks kinerja, prinsip ini dapat berkontribusi
pada pertumbuhan anggota dan meningkatkan potensi koperasi untuk
mencapai skala ekonomi yang lebih besar.
2) Pengelolaan Demokratis: Prinsip ini mengarah pada pengambilan
keputusan yang dilakukan secara demokratis oleh anggota koperasi. Dalam
kaitannya dengan kinerja, pengelolaan demokratis dapat meningkatkan
keterlibatan anggota, kepuasan anggota, dan pemenuhan kebutuhan
anggota secara lebih baik.
3) Partisipasi Ekonomi Anggota: Prinsip ini menekankan bahwa anggota
berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi. Anggota
berkontribusi pada modal koperasi, menggunakan layanan yang
disediakan, dan berbagi hasil keuntungan. Partisipasi ekonomi anggota
yang aktif dapat berdampak positif pada pertumbuhan koperasi dan kinerja
keuangan.
4) Otonomi dan Kemandirian: Prinsip ini menekankan bahwa koperasi harus
beroperasi secara mandiri dan otonom. Koperasi memiliki kebebasan
dalam mengelola usaha mereka sesuai dengan kebutuhan anggota dan
lingkungan mereka. Otonomi dan kemandirian dapat memungkinkan
koperasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan pasar dan mencapai
keberlanjutan jangka panjang.

8
5) Pendidikan, Pelatihan, dan Informasi: Prinsip ini menekankan pentingnya
pendidikan dan pelatihan anggota serta menyediakan informasi yang
transparan. Pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan pemahaman
anggota tentang koperasi dan memperkuat kapasitas mereka dalam
berpartisipasi aktif. Informasi yang transparan memungkinkan anggota
untuk membuat keputusan yang lebih baik dan memperkuat kepercayaan
mereka terhadap koperasi.
6) Kerja Sama antar Koperasi: Prinsip ini mendorong kerja sama antar
koperasi untuk mencapai keuntungan bersama dan meningkatkan daya
saing. Kerja sama dapat meliputi saling membantu dalam hal pemasaran,
pengadaan sumber daya, dan pengembangan usaha. Kerja sama antar
koperasi dapat meningkatkan kinerja koperasi secara keseluruhan.

Prinsip-prinsip koperasi ini merupakan panduan moral dan nilai-nilai yang


harus dipegang oleh koperasi untuk mencapai tujuan mereka. Implementasi
yang baik dari prinsip-prinsip ini dapat berdampak positif pada kinerja
koperasi dalam berbagai aspek, termasuk pertumbuhan, kepuasan anggota,
keberlanjutan finansial, dan dampak sosial.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25 (8th ed.). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Kusumawati, A., & Daryanto, A. (2017). Determinants of Financial
Performance of Credit Union in Indonesia. Journal of Economics and
Sustainable Development, 8(19), 81-89.
Wulandari, Y., & Pribadi, D. (2019). The Influence of Financial Performance,
Managerial Competence, and Cooperative Principles on Cooperative
Performance. Journal of Economic and Business Studies, 4(1), 14-26.
Yuliani, S., & Hartono, H. (2020). Performance Evaluation of Cooperative
Enterprises in the Agricultural Sector. Journal of Applied Management,
18(2), 259-269.

10

Anda mungkin juga menyukai