Manajemen Koperasi
adalah penerapan ilmu manajemen di koperasi dimana orang-orang yang diberi wewenang
dan tanggungjawab melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian
sumber daya yang dimiliki oleh koperasi untuk mencapai tujuan koperasi yaitu meningkatkan
kesejahteraan berdasarkan nilai dan prinsip-prinsip koperasi.
Salah satu definisi yang lengkap diungkapkan oleh Griffin dalam bukunya Management
(Ensiklopedia ekonomi, Bisnis dan Manajemen), sebagai berikut : “Manajemen adalah proses
merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fisik dan informasi guna mencapai sasaran
organisasi secara efektif dan efisien.”
Istilah manajemen juga mengacu pada dua hal, yaitu sebagai fungsi dan sebagai institusi
(Helmut Wagner). Manajemen sebagai fungsi berarti sejumlah tugas yang harus dilaksanakan
oleh orang-orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab tertentu untuk menjamin
keandalan organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya. Tugas-tugas itu adalah: Perencanaan
dan pengembilan keputusan, Pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian. Tugas-
tugas tersebut sering juga disebut sebagai fungsi-fungsi atau prinsip-prinsip manajemen, yang
merupakan proses manajemen yang dinamis dan berkelanjutan.
Lalu Menurut MC Farland, manajemen adalah suatu proses dimana orang-orang yang diberi
wewenang menciptakan dan menjalankan organisasi dalam memilih dan mencapai tujuan
1. Perencanaan (Planning)
Proses yang paling penting adalah fungsi perencanaan, yang merupakan fungsi paling utama
yang harus dijalankan oleh pihak manajemen koperasi. Pengurus dan manajer di koperasi
harus menyusun perencanaan penggunaan sumber daya manusia, modal, sarana fisik, dan
informasi yang dimiliki koperasi untuk mencapai tujuan koperasi yang telah disepakati oleh
para anggotanya. Perencanaan menyangkut masa depan. Bagaimana dengan kemampuan,
masalah, dan potensi yang dimiliki koperasi saat ini diarahkan untuk mencapai target-target
koperasi kearah yang lebih baik. Karenanya sebelum menyusun perencanaan pengurus dan
manejer koperasi harus melakukan identifikasi dan evaluasi terlebih dahulu apa target atau
sasaran apa saja yang sudah tercapai, kebutuhan pelayanan apa yang diinginkan oleh anggota
dan belum dipenuhi oleh koperasi, bagaimana kemampuan permodalan koperasi, termasuk
juga situasi persaingan usaha di lingkungan koperasi juga harus diperhitungkan.
Adapun langkah-langkah proses perencanaan yang dapat dilakukan oleh pengurus dan
manajer koperasi, diantaranya:
1. Pengurus bersama manajer menyusun rencana strategis dan taktis baik untuk jangka
panjang maupun jangka pendek.
3. Manajer juga membuat anggaran untuk mencapai hasil yang dikehendaki, tanpa
mengabaikan struktur keuangan yang ada.
4. Berdasarkan rencana yang ada, dibuatlah kebijakan sebagai pedoman seluruh pelaksanaan.
5. Secara bersama menetapkan kebijakan personalia, karyawan usaha keuangan dan anggota
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6. Pengurus membuat rencana penerimaan dan belanja koperasi (RAPBK). Rencana yang
telah disusun dan RAPBK disampaikan dalam rapat anggota untuk dibahas dan mendapatkan
pengesahan
2. Pengorganisasian (Organizing)
2. Departementasi
Actuating dan leadership merupakan suatu proses menggerakkan dan menjalankan organisasi
agar orang-orang yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab dapat bekerja
menjalankan tugas untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Fungsi Penting:
1. Mengarahkan (Directing):
- Perintah (Tertulis : SOM, SOP, Juklak, Juknas, Lembar Tugas/disposisi tugas; Lisan)
- Disiplin
- Partisipasi
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan,
menilainya dan mengoreksinya dengan maksud agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.”
Koperasi sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan relatif homogen,
berhimpun untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dalam pelaksanaan kegiatannya, koperasi
dilandasi oleh nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mencirikannya sebagai lembaga ekonomi
yang sarat dengan nilai etika bisnis. Nilai-nilai yang terkandung dalam koperasi, seperti
menolong diri sendiri, percaya pada diri sendiri dan kebersamaan akan melahirkan efek
sinergis. Efek ini akan menjadi suatu kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi untuk
mampu bersaing dengan para pelaku ekonomi lainnya. Konsepsi demikian mendudukkan
koperasi sebagai badan usaha yang cukup strategis bagi anggotanya dalam mencapai tujuan-
tujuan ekonomis yang pada gilirannya berdampak pada masyarakat secara luas. Disinilah
koperasi harus tetap mempertahankan hidupnya agar dapat bersaing dalam pasar.
Dalam persaingan pasar, koperasi haruslah mampu mempertahankan dirinya agar para
pelanggan tetap mau berkerjasama dengan koperasi. Pada pertemuan kuliah ke 14 ini akan di
bahas bagaimana koperasi menganalsis harga, mengigat bahawa pasar tak lepas dari harga –
harga yang selalu bersaing dengan ketat. Mulai bagaimana koperasi memproduksi barang
dengan murah mampu bersaing dengan para penjual dan bagaimana koperasi
mempertahankan dirinya dalam pasar persaingan sempurna dan tak sempurna dengan motode
pertahanan harga pasar.
Menjual ke koperasi.
Produsen akan menjual barang produksinya kepada koperasi jika memberi manfaat sama
dengan menjual pada penjual/tengkulak atau manfaatnya lebih besar menjual kepada
koperasi.
Dari segi konsumen hampir sama. Konsumen memiliki alternatif bertransaksi secara
langsung dengan produsen atau melalui penjual sebagai perantara (antara konsumen dan
produsen) ataupun melalui koperasi. Keputusan untuk bertransaksi dengan penjual diambil
jika manfaat transaksi dengan penjual lebih besar dari bertransaksi langsung dengan
produsen.
Masalah yang dihadapi koperasi dalam pemasaran adalah persaingan dalam pemasaran dan
persaingan haga. Sebagaimana yang di gambarkan sebelumnya, sebagian masalah penting
dalam organisasi koperasi dapat di kurangi melalui integrasi vertikal. Dari posisi given dalam
rantai pemasaran, misalnya produsen barang perusahaan: perusahaan dapat melakukan
integrasi ke hulu, internalisasi pedagang input bahkan produsen input (bahan baku dll) atau
perusahaan dapat melakukan integrasi ke hilir, internalisasi distributor produk mereka
(misalnya grosir atau bahkan pengecer). Dalam integrasi hilir, para produsen mendirikan
grosir sendiri dan atau beralih ke eceran dan mendirikan toko sendiri.
Selain dalam persaingan harga koperasi di hadapkan oleh persaingan harga seperti yang telah
di ungkapkan oleh Robinson dan Etwell bahwa penjual akan memilih harga pasaran yang
lebih murah dari pada harga lainnya yang lebih tinggi. Disisnilah koperasi harus bisa
mengatur harga yang sesuai dengan harga pasar.
Dalam pertemuan perkuliahan 14 ini dianalisis, dalam kondisi pasar yang bagaimana koperasi
dengan tingkat given dapat mencapai hasil ekonomis yang lebih baik bagi anggotanya. Ada
dua pandangan teoritis tentang bagaimana koperasi pada pasar yang berbeda dapat
menyediakan manfaat ekonomi bagi anggota dibandingkan dengan perusahaan non koperasi.
Pendekatan pertama, model struktur pasar neo-klasik standart adalah suatu pendekatan yang
paling umum dipakai dalam literatur koperasi. Model Neoklasik standar terdiri dari pasar
persaingan sempurna, persaingan monopolistik (tidak sempurna), oligopoli, dan monopoli.
Pada ujung yang satu (monopoli) tingkat persaingan adalah nol sedangkan pada ujung yang
lain (persaingan sempurna) tingkat persaingan adalah maksimal.
Pandangan persaingan ini melihat adanya hubungan sebab akibat langsung antara struktur
(industri), tindakan perusahaan (condact of the firm) dan kinerja (pasar).
Struktur pasar terdiri dari unsur eksternal yang berubah secara perlahan dan relatif permanen
bagi perusahaan dan mempengaruhi tindakan perusahaan dalam jangka panjang khususnya
dalam penentuan harga pasar. Struktur pasar tergantung pada pertimbangan-pertimbangan
seperti jumlah penjual dan pembeli di pasar, kesamaan produk mereka dan kemudahan
perusahaan untuk memasuki dan meninggalkan industri (pasar). Tindakan pasar (market
conduct) atau perilaku (behavior) bisnis dapat dipahami sebagai pilihan taktik dan strategi
yang terdapat pada pembagian perusahaan dalam struktur pasar yang khusus.
Kinerja pasar berhubungan dengan hasil-hasil ekonomis dan non-ekonomis yang ditentukan
oleh struktur pasar atas ‘behavior’ perusahaan yang harus dihasilkannya. Kinerja dapat dilihat
dalam hubugannya dengan dimensi-dimensi yang berbeda seperti efisiensi ekonomis/alokatif,
mutu produk, kemajuan teknologi, dan dalam hal koperasi, promosi anggota.
Sebagaimana yang dapat dilihat dalam tabel di atas ada tiga kategori yang menentukan
standar proses pasar yaitu struktur, tindakan (conduct), dan kinerja yang berhubungan erat
dan saling menentukan struktur pasar menetukan prilaku perusahaan dalam industri atau
pasar sedangkan tindakan menetukan kualitas kinerja perusahaan maupun pasar.
Berkenaan dengan koperasi, kini dapat ditentukan secara lebih seksama tujuan dari analisis
harga dalam struktur pasar. Karena sampai saat ini teori koperasi telah menggunakan
pendekatan ini secara luas, dan karena kesimpulan penting bisa ditarik dari pembahasan
tersebut, maka pendekatan ini tampaknya bisa digunakan sebagai langkah awal yang penting
untuk analisis selanjutnya. Pertama-tama akan dianalisis tentang kebijakan harga koperasi
pembelian (supply) yaitu koperasi yang membeli dan mendistribusikan input atau produk
bagi para anggotanya, misalnya pupuk. Selanjutnya akan dibahas mengenai kebijakan
koperasi pemasaran (yaitu koperasi yang membeli produk dari anggota dan memasarkan
produk kepada masyarakat umum).
Pasar persaingan sempurna (penerima harga") atau (price-taker). Barang dan jasa yang dijual
di pasar ini bersifat homogen dan tidak dapat dibedakan. Semua produk terlihat identik.
Pembeli tidak dapat membedakan (perfect competition) adalah sebuah jenis [pasar (ekonomi)
pasar] dengan jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak dan produk yang dijual
bersifat homogen. Harga terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara
penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat
mempengaruhi harga.
Oleh karena itu, promosi dengan iklan tidak akan memberikan pengaruh terhadap penjualan
produk.
Persaingan sempurna adalah struktur pasar yang paling banyak digunakan oleh ahli ekonomi.
Model persaingannya merupakan dasar analisis dan riset terapan yang luas.
Jumlah yang besar merupakan gambaran struktural dasar pasar persaingan sempurna. “Besar”
disini, tidak mengacu pada jumlah tertentu. Akan tetapi harus ada cukup perusahaan,
sehingga masing-masing perusahaan, sebesar apa pun hanya memasok sebagian kecil dari
jumlah keseluruhan yang mempengaruhi pasar. akibatnya, tingkat produksi perusahaan
(kapasitas penuh atau tidak berproduksi sama sekali), tidak akan berpengaruh besar pada
harga pasar.
a) Tidak ada insentif bagi perusahaan untuk terlibat dalam pesaingan non harga (melalui
iklan dan bentuk-bentuk promosi penjualan lainnya). Karena produk-produknya identik, dan
pembeli mengetahui hal itu, persaingan non harga tidak akan menambah keunggulan pasar
bagi suatu perusahaan atas perusahaan lainnya.
b) Asumsi banyak penjual dan homogenitas produk menyatakan secara tidak langsung
bahwa masing-masing perusahaan tidak mampu mempengaruhi harga pasar.
Tidak ada hambatan untuk masuk atau keluar dari pasar, baik dari perusahaan maupun
sumber-sumber daya yang digunakannya. Karakteristik ini merupakan bagian dari struktur
pasar.
Memaksimalkan laba
Maksimisasi Output
Kondisi akan terwujud jika average cost (AC) = average revenue (AR). Harganya menjadi P
= AC = AR.
Kompetitif Ekuilibrium
Koperasi berperilaku seperti halnya ia berada di dalam struktur pasar yang kompetitif. Dalam
persaingan sempurna, ekuilibrium akan diperoleh jika MC = P = AC.
Jika koperasi bertujuan untuk memaksimumkan SHU yang dapat didistribusikan kepada
anggotannya koperasi tersebut harus memproduksi output yang merupakan hasil terbesar dari
perbedaan harga yang akan dibebankan dengan rata-rata biaya produksinya.
Suatu koperasi yang menjual barang atau jasa secara eceran kepada anggotanya memasuki
suatu pasar dengan struktur pasar persaingan. Jika koperasi itu ingin berhasil, maka ia harus
memberikan paling sendikit manfaat yang sama dengan pasar bagi para anggotannya.
Dalam analisis kinerja komperatif jangka pendek koperasi dalam suatu pasar persaingan
sempurna akan dibedakan kembali kasus-kasus kemampuan koperasi dengan tingkat yang
sama, lebih rendah serta lebih tinggi.
Dalam persaingan sempurna, suatu koperasi tidak mempunyai kendala atas harga pasar. kurva
permintaan koperasi akan sangat elastis, ia dapat menjual sebanyak mungkin atau sedikit
mungkin output sebagaimana yang dikehendakinya tanpa mampu mempengaruhi harga.
Dalam kondisi seperti ini koperasi tidak dapat meningkatkan harga di atas harga pasar dengan
artian bahwa koperasi menjual barangnya dibawah harga pasar sehingga koperasi akan
mengalami kerugian yang harus ditanggung oleh anggota atau pihak luar. Kesenjangan
kemampuan tersebut sangat signifikan terutama pada fase awal dari kelahiran koperasi. Pada
saat itu manajemen mungkin masih belum berpengalaman atau manajemen yang baik sulit
untuk diajak berkecimpung dalam koperasi. Beberapa koperasi dapat melalui masa-masa sulit
tersebut dengan mempekerjakan manajer kehormatan (tidak dibayar menurut atau gaji pasar).
Dalam jangka pendek, koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah dapat
bertahan, sepanjang ia dapat menghindari kerugian produksi. Koperasi dapat menjual produk
yang homogen pada tingkat harga yang sama seperti para pemasok non-koperasi, bahka jika
jumlah produk yang dipasok, lebih sedikit.
Suatu koperasi dengan tingkat persaingan yang lebih tinggi dapat memproduksi output
tertentu dengan biaya yang lebih rendah daripada pesaingnya. Satu-satunya perubahan yang
terjadi (bila dibandingkan dengan kasus yang telah dikajikan sebelumnya) adalah tingkat
produksi yang lebih tinggi.
Sebagai kesimpulan, dalam persaingan sempurna jangka pendek, koperasi tidak berfungsi
karena tidak memiliki keunggulan koperatif dalam memajukan anggotanya.
Dalam jangka panjang, koperasi hanya menggunakan faktor-faktor variabel produksi, maka ia
dapat mengubah kapasitas produksinya, dalam analisis kerja komperatif jangka panjang
koperasi dalam suatu pasar persaingan sempurna, akan dibedakan kembali kasus-kasus
kemampuan koperasi dengan tingkat yang sama, lebih rendah serta lebih tinggi.
Koperasi dengan kemampuan manajerial yang lebih rendah dari pada pesaing.
Jika koperasi yang memiliki kemampuan lebih rendah (berarti biaya lebih tinggi), dalam
jangka panjang, koperasi ini mungkin tidak dapat bertahan. Karena koperasi hanya
merupakan pemain kecil yang tidak mampu mempengaruhi harga pasar, ia tidak dapat
meminta anggotanya untuk membayar lebih mahal dari harga pesaing. Dengan struktur biaya
yang lebih tinggi, koperasi akan menderita kerugian. Dalam jangka pendek, koperasi dengan
kemampuan lebih rendah dapat bersaing dibawah kondisi-kondisi tertentu, namun hal ini sulit
terjadi dalam jangka panjang. Kematian ekonomi dari suatu koperasi tak dapat terelakkan.
Koperasi dengan kemampuan rendah mungkin dapat bertahan untuk jangka waktu tertentu
karena tertolong oleh antusiasme dan kesetiaan anggota mereka. Jika manfaat bagi anggota
tidak didahulukan, maka kesetiaan anggota akan turun. Bila ini terjadi koperasi akan lenyap
kecuali ia mampu menekan biaya atau meningkatkan kemampuan manajerialnya.
Koperasi dengan kemampuan manajerial lebih tinggi dapat melebihi pesaingnya melalui dua
strategi:
Memberikan harga yang sama dengan pesaing kemudian membagi SHU kepada anggota.
Koperasi dapat mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam jangka panjang hanya jika
ia berhasil mengurangi biaya terus-menerus pada tingkat yang lebih cepat dibandingkan
dengan para pesaingnya. Hal ini membutuhkan keunggulan kompetensi koperasi yang
sifatnya permanen.
Kesimpulan :
Jika suatu koperasi memiliki kemampuan manajerial lebih rendah dari pada perusahaan biasa
(yang lebih sering terjadi), maka koperasi tidak akan berhasil dalam persaingan. Untuk
memberikan anggotanya pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tersedia
dipasar, suatu koperasi memerlukan kemampuan yang lebih tinggi, bisa melalui penekanan
biaya (inovasi dalam teknologi) maupun melalui produk yang lebih baik (inovasi produk).
Dalam pasar persaingan sempurna, koperasi harus memiliki kemampuan inovatif superior
sekalipun dalam jangka pendek, saat koperasi ingin memberikan keunggulan ekonomis yang
lebih tinggi bagi para anggotanya dibandingkan dengan para pesaingnya. Ini merupakan
tuntutan berat yang tidak mampu dipenuhi oleh sebagian besar koperasi.
Dalam jangka panjang, (dengan asumsi masuk dan keluar yang bebas dari pasar),
diperkirakan bahwa keunggulan persaingan koperasi yang tercipta oleh inovasi, akan
tersaingi oleh pesaing. Dengan demikian, dalam jangka panjang koperasi juga tidak memiliki
keunngulan khusus.
Pengecualian terjadi jika koperasi dapat meningkatkan kemampuan inovatifnya secara lebih
cepat dibandingkan dengan para pesaing. Baru kemudian koperasi mampu memperkenalkan
secara berkesinambungan inovasi-inovasinya pada tingkat yang lebih cepat dari para
pesaingnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi seperti ini lebih sulit
dicapai oleh koperasi-koperasi di negara berkembang.
Pakar teori koperasi, Ohm, sehubungan dengan itu menyimpulkan bahwa dalam persaingan
sempurna, koperasi menjadi tidak berfungsi karena tidak dapat memberikan keunggulan yang
belum atau tidak disediakan oleh pesaing.
Definisi
Persaingan tidak sempurna memiliki karakteristik yang serupa dengan struktur pasar
persaingan sempurna (terdapat banyak pembeli dan penjual) dengan perkecualian bahwa
setiap pemasok juga merupakan monopolis kecil (pesaingan monopolistik kelompok besar).
Model persaingan tidak sempurna atau monopolistik ini telah diperkenalkan secara serempak
oleh beberapa penulis (1930) yang tidak puas dengan kekuatan prediktif dan penjelasan dari
model persaingan. Persaingan sempurna gagal menjelaskan dan memprediksi perilaku dalam
beberapa situasi kelompok besar yang ditandai dengan oleh periklanan, perbedaan produk
dan diskriminasi harga. Seluruh kegiatan tidak mungkin yang terjadi dalam persaingan
sempurna.
Asumsi yang menjadi dasar dari model persaingan monopolistik secara esensial sama dengan
persaingan sempurna kecuali dalam hal homogenitas produk. Dalam persaingan tidak
sempurna para penjual bersaing melalui deferensiasi produk. Diferensiasi ini berasal dari
perbedaan kualitas, periklanan, lokasi penjualan, kemasan dan lain-lain. Setiap perusahaan
berupaya agar produknya berbeda dengan produk yang dijual oleh produk produsen lain.
Menurut beberapa ahli ekonomi struktur pasar ini secara empiris paling relevan. Satu hal
yang membedakannya dari situasi persaingan sempurna adalah adanya heterogenitas produk
sehingga masing-masing penjual dapat berperilaku sebagai monopolis kecil. Saat penjual
mengubah harganya, tidak akan ada perpindahan total konsumen. Kurva permintaannya pun
tidak akan horizontal melainkan menurun, menandakan elastisitas permintaan yang kurang
sempurna.
Karena dalam persaingan monopolistik setiap pemasok merupakan monopolis kecil, maka
kurva permintaannya tidak elastis sempurna seperti dalam pasar persaingan sempurna. Jadi
perusahaan memiliki kekuatan untuk menentukan harga, terutama jika tidak banyak
perusahaan yang menjadi monopolis. Oleh karena itu kurva permintaannya akan lebih
menurun lagi. Semakin besar jumlah perusahaan dan semakin sedikit perbedaan produknya
maka semakin elastis kurva permintaan tiap perusahaan. Suatu perusahaan dalam struktur
persaingan tidak sempurna akan mengoptimalkan laba dengan memproduksi kuantitas.
Suatu koperasi yang bertujuan memaksimalkan laba akan beroperasi pada MC=MR dengan
harga dan kuantitas. Jika koperasi ingin menyediakan anggotanya dengan produk rata-rata
serendah mungkin, koperasi akan memproduksi kuantitas dengan harga. Karena terdapat laba
yang cukup besar pada SHU (patronage refund) dapat dibagikan.
Sebagaimana yang dibahas pada situasi serupa dalam persaingan sempurna, keputusan untuk
berproduksi pada tingkat biaya rata-rata serendah mungkin, tidak akan menghasilkan kondisi
yang stabil/ekuilibrium. Para anggota baru akan masuk dan atau anggota lama akan
mendorong untuk meningkatkan produksi (menjual sebagian dari peningkatan output dengan
harga pasar yang lebih tinggi). Solusi kompetitif (competitive solution) akan tercapai saat
MC=AR.
Keputusan apa yang dianggap optimal? dan strategi harga apa yang sebenarnya akan
dilakukan? pertanyaan ini sulit untuk dijawab secara umum, karena hal ini tergantung pada
distribusi kekuatan dan pola pertisiapasi dalam koperasi yang bersangkutan. Jika manajemen
memiliki kewenangan untuk memilih mereka mungkin akan lebih memilih harga yang dapat
memberikan laba untuk ditanamkan kembali dan mengembangkan usahanya.
Kesimpulan dalam jangka pendek koperasi dengan kemampuan yang sama dengan pesaing,
dapat memberikan keuntungan harga yang jelas bagi anggotanya dibandingkan dengan pasar.
Manfaat jangka pendek tambahan diperoleh jika pelayanan yang dijual merupakan sesuatu
yang baru bagi anggota (misalnya pupuk di negara berkembang). Karena penghapusan efek
monopoli koperasi tidak hanya menjual barang dengan harga murah tetapi juga dengan
jumlah yang banyak, dalam hal ini input yang baru. Dengan demikian inovasi yang dilakukan
akan menjadi lebih mudah dan menguntungkan.
Apabila kemampuan manajerial koperasi lebih rendah daripada perusahaan swasta, koperasi
masih akan mampu menyediakan pelayanan yang lebih baik bagi anggota sepanjang kurva
biaya rata-rata memotong fungsi permintaan pada titik lebih rendah dari harga yang diminta
oleh perusahaan swasta. Bahkan dalam jangka pendek pun, kesenjangan kemampuan ini tidak
akan mampu menghalangi keunggulan komparatif koperasi.
Kemampuan sama
Sekalipun koperasi dalam persaingan tidak sempurna dapat menghasilkan laba, bukan berarti
ia mampu menyaingi laba swasta. Pangsa pasar koperasi terlalu kecil untuk dapat
memberikan dampak langsung pada penjual lainnya. Keuntungan pribadi (private profit) ini
akan menarik pemain baru untuk memasuki pasar. Akibatnya kurva permintaan sedikit demi
sedikit akan bergeser ke kiri. Pesaing baru tidak akan masuk lagi ketika seluruh laba telah
habis. Ekuilibrium jangka panjang inilah yang digambarkan Chamberlain dalam solusi yang
dikenal dengan tangency
Pada ekuilibrium jangka panjang, kurva permintaan akan merupakan tangen bagi kurva biaya
rat-rata. Seluruh laba akan hilang atau habis. Hasil yang mengejutkan adalah bahwa dalam
jangka panjang perusahaan swasta akan mengikuti kaidah harga yang sama dengan koperasi.
Dalam jangka panjang tampaknya koperasi tidak dapat memberi keuntungan tambahan bagi
para anggota. Situasi yang sama juga akan terjadi seperti pada persaingan sempurna jangka
pendek. Koperasi kembali menjadi tidak berfungsi.
Harus diingat bahwa dalam jangka panjang pemilihan harga oleh koperasi memiliki
keterbatasan. Koperasi tidak dapat beroperasi ketika LRAC (biaya rata-rata jangka
panjang)nya minimal, maupun ketika LRMC (biaya marginal jangka panjang) nya memotong
kurva AR (pendapatan rata-rata) karena kedua kondisi ini akan menyebabkan kerugian.
Lebih sulit menelaah koperasi dengan kemampuan yang lebih rendah pada persaingan
monopolistik. Ketika fungsi permintaan sama bagi semua pelaku pasar produsen yang
berbiaya tinggi tidak akan mampu bersaing karena fungsi permintaannya akan lebih rendah
daripada jangka panjangnya. Koperasi akan berproduksi dalam keadaan merugi.
Akan tetapi jika kemampuannya lebih rendah ini meluas mulai dari produksi sampai dari
pemasaran koperasi tersebut tidak akan bersaing dalam jangka panjang.
Kesimpulan dari analisis diatas sama dengan kesimpulan pada pasar persaingan sempurna.
Jika beralih dari jangka pendek koperasi cenderung lenyap. Koperasi akan memerlukan
tingkat kemampuan yang sama sebagaimana pesaingnya untuk dapat bertahan. Akan tetapi
kesimpulan ini berlaku hanya bagi koperasi yang menjual produk kepada anggotanya sendiri.
(koperasi pembelian)
Argumen berikut sering ditemukan pada literatur koperasi- anggota tidak tertarik pada
deferensiasi produk atau anggota dapat dididik untuk dapat memilih produk-produk
sederhana seperti pembayaran tunai daripada kredit, tidak ada jasa pengiriman, pengepakan
sederhana, tidak ada iklan dan lain-lain. Konsekuensinya koperasi akan mampu mengurangi
biaya kemudian mampu mempertahankan keunggulannya bahkan dalam jangka panjang.
Muncul dua argumen yang bertolak belakang. Pertama jika pelanggan benar-benar tertarik
pada produk tanpa deferensiasi (non differentiated products) bukankah perusahaan-
perusahaan swasta pun mampu menjual-menjual produk semacam itu? berlaku tidaknya
argumen ini merupakan pertanyaan empiris. Apakah pelanggan akan mengatakan apa yang
diinginkannya atau mereka harus dididik atau ditekan oleh manajemen koperasi? pedagang
mungkin tidak akan tertarik jika volume-volume penjualan produk-produk ini terlalu rendah.
Di pihak lain mungkin koperasi berhasil menarik banyak atau seluruh pembeli yang lebih
memilih produk sederhana.
Kedua, para pemakai input mungkin terikat pada pemasok bukan hanya karena mereka
pemasok input tertentu saja, tetapi juga karena mereka menyediakan pelayanan-pelayanan
alainnya (interlocking services). Mungkin tidak mudah bagi koperasi untuk merebut pangsa
pasar walaupun ia mampu menyediakan input tersebut denagn harga lebih rendah tanpa
menyertakan pelayanan lainnya.
Kesimpulan dari pembahsan ini adalah dibandingkan dengan pasar persaingan sempurna
koperasi dalam persaingan monopolistik setidaknya memiliki keunggulan kinerja jangka
pendek jika kesenjangan kemampuannya tidak terlalu besar. Hal ini memberikan kesempatan
bagi koperasi untuk membangun kemampuan manajerialnya agar dapat bersaing secara lebih
baik dalam jangka panjang, dengan pengecualian bahwa koperasi dengan kemampuannya
lebih rendah akan lebih sulit untuk bertahan.
Oligopoli (dari ὀλίγος (olígos), berarti "banyak", dan πωλεῖν (polein), berarti "menjual")
adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan.
Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Setiap perusahaan
memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana
keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka. Sehingga
semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya
dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka.
Praktik oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-
perusahaan potensial untuk masuk ke dalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan
melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat
maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga
di antara pelaku usaha yang melakukan praktik oligopoli menjadi tidak ada.
Persaingan di antara bebrapa anggota penjual (oligopoli) berbeda dari persaingan di antara
banyak angota (persaingan sempurna dan tidak sempurna) karena telalu sedikitnya anggota,
akan menghasilkan ketergantungan dalam pengambilan keputusan. Jika seorang penjual
mengurangi harga produknya, penjual lain akan segera kehilangan pangsa pasarnya bila tidak
bertindak serupa. Untuk alasan ini, dalam pasar oligopoli sering di temukan kordinasi harga
untuk mencegah perang harga yang merugikan maupun persaingan non-harga.Dalam struktur
pasar yang ditandai oleh sedikitnya jumlah perusahaan, masing-masing oligopolis
memformulasikan kebijakaanya dengan selalu memperhatikan pengaruhnya bagi para
pesaing.
Terdapat banyak sekali penjelasan teoritis mengenai oligopoli yang merupakan hasil langsung
dari perbedaan fenomena oligopoli itu sendiri. Asumsi yang menyatukan hampir seluruh
model oligopoli adalah bahwa jumlah penjual di pasar hanya sedikit, sehingga mereka
menyadari adanya saling ketergantungan atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan mereka.
Seorang penjual menyadari bahwa tindakannya akan mempengaruhi penjual lainnya dan
bahwa penjual lain pun akan bereaksi atas tindakan tersebut. Tipe dan waktu reaksi ini sering
kali tidak dapat diprediksi sebelumnya.
Strategi dasar koperasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu penggunaan faktor harga sebagai
parameter tindakan dan penggunaan faktor non-harga melalui pengurangan biaya diferensiasi
produk, kualitas dan lain-lain. Dengan kebijakan harga yang aktif, koperasi menciptakan
insentif yang kuat bagi para pesaingnya untuk menyingkirkan koperasi yang baru masuk. Jika
pesaing dapat dengan mudah melenyapkan pihak luar dan membuat luar bergantung pada
bantuan luar untuk bertahan hidup.
Faktor-faktor yang menyebabkan pesaing oligopolistik akan memulai perang harga untuk
menyingkirkan koperasi jika produknya sejenis adalah:
Kesediaan anggota untuk membiayai kerugian yang mungkin terjadi (tingkat kesetiaan
anggota).
Untuk menelaah pengaruh koperasi, asumsikan bahwa sebelum masuknya koperasi para
oligopolis berkolusi untuk memaksimalkan laba mereka. Bukannya bersaing harga, mereka
malah secara diam-diam mengkordinasikan harga untuk mempertahankan laba mereka di atas
tingkat persingan. Jika hal tersebut terjadi maka koperasi harus tanggap dengan tindakan
pesaing. Jika mereka menurunkan harga dibawah harga pasar maka koperasi harus mengikuti
penurunan harga seperti yang mereka lakukan.
Biasanya, koperasi akan menjadi pendatang baru pada suatu pasar, sedangkan perusahaan-
perusahaan lainnya merupakan perusahaan-perusahaan yang telah maju, yang sejak beberapa
tahun lamanya mampu mengakumulasi profit dan likuiditas melalui kolusi (ataupun
pemimpin harga).
Apa yang dilakukan pada pesaing koperasi? Mereka dapat menanggapi kebijakan harga
koperasi dengan melakukan pemotongan harga yang mematikan yaitu menjual produk pada
harga di bawah rata-rata total atau biaya langsung. Kerugian dapat ditutup dari laba monopoli
yang terakumulasi ketika harga masih tinggi (ketika koperasi masih belum memasuki pasar).
Tetapi, karena koperasi tidak memiliki sumber daya finansial yang cukup, ia dapat
disingkirkan dari pasar sehingga harga dapat meningkat kembali, serta kerugian sementara
tadi dapat diganti oleh laba diatas normal (monopolistik) lagi. Efek koperasi atas kebijakan
harga aktiv akan bernilai nol.
Kesimpulan sejauh ini adalah bahkan sekalipun kemampuan manajerial koperasi tidak
memiliki yang lebih rendah, akan lebih baik jika koperasi menggunakan ‘senjata’ harga
secara hati-hati agar bisa bertahan dalam persaingan-mengingat bahwa dalam oligopoli
pemotongan harga dapat dengan mudah lepas kendali
Salah satu cara untuk mencegah perang harga yang merusak koperasi adalah dengan
‘mengikuti pemimpin (harga)‘ dalam menjual kepemimpinan harga sebenarnya adalah bentuk
lain dari kolusi. Hal itu terjadi bila perubahan harga dari suatu perusahaan diikuti oleh
perusahaan lainnya. Terdapat beberapa bentuk kepemimpinan harga :
Mengikuti harga merupakan strategi yang rasional bagi koperasi, jika koperasi tersebut kecil
atau memasuki pasar dengan biaya awal lebih tinggi, oleh karena itu secara de facto wajib
mengikuti pemimpin yang sudah mapan. Bagi sebagian besar koperasi, hal ini merupakan
asumsi yang realistis.
Banyak perusahaan yang telah lebih dulu ada mungkin tidak menganggap koperasi sebagai
tantangan serius. Hambatan masuk yang sebenarnya ditujukan bagi perusahaan non koperasi,
secara tidak sengaja juga akan menghambat masuknya koperasi.
Hambatan masuk bagi perusahaan-perusahaan baru ke dalam struktur pasar oligopoli atau
pasar monopolistik terdiri atas beberapa bentuk :
Diferensiasi produk
Diferensiasi produk (product differentiation) adalah proses pembedaan suatu produk atau jasa
untuk membuatnya lebih menarik terhadap suatu pasar sasaran tertentu. Pembedaan tersebut
dilakukan baik terhadap produk kompetitor maupun terhadap produk lain dari produsen
produk itu sendiri. Konsep ini diajukan oleh Edward Chamberlin dalam buku Theory of
Monopolistic Competition (1933). Diferensiasi produk merupakan salah satu sumber
keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Kurangnya modal maupun pengetahuan, teknologi (kemampuan manajerial yang lebih tinggi
merupakan hambatan masuk)
Keterbatasan permintaan pasar dan skala ekonomi (hanya satu/beberapa perusahaan saja yang
mungkin mampu menghasilkan laba dalam pasar yang terbatas).
Pembatasan harga
Bagi koperasi, tiga bentuk terakhir mungkin merupakan hambatan paling serius untuk
memasuki pasar oligopoli (atau monopoli). Karena kurangnya modal dan/ atau rendahnya
kemampuan teknologi dan manajerial (keahlian, pengetahuan teknis maupun pengalaman),
maka kurva biaya koperasi yang memasuki pasar akan berada di atas kurva biaya perusahaan
yang sudah mapan. Oleh karena itu, potensi masuknya koperasi tidak akan dianggap serius
oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
Telah dibahas sebelumnya bahwa ‘’kerjasama vertikal‘’ merupakan aspek sentral bagi
koperasi yang umumnya dijumpai. Jika dilihat dari perusahaan-perusahaan mapan, maka
koperasi pembelian akan ‘’berintegrasi ke hulu’’ ke arah operasi yang lebih awal, sedangkan
pemasaran akan ‘’berintegrasi ke hilir’’ menuju ke arah konsumen.
Masuknya sebuah koperasi dapat dianggap sebagai integrasi vertikal yang terkoordinasi
secara koperasi oleh perusahaan (anggota) yang mapan.
Keunggulan potensial yang dimiliki oleh koperasi baru dibandingkan dengan perusahaan baru
lain pada tingkat pasar yang sama (misalnya menjual input pada petani ), dapat terlahir dari
identias pemilik jasa koperasi
Dengan teknologi produksi saat ini, maka terdapat hanya beberapa atau bahkan hanya satu
pemasok yang dapat memproduksi secara efisien. yang terjadi adalah sebagai berikut
Jika produksi sudah mencapai skala ekonomi, biaya rata-rata dan biaya marginal produksi
akan turun sejalan dengan peningkatan output.
Permintaan terlalu rendah untuk dapat menghasilkan laba ekonomi yang positif.
Dalam literatur, kasus terakhir ini dianggap sebagai ‘’monopoli alami’’ (natural monopoly)
yang berbeda dari ’monopoli buatan’’ (artificial monopoly). Monopoli buatan disebabkan
oleh hambatan masuk buatan, terutama hambatan hukum (misalnya produsen obat-obatan
yang memiliki hak paten). Sedangkan monopoli alami merupakan hasil dari hambatan
teknologi ‘’alami’’.
Dalam situasi monopoli alami, monopolis atau oligopolis akan mampu membebankan harga
tinggi bagi produknya. Pendatang baru dihalangi atau tidak mungkin masuk karena
keterbatasan pasar. beberapa pengarang melihat bahwa dalam monopoli alami inilah terdapat
inti dari keunggulan komparatif koperasi.
Dapatkah koperasi berperan dalam situasi monopoli alami? Ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan jika kperasi yang masuk ke pasar itu ingin menggantikan monopoli, maka ia
harus memiliki keunggulan tambahan:
Koperasi memiliki akses yang lebih baik ke kekuasaan politis demi mendapatkan kekuatan
hukum untuk menyingkirkan monopolis.
Menghadapi tantangan koperasi yang mematikan tersebut, monopolis tentu saja akan
memberikan perlawanan balik dengan memperkenalkan inovasinya sendiri:
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwa pada kasus monopoli atau oligopoli alami,
selama pasar terbuka bagi pendatang baru atau tidak ada hambatan masuk yang bermotif
politik maupun hukum lainnya, maka masuknya koperasi ke dalam pasar seperti itu tidak
dapat memberikan keunggulan tambahan.
Oleh karena itu, yang perlu dicari adalah penyebab keunggulan koperasi yang berada diluar
argumen teori harga tradisional. Hal ini harus atau hanya dapat menjadi keunggulan yang
tidak dapat ditiru oleh organisasi non-koperasi yaitu faktor-faktor yang berhubungan
langsung dengan aspek koperasi dari suatu organisasi. Sebagai contoh jika suatu monopolis
alami ditantang oleh koperasi yang memberikan pelayanan yang lebih baik, monopolis
tersebut tidak dapat meniru, karena akan mampu menirunya monopolis tersebut harus
menjadi koperasi terlebih dahulu.
Akan tetapi, ketika berbicara monopoli sejati, selalu mengacu kepada situasi di mana hanya
terdapat satu penjual di pasar. Tidak ada produk yang siap menjadi substitusi/pengganti atas
produk monopolis, serta tidak ada ancaman yang cukup berarti atas masuknya perusahaan
baru.
Penjual tunggal tersebut memproduksi produk yang tidak memiliki substitusi/pengganti yang
siap dipasar.
Terdapat hambatan masuk yang besar di mana yang terpenting berupa hambatan hukum atau
keunggulan bersaing.
Jika koperasi menghadapi monopolis, koperasi mampu mengambil laba monopoli dengan
mengikuti kaidah harga “optimal” nya. Jika monopolis menyerang balik, maka yang terjadi
situasi oligopoli dengan logika yang sama. Yang membuat kasus monopoli menarik adalah
keunggulan potensialnya paling besar dalam struktur pasar bagi anggota koperasi.
Akan tetapi, untuk memperoleh hasil ini, harus diasumsikan bahwa hambatan masuk yang
dipasang oleh monopolis untuk melindungi posisi pasarnya dapat diatasi koperasi. Hal ini
akan merusak asumsi sentral dari teori monopoli, yaitu dengan masuknya perusahaan
tambahan, maka pasar berubah dari monopoli menjadi oligopoli.
Seandainya koperasi mampu memasuki pasar , maka menurut Bauer et al., posisi monopoli
akan bisa “diperebutkan” (contestable). Konsekuensinya, monopolis akan mengurangi harga
(paling tidak untuk jangka waktu tertentu), sehingga pesaing menjadi tidak tertarik untuk
memasuki pasar.
Di lain pihak, jika hambatan dapat mencegah perusahaan non-koperasi bersaing dengan
monopolis yang ada, maka hambatan yang sama akan berlaku pada koperasi. Tidak ada hal
yang dapat dilakukan oleh koperasi yang belum pernah dilakukan oleh perusahaan lain
sebelumnya (Bonus, 1986, 314).
Jika koperasi tidak mampu memasuki pasar, maka monopolis akan bisa menjaga
kekuasaannya. Kebijakan yang tepat adalah menghapus segala bentuk hambatan masuk
buatan (artificial) sebagai respons atas situasi tarakhir.
jika pelaku pasar dapat mewujudkan selisih positif dari pendapatan atas biaya, maka pada
saat yang sama, peluang laba bagi pendatang baru pun akan tercipta.
c. Biaya/hambatan masuk sangat tinggi. Bagian yang cukup besar dari perbedaan biaya ini
adalah kemampuan kewirausahaan (enterppreneurial ability).
d. Biaya transaksi untuk mengeksploitasi peluang laba, terlalu tinggi. Telah diasumsikan
bahwa biaya transaksi nol. Tetapi jika biaya transaksi positif, maka serangkaian argumen baru
bisa diterapkan.
Perilaku oligopolis dan monopolis sangat tergantung pada biaya yang dibutuhkan untuk
masuk ke pasar. Jika biaya atau hambatan masuk rendah, maka dalam jangka panjang, pasar
oligopoli dan monopoli tidak akan menyimpang jauh dari pasar persaingan sempurna.
Tekanan persaingan dari pendatang potensial merupakan hambatan besar atas perilaku
perusahaan yang berada di pasar. Ketika masuk/keluar pasar adalah bebas (tak ada batasan
secara hukum) dan biaya masuk/keluar rendah (tidah ada kesenjangan kemampuan antara
perusahaan di dalam dan di luar pasar), maka oligopolis dan monopolis mungkin mampu
mencegah masuknya pesaing. hal ini juga kan menghalangi masuknya koperasi.
Mengingat relevansi teori kinerja structure-conduct, maka penentu perilaku perilaku struktur
pasar menjadi kurang relevan dalam persaingan potensial. Faktor-faktor penting bagi
masuknya koperasi dan keberhasilan pasar kurang berkaitan denga pangsa pasar maupun
jumlah perusahaan, melainkan lebih berkaitan dengan biaya masuk dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keunggulan komparatif setelah masuknya perusahaan dalam pasar.
jika biaya masuk rendah dan tidak terdapat hambatan hukum dalam keluar/masuknya
perusahaan ke pasar; maka keunggulan koperasi potensial akan kurang berkaitan dengan
variabel-variabel struktur pasar (entah itu pasar persaingan sempurna, tidak sempurna
oligopoli atau monopli). Hal yang lebih penting adalah biaya khusus yang harus dikeluarkan
oleh pendatang baru.
jika biaya masuk rendah, maka keunggulan tambahan bagi anggota koperasi yang masuk ke
pasar akan sulit terwujud karena:
a. Koperasi harus memiliki kemampuan, inovasi lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang
berada di pasar untuk memberikan keunggulan khusus yang diperoleh dari teknologi baru,
metode-metode organisasional yang lebih baik maupun perbaikan produk dan layanan.
b. koperasi harus mampu mengurangi biaya transaksi-lebih rendah dari biaya perusahaan
yang berada di pasar.
c. Koperasi juga harus mampe mewujudkan keunggulan lain yang tidak diberikan oleh
organisasi lainnya.
a. Jika biaya masuk rendah, koperasi dapat memasuki pasar, namun tanpa memberikan
keunggulan tambahan bagi anggota.
b. jika biaya masuk koperasi tinggi disebabkan oleh kemampuan manajerial dan
kewirausahaannya yang rendah, maka koperasi tidak dapat memasuki pasar. Kembali tidak
ada keunggulan koperasi khusus yang dapat memperoleh keuntungan diatas (supra) normal
untuk jangka waktu yang lama, sampai pemai harus datang dan berhasil mengurangi
kesenjangan kemampuan tersebut.
Dalam kedua kasus tersebut, koperasi tidak memperoleh apa-apa. Konsekuensinya, kita harus
melihat teori-teori, hipotesis dan variabel-variabel lainnya untuk menjelaskan penyebab
kinerja komparatif koperasi.
Skala ekonomi dapat dianggap sebagai faktor-faktor yang memungkinkan suatu perusahaan
untuk memproduksi output lebih banyak dengan biaya rata-rata lebih rendah. Skala ekonomi
lebih diartikan pada hubungan antara biaya rata-rata dengan skala ekonomi.
The law of Diminishing Return. Ini adalah hukum jangka pendek yang memiliki hipotesis
bahwa output tumbuh pada tingkat yang menurun dan akhirnya malah akan benar-benar turun
ketika suatu faktor/variabel input ditambahkan ke variabel input lain yang jumlahnya tetap,
baik secara kuantitas maupun kualitas.
Hukum kedua menganggap bahwa seluruh input dalam proses produksi adalah variabel.
Hukum ini berhubungan dengan return to scale dan menggambarkan hubungan antara input
dengan output dalam jangka panjang : perusahaan memiliki fleksibilitas penuh dalam
menentukan karakter proses produksinya.
Istilah skala ekonomi mengacu pada hubungan antara biaya rata-rata per unit waktu dengan
skala perusahaan.
Skala ekonomi riil memberikan keuntungan bersih (net again) bagi masyarakat, karena skala
ekonomi ini menghasilkan output tertentu diproduksi dengan jumlah input lebih sedikit.
Dilain pihak, skala ekonomi finansial (pecuniary), tidak tergantung pada efisiensi operasi.
Hal ini sering merupakan hasil dari pemanfaatan kekuatan monopoli maupun kekuatan
monopsoni (pembeli tunggal) untuk menekan perusahaan lain. Perilaku ini mengakibatkan
pendistribusian kembali laba dari suatu perusahaan kepada perusahaan lainnya. Jadi, skala
ekonomi financial tidak dapat dianggap sebagai suatu perbaikan dalam kesejahteraan ataupun
efisiensi masyarakat luas. Tentu saja perusahaan yang menikmati skala ekonomi ini dapat
meningkatkan keuntungannya. Tetapi keuntungan perusahaan ini bisa menjadi kerugian bagi
perusahaan laiinya sehingga mixed blessing dari ekonomi secara keseluruhan.
Jika koperasi beroperasi dengan kemampuan yang lebih rendah, maka biaya akan meningkat.
Dalam kasus ini koperasi dapat dengan mudah disingkirkan oleh perusahaan swasta.
Koperasi dapat merealisasikan skala ekonomi, dalam kondisi tertentu. Akan tetapi, di dalam
kondisi lainnya, hasil yang berlawanan dapat terjadi. Jika koperasi mampu merealisasikan
skala ekonomi, hampir merupakan satu pembuktian diri; akan tetapi terdapat keterbatasan
khusus pada koperasi (kemampuan manajemen mekanisme, pengawasan internal, biaya
transaksi, dan lain-lain yang sesungguhnya dapat membuat koperasi menjadi suatu lembaga
yang lebih mampu nntuk merealisasikan skala ekonomi internal, jika hal-hal tersebut dapat
ditingkatkan.
Skala ekonomi financial dapat terjadi sebagai berikut: dengan mengkombinasikan kekuatan
pasar dari para anggotanya suatu kerja sama mungkin mampu untuk mencapai harga yang
lebih baik di pasar, dibandingkan dengan jika para anggota itu menjual dan membeli secara
bebas. Hal ini benar-benar merupakan kasus:
Jika kerja sama berhasil dalam menekan profit perusahaan lainnya (yang menjual atau
membeli dari kerjasama) dalam kasus ini kerja sama bertindak sebagai monopolis (sebagai
orang “besar”) untuk mencapai suatu pertambahan ekonomis dengan menggunakan kekuatan
monopoli atau persaingan pengendalian (restraining).